PROVINSI MALUKU
TENTANG
BUPATI BURU,
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pasal 2
Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah terdiri atas:
a. PBB-P2
b. BPHTB
c. PBJT
d. Pajak Reklame
e. PAT;
f. Pajak MBLB;
g. Pajak Sarang Burung Walet;
h. Opsen PKB; dan
i. Opsen BBNKB
Pasal 3
(1) Jenis Pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 huruf a, huruf d,
huruf e, huruf h, dan huruf i merupakan jenis pajak yang dipungut
berdasarkan penetapan Kepala Daerah.
(2) Jenis Pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 huruf b, huruf c,
huruf f, dan huruf g, merupakan jenis pajak yang dipungut
berdasarkan perhitungan sendiri oleh Wajib Pajak.
(3) Dokumen yang digunakan sebagai dasar pemungutan jenis Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain adalah surat
Ketetapan pajak daerah dan surat pemberitahuan pajak terutang.
(4) Dokumen yang digunakan sebagai dasar pemungutan jenis Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) antara lain adalah surat
pemberitahuan pajak daerah.
(5) Dokumen surat pemberitahuan pajak daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) wajib diisi dengan benar dan lengkap serta disampaikan
oleh Wajib Pajak kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 4
(1) Pemerintah Daerah dilarang memungut pajak selain jenis pajak
sebagimana dimaksud dalam pasal 2
(2) Jenis Pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 dapat tidak
dipungut, dalam hal :
a. Potensinya kurang memadai; dan / atau
b. Pemerintah Daerah menetapkan kebijakan untuk tidak
memungut.
Bagian Kedua
PBB – P2
Paragraf 1
Objek, Subjek dan Wajib Pajak
Pasal 5
Dengan nama Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
dipungut pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai,
dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan
yang digunakan untuk kegiatanusaha perkebunan, perhutanan, dan
pertambangan.
Pasal 6
(1) Objek Pajak Bumi dan Bangunan adalah Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkolaan adalah Bumi dan/atau Bangunan yang
dimiliki, dikuasai dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau
Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha
perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
(2) Bumi sebagaimana dimaksud sebagai ayat (1) termasuk permukaan
bumi hasil kegiatan reklamasi atau pengurukan.
(3) Termasuk dalam pengertian Bangunan adalah:
a. jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan
seperti hotel, pabrik dan emplasemennya, yang merupakan suatu
kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut;
b. jalan tol;
c. kolam renang;
d. pagar mewah;
e. tempat olahrage;
f. galangan kapal, dermaga;
g. taman mewah;
h. tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak,
dan
i. mеnага.
(4) Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah
objek pajak yang :
a. digunakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan;
b. digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di
bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan
nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh
keuntungan;
c. digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang
sejenis dengan itu;
d. merupakan hutan lindung hutan suaka alam,hutan wisata,
taman nasional, tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa,
dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak;
e. digunakan oleh perwakilan diplomatik dan kosnsulat
berdasarkan asas perlakuan timbal balik;
f. digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional
yang ditetapkan dengan peraturan Menteri
g. digunakan untuk jalur kereta api, moda raya terpadu (Mess rapid
Transit), Lintas Raya Terpadu (Light Rail Transit) atau yang
sejenis; Bumi dan / atau bangunan tempat tinggal lainnya
berdasarkan NJOP tertentu yang ditetapkan oleh Kepala Daerah;
h. Bumi dan/atau Bangunan yang dipungut pajak bumi dan
bangunan oleh Pemerintah Pusat.
Pasal 7
Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang
pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi
dan/atau memperoleh manfaat alas Bumi, dan/atau memiliki, menguasai,
dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan.
Pasal 8
Wajib Pajak Bumi dan Bangunan adalah orang pribadi atau Badan yang
secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh
manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh
manfaat atas Bangunan.
Paragraf 2
Dasar Pengenaan Tarif dan Cara Penghitungan Pajak
Pasal 9
(1) Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah NJOP
(2) NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan
proses penilaian PBB-P2
(3) Besarnya NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setiap
3 (tiga) tahun, kecuali untuk objek pajak tertentu dapat ditetapkan
setiap tahun sesuai dengan perkembangan wilayahnya.
(4) Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan sebesar
Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak.
(5) Dalam hal Wajib Pajak memiliki atau menguasai lebih dari satu objek
PBB-P2 di satu wilayah kabupaten/ kota, NJOP tidak kena pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya diberikan atas salah satu
objek PBB-P2 untuk setiap Tahun Pajak.
(6) Penetapan Wajib Pajak Baru diterbitkan berdasarkan Bukti
kepemilikan (Sertifikat/Akta Jual Beli/Surat Jual Beli)
(7) Penetapan besarnya NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan oleh Bupati
Pasal 10
(1) Tarif PBB-P2 ditetapkan sebagai berikut:
a. Untuk NJOP sampai dengan Rp.1.000.000.001,- (satu milyar satu
rupiah) ditetapkan sebesar 0,165% (nol koma seratus enam puluh
lima persen) per tahun;
b. Untuk NJOP lebih dari Rp.1.000.000.001,- (satu milyar satu
rupiah) ditetapkan sebesar 0,2% (nol koma dua persen) per
tahun;
(2) Dalam hal objek pajak berupa lahan produksi pangan, Perikanan
Darat dan ternak ditetapkan sebagai berikut:
a. Untuk NJOP sampai dengan Rp.1.000.000.001,- (satu milyar satu
rupiah) ditetapkan sebesar 0,165% (nol koma seratus enam puluh
lima persen) per tahun;
b. Untuk NJOP lebih dari Rp.1.000.000.001,- (satu milyar satu
rupiah) ditetapkan sebesar 0,2% (nol koma dua persen) per
tahun;
(3) Dalam hal pemanfaatan bumi dan/atau bangunan yang menimbulkan
gangguan terhadap lingkungan, kecuali kawasan tanah produktif
yang dikuasai oleh masyarakat yang masih digunakan untuk kegiatan
usaha pertanian, maka dikenakan tambahan tarif sebesar 50 % (lima
puluh persen) dari tarif Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1);
Pasal 11
Besaran pokok Pajak Bumi dan Bangunan yang terutang dihitung dengan
cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dengan
dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
setelah dikurangi Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak sebagaimana di
maksud dalam Pasal 6 ayat (5).
Paragraf 3
Wilayah Pemungutan
Pasal 12
Letak obyek pajak Bumi dan Bangunan sebagai pajak terutang adalah di
wilayah daerah Kabupaten Buru
Paragraf 4
Masa Pajak dan saat Terutang
Pasal 13
(1) Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender
(2) Saat yang menentukan pajak terutang adalah menurut keadaan objek
pajak pada tanggal 1 Januari.
(3) Masa pajak dimulai tanggal 1 Januari dan berakhir 31 Desember pada
tahun berkenaan.
(4) Tempat PBB-P2 yang terutang adalah di wilayah Daerah yang meliputi
letak objek PBB-P2.
Pasal 14
Saat Pajak yang terutang dalam masa pajak terjadi sejak diberikan SPPT
dan/atau SKPD.
Paragraf 5
Pendataan dan Penetapan Pajak
Pasal 15
(1) Pendataan dilakukan dengan menggunakan SPOP.
(2) SPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas,
benar, dan lengkap serta ditandatangani dan disampaikan kepada
Kepala Daerah, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah
tanggal diterimanya SPOP oleh Subjek Pajak.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendataan dan pelaporan
Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Kepala Daerah.
Pasal 16
(1) Berdasarkan SPOP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1),
Kepala Daerah menerbitkan SPPT.
(2) Jenis pajak bumi dan bangunan Perdesaan dan Perkotaan
berdasarkan penetapan Bupati dipungut dengan menggunakan SKPD.
(3) Kepala Daerah dapat mengeluarkan SKPD dalam hal-hal sebagai
berikut:
a. apabila SPOP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) tidak
disampaikan dan setelah Wajib Pajakditegur secara tertulis oleh
Kepala Daerah sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;
b. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain
temyata jumlah pajak yang terutang lebih besar dari jumlah pajak
yang dihitung berdasarkan SPOP yang disampaikan oleh Wajib
Pajak.
(4) Dalam hal atas objek pajak yang belum jelas diketahui keberadaan
wajib pajaknya selama 5 (lima) tahun sejak diterbitkannnya SPPT,
Kepala Daerah dapat menonaktifkan nomor objek pajak;
(5) Objek pajak yang telah dinonaktifkan dapat diaktifkan kembali dan
diterbitkan SPPT sejak tahun pajak dinonaktifkan atau sejak wajib
pajak memiliki, mennguasai, dan/ atau memanfaatkan objek pajak
tersebut
(6) Dalam hal penerbitan SPPT sebagaimana dimaksud pada ayat 5,
dengan disertai sanksi administrasi berupa denda sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
Bagian Ketiga
BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN (BPHTB)
Paragraf 1
Objek, Subjek dan Wajib Pajak
Pasal 17
(1) Dengan nama Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dipungut
pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.
(2) Objek BPHTB adalah Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
(3) Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Pemindahan hak karena
1. jual beli;
2. tukar menukar;
3. hibah;
4. hibah wasiat;
5. waris;
6. pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lain;
7. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan;
8. penunjukan pembeli dalam lelang;
9. pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum
tetap;
10. penggabungan usaha;
11. peleburan usaha;
12. pemekaran usaha, atau
13. hadiah.
b. Pemberian hak baru karena:
1. kelanjutan pelepasan hak, atau
2. di luar pelepasan hak.
(4) Hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. hak milik;
b. hak guna usaha;
c. hak guna bangunan;
d. hak pakai;
e. hak milik atas satuan rumah susun, dan
f. hak pengelolaan
(5) Objek BPHTB yang tidak dikenakan pajak adalah objek pajak yang
diperoleh:
a. perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan
timbal balik;
b. untuk kantor pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara
negara dan lembaga negara lainnya yang dicatat sebagai barang
milik negara atau barang milik daerah;
c. negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan/atau untuk
pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum;
d. badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan
dengan Peraturan Menteri Keuangan dengan syarat tidak
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan lain di luar fungsi
dan tugas badan atau perwakilan organisasi tersebut;
e. orang pribadi atau Badan karena konversi hak atau karena
perbuatan hukum lain dengan tidak adanya perubahan nama;
f. orang pribadi atau Badan karena wakaf dan
g. orang pribadi atau Badan yang digunakan untuk kepentingan
ibadah.
h. Untuk masyarakat berpenghasilan rendah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
Pasal 18
(1) Subjek pajak adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh Hak
atas Tanah dan/atau Bangunan.
(2) Wajib pajak adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh Hak
atas Tanah dan/atau Bangunan
Paragraf 2
Dasar Pengenaan Tarif dan Cara Penghitungan
Pasal 19
(1) Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Perolehan Objek Pajak
(2) Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dalam hal:
a. jual beli adalah harga transaksi;
b. tukar menukar adalah nilai pasar;
c. hibah adalah nilai pasar;
d. hibah wasiat adalah nilai pasar;
e. waris adalah nilai pasar;
f. pemasukan dalam peseroan atau badan hukum lainnya adalah
nilai pasar;
g. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah nilai
pasar;
h. peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang
mempunyai kekuatan hukum tetap adalah nilai pasar;
i. pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari
pelepasan hak adalah nilai pasar;
j. pemberian hak baru atas tanah di luar pelepasan hak adalah
nilai pasar;
k. penggabungan usaha adalah nilai pasar;
l. peleburan usaha adalah nilai pasar;
m. pemekaran usaha adalah nilai pasar;
n. hadiah adalah nilai pasar, dan/atau penunjukan pembeli dalam
lelang adalah harga transaksi yang tercantum dalam risalah
lelang
(3) Jika Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a sampai dengan huruf n tidak diketahui atau lebih rendah
dari pada NJOP yang digunakan dalam pengenaan Pajak Bumi dan
Bangunan pada tahun terjadinya perolehan, dasar pengenaan yang
dipakai adalah NJOP Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun
terjadinya perolehan atau pengakuan apabila tidak disertai alat bukti
perolehan yang sah
(4) Nilai Pasar adalah nilai harga pasar wajar untuk tanah dan/atau
bangunan.
(5) Nilai Pasar sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) juga termasuk
perhitungan Nilai Tanah berdasarkan Zona Nilai Tanah.
(6) Jika Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a sampai dengan huruf n lebih kecil dari Zona Nilai Tanah
(ZNT), dasar pengenaan pajak BPHTB yang dipakai adalah ZNT.
(7) Jika Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a sampai dengan huruf n lebih kecil dari Zona Nilai Tanah
(ZNT) dan harga pasar, dasar pengenaan pajak BPHTB yang dipakai
adalah nilai tertinggi.
(8) Dalam hal NJOP Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) belum ditetapkan pada saat terutangnya BPHTB, NJOP
Pajak Bumi dan Bangunan dapat didasarkan pada ZNT yang
ditetapkan.
(9) Surat Keterangan NJOP Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) adalah bersifat sementara.
(10) Surat Keterangan NJOP Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dapat diperoleh di Kantor Pelayanan Pajak
atau instansi yang berwenang di kabupaten/kota yang bersangkutan
(11) Besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan
sebesar Rp.80.000.000,00 (delapan puluh juta rupiah) untuk setiap
Wajib Pajak.
(12) Besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak untuk
perolehan hak karena waris atau hibah wasiat yang diterima orang
pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah
dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami/istri, ditetapkan
sebesar Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
Pasal 20
Tarif BPHTB ditetapkan sebesar 5% (lima persen).
Pasal 21
(1) Besaran pokok BPHTB yang terutang dihitung dengan cara mengalikan
tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dengan dasar pengenaan
pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) setelah
dikurangi Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (9) atau ayat (10).
