Imbimb b RANCANGAN
EVALUASI
WALIKOTA SORONG
PROPINSI PAPUA BARAT
PERATURAN DAERAH KOTA SORONG
NOMOR 2 TAHUN 2020
TENTANG
RETRIBUSI DAERAH DI KOTA SORONG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA SORONG,
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kota Sorong.
2. Pemerintah Daerah adalah Walikota beserta Perangkat Daerah sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD
adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur Penyelenggara
Pemerintahan Daerah.
4. Kepala Daerah adalah Walikota Sorong.
5. Pejabat adalah Aparatur Sipil Negara di lingkungan Pemerintah Kota
Sorong yang diberi tugas tertentu dibidang Retribusi sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan.
6. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang
khusus disediakan dan/atau diberikan Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan.
7. Jasa umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau badan hukum.
8. Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan
menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula
disediakan oleh sektor swasta.
9. Perizinan tertentu adalah Kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam
rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang
dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan
pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, serta penggunaan sumber
daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
10. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan
data obyek dan subyek retribusi, penentuan besarnya retribusi yang
terutang sampai kegiatan retribusi kepada wajib retribusi serta
pengawasan penyetorannya;
11. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan
Perundang-undangan Wajib Retribusi diwajibkan untuk membayar
retribusi.
12. Masa retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas
waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan
tertentu dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
13. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SSRD adalah
bukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan
menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas
daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Walikota .
14. Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat
disingkat SPdORD, adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi
untuk melaporkan objek retribusi dan Wajib Retribusi sebagai dasar
perhitungan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut Peraturan
Perundang-undangan Retribusi Daerah.
15. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat
SKRD, adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah
retribusi yang terutang.
16. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang
selanjutnya dapat disingkat SKRDKBT, adalah surat keputusan yang
menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan.
17. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya dapat
disingkat SKRDLB, adalah surat keputusan yang menentukan jumlah
-4-
BAB II
JENIS RETRIBUSI
Pasal 2
Jenis Retribusi Daerah terdiri dari :
a. Retribusi Jasa Umum
b. Retribusi Jasa Usaha
c. Retribusi Perijinan tertentu
BAB III
RETRIBUSI JASA UMUM
Pasal 3
Jenis Retribusi Jasa Umum terdiri dari :
a. Retribusi Pelayanan Kesehatan;
b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;
c. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;
d. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;
e. Retribusi Pelayanan Pasar;
f. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;
g. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;
h. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;
i. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus; dan
j. Retribusi Pengolahan Limbah Cair;
k. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang;
l. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.
-5-
BAB IV
KETENTUAN RETRIBUSI
BAGIAN KESATU
RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN
Paragraf 1
Nama, Obyek dan Subyek Retribusi
Pasal 4
Dengan nama Retribusi Pelayanan Kesehatan dipungut retribusi atas
pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 5
(1) Obyek Retribusi Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 adalah pelayanan Kesehatan di Puskesmas, Puskemas Keliling,
Puskesmas Pembantu, Balai pengobatan dan tempat pelayanan Kesehatan
lainnya yang sejenis yang dimiliki dan/atau dikelolah oleh Pemerintah
Daerah kecuali pelayanan pendaftaran
(2) Dikecualikan dari obyek retribusi Pelayanan Kesehatan adalah pelayanan
kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, BUMN, BUMD dan Pihak
swasta.
Pasal 6
Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh
pelayanan kesehatan, Laboratorium air atau Pelayanan kesesehatan hewan
dari Pemerintah Daerah.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 7
Tingkat penggunaan Jasa diukur berdasarkan jenis dan layanan, jenis
peralatan yang digunakan dan jangka waktu.
Pasal 8
Retribusi pelayanan Kesehatan di Puskesmas, Puskemas Keliling, Puskesmas
Pembantu, Balai pengobatan dan tempat Pelayanan Kesehatan lainnya yang
sejenis, dikenakan kepada masyarakat yang mendapatkan jasa pelayan
kesehatan dasar.
Pasal 9
Besarnya tarif Retribusi yang dikenakan meliputi jasa pelayanan dan jasa
sarana ditetapkan sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan Daerah
ini.
BAGIAN KEDUA
RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN
Paragraf 1
Nama Obyek dan Subyek Retribusi
Pasal 10
Dengan nama Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan dipungut
Retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan persampahan/kebersihan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 11
(1) Objek Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan adalah pelayanan
persampahan/kebersihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah,
meliputi:
a. pengambilan/pengumpulan sampah dari sumbernya ke lokasi
pembuangan sementara;
-6-
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 13
Tingkat penggunaan jasa pelayanan kebersihan/pembuangan sampah diukur
dengan cara menghitung volume sampah yang dibuang .
Pasal 14
Besaran tarif Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan diukur
berdasarkan lokasi dan volume sampah yang ditetapkan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini.
BAGIAN KETIGA
RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN DAN PENGABUAN MAYAT
Paragraf 1
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 19
Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan jenis dan frekwensi
pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat (misalnya lokasi, ukuran,
jangka waktu dan sebagainnya).
-7-
Pasal 20
Besaran tarif retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat diukur
berdasarkan lokasi dan jarak tempat pemakaman ditetapkan sebagaimana
tercantum dalam lampiran Peraturan daerah ini.
BAGIAN KEEMPAT
RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM
Paragraf 1
Nama, Obyek dan Subyek Retribusi
Pasal 21
Dengan nama Retribusi pelayanan Parkir di tepi jalan umum, dipungut
retribusi atas penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum yang
disediakan oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 22
Objek Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 adalah penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum yang
ditentukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 23
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan Hukum yang
mendapatkan pelayanan parkir di tepi jalan umum.
Pasal 24
Besaran tarif retribusi parkir di tepi jalan umum diukur berdasarkan jenis
kendaraan dan jangka waktu parkir ditetapkan sebagaimana tercantum
dalam lampiran Peraturan Daerah ini.
BAGIAN KELIMA
RETRIBUSI PELAYANAN PASAR
Paragraf 1
Nama, Obyek dan Subyek Retribusi
Pasal 25
Dengan nama Retribusi Pelayanan Pasar dipungut retribusi sebagai
pembayaran atas pelayanan fasiltas pasar tradisional/sederhana, berupa
pelataran, los, kios yang dikelola oleh Pemerintah Daerah, dan khusus
disediakan untuk pedagang
Pasal 26
(1) Objek Retribusi adalah pelayanan fasilitas pasar tradisional/sederhana,
berupa pelataran, los, kios yang dikelola Pemerintah Daerah, dan khusus
disediakan untuk pedagang.
(2) Dikecualikan obyek retribusi pelayanan pasar adalah pelayanan fasilitas
pasar yang dikelola oleh BUMN, BUMD dan pihak swasta.
Pasal 27
Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh
pelayanan fasilitas pasar tradisional/sederhana yang dikelola Pemerintah
Daerah.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 28
Tingkat penggunaan jasa Pelayanan pasar diukur berdasarkan lokasi, jenis
dan ukuran bangunan/fasilitas, serta jangka waktu pemakaian pasar.
-8-
Pasal 29
Besarnya Tarif retribusi Pelayanan Pasar diukur berdasarkan jenis fasilitas
yang terdiri atas halaman/ pelataran, los dan atau kios, luas lokasi dan
jangka waktu pemakaian sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan
Daerah ini.
BAGIAN KEENAM
RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR
Paragraf 1
Nama Obyek dan Subyek Retribusi
Pasal 30
Dengan nama retribusi pengujian kendaraan bermotor dipungut retribusi
atas pelayanan pengujian kendaraan bermotor yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah.