(2) Dalam hal NPOP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) tidak
diketahui atau lebih rendah dari pada NJOP yang digunakan dalam
pengenaan PBB pada tahun terjadinya perolehan, besaran pokok
BPHTB yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dengan NJOP PBB P2 setelah
dikurangi NPOPTKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (9)
atau ayat (10).
Paragraf 3
Wilayah Pemungutan
Pasal 22
BPHTB yang terutang dipungut di wilayah Kabupaten Buru.
Paragraf 4
Saat Pajak Terutang
Pasal 23
(1) Saat terutangnya BPHTB ditetapkan untuk:
a. jual beli adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya
Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB);
b. tukar-menukar adalah sejak tanggal dibuat dan
ditandatanganinya akta;
c. hibah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;
d. hibah wasiat adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya
akta;
e. Waris adalah sejak tanggal yang bersangkutan mandaftarkan
peralihan haknya ke kantor bidang pertanahan;
f. pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah
sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;
g. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah sejak
tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;
h. putusan hakim adalah sejak tanggal putusan pangadilan yang
mempunyai kekuatan hukum yang tetap;
i. pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari
pelepasan hak adalah sejak tanggal diterbitkannya surat
keputusan pemberian hak;
j. pemberian hak baru di luar pelepasan hak adalah sejak tanggal
diterbitkannya surat keputusan pemberian hak;
k. penggabungan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan
ditandatanganinya akta;
l. pelaburan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan
ditandatanganinya akta;
m. pemekaran usaha adalah sejak tanggal dibuat dan
ditandatanganinya akta;
n. hadiah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;
dan
o. lelang adalah sejak tanggal penunjukkan pemenang lelang.
(2) BPHTB yang terutang harus dilunasi pada saat terjadinya perolehan
hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Paragraf 5
Ketentuan Bagi Pejabat
Pasal 24
(1) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris hanya dapat menandatangani
akta pemindahan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan setelah Wajib
Pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak berupa SSPD.
(2) Kepala kantor yang membidangi pelayanan lelang negara hanya dapat
menandatangani risalah lelang Perolehan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan setelah Wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak
berupa SSPD.
(3) Kepala Kantor bidang pertanahan hanya dapat melakukan pendaftaran
Hak atas Tanah atau pendaftaran peralihan Hak atas Tanah setelah
Wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak berupa SSPD.
Pasal 25
(1) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan kepala kantor yang
membidangi pelayanan lelang Negara melaporkan pembuatan akta
atau risalah lelang Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
kepada Kepala Daerah paling lambat pada tanggal 10 (sepuluh) bulan
berikutnya.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan bagi pejabat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Kepala
Daerah.
Pasal 26
(1) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan kepala Kantor yang
membidangi pelayanan Ielang negara, yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) dan ayat (2) dikenakan
sanksi administratif berupa denda sebesar Rp. 7.500.000,00 (tujuh
juta lima ratus ribu rupiah) untuk setiap pelanggaran.
(2) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan kepala kantor yang
membidang Pelayanan lelang negara, yang melanggar ketentuan
sebagaimana dirnaksud dalam Pasal 25 ayat (1) dikenakan sanksi
administratif berupa denda sebesar Rp. 250.000,00 (dua ratus lima
puluh ribu rupiah) untuk setiap laporan.
(3) Kepala kantor bidang pertanahan yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3) dikenakan sanksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Bagian Keempat
PAJAK BARANG DAN JASA TERTENTU (PBJT)
Paragraf I
Objek dan Subjek Pajak
Pasal 27
Objek PBJT merupakan penjualan, penyerahan, dan/atau konsumsi
barang dan jasa tertentu yang meliputi:
a. Makanan dan/ atau Minuman;
b. Tenaga Listrik;
c. Jasa Perhotelan;
d. Jasa Parkir; dan
e. Jasa Kesenian dan Hiburan.
Pasal 28
(1) Penjualan dan/atau penyerahan Makanan dan/atau Minuman
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf a meliputi Makanan
dan/atau Minuman yang disediakan oleh:
a. Restoran yang paling sedikit menyediakan layanan penyajian
b. Makanan dan/atau Minuman berupa meja, kursi, dan/atau
peralatan makan dan minum;
c. penyedia jasa boga atau katering yang melakukan:
1. proses penyediaan bahan baku dan bahan setengah jadi,
pembuatan, penyimpanan, serta penyajian berdasarkan
pesanan;
2. penyajian di lokasi yang diinginkan oleh pemesan dan berbeda
dengan lokasi dimana proses pembuatan dan penyimpanan
dilakukan; dan
3. penyajian dilakukan dengan atau tanpa peralatan dan
petugasnya.
(2) Yang dikecualikan dari objek PBJT sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah penjualan dan/atau penyerahan Makanan dan/atau
Minuman:
a. Yang nilai omzet tidak melebihi Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah)
setiap bulan
b. dilakukan oleh toko swalayan dan sejenisnya yang tidak semata-
mata menjual Makanan dan/atau Minuman;
c. dilakukan oleh pabrik Makanan dan/atau Minuman; atau
d. disediakan oleh penyedia fasilitas yang kegiatan usaha utamanya
menyediakan pelayanan jasa menunggu pesawat (lounge\ pada
bandar udara.
Pasal 29
(2) Konsumsi Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
huruf b adalah penggunaan Tenaga Listrik oleh pengguna akhir.
(3) Yang dikecualikan dari konsumsi Tenaga Listrik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. konsumsi Tenaga Listrik oleh instansi pemerintah, Pemerintah
Daerah dan penyelenggara negara lainnya;
b. konsumsi Tenaga Listrik pada tempat yang digunakan oleh
kedutaan, konsulat, dan perwakilan asing berdasarkan asas
timbal balik;
c. konsumsi Tenaga Listrik pada rumah ibadah, panti jompo, panti
asuhan, dan panti sosial lainnya yang sejenis
d. konsumsi Tenaga Listrik yang dihasilkan sendiri dengan
kapasitas tertentu yang tidak memerlukan izin dai instansi teknis
terkait; dan
e. konsumsi Tenaga Listrik yang dihasilkan sendiri dan digunakan
untuk kepentingan sendiri dengan kapasitas maksimal 900 kva
dan/atau sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pasal 30
(1) Jasa Perhotelan sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 huruf c
meliputi jasa penyediaan akomodasi dan fasilitas penunjangnya, serta
penyewaan ruang rapat/pertemuan pada penyedia jasa perhotelan
seperti:
a. hotel;
b. hostel;
c. vila;
d. pondok wisata;
e. motel;
f. losmen;
g. wisma pariwisata;
h. pesanggrahan;
i. rumah penginapan/guesthouse/bungalo/resort/kos-kosan;
j. cottage;
k. tempat tinggal pribadi yang difungsikan sebagai hotel;dan
l. glamping.
Pasal 31
(1) Jasa Parkir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf d meliputi:
a. penyediaan atau penyelenggaraan tempat parkir; dan/atau
b. pelayanan memarkirkan kendaraan (parkir valet).
(2) Yang dikecualikan dari jasa penyediaan tempat parkir sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. asa tempat parkir yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan
Pemerintah Daerah;
b. jasa tempat parkir yang diselenggarakan oleh perkantoran yang
hanya digunakan untuk karyawannya sendiri;
c. jasa tempat parkir yang diselenggarakan oleh kedutaan, konsulat,
dan perwakilan negara asing dengan asas timbal balik; dan
d. jasa tempat parkir lainnya yang diatur dengan Peraturan kepala
Daerah.
Pasal 32
(1) Jasa Kesenian dan Hiburan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
huruf e meliputi:
a. tontonan film atau bentuk tontonan audio visual lainnya yang
dipertontonkan secara langsung di suatu lokasi tertentu;
b. pergelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana;
c. kontes kecantikan;
d. kontes binaraga;
e. pameran;
f. pertunjukan sirkus, akrobat, dan sulap;
g. pacuan kuda dan perlombaan kendaraan bermotor;
h. permainan ketangkasan;
i. olahraga permainan dengan menggunakan tempat/ruang
dan/atau peralatan dan perlengkapan untuk olahraga dan
kebugaran;
j. rekreasi wahana air, wahana ekologi, wahana pendidikan, wahana
budaya, wahana salju, wahana permainan, pemancingan,
agrowisata, dan kebun binatang;
k. panti pijat dan pijat refleksi; dan
l. diskotek, karaoke, kelab malam, bar, dan mandi uap/spa
(2) Yang dikecualikan dari Jasa Kesenian dan Hiburan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah Jasa Kesenian dan Hiburan yang
semata-mata untuk:
a. promosi budaya tradisional dengan tidak dipungut bayaran;
b. kegiatan layanan masyarakat dengan tidak dipungut bayaran;
dan/atau
c. bentuk kesenian dan hiburan lainnya yang dilaksanakan oleh
Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah yang
tidak dipungut bayaran
Pasal 33
(1) Subjek Pajak PBJT adalah konsumen barang dan jasa tertentu.
(2) Wajib Pajak PBJT adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan
penjualan, penyerahan, dan/ atau konsumsi barang dan jasa tertentu.
Paragraf 2
Dasar Pengenaan, Tarif, dan Cara penghitungan Pajak
Pasal 34
(1) Dasar Pengenaan PBJT Penjualan dan/atau penyerahan Makanan
dan/atau Minuman dipungut atas setiap pelayanan yang disediakan
dengan pembayaran atas Penjualan dan/atau penyerahan Makanan
dan/atau Minuman .
(2) Dasar Pengenaan PBJT Konsumsi Tenaga Listrik adalah Nilai jual
tenaga listrik
(3) Nilai jual tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan Nilai jual tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) ditetapkan:
a. dalam hal tenaga listrik berasal dari sumber lain dengan
pembayaran, nilai jual tenaga listrik adalah jumlah tagihan biaya
beban/tetap ditambah dengan biaya pemakainan kwh/variable
yang ditagihkan dalam rekening listrik
b. dalam hal tenaga listrik dihasilkan sendiri, nilai jual tenaga listrik
dihitung berdasarkan kapasitas tersedia, tingkat penggunanaan
listrik, jangka waktu pemakain listrik, dan harga satuan listrik
yang berlaku di kabupaten Buru
(4) Dasar Pengenaan PBJT Jasa Perhotelan adalah jumlah pembayaran
atau yang seharusnya dibayar kepada penyedia jasa perhotelan
(5) Dasar Pengenaan PBJT Jasa Parkir adalah jumlah pembayaran atau
yang seharusnya dibayar kepada penyelenggara jasa parkir
(6) jumlah yang seharusnya dibayar sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
termasuk potongan harga parkir dan parkir cuma – cuma yang
diberikan kepada penerima jasa parkir.
(7) Dasar pengenaan PBJT Jasa Kesenian dan Hiburan adalah jumlah
uang yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh
penyelenggaran jasa kesenian dan hiburan.
(8) jumlah uang yang seharusnya diterima sebagaimana dimaksud pada
ayat (7) termasuk potongan harga jasa kesenian dan hiburan serta
tiket cuma – cuma yang diberikan kepada penerima jasa kesenian dan
hiburan
Pasal 35
(1) Tarif PBJT dari Penjualan dan/atau penyerahan Makanan dan/atau
Minuman ditetapkan 10% (sepuluh persen)
(2) Tarif PBJT dari Konsumsi Tenaga Listrik ditetapkan:
a. konsumsi tenaga listrik dari sumber lain oleh insdustri,
pertambangan minyak bumi dan gas alam ditetapkan sebesar 3%
(tiga persen)
b. konsumsi tenaga listrik dari sumber selain yang diatur pada ayat
(a) tarif PBJT tenaga listrik ditetapkan sebesar 10% (sepuluh
persen)
c. konsumsi tenaga listrik yang dihasilkan sendiri ditetapkan 1,5 %
(satu koma lima persen)
(3) Tarif PBJT dari Jasa Perhotelan ditetapkan sebesar 10% (sepuluh
persen)
(4) Tarif PBJT dari Jasa parkir ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen)
(5) Tarif PBJT dari jasa kesenian dan hiburan ditetapkan:
a. tontonan film atau bentuk tontonan audio visual lainnya yang
dipertontonkan secara langsung di suatu lokasi tertentu 5%
(lima persen)
b. pergelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana:
(1) pagelaran kesenian tradisional 5% (lima persen)
(2) pagelaran kesenian modern 5% (lima persen)
(3) musik 5% (lima persen)
(4) busana 5% (lima persen)
c. kontes kecantikan 5% (sepuluh persen); / semua 5 %
d. kontes binaraga 5% (lima persen) ;
e. pameran 5% (lima persen);
f. pertunjukan sirkus, akrobat, dan sulap 5% (lima persen);
g. pacuan kuda dan perlombaan kendaraan bermotor 5% (lima
persen);
h. permainan ketangkasan 5% (lima persen);
i. olahraga permainan dengan menggunakan tempat/ruang
dan/atau peralatan dan perlengkapan untuk olahraga dan
kebugaran 5% (lima persen);
j. rekreasi wahana air, wahana ekologi, wahana pendidikan,
wahana budaya, wahana salju, wahana permainan,
pemancingan, agrowisata, dan kebun binatang 5% (lima persen);
k. panti pijat dan pijat refleksi 5% (lima persen);
l. diskotek, karaoke, kelab malam, bar 40% (empat puluh persen)
m. mandi uap/spa 40% (empat puluh persen).
Pasal 36
(1) Besaran pokok PBJT yang terutang dihitung dengan cara mengalikan
dasar pengenaan PBJT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dengan
tarif PBJT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35
(2) PBJT yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat penjualan,
penyerahan, dan/ atau konsumsi barang dan jasa tertentu dilakukan.
(3) Saat terutangnya PBJT dihitung sejak saat
pembayaran/penyerahan/konsumsi barang dan jasa tertentu
dilakukan.