Pasal 31
Objek Retribusi adalah pelayanan pengujian kendaraan bermotor, termasuk
kendaraan bermotor di air, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 32
Subjek Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau
Badan yang menikmati/menggunakan pelayanan Pengujian Kendaraan
Bermotor, termasuk kendaraan bermotor di air sesuai dengan Peraturan
Perundang-Undangan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 33
Besaran tarif retribusi pengujian kendaraan bermotor diukur berdasarkan
jenis dan jumlah kendaraan bermotor yang diuji yang ditetapkan
sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan Daerah ini.
BAGIAN KETUJUH
RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN
Paragraf 1
Nama Obyek dan Subyek Retribusi
Pasal 34
Dengan nama Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran dipungut
retribusi atas pelayanan pemeriksaan dan/atau pengujian alat pemadam
kebakaran, alat penanggulangan kebakaran dan alat penyelamatan jiwa oleh
Pemerintah Daerah.
Pasal 35
Objek Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran adalah pelayanan
pemeriksaan dan/atau pengujian alat pemadam kebakaran, alat
penanggulangan kebakaran dan alat penyelamatan jiwa oleh Pemerintah
Daerah terhadap alat-alat pemadam kebakaran, alat penanggulangan
kebakaran, dan alat penyelamatan jiwa yang dimiliki dan/atau dipergunakan
oleh masyarakat.
-9-
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 36
Pelayanan pemeriksaan dan atau pengujian alat pemadam kebakaran yang
dimaksud pada ayat (1) pasal ini meliputi:
a. pemeriksaan alat pemadam kebakaran pada gedung/bangunan dan
b. pemeriksaan alat pemadam api ringan (Apar).
Pasal 37
(1) Besarnya retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran yang terutang
dihitung berdasarkan perkalian antara tingkat penggunaan jasa
pemeriksaan alat pemadam kebakaran dengan tarif retribusi.
(2) Tingkat penggunaan jasa pemeriksaan alat pemadam kebakaran adalah
jumlah penggunaan jasa pemeriksaan alat pemadam kebakaran yang
dijadikan dasar alokasi beban biaya yang dipikul oleh Pemerintah Daerah
untuk penyelenggaraan pemeriksaan alat pemadam kebakaran.
Pasal 38
(1) Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh
pelayanan pemeriksaan dan atau pengujian Alat Pemadam Kebakaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37;
(2) Untuk apartemen, kondominium dan rumah susun subyek retribusinya
adalah pihak pengelola.
Pasal 39
Tarif Retribusi Pelayanan pemeriksaan dan atau pengujian alat pemadam
kebakaran ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan
Daerah ini.
BAGIAN KEDELAPAN
RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA
Pragraf 1
Nama, Obyek dan Subyek Retribusi
Pasal 40
Dengan nama Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta dipungut retribusi atas
pelayanan penyediaan peta yang dibuat oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 41
Objek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta adalah penyediaan peta yang
dibuat oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 42
Subjek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan penggantian biaya cetak peta yang
disediakan oleh Pemerintah Daerah.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 43
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Jasa Umum
ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang
bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas
pengendalian atas pelayanan tersebut.
(2) Prinsip penetapan tarif Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta hanya
memperhitungkan biaya pencetakan dan pengadministrasian.
Pasal 44
(1) Untuk mendapatkan peta potensi dan informasi kewilayahan, pemohon
harus terlebih dahulu mengajukan permohonan secara tertulis kepada
Bupati atau pejabat yang telah ditunjuk;
- 10 -
BAGIAN KESEMBILAN
RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS
Paragraf 1
Nama, Obyek dan Subyek Retribusi
Pasal 46
Dengan nama Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus, dipungut
Retribusi atas pelayanan penyediaan dan/atau penyedotan kakus yang oleh
Pemerintah Daerah.
Pasal 47
(1) Objek Retribusi penyediaan dan/atau penyedotan kakus adalah
pelayanan penyediaan dan/atau penyedotan kakus yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah.
(2) Dikecualikan dari obyek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah pelayanan penyediaan dan/atau penyedotan kakus yang
disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD dan pihak
swasta.
Pasal 48
Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati fasilitas pelayanan penyediaan dan/atau
penyedotan kakus oleh Pemerintah Daerah.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 49
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis pelayanan, volume tinja
dan jarak antara lokasi pelayanan dengan lokasi pengolahan tinja.
Pasal 50
Besaran tarif retribusi penyediaan dan/atau penyedotan kakus diukur
berdasarkan jenis / klasifikasi pengguna jasa yang ditetapkan sebagaimana
tercantum dalam lampiran
BAGIAN KESEPULUH
RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG
Paragraf 1
Nama, Obyek dan Subyek Retribusi
Pasal 51
Dengan nama Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang dipungut retribusi atas
pelayanan pengujian alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya,
dan pengujian barang dalam keadaan terbungkus yang diwajibkan sesuai
dengan Peraturan perundang-undangan.
- 11 -
Pasal 52
Objek Retribusi adalah :
a. pelayanan pengujian alat-alat ukur, takar, timbang, dan
perlengkapannya; dan
b. pengujian barang dalam keadaan terbungkus yang diwajibkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 53
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh
pelayanan Tera/Tera Ulang dari Pemeritah Daerah.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 54
Cara mengukur tingkat penggunaan jasa tera/tera ulang dihitung
berdasarkan tingkat kesulitan, karakterisrik, jenis kapasitas dan peralatan
pengujian yang digunakan .
Pasal 55
Besaran tarif retribusi pelayanan Tera/tera Ulang ditetapkan sebagaimana
tercantum dalam lampiran Peraturan Daerah ini
BAGIAN KESEBELAS
RETRIBUSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
Paragraf 1
Nama, Obyek dan Subyek Retribusi
Pasal 56
Den gan na ma R etribusi Pengolahan Limbah Cair dipungut Retribusi
atas pelayanan pengolahan limbah cair oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 57
(1) Objek Retribusi pengolahan limbah cair adalah p el a ya n a n
pen go la h a n li mba ca i r rumah tangga, perkantoran, dan industri
yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola secara khusus oleh
Pemerintah Daerah dalam bentuk instalasi pengolahan limbah cair.
(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah :
a. pelayanan pengolahan limbah cair yang disediakan, dimiliki,
dan/atau dikelola oleh pemerintah pusat, BUMN, BUMD, Pihak
Swasta; dan
b. pembuangan limbah cair secara langsung ke sungai, drainase,
dan/atau sarana pembuangan lainnya.
Pasal 58
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/
menikmati fasilitas pelayanan instalasi pengolahan limbah cair yang
disediakan, dimilki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 59
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis pelayanan, volume limbah
yang diolah dan jenis perlakuan (treatment) terhadap limbah
Pasal 60
Besaran Tarif Retribusi Pengolahan Limbah Cair ditetapkan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini.
- 12 -
BAGIAN KEDUABELAS
RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI.
Paragraf 1
Nama, Obyek dan Subyek Retribusi
Pasal 61
Dengan nama Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi dipungut
retribusi sebagai pembayaran atas pemanfaatan ruang untuk menara
telekomunikasi.
Pasal 62
Obyek retribusi adalah pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi
dengan memperhatikan aspek tata ruang, keamanan dan kepentingan umum.
Pasal 63
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati jasa pelayanan pengendalian dan pengawasan
terhadap menara telekomunikasi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 64
Tingkat penggunaan Jasa diukur berdasarkan presentase tertentu dari nilai
investasi usaha diluar tanah dan bangunan, atau penjualan kotor, atau biaya
operasional, yang nilainya dikaitkan dengan frekwensi pengawasan dan
pengendalian usaha/kegiatan tersebut.
Pasal 65
Besaran Tarif Retribusi Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi
ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini.
BAB V
RETRIBUSI JASA USAHA
Pasal 66
Jenis Retribusi Jasa Usaha terdiri dari :
a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;
b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan;
c. Retribusi Tempat Pelelangan;
d. Retribusi Terminal;
e. Retribusi Tempat Khusus Parkir;
f. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa;
g. Retribusi Rumah Potong Hewan;
h. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan.
i. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga;
j. Retribusi Penyeberangan di Air; dan
k. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.
- 13 -
BAB VI
KETENTUAN RETRIBUSI
BAGIAN KESATU
RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH
Paragraf 1
Nama, Obyek dan Subyek Retribusi
Pasal 67
Dengan nama Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah dipungut Retribusi
sebagai pembayaran atas pemakaian kekayaan daerah.
Pasal 68
(1) Objek Retribusi adalah pemakaian kekayaan daerah yang dimiliki oleh
Pemerintah Daerah antara lain penyewaan tanah dan
bangunan/laboratorium/ruangan/kendaraan bermotor.
(2) Dikecualikan dari objek retribusi adalah penggunaan tanah yang tidak
mangubah fungsi dari tanah tersebut antara lain pemancangan tiang
listrik/telepon atau penanaman/pembentangan kabel listrik/telepon di
tepi jalan umum.
Pasal 69
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/memakai kekayaan daerah yang dimiliki oleh Pemerintah
Daerah.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 70
Tingkat penggunaan jasa pemakaian kekayaan Daerah diukur berdasarkan
jenis dan jangka waktu pemakaian kekayaan Daerah.
1. Untuk barang bergerak berdasarkan jangka waktu pemakaian dengan
batas waktu, jam, hari, minggu atau bulan;
2. Untuk barang tidak bergerak berdasarkan klasifikasi, fungsi, lokasi dan
jangka waktu pemakaian dengan batas waktu dan lama pemakaian;
Pasal 71
Besaran Tarif retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah ditetapkan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini.
BAGIAN KEDUA
RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN
Paragraf 1
Nama, Obyek dan Subyek Retribusi
Pasal 72
Dengan nama Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan dipungut retribusi
sebagai pembayaran atas pelayanan penyediaan fasilitas pasar grosir.
Pasal 73
(1) Obyek Retribusi adalah penyediaan fasilitas pasar grosir berbagai jenis
barang, dan fasilitas pasar/pertokoan yang dikontrakkan, yang
disediakan/diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
(2) Dikecualikan dari penyediaan pasar grosir dan/atau pertokoan adalah
fasilitas pasar yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh BUMN,
BUMD dan pihak swasta.
Pasal 74
Subjek Retribusi orang pribadi atau badan yang menggunakan/memakai
fasilitas pasar grosir dan/atau pertokoan yang diselenggarakan/disediakan
oleh Pemerintah Daerah.
- 14 -
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 75
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis dan jangka waktu
penggunaan fasilitas pasar grosir dan/atau pertokoan.
Pasal 76
Besaran Tarif Retribusi Pasar Grosir dan atau/Pertokoan diukur berdasarkan
luas, jenis/bentuk bangunan, dan jangka waktu ditetapkan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini.
BAGIAN KETIGA
RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN
Paragraf 1
Nama, Obyek dan Subyek Tarif Retribusi
Pasal 77
Dengan nama Retribusi Tempat Pelelangan dipungut Retribusi sebagai
pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat pelelangan yang secara
khusus disediakan oleh Pemerintah Daerah
Pasal 78
1. Objek Retribusi adalah pelayanan penyediaan tempat pelelangan yang
secara khusus disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk melakukan
pelelangan ikan, ternak, hasil bumi, dan hasil hutan termasuk jasa
pelelangan serta fasilitas lainnya yang disediakan di tempat pelelangan.
2. Termasuk Obyek retribusi adalah tempat yang dikontrak oleh Pemerintah
Daerah dari pihak lain untuk dijadikan sebagai tempat pelelangan.
3. Dikecualikan dari Objek Retribusi adalah tempat pelelangan yang
disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD dan pihak
Swasta.
Pasal 79
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh
pelayanan tempat pelelangan dari Pemerintah Daerah.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 80
Tingkat penggunaan Jasa diukur berdasarkan jenis pelayanan, jenis fasilitas
dan jenis hewan ternak.
Pasal 81
Besaran Tarif retribusi diukur berdasarkan jenis sarana prasarana pelelangan
ikan dipergunakan dan jangka waktu pemakaian Tempat Pelelangan
ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini.
BAGIAN KEEMPAT
RETRIBUSI TERMINAL
Paragraf 1
Nama, Obyek dan Subyek Retribusi
Pasal 82
Dengan nama Retribusi atas pelayanan penyediaan fasilitas Terminal oleh
Pemerintah Daerah.
- 15 -
Pasal 83
(1) Objek Retribusi adalah pelayanan penyediaan fasilitas terminal yang
meliputi :
a. penyediaan tempat parkir untuk kendaraan bermotor penumpang
dan bis umum;
b. penyediaan tempat kegiatan usaha; dan
c. fasilitas lainnya dilingkungan terminal, yang disediakan, dimiliki,
dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah
(2) Tidak termasuk Objek Retribusi adalah terminal yang disediakan,
dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak
swasta.
Pasal 84
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan fasilitas terminal yang
disediakan/diselenggarakan oleh Pemeritah Daerah.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 85
Tingkat penggunaan Jasa diukur berdasarkan jenis dan jangka waktu
penggunaan fasilitas terminal.
Pasal 86
Besaran Tarif retribusi Retribusi Terminal diukur berdasarkan jenis
kendaraan, dan frekuensi, serta jenis fasilitas terminal dan jangka waktu
pemakaian.ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan
Daerah ini.
BAGIAN KELIMA
RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR
Paragraf 1
Nama, Obyek dan Subyek Retribusi
Pasal 87
Dengan nama Retribusi Tempat Khusus Parkir dipungut Retribusi atas
pelayanan penyediaan tempat khusus parkir oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 88
(1) Objek Retribusi tempat khusus parkir adalah pelayanan tempat khusus
parkir yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah
Daerah meliputi:
a. pelataran/lingkungan parkir ;
b. taman parkir ; dan
c. gedung parkir ;
(2) Tidak termasuk objek retribusi adalah pelayanan tempat khusus parkir
yang disediakan, dimiliki dan atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN,
BUMD, dan pihak swasta.
Pasal 89
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan tempat khusus parkir yang
disediakan/diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 90
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jangka waktu penggunaan
fasilitas dan jenis kendaraan
- 16 -
Pasal 91
Tarif retribusi Tempat Khusus Parkir diukur berdasarkan jenis tempat parkir,
jenis kendaraan dan frekuensi penggunaan tempat khusus parkir.ditetapkan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini.
BAGIAN KEENAM
RETRIBUSI TEMPAT PENGINAPAN/PESSANGGRAHAN/VILLA
Paragraf 1
Nama, Obyek dan Subyek Retribusi
Pasal 92
Dengan nama Retribusi tempat penginapan/pessangrahan/villa dipungut
retribusi, sebagai pembayaran atas jasa penginapan/pesangrahan/villa yang
disediakan oleh pemerintah daerah.
Pasal 93
(1) Objek Retribusi tempat penginapan/pessangrahan/villa adalah pelayanan
tempat penginapan/pesangrahan/villa yang dimiliki dan/atau oleh
pemerintah daerah.