Pasal 37
Masa PBJT adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender
Pasal 38
PBJT yang terutang dalam masa pajak terjadi pada saat pembayaran
kepada penyedia jasa atau saat diterbikan SPTPD.
Bagian Kelima
PAJAK REKLAME
Paragraf 1
Objek dan subjek pajak
Pasal 39
(1) Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan Reklame.
(2) Objek Pajak Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Reklame papan/billboard/ uideotron/ megatron;
b. Reklame kain;
c. Reklame melekat/stiker;
d. Reklame selebaran;
e. Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan;
f. Reklame udara;
g. Reklame apung;
h. Reklame filrn/ slide; dan,
i. Reklame peragaan
(3) Yang dikecualikan dari objek Pajak Reklame adalah:
a. Penyelenggaraan reklame melalui internet, televise, radio, warta
harian, warta mingguan, warta bulanan dan sejenisnya;
b. Label atau merek produk yang melekat pada barang yang
diperdagangkan, yang berfungsi untuk menbedakan dari produk
sejenisnya;
c. nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada
bangunan dan/atau di dalam area tempat usaha atau profesi
yang jenis, ukuran, bentuk, dan bahan Reklamenya diatur dalam
Perkada dengan berpedoman pada ketentuan yang mengatur
tentang nama pengenal usaha atau profesi tersebut;
d. Reklame yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah
Provinsi dan/atau Pemerintah Daerah;
e. Reklame yang diselenggarakan dalam rangka kegiatan politik,
sosial, dan keagamaan yang tidak disertai dengan iklan komersial
Pasal 40
(1) Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan yang
menggunakan Reklame.
(2) Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan yang
menyelenggarakan Reklame.
(3) Dalam hal reklame diselenggarakan sendiri secara langsung oleh orang
pribadi atau Badan, wajib pajak reklame adalah orang pribadi atau
badan tersebut
(4) Dalam hal reklame diselenggarakan melalui pihak ketiga, pihak ketiga
tersebut menjadi wajib pajak reklame
Paragraf 2
Dasar peneganaan, Tarif dan cara Penghitungan Pajak
Pasal 41
(1) Dasar Pengenaan Pajak Reklame adalah nilai sewa Reklame.
(2) Dalam hal Reklame diselenggarakan oleh pihak ketiga, nilai sewa
Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan
nilai kontrak Reklame.
(3) Dalam hal Reklame diselenggarakan sendiri, nilai sewa Reklame
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan memperhatikan
faktor jenis, bahan yang digunakan, lokasi penempatan, waktu
penayangan, jangka waktu penyelenggaraan, jumlah, dan ukuran
media Reklame.
(4) Dalam hal nilai sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tidak diketahui dan/atau dianggap tidhk wajar, nilai sewa Reklame
ditetapkan dengan menggunakan faktor-faktor sebagaimana dimaksud
pada ayat (3).
(5) Perhitungan nilai sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah
Pasal 42
Tarif Pajak Reklame ditetapkan sebesar 25 % (dua puluh lima persen).
Pasal 43
(1) Besaran pokok Pajak Reklame yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan dasar pengenaan Pajak Reklame sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 41 ayat (1) dengan tarif Pajak Reklame sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42.
(2) Pajak Reklame yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat
Reklame tersebut diselenggarakan.
(3) Khusus untuk Reklame berjalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
39 ayat (2) huruf e, Pajak Reklame yang terutang dipungut di wilayah
Daerah tempat usaha penyelenggara Reklame terdaftar.
Pasal 44
(1) Tahun pajak reklame permanen adalah 1 (satu) tahun kalender
(2) Masa pajak reklame insidentil ditetapkan berdasarkan jangka waktu
lamanya
Pasal 45
Pajak reklame yang terutang dalam masa pajak terjadi pada saat
penyelenggaraan reklame atau saat diterbikan SKPD.
Bagian Keenam
PAJAK AIR TANAH (PAT)
Paragraf 1
Objek dan subjek pajak
Pasal 46
(1) Objek PAT adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah.
Pasal 47
(1) Subjek PAT adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan
pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah.
(2) Wajib PAT adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan
pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah.
Paragraf 2
Dasar peneganaan, Tarif dan cara Penghitungan Pajak
Pasal 48
(1) Dasar pengenaan PAT adalah nilai perolehan Air Tanah.
(2) Nilai perolehan Air Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
hasil perkalian antara harga air baku dengan bobot Air Tanah.
(3) Harga air baku sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
berdasarkan biaya pemeliharaan dan pengendalian sumber daya Air
Tanah.
(4) Bobot Air Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dinyatakan dalam koefisien yang didasarkan atas faktor-faktor
berikut:
a. jenis sumber air;
b. lokasi sumber air;
c. tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air;
d. volume air yang diambil dan/ atau dimanfaatkan;
e. kualitas air; dan
f. tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan
olehpengambilan dan/ atau pemanfaatan air
Pasal 49
(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan nilai perolehan Air
Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) diatur
dengan peraturan gubernur dengan berpedoman pada
peraturan yang ditetapkan oleh menteri yang
menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang energi dan
sumber daya mineral.
(2) Peraturan yang ditetapkan oleh menteri sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disusun dengan memperhatikan
kebijakan kemudahan berinvestasi dan ditetapkan setelah
mendapat pertimbangan dari Menteri.
(3) Selama belum ditetapkan nilai perolehan air tanah
sebagaimana pada ayat (1), maka nilai perolehan air tanah
mengacu pada ketentuan sebelumnya.
Pasal 50
Tarif PAT ditetapkan sebesar 2O% (dua puluh persen).
Pasal 51
(1) Besaran pokok PAT yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan dasar pengenaan PAT sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 48 ayat (1) dengan tarif PAT sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50.
(2) PAT yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat
pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah.
(3) Saat terutangnya PAT dihitung sejak pengambilan dan/ atau
pemanfaatan Air Tanah.
Pasal 52
Masa pajak air tanah adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu)
bulan kalender.
Pasal 53
Pajak air tanah yang terutang dalam masa pajak terjadi pada saat
pembayaran kepada pengambilan air tanah atau saat
diterbitkannya SPTPD.
Bagian Ketujuh
Pasal 54
(1) Objek Pajak MBLB adalah kegiatan pengambilan MBLB yang meliputi:
a. asbes;
b. batu tulis;
c. batu setengah permata;
d. batu kapur;
e. batu apung;
f. batu permata;
g. bentonit;
h. dolomit;
i. Feldspar
j. garam batu (halite);
k. grafit;
l. granit/andesit;
m. gips;
n. kalsit;
o. kaolin;
p. leusit;
q. magnesit;
r. mika;
s. marmer/ oniks;
t. nitrat;
u. obsidian;
v. oker;
w. pasir dan kerikil;
x. pasir kuarsa;
y. perlit;
z. fosfat;
aa. talk;
bb. tanah serap (fullers earth);
cc. tanah diatom;
dd. tanah liat;
ee. tawas (alum);
ff. tras;
gg. yarosit;
hh. zeolit;
ii. basal;
jj. trakhit;
kk. belerang;
ll. MBLB ikutan dalam suatu pertambangan mineral; dan
mm. MBLB lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Yang dikecualikan dari objek Pajak MBLB sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), meliputi pengambilan MBLB:
a. untuk keperluan rumah tangga dan tidak diperjual
belikan/ dipindah tangankan
b. untuk keperluan pemancangan tiang listrik/telepon,
penanaman kabel, penanaman pipa, dan sejenisnya yang
tidak mengubah fungsi permukaan tanah.
Pasal 55
(1) Subjek Pajak MBLB adalah orang pribadi atau Badan yang
mengambil MBLB.
(2) Wajib Pajak MBLB adalah orang pribadi atau Badan yang
mengambil MBLB.
Paragraf 2
Dasar peneganaan, Tarif dan cara Penghitungan Pajak
Pasal 56
(1) Dasar pengenaan Pajak MBLB adalah nilai jual hasil
pengambilan MBLB.
(2) Nilai jual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung
berdasarkan perkalian volume/tonase pengambilan MBLB
dengan harga patokan tiap-tiap jenis MBLB.
(3) Harga patokan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dihitung
berdasarkan harga jual rata-rata tiap-tiap jenis MBLB pada
mulut tambang yang berlaku di wilayah Daerah yang
bersangkutan.
(4) Harga patokan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pertambangan mineral dan batu bara.
Pasal 57
Tarif Pajak MBLB ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen).
Pasal 58
(1) Besaran pokok Pajak MBLB yang terutang dihitung dengan
cara mengalikan dasar pengenaan Pajak MBLB sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 56 ayat (1) dengan tarif Pajak MBLB
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57.
(2) Pajak MBLB yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat
pengambilan MBLB.
Pasal 59
Masa pajak MBLB adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu)
bulan Kalender.
Pasal 60
Pajak MBLB yang terutang dalam masa pajak terjadi pada saaat
pengambilan MBLB atau saat diterbitkan SPTPD.
Bagian Kedelapan
PAJAK SARANG BURUNG WALET
Paragraf 1
Objek dan Subjek pajak
Pasal 61
(1) Objek Pajak Sarang Burung Walet adalah pengambilan
dan/atau pengusahaan sarang Burung Walet.
(2) Yang dikecualikan dari objek Pajak Sarang Burung Walet
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pengambilan
sarang Burung Walet yang telah dikenakan penerimaan negara
bukan pajak.
Pasal 62
(1) Subjek pajak sarang burung walet adalah orang pribadi atau
badan yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan
sarang burung walet
(2) Wajib pajak sarang burung walet adalag orang pribadi atau
badan yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan
sarang burung walet
Paragraf 2
Dasar peneganaan, Tarif dan cara Penghitungan Pajak
Pasal 63
(1) Dasar pengenaan Pajak Sarang Burung Walet adalah nilai jual
sarang Burung Walet.
(2) Nilai jual sarang Burung Walet sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dihitung berdasarkan perkalian antara harga pasaran
umum sarang Burung Walet yang berlaku di Daerah yang
bersangkutan dengan volume sarang Burung Walet.
Pasal 64
Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan sebesar 10%
(sepuluh persen).
Pasal 65
(1) Besaran pokok Pajak Sarang Burung Walet yang terutang
dihitung dengan cara mengalikan dasar pengenaan Pajak
Sarang Burung Walet sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63
ayat (1) dengan tarif Pajak Sarang Burung Walet sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 64.
(2) Pajak sarang burung walet yang terutang dipungut diwilayah
kabupaten Buru.
Pasal 66
Pasal 67
Bagian Kesembilan
OPSEN
Pasal 68
Opsen dikenakan atas pajak terutang dari :
a. PKB
b. BBNKB
Pasal 69
Wajib pajak untuk opsen sebagaimana dimaksud dalam pasal 81
merupakan wajib pajak atas jenis pajak :
a. PKB
b. BBNKB
Pasal 70
1) Tarif opsen ditetapkan sebagai berikut :
a. Opsen PKB sebesar 66% (enam puluh enam persen)
b. Opsen BBNKB sebesar 66% (enam puluh enam persen)
2) Tata cara pemungutan Opsen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan lebih lanjut sebagaimana ketentuan perundangan.
Pasal 71
Opsen dipungut secara bersamaan dengan pajak yang dikenakan opsen.
Bagian Kesepuluh
Pemungutan Pajak Daerah
Pasal 72
(1) Pemungutan Pajak Daerah dilarang diborongkan.
(2) Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang berdasarkan
surat keteapan pajak atau dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
berdasarkan peraturan perundang-undangan pajak
(3) Setiap Wajib Pajak wajib yang memenuhi kewajiban Perpajakan
berdasarkan penetapan Bupati dibayar dengan menggunakan SKPD/
SPPT/ SPTPD/SKPDKB/SKPDKBT atau dokumen lain yang
dipersamakan
(4) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) berupa karcis dan nota perhitungan.
(5) Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar
sengan menggunakan SPTPD, SKPDKB, dan/atau SKPDKBT.
Pasal 73
(1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak,
Kepala Daerah dapat menerbitkan:
a. SKPDKB jika berdasarkan hasil pemeriksaan atauketerangan lain
pajak yang terulang tidak atau kurangdibayar;
b. SKPDKBT jika ditemukan data baru dan/atau data yang semula
belum terungkap yang menyebabkanpenambahan jumlah pajak
yang terutang.
c. SKPDN jika jumlah pajak yang terutang sama besarnyadengan
jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutangdan tidak ada kredit
pajak.
(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dikenakansanksi administratif berupa
bunga 2 % (dua persen) setiapbulan dihitung dari pajak yang kurang
atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua
puluh empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak.
(3) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikenakansanksi
administratif berupa kenaikan sebesar 100 %(seratus persen) dari
jumlah kekurangan pajak tersebut.
(4) Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidakdikenakan jika
Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan
pemeriksaan.
(5) Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan
sebesar 25 % (dua puluh lima persen) dari pokok pajak ditambah
sanksi administra.berupa bunga sebesar 2 %. (dua persen) setiap
bulan,dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk
jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak
saat terutangnya pajak.
Pasal 74
(1) Tata cara penerbitan SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT,SKPDN atau
dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
76 ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Keputusan Bupati
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengisian dan penyampaian
SPOP, SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDN atau dokumen lain
yang dipersamakan diatur dengan Keputusan Bupati
Bagian Kesebelas
Penagihan dan Pembayaran Pajak Daerah
Pasal 75
(1) Kepala Daerah dapat menerbitkan STPD apabila:
a. pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar,
b. dari hasil pemeriksaan SSPD terdapat kekurangan pembayaran
sebagaiakibat salah tulis dan/atau salah hitung:
c. Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga dan
atau denda;
d. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak Ketiga berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
(2) Jumlah kekurangan pajak yang terulang dalam STPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b ditambah dengan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan
untuk paling lama 15 (lima belas) bulan sejak saat terutangnya pajak.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk, isi, dan tata cara
penyampaian STPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Peraturan Kepala Daerah
Pasal 76
(1) Pajak yang terutang berdasarkan SPPT sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13, ayat 1, 2 dan ayat 3, Pasal 23 Ayat 1 dan 2, Pasal 37, Pasal
45, Pasal 52, 53, Pasal 59, pasal 60, pasal 66 pasal 67 harus dilunasi
selambat-lambatnya tangga 30 (tiga puluh) bulan desember tahun
berkenan.
(1) Pajak yang terutang berdasarkan SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD,
Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan
Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus
dībayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus
dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal
diterbitkan.
(2) Pajak yang terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
pada saat jatuh tempo pembayarannya tidak dibayar atau kurang
dibayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2%
(dua persen) sebulan, yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai
dengan hari pembayaran untuk jangka waktu paling lama 24 (dua
puluh empat) bulan.
(3) Kepala Daerah atas permohonan Wajib Pajak setelah memenuhi
persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada
Wajib Pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak,
dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan.
(4) Pajak yang terutang dibayar ke Kas Umum Daerah atau tempat
pembayaran lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.
(5) Dalam hal pembayaran ditempat lain yang ditunjuk oleh Bupati
sebagaimana dimaksud pada ayat (5), penyetoran hasil pembayaran
dilakukan dalam tempo 1x 24 jam pada setiap hari kerja.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran,
angsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur dengan Peraturan
Kepala Daerah
Pasal 77
(1) Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat Lain yang sejenis
sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7
(tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran.
(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak tanggal surat teguran atau
surat peringatan atau surat lain yang sejenis disampaikan kepada
Wajib Pajak, Wajib Pajak harus melunasi pajak yang terutang.
(3) Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat Lain yang sejenis
sebagaimana pada ayat (1) dikeluarkan oleh Kepala Daerah atau
Pejabat yang ditunjuk.
Pasal 78
(1) Pajak yang terutang berdasarkan SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT,
STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan
Putusan Banding yang tidak atau kurang dibayar oleh Wajib Pajak
pada waktunya dapat ditagih dengan Surat Paksa.
(2) Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 79
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala
Daerah atau pejabat yang ditunjuk atas suatu:
a. SPPT;
b. SKPD;
c. SKPDKB;
d. SKPDKBT;
e. SKPDLB; dan
f. SKPDN.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan
disertai alasan-alasan yang jelas.
(3) Keberatan harus diajukan daam jangka waktu paling lama 3 (tiga)
bulan Sejak tanggal surat sebagimana dimaksud dalam ayat (1),
kecuali jika wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu
tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
(4) Keberatan dapat diajukan apabila Wajib Pajak telah membayar paling
sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak.
(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) tidak dianggap sebagai
Surat Keberatan sehingga tidak dipertimbangkan.
(6) Tanda penerimaan Surat keberatan yang diberikan oleh Kepala
Daerah atau pejabat yang ditunjuk atau tanda pengiriman Surat
Keberatan melalui surat pos tercatat sebagai tanda bukti penerimaan
Surat Keberatan.
Pasal 80
(1) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan
sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberi keputusan
atas keberatan yang diajukan.
(2) Keputusan Kepala Daerah atas keberatan dapat berupa menerima
seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya pajak
yang terutang.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat
dan Kepala Daerah tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang
diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
Pasal 81
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengajuan dan penyelesaian
keberatan diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.
Pasal 82
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada
Pengadilan Pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang
ditetapkan oleh Kepala Daerah.
(2) Permohonan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
secara tertulis dalam bahasa Indonesia, denganalasan yang jelas
dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak keputusan diterima, dilampiri
salinan dari surat keputusan keberatan tersebut.
(3) Pengajuan permohonan banding menangguhkan kewajiban membayar
pajak sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Putusan
Banding.
Pasal 83
(1) Jika pengajuan keberatan atau permohonan banding dikabulkan
sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan
dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen ) setiap
bulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat bulan).
(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak
bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKPDLB.
(3) Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian,
Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 50%
(lima puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan keputusan
keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum
mengajukan keberatan.
(4) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan banding, sanksi
administratif berupa denda sebesar 50% (lima puluhpersen)
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan.
(5) Dalam hal permohonon banding ditolak atau dikabulkan sebagian,
Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 100%
(seratus persen dari jumlah pajak berdasarkan Putusan Banding
dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah dibayar sebelum
mengajukan keberatan.
Pasal 84
(1) Gugatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia kepada
Pengadilan Pajak.
(2) Jangka waktu untuk mengajukan gugatan terhadap pelaksanaan
penagihan pajak adalah 14 (empat belas) hari sejak tanggal penagihan.
(3) Jangka waktu untuk mengajukan gugatan terhadap keputusan lain
selaingugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah 30 (tiga
puluh) hari sejak tanggal diterima keputusan yang digugat.
(4) Jangka waktu dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tidak mengikat
apabila jangkawaktu dimaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan
di luar kekuasaan penggugat.
(5) Perpanjangan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
adalah 14 (empat belas) hari terhitung sejak berakhirnya keadaan di
luar kekuasaan penggugat.
(6) Terhadap 1 (satu) pelaksanaan penagihan atau 1 (satu) keputusan
diajukan 1 (satu) Surat Gugatan.
Pasal 85
Hal-hal lain yang berkaitan dengan pelaksanaan banding dan gugatan,
sepanjang tidak diatur lain dalam Peraturan Daerah ini dilaksanakan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 86
(1) Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya, Kepala Daerah
dapat membetulkan SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, SKPDN
atau SKPDLB yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis
dan/atau kesalahan hitung dan/atau kekeliruan penerapan
ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan
daerah.
Pasal 87
(1) Atas kelebihan pembayaran Pajak, Wajib Pajak dapat mengajukan
permohonan pengembalian kepada Kepala Daerah.
(2) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling Iama 12 (dua belas) bulan,
sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
Pajak sebagaimana dimaksud padaayat (1), harus memberikan
keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah
dilampaui dan Kepala Daerah tidak memberikan suatu keputusan,
permohonan pengembalian pembayaran Pajak dianggap dikabulkan
dan SKPDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1
(satu) bulan.
(4) Apabila Wajib Pajak mempunyai utang pajak lainnya, kelebihan
pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung
diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang Pajak tersebut.
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua)
bulan sejak diterbitkannya SKPDLB.
(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran Pajak dilakukan setelah
lewat 2 (dua) bulan, Kepala Daerah memberikan imbalan bunga
sebesar 2% (dua persen) setiap bulan atas keterlambatan pembayaran
kelebihan pembayaran pajak
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengembalian kelebihan
pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Kepala Daerah.
Pasal 88
(1) Hak untuk melakukan penagihan Pajak menjadi kedaluwarsa setelah
melampaui waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutangnya
pajak, kecuali apabila Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan daerah.
(2) Kedaluwarsa Penagihan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tertangguh apabila:
a. diterbitkan Surat Teguran dan/atau Surat Paksa; atau
b. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak, baik langsung
maupun tidak langsung.
(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung
sejak tanggal penyampaian Surat Paksa tersebut
(4) Pengakuan utang pajak secara langsung sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b adalah Wajib Pajak dengan kesadarannya
menyatakan masih mempunyai utang Pajak dan belum melunasinya
kepada Pemerintah Daerah.
(5) Pengakuan utang secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b dapat diketahui daripengajuan permohonan angsuran
atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib
Pajak.
Pasal 89
(1) Piutang Pajak yang tidak mungkin ditagih lagi karena hakuntuk
melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan
(2) Kepala Daerah menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Pajak
Daerah yang sudah kadaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penghapusan piutang Pajak
yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.
(4) Dalam hal atas piutang pajak yang tidak diketahui keberadaan wajib
pajaknya selama lima tahun pajak, Kepala Daerah dapat
menonaktifkan piutang pajak;
(5) Piutang pajak yang telah dinonaktifkan dapat diaktifkan kembali sejak
tahun pajak dinonaktifkan atau sejak Wajib Pajak memiliki,
menguasai, dan/atau memanfaatkan objek pajak tersebut.
Pasal 90
(1) Kepala Daerah berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dalam rangka
melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah
(2) Wajib Pajak yang diperiksa wajib :
a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan dokumen yang
menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan
dengan objek pajak yang terutang;
b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat
atauruangan yang dianggap perlu dan memberikan bantuan
guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau
c. memberikan keterangan yang diperlukan.
(6) Apabila pada saat pemeriksaan, Wajib Pajak tidak melaksanakan
kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka pajak terutang
ditetapkan secara jabatan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan Pajak diatur
dengan Peraturan Kepala Daerah.
Pasal 91
(1) Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain segala
sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib
Pajak dalam rangka jabatan atau pekerjaannya untuk menjalankan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga
terhadap tenaga ahli yang ditunjuk olch Kepala Daerah untuk
membantu dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan daerah.
(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud padaayat (1)
dan ayat (2) adalah:
a. Pejabat dan tenaga ahli yang bertindak sebagai saksiatau saksi
ahli dalam sidang pengadilan.
b. Pejabat dan/atau tenaga ahli yang ditetapkan oleh Kepala Daerah
untuk memberikan keterangan kepada pejabat lembaga negara
atau instansi Pemerintah yang berwenang melakukan
pemeriksaan dalam bidang keuangan daerah.
(4) Untuk kepentingan Daerah, Kepala Daerah berwenang memberi izin
tertulis kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2), agar memberikan
keterangan, memperlihatkan bukti tertulis dari atau tentang Wajib
Pajak kepada pihak yang ditunjuk.
(5) Untuk kepentingan pemeriksaan di pengadilan dalam perkara pidana
atau perdata, atas permintaan hakim sesuai dengan Hukum Acara
Pidana dan Hukum Acara Perdata, Kepala Daerah dapat memberi
izin tertulis kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2), untuk
memberikan dan memperlihatkan bukti tertulis dan keterangan
WajibPajak yang ada padanya.
(6) Permintaan hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harus
menyebutkan nama tersangka atau nama tergugat, keterangan yang
diminta, serta kaitan antara perkarapidana atau perdata yang
bersangkutan dengan keterangan yang diminta.
Pasal 92
(1) Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPOP atau
SPTPD mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkapatau
melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan
keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dībayar.
(2) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPOP atau
SPTPD mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau
melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan
keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2
(dua) tahun atau pidana denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah
pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Pasal 93
Tindak pidana di bidang perpajakan Darah tidak dituntut setelah
melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun sejak saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak atau berakhirnya Bagian Tahun Pajak atau
berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.
Pasal 94
(1) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang
karena kealpaanya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 ayat (1) dan ayat (2) dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda
paling banyak Rp. 4.000.000,00 (empat juta rupiah).
(2) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerahyang
dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang
menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 91 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyak
Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
(3) Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yang
kerahasiaannya dilanggar.
(4) Tuntutan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
sesuai dengan sifatnya adalah menyangkut kepentingan pribadi
seseorang atau Badan selaku Wajib Pajak, karena itu dijadikan tindak
pidana pengaduan.
BAB III
RETRIBUSI DAERAH
Bagian Kesatu
JENIS RETRIBUSI DAERAH
Pasal 95
Jenis retribusi daerah terdiri atas :
a. Retribusi Jasa Umum;
b. Retribusi Jasa Usaha; dan
c. Retribusi Perizinan Tertentu.
Bagian Kedua
RETRIBUSI JASA UMUM
Pasal 96
Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau
diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan
umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.
Pasal 97
1) Jenis Retribusi Jasa Umum adalah :
a. Retribusi Pelayanan Kesehatan
b. Retribusi Pelayanan Kebersihan
c. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;
d. Retribusi Pelayanan Pasar; dan
e. Retribusi Pengendalian Lalu Lintas
Bagian Ketiga
RETRIBUSI JASA USAHA
Pasal 98
Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah :
a. Retribusi Penyediaan Tempat Usaha
b. Retribusi Penyediaan tempat pelelangan ikan, ternak, hasil bumi dan
hasil hutan
c. Retribusi penyediaan tempat khusus parkir diluar badan jalan;
d. Retribusi penyediaan tempat penginapan/ pesanggrahan/ villa;
e. Retribusi Pelayanan rumah potong hewan ternak;
f. Retribusi Pelayanan jasa kepelabuhanan.
g. Retribusi pelayanan tempat rekreasi/ pariwisata dan oleh raga
h. Retribusi Pelayanan penyebrangan orang atau barang dengan
menggunakan kendaraan air.
i. Retribusi Retribusi Penjualan hasil produksi Usaha
j. Retribusi pemanfaatan aset daerah
Bagian Keempat
RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU
Pasal 99
Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu
oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau badan yang
dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan
pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana,
darana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan
menjaga kelestarian lingkungan.
Pasal 100
Jenis Retribusi Jasa Perizinan Tertentu :
a. Retribusi persetujuan bangunan gedung;
b. Retribusi penggunaan tenaga kerja asing;
c. Retribusi Tambang Rakyat.