(2) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah tempat penginapan/pessangrahan/villa yang dimiliki dan/atau
dikelola BUMN, BUMD, dan Pihak Swasta
Pasal 94
Subjek retribusi tempat penginapan/pessangrahan/villa adalah orang
pribadi/ badan yang menggunakan/menikmati pelayanan tempat
penginapan/persangrahan/villa.
Paragraf 2
Cara Mengukur Penggunaan Jasa
Pasal 95
Tingkat penggunaan jasa tempat penginapan/pesanggrahan/villa diukur
berdasarkan jenis fasilitas, lokasi dan jangka waktu pemakaian
penginapan/pesanggrahan/villa.
Pasal 96
Besaran Tarif Retribusi tempat penginapan/pessangrahan/villa diukur
berdasarkan lamanya waktu pemakaian fasilitas tempat penginapan
ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini.
BAGIAN KETUJUH
RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN
Paragraf 1
Nama, Obyek dan Subyek Retribusi
Pasal 97
Dengan nama Retribusi Rumah Potong Hewan dipungut Retribusi atas
pelayanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak termasuk
pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dan sesudah dipotong oleh
pemerintah daerah.
Pasal 98
(1) Obyek Retribusi adalah pelayanan penyediaan fasilitas Rumah Potong
hewan meliputi :
a. penyewaan kandang (karantina);
b. pemeriksaan kesehatan hewan sebelum di potong;
c. pemakaian tempat pemotongan;
d. pemakaian tempat pelayuan daging; dan
e. pelayanan pengangkutan daging dari rumah potong.
- 17 -
BAGIAN KEDELAPAN
RETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN
Paragraf 1
Nama, Obyek dan Subyek Retribusi
Pasal 102
Dengan nama Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan dipungut Retribusi atas
pelayanan jasa kepelabuhanan, termasuk fasilitas lainnya di lingkungan
pelabuhan yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah
Daerah.
Pasal 103
(1) Objek Retribusi adalah pelayanan jasa kepepelabuhanan, termasuk
fasilitas lainnya di lingkungan pelabuhan yang disediakan, dimiliki,
dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah yang meliputi :
a. pelayanan jasa tambat;
b. pelayanan jasa labuh;
c. pelayanan jasa dermaga;
d. pelayanan Pas Masuk Penumpang;
e. pelayanan jasa alat;dan
f. pelayanan jasa kepelabuhanan lainnya;
(2) Yang tidak termasuk dalam objek retribusi sebagaimana dimaksud ayat
(1) di atas adalah pelayanan kepelabuhanan yang disediakan, dimiliki
dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD dan pihak swasta.
Pasal 104
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan kepelabuhanan yang disediakan,
dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
Paragraf 2
Cara Mengukur Penggunaan Jasa
Pasal 105
Tingkat penggunaan jasa pelayanan kepelabuhanan diukur berdasarkan
frekwensi, Volume, atau jangka waktu.
Pasal 106
Besaran Tarif retribusi Pelayanan Kepelabuhanan diukur berdasarkan jenis
pelayanan, serta frekuensi dan jangka waktu penggunaan fasilitas pelabuhan
ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini.
- 18 -
BAGIAN KESEMBILAN
RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA
Paragraf 1
Nama,Obyek dan Subyek Retribusi
Pasal 107
Dengan nama Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga, dipungut retribusi
sebagai pembayaran atas penyediaan fasilitas rekreasi, pariwisata dan
olahraga yang dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 108
(1) Obyek retribusi tempat rekreasi dan olahraga adalah pelayanan tempat
rekreasi, pariwisata, dan olehraga yang disediakan, dimiliki, dan/atau
dikelola oleh Pemerintah Daerah.
(2) Tidak termasuk obyek retribusi adalah pelayanan tempat rekreasi,
pariwisata dan olahraga yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh
BUMN, BUMD dan pihak swasta
Pasal 109
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan tempat rekreasi dan olahraga.
Paragraf 2
Cara Mengukur Penggunaan Jasa
Pasal 110
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan frekwensi, jenis, dan jangka
waktu layanan tempat rekreasi, pariwisata dan olahraga dikalikan dengan
tarif.
Pasal 111
Besaran Tarif Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga ditetapkan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini.
BAGIAN KESEPULUH
RETRIBUSI PENYEBERANGAN DI AIR
Paragraf 1
Nama, Obyek dan Subyek Retribusi
Pasal 112
Dengan nama Retribusi penyebrangan di air dipungut retribusi atas
pelayanan penyebrangan orang atau barang dengan menggunakan
kendaraan di air yang dimiliki dan/atau disediakan oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 113
(1) Objek retribusi tempat penyebrangan di air adalah pelayanan
penyebrangan orang atau barang dengan menggunakan kendaraan di air
yang dimiliki dan atau di kelola oleh pemerintah daerah.
(2) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah penyebrangan yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh
pemerintah, BUMN, BUMD, dan Pihak Swasta
Pasal 114
Subjek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mengunakan/
menikmati pelayanan penyebrangan orang atau barang dengan
menggunakan kendaraan di air yang dimiliki dan/atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah.
- 19 -
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 115
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan frekwensi, volume dan jangka
waktu.
Pasal 116
Besaran Tarif Retribusi penyebrangan di air ditetapkan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini.
BAGIAN KESEBELAS
RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH
Paragraf 1
Nama,Obyek dan Subyek Retribusi
Pasal 117
Dengan nama Retribusi penjualan produksi usaha daerah dipungut retribusi
atas penjualan hasil produksi usaha daerah.
Pasal 118
(1) Objek retribusi adalah penjualan hasil produksi usaha Pemerintah daerah
yang meliputi Bibit Pertanian dan perkebunan, bibit peternakan, dan bibit
Perikanan.
(2) Tidak termasuk objek retribusi adalah penjualan produksi yang dikelola
oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, BUMN, BUMD, dan pihak
swasta.
Pasal 119
Subjek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang membeli hasil
produksi usaha daerah.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 120
Tingkat penggunaan jasa penjualan produksi usaha Daerah diukur
berdasarkan jumlah dan jenis produksi usaha daerah.
Pasal 121
Besaran Retribusi penjualan produksi usaha daerah diukur berdasarkan jenis
dan ukuran hasil produksi yang dijual ditetapkan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Peraturan Daerah ini.
BAB VII
RETRIBUSI PERIJINAN TERTENTU
Pasal 122
Jenis Retribusi Perizinan Tertentu terdiri dari :
a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;
b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol;
c. Retribusi Izin Trayek;
d. Retribusi Izin Usaha Perikanan;
e. Retribusi Izin Usaha Perindustrian;dan
f. Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing.
- 20 -
BAGIAN KESATU
RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN
Paragraf 1
Nama, Obyek dan Subyek Retribusi
Pasal 123
Dengan nama Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, dipungut retribusi
sebagai pembayaran atas pelayanan pemberian izin untuk mendirikan suatu
bangunan.
Pasal 124
(1) Objek Retribusi adalah pemberian izin untuk mendirikan suatu
bangunan.
(2) Pemberian izin meliputi kegiatan peninjauan desain dan pemantauan
pelaksanaan pembangunan agar tetap sesuai dengan rencana teknis
bangunan dan rencana tata ruang, dengan tetap memperhatikan koefisien
dasar bangunan (KDB), koefisien luas bangunan (KLB), koefisien
ketinggian bangunan (KTB), dan pengawasan penggunaan bangunan yang
meliputi pemeriksaan dalam rangka memenuhi syarat keselamatan bagi
yang menempati bangunan tersebut.
(3) Tidak termasuk objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah pemberian izin untuk mendirikan bangunan milik Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah.