Bagian Kelima
RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN
Paragraf 1
Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi
Pasal 101
1) Dengan nama Retribusi Pelayanan Kesehatan, dipungut Retribusi
sebagai pembayaran atas pelayanan kesehatan pada Unit Pelayanan
Teknis Dinas Kesehatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
2) Unit Pelayanan Teknis Dinas Kesehatan sebagaimana dimaksud ayat
(1) meliputi:
a. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan jaringannya
b. Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda)
c. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Namlea
3) Pelayanan kesehatan di Puskesmas sebagaimana dimaksud ayat (1)
huruf a, meliputi semua jenis dan klasifikasi pelayanan kesehatan dan
pelayanan penunjang kesehatan terdiri dari:
a. pelayanan rawat jalan;
b. pelayanan gawat darurat;
c. pelayanan rawat inap;
d. pelayanan medik;
e. pelayanan medik kesehatan gigi dan mulut;
f. pelayanan kesehatan ibu, anak, keluarga berencana, kesehatan
reproduksi dan Pelayanan PONED ;
g. pelayanan pemeriksaan kesehatan (general check up)
h. pelayanan keperawatan;
i. pelayanan kebidanan;
j. pelayanan kesehatan jiwa
k. pelayanan transfusi darah dan pelayanan terapi oksigen;
l. Pelayanan pemeriksaanan penunjang diagnostik dan elektromedik,
meliputi :
1. Pemeriksaan Laboratorium Klinik Puskesmas;
2. Pelayanan elektromedik;
m. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat (home visit, home care)
n. Pelayanan perawatan jenazah dan medico legal;
o. Pelayanan kesehatan pra – rujukan dan rujukan;
p. Pelayanan Transportasi Pasien dan Transportasi jenazah;
q. Pelayanan kesehatan lapangan (masal / kelompok)
r. Pelayanan kesehatan tradisional – komplementer dan/atau
integrasi;
s. Pelayanan penunjang kesehatan, meliputi :
1. pembimbingan dan fasilitasi praktek klinik;
2. pembimbingan dan fasilitasi penelitian kesehatan, penelitian
manajemen Puskesmas, dan
3. pelayanan kaji banding (Benchmarking).
4) Pelayanan kesehatan di Labkesda sebagaimana dimaksud ayat (1)
huruf b, meliputi semua jenis pelayanan kesehatan dan pelayanan
penunjang kesehatan terdiri dari:
a. pelayanan pemeriksaan laboratorium klinik;
b. pelayanan pemeriksaan kesehatan lingkungan;
c. pelayanan penunjang kesehatan, meliputi :
d. pelayanan fasilitasi dan pembimbingan praktik dan/atau
pembimbingan penelitian pemeriksaan laboratorium klinik; dan
e. kesehatan lingkungan;
f. pelayanan pengambilan sampel/spesimen laboratorium kesehatan
lingkungan ke lapangan; dan
g. pelayanan konsultasi higiene, sanitasi dan kesehatan lingkungan.
5) Dikecualikan dari obyek retribusi Pelayanan Kesehatan sebagaimana
dimaksud ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) meliputi:
a. pelayanan pendaftaran;
b. pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah,
BUMN, BUMD, pelayanan kesehatan pihak swasta.
6) Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah sebagaimana
dimaksud ayat (1) huruf c, meliputi semua jenis pelayanan kesehatan
dan pelayanan penunjang kesehatan dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan sesuai standar profesi, SPM, Standar Prosedur Operasional
dan/atau pedoman-pedoman yang ditetapkan di instalasi pelayanan
dan/atau di unit pelayanan kesehatan.
7) Pelayanan Kesehatan Sebagaimana dimaksud pada ayat (5) meliputi:
a. Jenis Pelayanan di unit Pelayanan RSUD terdiri dari:
1. pelayanan gawat darurat;
2. pelayanan rawat jalan;
3. pelayanan rawat inap;
4. pelayanan medik (operatif dan non operatif);
5. pelayanan rawat intensif;
6. pelayanan kebidanan dan kandungan;
7. pelayanan tindakan keperawatan;
8. pelayanan anestesi dan bebas nyeri (paliatif);
9. pelayanan dialisis dan endoskopik;
10. pelayanan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana;
11. pelayanan kesehatan gigi dan mulut;
12. pelayanan radiologi diagnostik dan elektromedik;
13. pelayanan laboratorium;
14. pelayanan rehabilitasi medik dan rehabilitasi mental;
15. pelayanan pengujian kesehatan (general/ medical check up);
16. pelayanan kedokteran forensik dan medico legal;
17. pelayanan bank darah dan transfusi darah;
18. pelayanan terapi gas medik;
19. pelayanan farmasi klinik (obat, alat kesehatan yang
sediaan farmasi
20. pelayanan asuhan gizi;
21. pelayanan ortotik -prosetetik;
22. pelayanan rawat jalan poli mata ;
23. pelayanan pengobatan alternatif - komplementer;
24. pelayanan rekam medik dan administrasi rawat inap;
25. pelayanan pemakaian ambulance/mobil jenazah; dan
26. pelayanan pemulasaraan jenazah
b. Pelayanan kesehatan berdasarkan jenis tenaga kesehatan terdiri
dari:
1. pelayanan tenaga medis umum (dokter dan dokter gigi); dan
2. pelayanan tenaga medis spesialis, disesuikan dengan
kemampuan RSUD dalam menyediakan tenaga medis spesialis
dan/atau tenaga medis spesialis;
3. Pelayanan medis;
4. Pelayanan Keperawatan (perawat) dan Kebidanan (bidan);
c. Pelayanan penunjang medis:
1. pelayanan spesialis radiologi;
2. pelayanan spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi;
3. pelayanan psikolog klinik;
4. pelayanan farmasi klinik;
5. pelayanan dietisien;
6. pelayanan fisioterapist; dan
7. pelayanan prostetis - ortetis.
d. Pelayanan medik forensik (pemulasaraan jenazah, otopsi klinik).
e. Fasilitas dan pendampingan praktek klinik, praktek manajerial
dan/atau penelitian bagi peserta didik pada institusi pendidikan
kesehatan.
Pasal 102
(1) Subyek retribusi adalah setiap orang pribadi atau badan hukum
penjamin yang mendapatkan pelayanan kesehatan atau pelayanan
penunjang kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah, Puskesmas dan
jaringannya serta pelayanan pemeriksaan laboratorium di Labkesda.
(2) Subyek retribusi setiap orang pribadi sebagaimana dimaksud ayat (1)
meliputi :
a. Orang pribadi penduduk Buru dan bukan penduduk Buru;
b. Penduduk Buru dan bukan penduduk Buru yang tidak termasuk
kategori yang dibebaskan retribusinya sesuai peraturan
perundang – undangan yang berlaku;
(3) Subyek retribusi badan hukum sebagaimana dimaksud ayat (1)
meliputi :
a. BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan dan Asuransi Jasa
Raharja (khusus kecelakaan Lalu Lintas);
b. Lembaga asuransi komersial;
c. Perusahaan atau Institusi Pendidikan yang kerjasama dengan
Puskesmas atau Labkesda.
(4) Subyek retribusi sebagaimana diaksud ayat (1) wajib membayar
retribusi pelayanan kesehatan sesuai jumlah, jenis dan klasifikasi
pelayanan atau kemanfaatan umum lain yang diterimanya.
(5) Ketentuan wajib bayar sebagaimana dimaksud ayat (4) untuk pasien
penjamin BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, dilakukan
berdasarkan perjanjian kerjasama, meliputi pembayaran dengan
kapitasi dan / atau pembayaran berdasarkan paket klaim sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.
Pasal 103
(1) Dalam hal Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular dan/atau
bencana alam yang dinyatakan secara resmi oleh Pemerintah
dann/atau Pemerintah Daerah, masyarakat yang terkena dampak
langsung dibebaskan dari retribusi pelayanan kesehatan tertentu
sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.
(2) Pemeriksaan spesimen terkait program pemerintah atau pemerintah
daerah dalam pemberantasan penyakit menular tertentu dibebaskan
dari pungutan retribusi pelayanan kesehatan dan dijamin oleh
Pemerintah atau Pemerintah Daerah dalam bentuk biaya Program
atau sumber pembiayaan lain yang sah.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa, Prinsip dan Sasaran Dalam
Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 104
(1) Tingkat penggunaan jasa pelayanan kesehatan dihitung berdasarkan
perkalian antara jenis-jenis pelayanan kesehatan, jenis-jenis
pelayanan penunjang kesehatan, kelas perawatan, klasifikasi tindakan
medik, klasifikasi asuhan keperawatan, parameter pemeriksaan
dengan frekuensi pelayanan/pemeriksaan yang diterima pasien atau
pihak penjamin dengan tarif retribusinya
(2) Tingkat penggunaan jasa pelayanan kesehatan pasien penjaminan
BPJS Kesehatan/ BPJS Ketenagakerjaan dihitung dalam bentuk
kapitasi dan klaim paket pelayanan sesuai peraturan perundangan
(3) Tingkat penggunaan jasa pelayanan perawatan kesehatan masyarakat
(home care) dihitung berdasarkan perkalian antara jenis pelayanan
kesehatan yang diterima dengan tarif per jenis pelayanan ditambah
biaya transportasi dihitung berdasarkan jarak Puskesmas dengan
lokasi rumah pasien.
(4) Tingkat penggunaan pelayanan ambulan atau mobil jenazah dihitung
berdasarkan jarak tempuh dengan satuan kilometer dan fasilitas serta
kru (crew) yang menyertai
(5) Tingkat penggunaan pelayanan pembimbingan praktek klinik atau
penelitian kesehatan dihitung berdasarkan jumlah peserta praktek
klinik atau penelitian kesehatan per kategori strata pendidikan serta
lama praktek atau penelitian dikalikan tarif retribusinya.
(6) Tingkat penggunaan pelayanan laundry dan sterilisasi instrument
dihitung dengan satuan kilogram dikalikan tarif retribusinya.
Pasal 105
(1) Prinsip penetapan besaran tarif retribusi pelayanan kesehatan adalah
untuk meningkatakan mutu pelayanan dengan memperhatikan
kemampuan masyarakat, aspek keadilan dan efektifitas pengendalian
atas pelayanan kesehatan.
(2) Sasaran penetapan besaran tarif adalah untuk menutup sebagian
dan/atau seluruh biaya penyelenggaraan pelayanan serta tidak
mengutamakan mencari keuntungan dengan tetap memperhatikan
kemampuan ekonomi sosial masyarakat dan daya saing untuk
pelayanan sejenis pada kelas privat.
(3) Penghitungan biaya jasa sarana berdasarkan biaya satuan (Unit Cost)
per jenis layanan pada kelas III meliputi biaya bahan alat habis pakai
(BMHP) dasar, biaya operasional dan biaya pemeliharaan tidak
termasuk biaya investasi dan biaya Pegawai Negeri Sipil.
(4) Perhitungan biaya jasa sarana pada kelas privat berdasarkan
biaya satuan dengan memperhitungkan investasi sebagian atau
seluruhnya sesuai dengan investasi riil (non subsidi) oleh RSUD
(5) Struktur tarif retribusi pelayanan kesehatan dan pelayanan penunjang
kesehatan meliputi komponen jasa sarana dan jasa pelayanan.
(6) Penetapan besaran komponen Jasa pelayanan terdiri dari jasa
pelayanan umum dan jasa pelayanan tenaga profesi (medik, perawat,
bidan dan tenaga kesehatan lainnya) dengan mempertimbangkan
masukan dari kelompok profesi pemberi pelayanan langsung.
(7) Ketentuan mengenai permanfaatan dan pembagian jasa pelayanan
diatur dalam Peraturan Bupati.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 106
(1) Struktur tarif retribusi digolongkan berdasarkan kelompok, jenis,
klasifikasi, kategori dan komponen pelayanan kesehatan yang terdiri
dari jasa sarana dan jasa pelayanan.
(2) Struktur dan besaran retribusi pelayanan di Puskesmas dengan
jaringannya, dan di Labkesda ditetapkan sebagaimana tersebut dalam
Lampiran I ( Puskesmas dan labkesda) dan Lampiran II (Tarif RSUD
Tipe C), merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
Paragraf 4
Masa dan Saat Retribusi Terutang
Pasal 107
(1) Masa Restribusi Pelayanan Kesehatan adalah jangka waktu yang
lamanya sama dengan jangka waktu penggunaan Pelayanan
Kesehatan.
(2) Restribusi Pelayanan Kesehatan yang terutang terjadi pada saat
penggunaan Pelayanan Kesehatan atau sejak diterbitkan SKRD atau
dokumen lain yang dipersamakan
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Pemungutan, Pembayaran ,
Penagihan, tempat pembayaran, penyetoran, pengembalian retribusi
dan Pemanfaatan diatur dalam Peraturan Bupati.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme dan tata cara pengenaan
sanksi administratif diatur dalam Peraturan Bupati.
(5) Retribusi Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan daerah ini berlaku bagi Puskesmas, Labkesda dan RSUD
yang belum berstatus/menerapkan pola Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD). Bagi Puskesmas, Labkesda dan RSUD yang sudah
berstatus/menerapkan pola BLUD dapat menerapkan retribusi tarif
sesuai ketentuan perundang – undangan yang berlaku.
Bagian Keenam
RETRIBUSI PELAYANAN KEBERSIHAN
Paragraf 1
Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi
Pasal 108
Dengan nama Retribusi Pelayanan Kebersihan, dipungut Retribusi sebagai
pembayaran atas pelayanan persampahan/ kebersihan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 109
(1) Objek Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan adalah
pelayanan Persampahan/Kebersihan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah yang meliputi:
a. Pengambilan/pengumpulan sampah dari sumbernya ke lokasi
pembuangan sementara;
b. pengangkutan sampah dari sumbernya dan/atau lokasi
pembuangan sementara ke lokasi pembuangan/ pembuangan
akhir sampah; dan
c. penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah
(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah pelayanan kebersihan jalan umum, taman, tempat ibadah,
sosial, dan tempat umum lainnya.
Pasal 110
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati Pelayanan Persampahan/ Kebersihan dari
Pemerintah Daerah.
Pasal 111
Wajib Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan adalah orang pribadi
atau badan yang menurut Peraturan Perundang-undangan Retribusi
diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut
atau pemotong retribusi.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa, Prinsip dan Sasaran Dalam
Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 112
(1) Tingkat penggunaan jasa retribusi diukur berdasarkan jenis
pelayanan, lokasi, dan jangka waktu pelayanan
persampahan/kebersihan.
(2) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi ditetapkan
dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan,
kemampuan masyarakat, aspek keadilan dan efektivitas
pengendalian atas pelayanan tersebut.
(3) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya operasi
dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.
(4) Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan biaya
penyediaan jasa, penetapan tarif hanya untuk menutup sebagian
biaya.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 113
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi ditetapkan sebagai berikut:
No Jenis Tarif
1 Rumah Tangga dengan Daya 450-900 Watt Rp. 3.000/Bulan
2 Rumah Tangga lebih dari 900 Watt Rp. 5.000/Bulan
3 Sarana Lembaga Rp. 10.000/Bulan
4 Perkantoran Rp. 15.000/Bulan
5 Badan Usaha
a. Badan Usaha Milik Negara/Daerah Rp. 30.000/Bulan
b. Badan Usaha Milik Swasta Rp. 35.000/Bulan
6 Industry
a. Industry Besar Rp. 75.000/Bulan
b. Industry Menengah Rp. 50.000/Bulan
c. Industry Kecil Rp. 25.000/Bulan
7 Sarana Kesehatan
a. Rumah Sakit Rp. 25.000/Bulan
b. Klinik Kesehatan Swasta Rp. 25.000/Bulan
c. Tempat Praktek Rp. 20.000/Bulan
d. Puskesmas Rp. 15.000/Bulan
8 Sarana Perdagangan
a. Pedagang Tetap, Kios Besar (Toko) Rp. 20.000/Bulan
b. Pedagang Tetap, Kios Sedang Rp. 10.000/Bulan
c. Pedagang Tanpa Kios/Kaki Lima Rp. 5.000/Bulan
9 Sarana Makan Minum
a. Rumah Makan Besar Rp. 25.000/Bulan
b. Rumah Makan Sedang, Kafe Rp. 15.000/Bulan
c. Rumah Makan Kecil, Warung/Kedai Rp. 5.000/Bulan
10 Sarana Akomodasi (Hotel, Penginapan)
a. Berbintang III Rp. 50.000/Bulan
b. Berbintang II Rp. 30.000/Bulan
c. Berbintang I Rp. 25.000/Bulan
d. Melati III Rp. 25.000/Bulan
e. Melati II Rp. 15.000/Bulan
f. Melati I Rp. 10.000/Bulan
11 Sarana Hiburan dan Olah Raga
a. Diskotik Rp. 50.000/Bulan
b. Karaoke Rp. 25.000/Bulan
c. Gedung Bioskop Rp. 25.000/Bulan
d. Gedung Serba Guna Rp. 25.000/Bulan
e. Sarana Olah Raga Rp. 20.000/Bulan
f. Obyek Wisata Rp. 20.000/Bulan
12 Pengguna Sendiri TPA/Badan Rp. 75.000/Bulan
a. Pelayanan Istimewa Rp. 20.000/M3
Paragraf 4
Masa dan Saat Retribusi Terutang
Pasal 114
Masa retribusi adalah batas waktu bagi Wajib retribusi untuk
memanfaatkan pelayanan persampahan/kebersihan yang lamanya 1
(satu) bulan kalender.
Pasal 115
Retribusi terutang terjadi dalam masa retribusi pada saat pelayanan
persampahan/kebersihan diberikan atau sejak diterbitkan SKRD atau
dokumen lain yang dipersamakan.
Bagian Ketujuh
RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR TEPI JALAN
Paragraf 1
Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi
Pasal 116
Dengan nama Retribusi Pelayanan Parkir di tepi Jalan Umum di pungut
retribusi atas pelayanan parkir di tepi jalan umum yang disediakan oleh
Pemerintah daerah.
Pasal 117
(1) Obyek Retribusi Pelayanan Parkir ditepi Jalan Umum adalah
penyediaan pelayanan parkir ditepi jalan umum
(2) Obyek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Sepeda Motor.
b. Sedan, jeep, mini bus, pick up dan sejenis.
c. Bus, truck dan sejenis.
d. Alat berat dan sejenis.
Pasal 118
Subyek Retribusi Pelayanan Parkir di tepi jalan Umum adalah:
1. Untuk Pelayanan Parkir ditepi Jalan Umum berlangganan adalah
orang Pribadi atau badan yang memmiliki kendaraan bermotor
yang berdomisili di wilayah hukum Kabupaten Buru.
2. Untuk Pelayanan Parkir ditepi jalan umum harian adalah orang
pribadi atau badan selain yang tersebut pada ayat (1) yang
mendapatkan Pelayanan Parkir ditepi jalan umum di wilayah
Kabupaten Buru.
Pasal 119
Subyek Retribusi Daerah adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/ menikmati pelayanan parkir di tepi jalan umum.
Pasal 120
Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan diwajibkan untuk melakukan pembayaran
Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum, termasuk pemungut atau
pemotong Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa, Prinsip dan Sasaran Dalam
Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 121
(1) Tingkat Penggunaan Jasa Retribusi diukur berdasarkan Klasifikasi
Jenis Kendaraan.
(2) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi ditetapkan
dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan,
kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektifitas
pengendalian atas pelayanan tersebut.
(3) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi biaya operasi
dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.
(4) Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan biaya
penyediaan jasa, penetapan tarif hanya untuk menutup sebagaian
biaya.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 122
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi ditetapkan sebagai berikut:
(1) Tarif retribusi Pelayanan Parkir ditepi Jalan Umum berlangganan
untuk 1 (Satu) Tahun adalah sebagai berikut:
a. Sepeda Motor sebesar Rp. 438.000,- (empat ratus tiga puluh
delapan ribu rupiah);
b. Sedan, jeep, mini bus, pick up dan sejenis sebesar Rp. 876.000,-
(delapan ratus tujuh puluh enam ribu rupiah);
c. Bus, truck dan sejenis sebesar Rp. 1.533.000,- (satu juta lima
ratus tiga puluh tiga ribu rupiah).
d. Alat Berat sebesar Rp. 2.190.000 (dua juta seratus sembilan
puluh ribu rupiah)
(2) Tarif retribusi Pelayanan Parkir ditepi jalan umum harian adalah
sebagai berikut:
a. Sepeda Motor sebesar Rp. 2.000 (Dua rupiah),-
b. Sedan, jeep, mini bus, pick up dan sejenis sebesar Rp. 4.000,-
(Empat ribu rupiah);
c. Bus, truck dan sejenisnya sebesar Rp. 7.000,- (Tujuh ribu
rupiah).
d. Alat berat dan sejenisnya sebesar Rp 10.000,- (sepuluh Ribu
Rupiah
Paragraf 4
Masa dan Saat Retribusi Terutang
Pasal 123
(1) Masa retribusi parkir berlangganan adalah batas waktu bagi Wajib
Retribusi untuk memanfaatkan pelayanan parkir berlangganan yang
lamanya 1 (satu) tahun.
(2) Masa retribusi parkir harian adalah batas waktu bagi wajib retribusi
untuk memanfaatkan pelayanan parkir harian yang lamanya sama
dengan jangka waktu pelayanan parkir harian diberikan.
Pasal 124
(1) Saat retribusi terutang terjadi dalam masa retribusi sejak pelayanan
parkir di tepi jalan umum diberikan atau sejak diterbitkan SKRD atau
sejak dokumen lain yang dipersamkan diberikan.
(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah karcis
Bagian Kedelapan
RETRIBUSI PELAYANAN PASAR
Paragraf 1
Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi
Pasal 125
Dengan nama Retribusi Pelayanan Pasar dipungut Retribusi sebagai
pembayaran atas pelayanan fasilitas pasar berupa pelataran sarana
penunjang lainnya yang dikelola Pemerintah Kabupaten, dan khususnya
disediakan untuk pedagang.
Pasal 126
(1) Objek Retribusi Pelayanan Pasar adalah penyediaan fasilitas pasar
tradisional/sederhana, berupa pelataran, los, kios yang dikelola
Pemerintah Kabupaten, dan khusus disediakan untuk pedagang.
(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah pelayanan fasilitas pasar yang dikelola oleh BUMN,
BUMD dan pihak swasta.
Pasal 127
Subjek Retribusi Pelayanan Pasar adalah orang pribadi atau badan yang
memanfaatkan pelayanan fasilitas pasar yang disediakan dan dikelola
oleh Pemerintah Kabupaten.
Pasal 128
Wajib Retribusi Pelayanan Pasar adalah orang pribadi atau badan yang
menurut Peraturan Perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk
melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong
retribusi
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa, Prinsip dan Sasaran Dalam
Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 129
Tingkat penggunaan jasa Retribusi Pelayanan Pasar diukur berdasarkan
kelas pasar, tempat jualan, jenis dagangan, luas, frekuensi dan jangka
waktu pelayanan.
Pasal 130
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif retribusi
dimaksudkan untuk menutup biaya penyelenggaraan penyediaan
pelayanan fasilitas pasar dengan mempertimbangkan kemampuan
masyarakat, aspek keadilan dan efektifitas pengendalian.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya operasional,
pemeliharaan fasilitas pasar dan biaya modal.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 131
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi ditetapkan sebagai berikut :
a. Tarif Retribusi Lesehan:
1. Pasar kelas I (Tipe pasar dengan pendapatan pertahun lebih dari
Rp. 150.000.000 (seratus lima puluh juta rupiah) pemakaian
tempat lesehan di area pasar tersebut per hari Rp. 2.000,-
2. Pasar kelas II (Tipe pasar dengan pendaptan pertahun kurang
dari Rp. 200.000.000 (dua ratus lima puluh juta rupiah)
pemakaian tempat lesehan di area pasar tersebut per hari Rp.
2.000,-
3. Pasar kelas II (Tipe pasar dengan pendaptan pertahun lebih dari
Rp. 200.000.000 (dua ratus lima puluh juta rupiah) pemakaian
tempat lesehan di area pasar tersebut per hari Rp. 3.000,-
b. Tarif Retribusi Kegiatan Usaha dikeramaian Umum
1. Penggunaan fasilitas umum milik Pemerintah Daerah dalam
kota namlea untuk aktivitas jual beli/perdagangan besarnya
tarif secara harian Rp. 3.000,- (tiga ribu rupiah)
2. Penggunaan fasilitas umum milik Pemerintah Daerah luar kota
namlea untuk aktivitas jual beli/perdagangan besarnya tarif
secara harian Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah)
c. Tarif Retribusi MCK
Tarif retribusi pemakaian fasilitas umum berupa kamar mandi/
MCK, dengan tarif :
(1) Mandi Rp. 3.000,- (tiga ribu rupiah) sekali pakai
(2) Buang air besar Rp. 2.000,- sekali pakai, dan
(3) Buang air kecil Rp. 1.000,- sekali
d. Tarif Retribusi Pasar Hewan
1. Sapi, kerbau, kuda dan sejenisnya per ekor Rp. 10.000,-
(sepuluh ribu rupiah).
2. Kambing, domba dan sejenisnya per ekor Rp. 5.000,- (lima ribu
rupiah)
e. Tarif Retribusi Pemakaian Tempat untuk Promosi
1. Pasar Kelas I. Pemakaian tempat di wilayah/area pasar untuk
promosi produk perhari (maksimal 8 jam)
a. Dengan panggung Rp. 250.000,- (dua ratus lima puluh
ribu rupiah)
b. Tanpa Panggung Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu
rupiah)
2. Pasar Kelas II. Pemakaian tempat di wilayah/area pasar untuk
promosi produk perhari (maksimal 8 jam)
a. Dengan panggung Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah)
b. Tanpa Panggung Rp. 400.000,- (empat ratus ribu rupiah)
3. Pasar Kelas II. Pemakaian tempat di wilayah/area pasar untuk
promosi produk perhari (maksimal 8 jam)
a. Dengan panggung Rp. 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah)
b. Tanpa Panggung Rp. 200.000,- (dua ratus ribu rupiah)
4. Tarif Retribusi Pasar Hewan
1. Sapi, kerbau, kuda dan sejenisnya per ekor Rp. 10.000,
(sepuluh ribu rupiah)/hari
2. Kambing, domba dan sejenisnya per ekor Rp. 5.000,-
(lima ribu rupiah)/hari
3. Ayam, burung, itik dan unggaslainnya per kendaraan
roda 2 Rp. 5000,00, kendaraan roda 3 atau 4 Rp.
10.0000,- dan roda lebih dari 4 Rp. 15.000,-
4. Burung (khusus kontes/lomba)per gantangan Rp. 5000,-
(lima ribu rupiah)
f. Tarif Retribusi Tempat Khusus Parkir di Area Pasar
1. Sepeda sebesar Rp. 1.000,- (Seribu Rupiah) untuk kurun
waktu 1 sampai dengan 2 jam, lebih dari 2 jam sampai
dengan 4 jam sebesar Rp. 2.000,- (Dua Rupiah) dan lebih
dari 4 jam sebesar Rp. 3.000,- (Tiga Ribu Rupiah);
2. Kendaraan Bermotor beroda 2 (Dua) sebesar Rp. 2.000,-
(Dua Ribu Rupiah) untuk kurun waktu 1 sampai dengan 2
jam, lebih dari 2 jam sampai 4 jam sebesar Rp. 4.000,-
(Empat Ribu Rupiah) dari 4 jam sebesar Rp 6.000 (Enam
Ribu rupiah);
3. Kendaraan Bermotor beroda 2 (Dua) sebesar Rp. 2.000,-
(Dua Ribu Rupiah) untuk kurun waktu 1 sampai dengan 2
jam, lebih dari 2 jam sampai 4 jam sebesar Rp. 4.000,-
(Empat Ribu Rupiah) dari 4 jam sebesar Rp 6.000 (Enam
Ribu rupiah);
4. Kendaraan Bermotor beroda 3 (tiga) atau 4 (Empat) sebesar
Rp. 3.000,- (Tiga Ribu Rupiah) untuk kurun waktu 1 sampai
dengan 2 jam, lebih dari 2 jam sebesar Rp. 6.000,- (Enam
Ribu Rupiah) dari 4 jam sebesar Rp. 8.000 (Delapan Ribu
Rupiah);
5. Kendaraan Bermotor beroda lebih dari 4 (Empat) sebesar Rp.
4.000,- (Empat Ribu Rupiah) untuk kurun waktu 1 sampai
dengan 2 jam, lebih dari 2 jam sebesar Rp. 8.000,- (Delapan
Ribu Rupiah) dari 4 jam sebesar Rp. 10.000,-(sepuluh ribu
rupiah).