Pasal 125
Subjek Retribusi adalah setiap orang pribadi dan atau badan yang
memperoleh izin mendirikan bangunan dari Pemerintah Daerah.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 126
(1) Tingkat penggunan jasa Izin Mendirikan Bangunan diukur dengan rumus
yang didasarkan atas faktor luas lantai bangunan, jumlah tingkat
bangunan dan rencana penggunaan bangunan
(2) Faktor-faktor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan bobot
(koofisiensi)
Pasal 127
Besarnya Tarif Retribusi didasarkan pada perhitungan dengan rumus
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini.
BAGIAN KEDUA
RETIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL
Paragraf 1
Nama Obyek dan Subyek Retribusi
Pasal 128
Dengan nama Retibusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol, adalah
retribusi atas pemberian izin untuk melakukan penjualan minuman
beralkohol di suatu tempat tertentu.
Pasal 129
(1) Objek Retribusi Izin Tempat Minuman Beralkohol adalah pemberian izin
untuk melakukan penjualan minuman beralkohol disuatu tempat
tertentu.
(2) Tempat tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Hotel;
- 21 -
b. Restoran;
c. Bar atau Pub;
d. Supermarket
e. Karaoke;
f. Cafe; dan
g. Diskotik.
Pasal 130
(1) Subjek Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol adalah
orang pribadi atau Badan yang memperoleh izin untuk melakukan
penjualan minuman beralkohol.
(2) Wajib Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol adalah orang
pribadi atau Badan yang menurut Peraturan Daerah ini diwajibkan untuk
melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong
Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 131
Tingkat penggunan jasa Izin Tempat Penjkualan Minuman Beralkohol diukur
dengan rumus yang didasarkan atas pengembalia, pengawasan dan dampak
negative dari pemberian izin tersebut.
Pasal 132
besarnya tarif Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
sebagaimana tercantum pada Lampiran Peraturan Daerah ini.
BAGIAN KETIGA
RETRIBUSI IZIN TRAYEK
Paragraf 1
Nama Obyek dan Subyek Retribusi
Pasal 133
Dengan nama Reribusi Izin Trayek dipungut Retribusi sebagai pemberian izin
sebagai orang pribadi atau badan untuk menyediakan pelayanan angkutan
penumpang umum pada suatu atau beberapa trayek tertentu dalam wilayah
daerah.
Pasal 134
Obyek Retribusi adalah pemberian Izin kepada orang pribadi atau badan
untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum pada suatu atau
beberapa trayek tertentu.
Pasal 135
Subyek Retribusi adalah setiap orang atau badan yang memperoleh Izin
Trayek.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 136
Tingkat penggunan jasa diukur berdasarkan jumlah izin yang diberikan dan
jenis angkutan umum penumpang.
1. jumlah kendaraan, jenis kendaraan dan jangka waktu
2. jenis usaha, luas areal usaha serta jenis dan gross tonage (GT) alat
tangkap yang digunakan
Pasal 137
Besarnya Tarif Retribusi Izin Trayek ditetapkan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Peraturan Daerah ini.
- 22 -
BAGIAN KEEMPAT
RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN
Paragraf 1
Nama Obyek dan Subyek Retribusi
Pasal 138
Dengan nama Retribusi Izin Usaha Perikanan dipungut retribusi atas
pelayanan pemberian izin kepada orang pribadi atau badan untuk melakukan
kegiatan usaha penangkapan dan pembudidayaan ikan.
Pasal 139
Obyek retribusi izin usaha perikanan adalah :
a. Izin usaha penangkapan ikan;
b. izin usaha budidaya ikan (air tawar, payau dan laut);
c. izin usaha pembenihan/penangkaran benih ikan (air tawar, payau dan
laut);
d. izin usaha penyimpanan/penampung, pengolahan, pengangkutan dan
pemasaran hasil perikanan;dan
e. surat izin kapal pengangkut ikan .
Pasal 140
Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang mendapatkan
pelayanan izin usaha Perikanan dari Pemerintah Daerah.
Pasal 141
Besaran Tarif Retribusi Izin Usaha Perikanan diukur berdasarkan besaran
dan jenis kegiatan ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Peraturan Daerah ini.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 142
Tingkat penggunan jasa diukur berdasarkan jumlah volume kegiatan, jenis
alat tangkap frekwensi penangkapan, dan luas area pembudidayaan ikan
dikalikan dengan tarif.
BAGIAN KELIMA
RETRIBUSI PERPANJANGAN
IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING
Paragraf 1
Nama, Obyek dan Subjek Retribusi
Pasal 143
Dengan nama Retribusi Perpanjangan IMTA dipungut Retribusi atas
penerbitan Perpanjangan IMTA.
Pasal 144
Objek Retribusi adalah Pemberian Perpanjangan IMTA kepada Pemberi
Kerja Tenaga Kerja Asing oleh Pemerintah Daerah.
Pemberi kerja tenaga kerja asing sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)tidak termasuk Instansi Pemerintah, Perwakilan Negara Asing,Bada n
Internasional, Lembaga Sosial, Lembaga Keagamaan, dan Jabatan
tertentu di Lembaga pendidikan.
Pasal 145
- 23 -
BAB VIII
STRUKTUR BESARAN TARIF RERIBUSI
Pasal 148
(1) Adapun pengaturan terkait struktur besaran tarif diatur berdasarkan
jenis retribusi pada lampiran dengan urutan sebagai berikut :
a. Retribusi Jasa Umum (lampiran I)
b. Retribusi Jasa Usaha (lampiran II)
c. Retribusi Perijinan tertentu (lampiran III)
(2) Tarif retribusi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1 ) merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dari perda ini.
BAB IX
PENINJAUAN TARIF
Pasal 149
Tarif retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun.
Pasal 150
Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian.
Pasal 151
Penetapan peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
ditetapkan dengan Peraturan Walikota.
BAB X
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR
DAN BESARNYA TARIF
Pasal 152
Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi didasarkan pada
kebijaksanaan Pemerintah Daerah dengan memperhatikan biaya penyediaan
jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan serta
efektivitas pengendalian atas pelayanan tersebut.
BAB XI
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 153
Retribusi yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat pelayanan
berikan.
BAB XII
MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 154
Masa retribusi pelayanan dan fasilitas yang diberikan adalah jangka waktu
lamanya 1 (satu) bulan atau ditetapkan oleh Walikota.
Pasal 155
- 24 -
Saat retribusi terutang adalah pada saat ditetapkan SKRD atau dokumen lain
yang dipersamakan.
BAB XIII
SURAT PENDAFTARAN
Pasal 156
(1) Wajib retribusi wajib mengisi SPdORD.
(2) SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas,
benar dan lengkap serta ditandatangani oleh wajib retribusi atau
kuasanya.
BAB XIV
PENETAPAN RETRIBUSI
Pasal 157
(1) Berdasarkan SPdORD ditetapkan retribusi terutang dengan menerbitkan
SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan ditemukan data baru dan
data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan
jumlah retribusi yang terutang, maka dikeluarkan SKRDKBT.
(3) Bentuk, isi, dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan SKRDKBT
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Walikota.
BAB XV
TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 158
(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan dan SKRDKBT.
BAB XVI
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 159
Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang
membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan
ditagih dengan menggunakan STRD.
BAB XVII
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 160
(1) Pembayaran Retribusi yang terutang dilunasi sekaligus;
(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari
sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan yang
merupakan tanggal jatuh tempo pembayaran Retribusi.
(3) Walikota atas permohonan Wajib Retribusi setelah memenuhi
persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada
Wajib Retribusi untuk mengangsur atau menunda pembayaran
Retribusi, dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.