Paragraf 4
Masa dan Saat Retribusi Terutang
Pasal 132
Masa retribusi yang terutang adalah batas waktu bagi Wajib Retribusi
untuk memanfaatkan pelayanan penyediaan fasilitas pasar yang lamanya
sama dengan jangka waktu lamanya pelayanan pemakaian fasilitas pasar.
Pasal 133
Saat retribusi terutang terjadi dalam masa retribusi sejak pelayanan
pemakaian fasilitas pasar diberikan atau sejak diterbitkan SKRD atau
sejak dokumen yang dipersamakan diberikan.
Bagian Kesembilan
RETRIBUSI TEMPAT KEGIATAN USAHA
Paragraf 1
Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi
Pasal 134
Dengan nama Retribusi Tempat Kegiatan Usaha dipungut Retribusi
sebagai pembayaran atas pelayanan pemakaian fasilitas dan
penyelenggaraan kegiatan usaha yang dimiliki dan/atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah.
Pasal 135
(1) Objek Retribusi Tempat kegiatan usaha adalah penyediaan tempat
kegiatan usaha yang secara khusus disediakan oleh Pemerintah
Daerah untuk melakukan untuk aktifitas pasar grosir, pertokoan,
kuliner dan kegiatan usaha lainnnya.
(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada pada
ayat (1) adalah penyediaan tempat pelelangan yang disediakan,
dimiliki dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD dan pihak swasta.
Pasal 136
(1) Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang
menggunakan/ menikmati pelayanan fasilitas tempat pelelangan ikan.
(2) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh
pelayanan dan/atau menggunakan/menikmati fasilitas tempat
pelelangan ikan yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa, Prinsip dan Sasaran
Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 137
(1) Tingkat penggunaan jasa diukur berdasar frekuensi dan jenis fasilitas
yang dinikmati.
(2) Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif Retribusi
didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak;
(3) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan jasa usaha tersebut
dilakukan secara efesien dan berorientasi pada harga pasar.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 138
(1) Retribusi Tempat kegiatan usaha digolongkan sebagai Retribusi Jasa
Usaha;
(2) Tarif Retribusi dibagi dalam golongan dan ditentukan seragam
menurut golongan, sesuai dengan prinsip dan sasaran penetapan
tarif retribusi;
(3) Tarif Retribusi Tempat Usaha sebagai berikut:
Bagian Kesepuluh
RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN
Paragraf 1
Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi
Pasal 139
Dengan nama Retribusi Tempat Pelelangan Ikan dipungut Retribusi
sebagai pembayaran atas pelayanan pemakaian fasilitas dan
penyelenggaraan pelelangan ikan yang dimiliki dan/atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah.
Pasal 140
(1) Objek Retribusi Tempat Pelelangan Ikan adalah penyediaan tempat
pelelangan ikan yang secara khusus disediakan oleh Pemerintah Daerah
untuk melakukan pelelangan Ikan, termasuk jasa pelelangan serta
fasilitas lainnya yang disediakan di tempat pelelangan.
(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada pada ayat
(1) adalah penyediaan tempat pelelangan yang disediakan, dimiliki
dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD dan pihak swasta.
Pasal 141
(3) Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/
menikmati pelayanan fasilitas tempat pelelangan ikan.
(4) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh
pelayanan dan/atau menggunakan/menikmati fasilitas tempat
pelelangan ikan yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa, Prinsip dan Sasaran
Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 142
(1) Tingkat penggunaan jasa diukur berdasar frekuensi dan jenis fasilitas
yang dinikmati/ berdasar hasil lelang
(2) Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif Retribusi
didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak;
(3) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan jasa usaha tersebut
dilakukan secara efesien dan berorientasi pada harga pasar.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 143
(1) Retribusi Tempat Pelelangan Ikan digolongkan sebagai Retribusi Jasa
Usaha;
(2) Tarif Retribusi dibagi dalam golongan dan ditentukan seragam
menurut golongan, sesuai dengan prinsip dan sasaran penetapan
tarif retribusi;
(3) Tarif Retribusi Tempat pelelangan ditetapkan sebesar 3% (tiga)
persen) yang terdiri dari :
a. 1,0 % (satu koma nol persen) dipungut dari Penjual/Pemilik Ikan;
b. 2,0 % (dua koma nol persen) dipungut dari Pembeli/Pedagang
Besar;
(4) Besaran retribusi yang dipungut pada tempat pelelangan ikan akan
disetor;
a. 2,0 % (dua koma nol persen) ke Pemerintah Daerah;
b. 0,5 % (Nol koma lima persen) untuk pengelolaan Tempat
Pelelangan Ikan; dan
c. 0,5 % (Nol koma Lima) untuk pemungut retribusi;
(5) Pemungutan retribusi dilakukan pada Tempat Pelelangan Ikan
diwilayah Kabupaten Buru.
Paragraf 4
Masa dan Saat Retribusi Terutang
Pasal 144
Masa Retribusi adalah batas waktu bagi wajib retribusi untuk menikmati
pelayanan tempat pelelangan yang lamanya sama dengan pelaksanaan
pelayanan tempat pelelangan.
Pasal 145
Saat Retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau
Dokumen lain yang dipersamakan ;
Paragraf 4
Masa dan Saat Retribusi Terutang
Pasal 146
Masa Retribusi adalah batas waktu bagi wajib retribusi untuk menikmati
pelayanan tempat pelelangan yang lamanya sama dengan pelaksanaan
pelayanan tempat Kegiatan Usaha.
Pasal 147
Saat Retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau
Dokumen lain yang dipersamakan ;
Bagian Kesebelas
RETRIBUSI PENYEDIAAN TEMPAT KHUSUS PARKIR
DI LUAR BADAN JALAN
Paragraf 1
Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi
Pasal 148
Dengan nama Retribusi Penyediaan Tempat Khusus Parkir di Luar Badan
Jalan dipungut retribusiatas pelayanan penyediaan tempat khusus parkir
oleh Pemerintah Kabupaten.
Pasal 149
(1) Objek Retribusi Penyediaan Tempat Khusus Parkir di Luar Badan
Jalan adalah pelayanan tempat khusus parkiryang disediakan,
dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
(2) Objek Penyediaan Tempat Khusus Parkir di Luar Badan Jalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Sepeda
b. Sepeda motor;
c. Sedan, jeep, mini bus, pick up dan sejenis
d. Bus, truck dan sejenis
e. Alat berat lainnya
Pasal 150
(1) Subjek Retribusi Penyediaan Tempat Khusus Parkir di Luar Badan
Jalan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan atau
menikmati pelayanan penyediaan fasilitas di tempat Khusus Parkir.
(2) Wajib Retribusi Penyediaan Tempat Khusus Parkir di Luar Badan
Jalan adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan
Perudang-Undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan
pembayaran retribusi termasuk pemungut atau pemotong retribusi
tempat Khusus Parkir.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa, Prinsip dan Sasaran Dalam
Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 151
(1) Tingkat penggunaan jasa Retribusi Penyediaan Tempat Khusus
Parkir di Luar Badan Jalandiukur berdasarkan frekuensi, jangka
waktu penggunaan fasilitas dan jenis kendaraan.
(2) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif
Retribusi Tempat Khusus Parkir dimaksudkan untuk memperoleh
keuntungan yang layak.
(3) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan jasa tempat khusus
parkir tersebut dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga
pasar.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 152
(1) Struktur dan besarnya tarif ditetapkan sebagai berikut :
a. Tarif Harian dikawasan Parkir:
No Jenis Tarif
1 Sepeda Motor Rp. 3.000/2 jam
2 Sedan, jeep, mini bus, pick up Rp. 5000/2 jam
dan sejenis
3 Bus, truck, dan sejenisnya Rp. 8.000/ 2 jam
4 Alat berat Lainnya Rp. 12.000/ 2 jam
5 Bendi/Dokar Rp. 3.000
6 Becak Rp. 3.000
No Jenis Tarif
1 Sepeda Motor Rp. 67.500
2 Pic Up, Jeep, Taxi/Oplet Rp. 112.500
Sedan dan Sejenisnya
3 Bus, truck dan sejenisnya Rp. 180.000
4 Alat berat Lainnya Rp. 270.000
5 Bendi/Dokar Rp. 45.000
6 Becak Rp. 45.000
Paragraf 4
Masa dan Saat Retribusi Terutang
Pasal 153
(1) Masa retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas
waktu bagi Wajib retribusi untuk memanfaatkan fasilitas penyediaan
tempat parkir khusus.
(2) Retribusi terutang dalam masa retribusi terjadi pada saat pelayanan
tempat parkir khusus dan jatuh tempo sejak SKRD atau dokumen lain
yang dipersamakan.
Bagian Keduabelas
RETRIBUSI PENYEDIAAN TEMPAT PENGINAPAN/
PESANGGRAHAN/ VILLA
Paragraf 1
Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi
Pasal 154
Dengan nama Retribusi Penyediaan Tempat Penginapan/Pesanggrahan/
Villa, dipungut retribusiatas pelayanan Tempat Penginapan/
Pesanggrahan/Villa yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh
Pemerintah Kabupaten.
Pasal 155
(1) Objek Retribusi Penyediaan Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
adalah pelayanan tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villayang
disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
(2) Dikecualikan dari objek Retribusi adalah pelayanan tempat khusus
Penginapan/Pesanggrahan/Villa yang disediakan, dimiliki, dan/atau
dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, BUMN, BUMD, dan
pihak swasta.
Pasal 156
(1) Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan
fasilitas tempat penginapan/pesanggrahan/villa milik Pemerintah
Kabupaten.
(2) Wajib Retribusi Penyediaan Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan Perundang-
undangan retribusi di wajibkan untuk melakukan pembayaran.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa, Prinsip dan Sasaran Dalam
Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 157
(1) Tingkat penggunaan jasa penyediaan tempat
Penginapan/Pesanggrahan/ Villa diukur berdasarkan jenis fasilitas,
lokasi dan jangka waktu pemakaian penginapan/pesanggrahan/villa.
(2) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besaran tarif
retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa dimaksudkan untuk
memperoleh keuntungan yang layak;
(3) Keuntungan yang layak sebagaimana sebagaimana pada ayat (1)
adalah keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan tempat
penginapan/pesanggrahan/villa.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 158
(1) Tarif digolongkan berdasarkan jenis dan jumlah tempat
Penginapan/Pesanggrahan/Villa;
(2) Struktur dan besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan sebagai berikut :
No. Jenis Bangunan Tarif (Rp)
1 2 3
1. Homestay 100.000/Orang/ hari
Paragraf 4
Masa dan Saat Retribusi Terutang
Pasal 159
(1) Masa retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa adalah jangka
waktu yang lamanya sama dengan jangka waktu penggunaan
penyediaan tempat penginapan/pesanggrahan/villa.
(2) Retribusi penyediaan tempat penginapan/pesanggrahan/villa yang
terutang terjadi pada saat penggunaan pelayanan tempat
penginapan/pesanggrahan/villa atau sejak diterbitkan SKRD atau
dokumen lain yang dipersamakan.
Paragraf 1
Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi
Pasal 160
Pasal 161
Pasal 162
(1) Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh
pelayanan dan/atau menikmati/memakai fasilitas rumah potong
hewan ternak yang disediakan, dimilik, dan/atau dikelola Pemerintah
Kabupaten.
(2) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang diwajibkan oleh
Peraturan Daerah ini untuk membayar retribusi, termasuk pemungut
atau pemotong retribusi.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa, Prinsip dan Sasaran Dalam
Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 163
(1) Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis pelayanan, jenis fasilitas
dan jenis hewan ternak.
(2) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi
rumah pemotongan hewan ternak dimaksudkan untuk memperoleh
keuntungan yang layak.
(3) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan jasa rumah pemotongan
hewan ternak tersebut dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga
pasar
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 164
Struktur dan besarnya tarif sebagaimana dimaksud ditetapkan sebagai
berikut:
Tarif
No. Objek Retribusi
(Rp.)
1 2 3
1. Sapi, kerbau, kuda (betina 65.000,- /ekor
tidak produktif)
2. Sapi, kerbau, kuda (jantan) 30.000,- /ekor
3. Kambing, domba 5.000,- /ekor
4. Babi 45.000,- /ekor
5. Unggas 500,- /ekor
Paragraf 4
Masa dan Saat Retribusi Terutang
Pasal 165
(3) Masa retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa adalah jangka
waktu yang lamanya sama dengan jangka waktu penggunaan
penyediaan tempat penginapan/pesanggrahan/villa.
(4) Retribusi penyediaan tempat penginapan/pesanggrahan/villa yang
terutang terjadi pada saat penggunaan pelayanan tempat
penginapan/pesanggrahan/villa atau sejak diterbitkan SKRD atau
dokumen lain yang dipersamakan.
Pasal 166
Dengan nama Retribusi Pelayanan Pelabuhanan dipungut retribusi atas
pelayanan jasa kepelabuhanan yang disediakan, dimiliki, dan/atau
dikelola oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 167
(1) Obyek Retribusi adalah pelayanan jasa kepelabuhanan, termasuk
fasilitas lainnya dilingkungan pelabuhan yang disediakan, dimiliki,
dan/atau dikelola oleh Pemerintahan Daerah terdiri dari :
a. Pelabuhan Laut, Meliputi :
1. Jasa pelayanan kapal:
a) Jasa labuh;
b) Jasa tambat.