- 25 -
BAB XVIII
TATA CARA PENAGIHAN
Pasal 162
(1) Untuk melakukan penagihan Retribusi, Walikota dapat menerbitkan
STRD jika Wajib Retribusi tidak membayar Retribusi Terutang tepat pada
waktunya atau kurang membayar.
(2) Penagihan Retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
didahului dengan Surat Teguran.
(3) Jumlah kekurangan Retribusi yang terutang dalam STRD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditambah dengan sanksi administratif berupa
bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang
yang tidak atau kurang dibayar.
(4) Tata cara penagihan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Walikota.
BAB XIX
KEBERATAN
Pasal 163
(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala
Daerah atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan
disertai alasan-alasan yang jelas.
(3) Dalam hal wajib retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan
retribusi, wajib retribusi harus dapat membuktikan ketidak benaran
ketetapan retribusi tersebut.
(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan
sejak tanggal SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT
dan SKRDLB di terbitkan, kecuali apabila wajib retribusi tertentu dapat
menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena
keadaan diluar kekuasaannya.
(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dan (3) tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga
tidak dipertimbangkan.
(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan
pelaksanaan penagihan retribusi.
Pasal 164
(1) Walikota dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal
surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang
diajukan.
(2) Keputusan Walikota atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya
atau sebagian, menolak atau menambah besarnya retribusi yang
terutang.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat
dan Walikota tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang
diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
BAB XX
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
- 26 -
Pasal 165
(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib retribusi dapat mengajukan
permohonan pengembalian kepada Walikota.
(2) Walikota dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak
diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah
dilampaui dan Walikota tidak memberikan suatu keputusan,
permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan
SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu)
bulan.
(4) Apabila wajib retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan
pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung
diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan
sejak diterbitkannya SKRDLB.
(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah
lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Walikota memberikan imbalan bunga
sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran
kelebihan retribusi.
Pasal 166
(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan
secara tertulis kepada Walikota dengan sekurang-kurangnya
menyebutkan :
a. nama dan alamat Wajib Retribusi;
b. masa retribusi;
c. besarnya kelebihan pembayaran; dan
d. alasan yang singkat dan jelas;
(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan
secara langsung atau melalui pos tercatat.
(3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos
tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Walikota.
Pasal 167
(1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan surat
perintah membayar kelebihan retribusi.
(2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan utang
retribusi lainnya, pembayaran dilakukan dengan cara pemindah bukuan
dan bukti pemindah bukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.
BAB XXI
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 168
(1) Walikota dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan
retribusi.
(2) Pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan wajib
retribusi antara lain untuk mengangsur.
(3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi
ditetapkan oleh Walikota.
BAB XXII
KEDALUARSA PENAGIHAN
Pasal 169
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa setelah
melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya
- 27 -
BAB XXIII
INSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal 171
(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan retribusi dapat diberi insentif
atas dasar pencapaian kinerja tertentu.
(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota dengan berpedoman
pada Peraturan Pemerintah.
BAB XXIV
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 172
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah
diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan
tindak pidana di Bidang Retribusi Daerah;
(2) Wewenang penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi
atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan
dengan tindak pidana Retribusi Daerah;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan
sehubungan dengan tindak pidana di Bidang Retribusi Daerah;
d. memeriksa buku - buku, catatan - catatan dan dokumen - dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana di Bidang Retribusi Daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan, dan dokumen - dokumen lain, serta melakukan penyitaan
terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
- 28 -
BAB XXV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 173
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga
merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3
(tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah
Retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar.
(2) Denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan penerimaan
Daerah.
BAB XXVI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 174
Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kota Sorong
Nomor 2 Tahun 2011 tentang Retribusi daerah dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
BAB XXVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 175
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Sorong.
Ditetapkan di Sorong
pada tanggal 2019
WALIKOTA SORONG,
LAMBERTUS JITMAU
Diundangkan di Sorong
pada tanggal 2019
SEKRETARIS DAERAH KOTA SORONG,
WELLY TIGTIGWERIA
LEMBARAN DAERAH KOTA SORONG TAHUN 2019 NOMOR
NOREG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG PROVINSI PAPUA BARAT:
(..../..../2019)
- 29 -
LAMPIRAN I
PERATURAN DAERAH KOTA SORONG
NOMOR TAHUN 2019
TANGGAL 2019
TENTANG RETRIBUSI DAERAH DI KOTA SORONG
2. Sosial:
a. peribadatan; Rp. 10,00,- /m3 /hari
b. lembaga pendidikan, lembaga Rp. 50,00,- /m3/ hari
sosial dan museum;
c. lembaga pendidikan dan/atau Rp. 100,00,- /m3 / hari
sosial dengan fasilitas
tempattinggal atau asrama;
d. lembaga pelayanan kesehatan:
1. lembaga pelayanan kesehatan Rp. 300,00,- /m3 /hari
dengan rawat inap;
2. lembaga pelayanan kesehatan Rp. 250,00,- /m3 /hari
tanpa fasilitas rawat inap.
3. Komersil:
a. bandara, terminal angkutan, dan Rp. 25,00,- /m3 /hari
sejenisnya;
b. bengkel kendaraan, dan sejenisnya; Rp. 25,00,- /m3 /hari
c. kafe dan sejenisnya; Rp. 50,00,- / m3 /hari
d. hotel dan sejenisnya; Rp. 125,00,- /m3 /hari
e. gedung industri, perkantoran, dan Rp. 50,00,- /m3 /hari
sejenisnya;
f. Tempat Pencucian:
1. tempat pencucian pakaian Rp.1.500,00,- /m3/hari
2. tempat pencucian kendaraan:
a. Roda 2 dan Roda 3 Rp. 500,00,-/m3/ hari
b. Roda 4 Rp.1.000,00,-/ m3/hari
c. Roda 6 keatas Rp.1.500,00,- /m3/hari
g. Tempat Makan:
1. restoran Rp. 50,00,- /m3 /hari
2. rumah makan Rp. 25,00,-/ m3 /hari
h. Tempat belanja:
1. pusat perbelanjaan Rp. 350,00,-/ m3/hari
2. pertokoan, Rp. 300,00,- / m3/ hari
WALIKOTA SORONG,
LAMBERTUS JITMAU
WELLY TIGTIGWERIA
- 41 -
LAMPIRAN II
PERATURAN DAERAH KOTA SORONG
NOMOR TAHUN 2019
TANGGAL 2019
TENTANG RETRIBUSI DAERAH DI KOTA SORONG
dan
sejenisnya
Vaksinasi 10.0000 10.0000 200.0000 20.0000 240.000
2. Tindakan Medis Non Operatif
a. Kucing 10.0000 15.0000 30.000 10.0000 65.000
b. Anjing 10.0000 20.0000 40.000 10.0000 80.000
besar
c. Anjing 10.0000 15.0000 30.000 10.0000 65.000
kecil
d. Kelinci, 10.0000 15.0000 30.000 10.0000 65.000
marmut,
dan
sejenisnya
Tindakan Medis Operatif Sederhana
a. Kucing 10.0000 15.0000 360.000 15.0000 400.000
b. Anjing 10.0000 20.000 555.000 15.0000 600.000
besar
c. Anjing kecil 10.0000 15.0000 360.000 15.0000 400.000
d. Kelinci, 10.0000 15.0000 260.000 15.0000 300.000
marmut,
dan
sejenisnya
Tindakan Operatif Sedang
a. Kucing 10.0000 30.000 545.000 15.0000 600.000
b. Anjing besar 10.0000 40.000 735.000 15.0000 800.000
c. Anjing kecil 10.0000 35.000 690.000 15.0000 750.000
d. Kelinci, 10.0000 30.000 495.000 15.0000 550.000
marmut, dan
sejenisnya
Tindakan Operatif Besar
a. Kucing 10.0000 100.000 690.000 50.000 850.000
b. Anjing besar 10.0000 250.000 890.000 50.000 1.200.000
c. Anjing kecil 10.0000 100.000 840.000 50.000 1.000.000
d. Kelinci, 10.0000 100.000 390.000 50.000 550.000
marmut, dan
sejenisnya
b. Tarif Ternak Kecil (Babi, Kambing, Domba)
No Jenis Biaya langsung (RP) Biaya Tarif
pelayanan tidak Retribusi
langsung (RP)
Kartu Bahan Obat Listrik,
status medis air, bbm
pasien habis (RP)
pakai
1 Diagnosis dan 10.0000 10.0000 20.000 20.000 60.000
tindakan terapi
kunjungan
2 Tindakan medis 10.0000 30.0000 50.000 20.000 10.000
Non Operatif
3 Tindakan medis 10.0000 120.000 250.000 20.000 400.000
Operatif
Sederhana
4 Tindakan medis 10.0000 180.000 390.000 20.000 600.000
Operatif Sedang
5 Tindakan medis 10.0000 220.000 600.000 20.000 850.000
Operatif Besar
c. Tarif Ternak Besar
No Jenis pelayanan Biaya langsung (RP) Biaya Tarif
tidak Retribusi
langsung (RP)
Kartu Bahan Obat Listrik,
status medis air, bbm
pasien habis (RP)
pakai
1 Diagnosis dan tindakan terapi
a. Ternak Besar 10.0000 10.0000 30.000 20.000 70.000
Dewasa
- 46 -
4 Tindakan medis
Operatif Sedang
a. Ternak Besar 10.0000 100.000 600.000 20.000 730.000
Dewasa
b. Ternak Besar 10.0000 100.000 550.000 20.000 680.000
Muda
5 Tindakan medis Operatif Besar
a. Ternak Besar 10.0000 150.000 800.000 20.000 980.000
Dewasa
b. Ternak Besar 10.0000 150.000 750.000 20.000 930.000
Muda
d. Tarif Ungas
No Jenis Biaya langsung (RP) Biaya Tarif
pelayanan Kartu Bahan Obat tidak Retribusi
status medis langsung (RP)
pasien habis Listrik,
pakai air, bbm
(RP)
1 Diagnosis dan 10.0000 5.000 10.000 5.000 30.000
tindakan terapi
2 Tindakan medis 10.0000 15.000 50.000 5.000 45.000
Non Operatif
3 Tindakan medis 10.0000 20.000 65.000 5.000 100.0000
Operatif
Sederhana
4 Tindakan medis 10.0000 40.000 145.000 5.000 200.000
Operatif Sedang
5 Tindakan medis 10.0000 80.000 205.000 5.000 300.000
Operatif Besar
e. Tarif USG (Ultrasonografi).
Pemeriksaan USG dan pembacaaan
1. Hewan Hobi Kecil : Anjing, Kucing, Kelinci, dll Rp. 50.000
2. Ternak Kecil : Kambing, Domba, Babi Rp. 50.000
3. Ternak Besar : Sapi, Kerbau Kuda Rp. 50.000
f. Tarif Atas Pemeriksaan Kesehatan Hewan Yang Akan Dikirim Keluar
Daerah Dan Keluar Negeri
a. Hewan Peliharaan
1) Hewan Besar : Kuda Rp. 20.000
2) Hewan Kecil : Anjing,Kucing, Kelinci, dll Rp. 50.000
3) Unggas : Burung, Ayam, dll Rp. 20.000
b. Hewan Ternak Untuk Konsumsi
1) Hewan Besar : Sapi, Kerbau Rp. 20.000
2) Hewan Kecil : Kambing, Domba, Babi Rp. 15.000
3) Unggas : Burung, Ayam, dll Rp. 5.000
c. Satwa Liar
Hewan Eksotis : Ular, Kura-kura, Kadal, dll Rp. 20.000
g. Tarif Inseminasi Buatan
a) Ternak Kecil : Kambing, Domba, Babi Rp. 200.000,-
b) Ternak Besar : Sapi, Kerbau, Kuda Rp. 250.000,-
- 47 -
4. RETRIBUSI TERMINAL
WALIKOTA SORONG,
LAMBERTUS JITMAU
SEKRETARIS DAERAH KOTA SORONG,
WELLY TIGTIGWERIA
- 53 -
- 54 -
LAMPIRAN III
PERATURAN DAERAH KOTA SORONG
NOMOR TAHUN 2019
TANGGAL 2019
TENTANG RETRIBUSI DAERAH DI KOTA SORONG
penerbitan, penjilidan,
reproduksi (fotostudio, fotocopy) Rp. 500.000/tahun
5) Sablon dan biro reklame Rp. 500.000/tahun
6) Vilkanisir Ban Rp. 500.000/tahun
7) Penjahit/konveksi Rp. 500.000/tahun
8) Las/bubut Rp. 2.000.000/tahun
9) Pasang gigi Rp. 200.000/tahun
10) Baber shop Rp. 500.000/tahun
11) Salon kecantikan Rp. 500.000/tahun
12) Kerajinan pandai emas/logam mulia Rp. 500.000/tahun
13) Kerajinan pandai besi Rp. 500.000/tahun
d. Ijin Industri dan jasa lainnya
1. Garam Non Yodium Rp. 200.000/tahun
2. Barang Bekas
(Botol Kosong, Kertas, Karton
Plastik Bekas) Rp. 500.000,-/Tahun
3. Besi/ Logam Bekas Rp. 1.000.000,-/Tahun
4. Rumah Knock Down Rp. 1.000.000,-/Tahun
e. Ijin sektor pertambangan
1. Retribusi Ijin Usaha Agen Minyak tanah Rp. 1.000.000,-/Tahun
2. Retribusi Ijin Usaha Pangkalan
BBG bersubsidi /BBM Industri Rp. 1.000.000,-/Tahun
3. Retribusi ijin Usaha pangkalan minyak tanah Rp. 200.000,-/Tahun
7. IZIN KEPELABUHANAN
a. Pemberian izin
1). Pembangunan Pelabuhan Khusus Rp. 7.000.000/ Perusahaan
2). Penggunaan Pelabuhan Khusus Rp. 7.000.000/ Perusahaan
3). Penggunaan Pelabuhan Khusus untuk pihah III Rp. 7.000.000/ Perusahaan
4). Pengoperasian Pelabuhan Khusus Rp. 7.000.000/ Perusahaan
5). Penetapan DLKR, DLKP Rp. 7.000.000/ berkas
6). Sewa Perairan, Daratan/daratan hasil reklamasi Rp. 7.000.000
a). Perairan Rp. 700/m2
b). Daratan/daratan hasil reklamasi Rp. 900/m2
7). Usaha Perusahaan Pelayaran (SIUPP) Rp. 4.000.000/berkas/paket
8). Operasi Perusahaan Pelayaran Rp. 4.000.000/berkas/paket
9). Usaha Perusahaan Rakyat (SIUPPER) Rp. 4.000.000/berkas/paket
10). Usaha Angkutan Laut Khusus Rp. 4.000.000/berkas/paket
11). Operasi Perusahaan Non Pelayaran Rp. 4.000.000/berkas/paket
12). Usaha Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) Rp. 4.000.000/berkas/paket
13). Usaha Perusahaan Bongkar Muat (PBM) Rp. 4.000.000/berkas/paket
14). Usaha Tally Rp. 4.000.000/berkas/paket
15). Usaha Jasa Pengurusan (JPT) Rp. 4.000.000/berkas/paket
16). Usaha Angkut Sungai dan danau Rp. 5.000.000/berkas/paket
17). Izin Jasa Usaha Rp. 5.000.000/berkas/paket
b. Peti Kemas
1). Pembangunan Depo Peti Kemas Rp. 4.000.000/m2
2). Pembanguan Fasilitas Depot Peti Kemas Rp. 4.000.000/m2
3). Operasi Depo Peti Kemas Rp. 4.000.000
c. Reklamasi Rp. 4.500.000/m2
d. Pengerukan Rp. 4.500.000/m2
- 57 -
WALIKOTA SORONG,
LAMBERTUS JITMAU
SEKRETARIS DAERAH KOTA SORONG,
WELLY TIGTIGWERIA
- 58 -
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA SORONG
NOMOR TAHUN 2019
TENTANG
RETRIBUSI DAERAH DI KOTA SORONG
I. UMUM
Dalam rangka untuk mendukung penyelenggaraan Pemerintahan
Kota Sorong maka perlu peningkatan pendapatan asli daerah yang
berlandaskan kewajaran dan rasa keadilan di masyarakat. Untuk
mewujutkan hal tersebut maka diperlukan manajemen regulasi daerah
terkait retribusi daerah yang berlandaskan kepada Undang-undang
Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah Jo. Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagai
dasar menentukan kewenanan yang dimiliki Kota Sorong khusus dalam
penentuan kewenangan retribusi daerah.
Untuk itu diperlukan kajian guna penetuan kewenangan dan
potensi daerah dalam peningkatan Pendapatan asli daerah kota sorong.
Oleh sebab itu, Pemerintah Kota Sorong bersama DPRD Kota
Sorong perlu memutuskan objek dan tarif retibusi Jasa usaha,
retribusi jasa Umum dan reribusi Perijinan tertentu sebagai dasar
penarikan/pungutan.
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
- 59 -
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup Jelas.
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup jelas
Pasal 37
Cukup jelas
Pasal 38
Cukup jelas
Pasal 39
Cukup jelas
Pasal 40
Cukup Jelas
Pasal 41
Cukup Jelas
Pasal 42
Cukup jelas
Pasal 43
Cukup jelas
Pasal 44
Cukup jelas
Pasal 45
Cukup jelas
- 60 -
Pasal 46
Cukup Jelas
Pasal 47
Cukup Jelas
Pasal 48
Cukup jelas
Pasal 49
Cukup Jelas
Pasal 50
Cukup jelas
Pasal 51
Cukup jelas
Pasal 52
Cukup jelas
Pasal 53
Cukup jelas
Pasal 54
Cukup Jelas
Pasal 55
Cukup Jelas
Pasal 56
Cukup Jelas
Pasal 57
Cukup Jelas
Pasal 58
Cukup Jelas
Pasal 59
Cukup Jelas
Pasal 60
Cukup Jelas
Pasal 61
Cukup Jelas
Pasal 62
Cukup Jelas
Pasal 63
Cukup Jelas
Pasal 64
Cukup Jelas
Pasal 65
Cukup Jelas
Pasal 66
Cukup Jelas
Pasal 67
Cukup Jelas
Pasal 68
Cukup Jelas
Pasal 69
Cukup Jelas
Pasal 70
Cukup Jelas
Pasal 71
Cukup Jelas
Pasal 72
Cukup Jelas
Pasal 73
Cukup Jelas
Pasal 74
Cukup Jelas
- 61 -
Pasal 75
Cukup Jelas
Pasal 76
Cukup Jelas
Pasal 77
Cukup Jelas
Pasal 78
Cukup Jelas
Pasal 79
Cukup Jelas
Pasal 80
Cukup Jelas
Pasal 81
Cukup Jelas
Pasal 82
Cukup Jelas
Pasal 83
Cukup Jelas
Pasal 84
Cukup Jelas
Pasal 86
Cukup Jelas
Pasal 87
Cukup Jelas
Pasal 88
Cukup Jelas
Pasal 89
Cukup Jelas
Pasal 90
Cukup Jelas
Pasal 91
Cukup Jelas
Pasal 92
Cukup Jelas
Pasal 93
Cukup Jelas
Pasal 95
Cukup Jelas
Pasal 96
Cukup Jelas
Pasal 97
Cukup Jelas
Pasal 98
Cukup Jelas
Pasal 99
Cukup Jelas
Pasal 100
Cukup Jelas
Pasal 101
Cukup Jelas
Pasal 102
Cukup Jelas
Pasal 103
Cukup Jelas
Pasal 104
Cukup Jelas
Pasal 105
Cukup Jelas
- 62 -
Pasal 106
Cukup Jelas
Pasal 107
Cukup Jelas
Pasal 108
Cukup Jelas
Pasal 109
Cukup Jelas
Pasal 110
Cukup Jelas
Pasal 111
Cukup Jelas
Pasal 112
Cukup Jelas
Pasal 113
Cukup Jelas
Pasal 114
Cukup Jelas
Pasal 115
Cukup Jelas
Pasal 116
Cukup Jelas
Pasal 117
Cukup Jelas
Pasal 118
Cukup Jelas
Pasal 119
Cukup Jelas
Pasal 120
Cukup Jelas
Pasal 121
Cukup Jelas
Pasal 122
Cukup Jelas
Pasal 123
Cukup Jelas
Pasal 124
Cukup Jelas
Pasal 125
Cukup Jelas
Pasal 126
Cukup Jelas
Pasal 127
Cukup Jelas
Pasal 128
Cukup Jelas
Pasal 129
Cukup Jelas
Pasal 130
Cukup Jelas
Pasal 131
Cukup Jelas
Pasal 132
Cukup Jelas
Pasal 133
Cukup Jelas
Pasal 134
Cukup Jelas
- 63 -
Pasal 135
Cukup Jelas
Pasal 136
Cukup Jelas
Pasal 137
Cukup Jelas
Pasal 138
Cukup Jelas
Pasal 139
Cukup Jelas
Pasal 140
Cukup Jelas
Pasal 141
Cukup Jelas
Pasal 142
Cukup Jelas
Pasal 143
Cukup Jelas
Pasal 144
Cukup Jelas
Pasal 145
Cukup Jelas
Pasal 146
Cukup Jelas
Pasal 147
Cukup Jelas
Pasal 148
Cukup Jelas
Pasal 149
Cukup Jelas
Pasal 150
Cukup Jelas
Pasal 151
Cukup Jelas
Pasal 152
Cukup Jelas
Pasal 153
Cukup Jelas
Pasal 154
Cukup Jelas
Pasal 155
Cukup Jelas
Pasal 156
Cukup Jelas
Pasal 157
Cukup Jelas
Pasal 158
Cukup Jelas
Pasal 159
Cukup Jelas
Pasal 160
Cukup Jelas
Pasal 161
Cukup Jelas
Pasal 162
Cukup Jelas
Pasal 163
Cukup Jelas
- 64 -
Pasal 164
Cukup Jelas
Pasal 165
Cukup Jelas
Pasal 166
Cukup Jelas
Pasal 167
Cukup Jelas
Pasal 168
Cukup Jelas
Pasal 169
Cukup Jelas
Pasal 170
Cukup Jelas
Pasal 171
Cukup Jelas
Pasal 172
Cukup Jelas
Pasal 173
Cukup Jelas
Pasal 174
Cukup Jelas
Pasal 175
Cukup Jelas