2. Jasa pelayanan barang:
a) Jasa dermaga;
b) Jasa penumpukan.
3. Jasa pelayanan alat:
a) Alat mekanik;
b) Alat non mekanik.
4. Jasa kepelabuhanan lainnya:
a) Pelayanan terminal penumpang kapal;
b) Tanda masuk (pas) pelabuhan;
c) Pelayanan air bersih;
d) Sewa tanah dan perairan;
e) Sewa ruangan/bangunan;
f) Pelayanan air bersih.
g) Pelayanan bongkar muat hasil perkebunan
h) Pelayanan bongkar muat hasil pertanian
i) Pelayanan bongkar muat hasil perikanan
j) Pelayanan bongkar muat hasil hutan
k) Pelayanan bongkar muat hewan
b. Pelabuhan Penyeberangan, meliputi:
a) Jasa sandar;
b) Tanda masuk (pas) pelabuhan;
c) Jasa penumpang barang;
d) Jasa sewa tanah dan bangunan.
Pasal 168
(1) Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh
pelayanan kepelabuhanan dan/atau menikmati/memakai fasilitas di
lingkungan pelabuhan yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelolah
oleh Pemerintah Daerah.
(2) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang telah
memperoleh pelayanan kepelabuhanan dan/atau
menikmati/memakai fasilitas di lingkungan pelabuhan yang
disediakan, dimiliki, dan/atau dikelolah oleh Pemerintah Daerah.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa, Prinsip dan Sasaran Dalam
Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 169
(1) Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis pelayanan, jenis
fasilitas, frekuensi dan lama pelayanan dan/atau penggunaan
fasilitas.
(2) Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif Retribusi
didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.
(3) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
keuntungan yang diperoleh dengan memperhitungkan biaya
penyelenggaraan pelayanan secara efisien dan berorientasi pada harga
pasar.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 170
c. Struktur tarif digolongkan berdasarkan jenis kapal dan jenis jasa
pelayanan.
d. Struktur dan besarnya tarif retribusi ditetapkan sebagai berikut:
2) Jasa penumpukan
a. gudang tertutup 2.500,-/ton/M3/hari
b. Lapangan 2.500,-/ton/M3/hari
c. penyimpanan hewan :
1. kerbau, sapi, kuda dsb Rp. 5.000,-/ekor/hari
2. kambing, babi, dsb Rp. 2.500,-/ekor/hari
3) Jasa pelayanan alat :
a. alat non mekanik :
b
gerobak dorong Rp. 5.000,-/unit/hari
.
4) Perizinan perhubungan laut :
izin usaha pelayaran rakyat Rp.
a.
(SIUPPER) 300.000,-/perusahaan
izin usaha angkatan laut Rp.
b.
(SIUPAL) 300.000,-/perusahaan
izin usaha tally pada Rp.
c.
pelabuhan lokal 500.000,-/perusahaan
izin usaha bongkar muat Rp.
d.
pada pelabuhan 500.000,-/perusahaan
Lokal
izin usaha ekspedisi pada
e. -50.000,-/perusahaan
pelabuhan Lokal
3. Jasa kepelabuhanan lainnya :
Pelayanan terminal penumpang
1)
kapal laut :
terminal penumpang kelas C:
penumpang yang
1. -
berangkat
kecuali penumpang Rp.
2.
speed boat 2.500,-/orang/masuk
Rp.
2. pengantar / penjemput
2.000,-/orang/masuk
2) Tanda masuk (pas) pelabuhan :
pas kendaraan (termasuk
uang parkir)
1. pas harian :
• trailer, truk
gandengan Rp. 10.000,-/unit/bulan
• truk, bus besar Rp. 5.000,-/unit/masuk
• pick up, mini bus,
sedan, jeep Rp. 3.000,-/unit/masuk
• sepeda motor Rp. 2.000,-/unit/masuk
• gerobak, cikar, dokar,
sepeda Rp. 1.000,-/unit/masuk
2. pas tetap :
• trailer, truk Rp.
gandengan 100.000,-/unit/bulan
Rp.
750.000,-/unit/tahun
• truk, bus besar Rp. 50.000,-/unit/bulan
Rp.
500.000,-/unit/tahun
• pick up, mini bus,
sedan, jeep Rp. 30.000,-/unit/bulan
Rp.
300.000,-/unit/tahun
• sepeda motor Rp. 30.000,-/unit/bulan
Rp.
200.000,-/unit/tahun
• gerobak, cikar, dokar,
sepeda Rp. 25.000,-/unit/bulan
Rp.
100.000,-/unit/tahun
3) Pelayanan air bersih Rp. 20.000,-/M3
Sewa ruangan/bangunan
4)
pelabuhan Rp. 218.750,-/M2/tahun
Retribusi Pelabuhan
B
Penyeberangan :
1. Jasa sandar :
1) dermaga beton Rp. 500,-/GT/hari
2) jembatan kayu Rp. 500,-/GT/hari
3) pinggiran/pantai Rp. 250,-/GT/hari
4) kapal istirahat pada dermaga Rp. 250,-/GT/hari
Paragraf 4
Masa dan Saat Retribusi Terutang
Pasal 171
(5) Masa retribusi jasa kepelabuhanan adalah jangka waktu yang
lamanya sama dengan jangka waktu penggunaan penyediaan
pelayanan jasa pelabuahan bongkar muat.
(6) Retribusi jasa kepelabuhanan yang terutang terjadi pada saat
penggunaan pelayanan tempat pelabuahan atau sejak diterbitkan
SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
Pasal 173
(1) Objek Retribusi Pelayanan Tempat Rekreasi/ Pariwisata dan Olahraga
adalah pelayanan tempat rekreasi/pariwisata dan tempat olah raga yang
disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah berupa
fasilitas yang berada dilokasi:
a. Pantai Jikumerasa;
b. Air Terjun Waetina;
c. Taman Rekreasi Al Buruj
d. Gedung Olah raga
b. Lapangan Tenis dan Bulutangkis
(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah pelayanan tempat rekreasi, pariwisata dan olah raga yang
disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah
Provinsi, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
Pasal 174
(1) Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan tempat rekreasi, pariwisata dan
olah raga dari Pemerintah Kabupaten.
(2) Wajib Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga adalah orang pribadi
atau badan yang menurut Peraturan Perudang-Undangan Retribusi
diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi termasuk pemungut
atau pemotong retribusi tempat rekreasi dan olah raga.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa, Prinsip dan Sasaran Dalam
Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 175
(1) Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan frekuensi, jenis dan
jangka waktu layanan tempat rekreasi, pariwisata dan olah raga.
(2) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif
Retribusi Pelayanan Tempat Rekreasi/ Pariwisata dan Olah Raga
dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan yang layak.
(3) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan jasa tempat rekreasi/
pariwisata dan olah raga tersebut dilakukan secara efisien dan
berorientasi pada harga pasar
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 176
(1) Struktur dan besarnya tarif retribusi ditetapkan sebagai berikut:
a. Objek rekreasi dan wisata
Besarnya
No. Kelompok Objek Retribusi Retribusi
(Rp)
1 2 3
1. Pantai Jikumerasa
a. Setiap orang dikenakan retribusi
- Wisatawan Mancanegara 5.000/hari
- Wisatawan Nusantara 5.000/hari
b. Retribusi Parkir
- Sepeda Motor 2.000/hari
- Mobil/Jeep/Minibus 5.000/hari
- Bus/Truk 10.000/hari
2. Air Terjun Waetina Bara :
a. Setiap orang dikenakan retribusi :
- Wisatawan Mancanegara 5.000/hari
- Wisatawan Nusantara 5.000/hari
b. Retribusi Parkir :
- Sepeda Motor 2.000/hari
- Mobil/Jeep/Minibus) 5.000/hari
- Bus/Truk 10.000/hari
3. Peneliti :
a) Wisatawan Mancanegara
- 1 s/d 15 Hari 20.000/hari
- 16 s/d 20 Hari 50.000/hari
- 1 s/d 6 Bulan 100.000/hari
- 6 s/d 1 Tahun 250.000/hari
b) Wisatawan Nusantara
- 1 s/d 15 Hari 20.000/hari
- 16 s/d 20 Hari 50.000/hari
- 1 s/d 6 Bulan 100.000/hari
- 6 s/d 1 Tahun 250.000/hari
4. Pemakaian fasilitas umum beruba
kamar mandi/mck :
a) Mandi 3.000/sekali pakai
b) buang air besar 2.000/sekali pakai
c) buang air kecil 1.000/sekali pakai
4. Bagi yang berjualan atau mengadakan usaha didalam
lingkungan objek wisata :
a) Penjual Asongan 6.000/hari
b) Penjual 7.500/hari
c) Penyewa warung/kios 10.000/hari
d) Penyewa pelampung renang / 5.000/hari
perahu/alas tikar
5. Fotografer atau sejenisnya yang menggunakan tempat
destinasi pariwisata atau rekreasi :
a) Yang hasilnya dikomersilkan 25.000/hari
b) Klasifikasi preweding 150.000/hari
c) Videoclip 150.000/hari
N TARIF
URAIAN KETERANGAN
O (Rp)
1 Pemakaian lapangan untuk
1 (satu) kompetisi Sepak
Bola sebagai berikut:
a. Amatir
Tanpa Lampu
5.000.000,-
3.Nasional Menggunakan
9.500.000,-
Penerangan
Lampu
TARIF
NO URAIAN KEGIATAN KET
(Rp)
1 GOR Buru Resepsi 4.000.000,-/ Dalam Area
Pernikahan Hari Gedung
3 Gedung 3.500.000,-/
Serbaguna Hari
TARIF
NO URAIAN KEGIATAN KET
(Rp)
1 Lapangan Latihan (Indoor) 20.000,-/ Menggunakan
Bulu Jam/Lap. Penerangan
Tangkis Latihan 10.000,- Lampu
(Outdoor) /Jam/Lap.
Paragraf 4
Masa dan Saat Retribusi Terutang
Pasal 177
(1) Masa retribusi adalah batas waktu bagi Wajib retribusi untuk
memanfaatkan pelayanan tempat rekreasi dan olah raga yang lamanya
sama dengan jangka waktu pemberian pelayanan tersebut.
(2) Retribusi pelayanan tempat rekreasi/ pariwisata dan olah raga yang
terutang dalam masa retribusi terjadi pada saat penyelenggaraan
pelayanan penyediaan fasilitas tempat rekreasi/ pariwisata dan olah
raga atau sejak diterbitkan SKRD.
(3) Untuk rombongan tertentu (diatas 10 orang) atas pelayanan jasa
tempat rekreasi dan wisata diberikan potongan/keringanan retribusi
sebesar 10%.
Pasal 178
Dengan nama Retribusi Pelayanan penyebrangan orang atau barang
menggunakan kendaraan air dipungut retribusi atas pelayanan jasa
penyebrangan yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah.
Pasal 179
(1) Obyek Retribusi adalah Pelayanan penyebrangan orang atau barang,
termasuk fasilitas lainnya dilingkungan pelabuhan yang disediakan,
dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintahan Daerah,
perorangan/swasata yakni jasa pelayanan penyebrangan orang dan
barang menggunakan pontong
(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah pelayanan jasa kepelabuhanan yang disediakan, dimiliki
dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD dan pihak swasta.
Pasal 180
(3) Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh
pelayanan penyebrangan dan/atau menikmati/memakai fasilitas yang
disediakan, dimiliki, dan/atau dikelolah oleh Pemerintah Daerah.
(4) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang telah
memperoleh pelayanan penyebrangan dan/atau menikmati/memakai
fasilitas yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelolah oleh Pemerintah
Daerah.
Paragraf 2
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 181
(1) Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi ditetapkan sebagai berikut :
Harga Dasar Pengenaan
NO Jenis Retribusi / Komiditi Retribusi
( Rp )
1 2 3
Rp. 1.000,-/orang/ sekali
1. Jasa Orang
jalan
2. Jasa Kendaraan
a. golongan Motor Rp. 2.000,-/unit/ sekali jalan
b. golongan Mobil Rp. 2.000,-/ unit/ sekali jalan
c. golongan Truck Besar Rp. 5.000,-/ unit/sekali jalan
Paragraf 4
Masa dan Saat Retribusi Terutang
Pasal 182
(4) Masa retribusi adalah batas waktu bagi Wajib retribusi untuk
memanfaatkan pelayanan penyebrangan air yang lamanya sama
dengan jangka waktu pemberian pelayanan tersebut.
(5) Retribusi pelayanan penyebrangan air yang terutang dalam masa
retribusi terjadi pada saat penyelenggaraan pelayanan penyediaan
fasilitas tempat rekreasi/ pariwisata dan olah raga atau sejak
diterbitkan SKRD.
(6) Untuk rombongan tertentu (diatas 10 orang) atas pelayanan jasa
tempat rekreasi dan wisata diberikan potongan/keringanan retribusi
sebesar 10%.
Pasal 183
Dengan nama Retribusi Penjualan Hasil Produksi Usaha dipungut retribusi
atas pelayanan jasa penjualan hasil produksi usaha dibidang pertanian,
perikanan, dan perindustrian dan perdagangan yang disediakan, dimiliki,
dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 184
(1) Obyek Retribusi adalah pelayanan jasa penjualan produksi usaha
dibidang pertanian, perikanan dan perindutrian dan perdagangan,
termasuk fasilitas lainnya dilingkungan pelabuhan yang disediakan,
dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintahan Daerah terdiri dari :
(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah pelayanan jasa usaha yang disediakan, dimiliki dan/atau
dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD dan pihak swasta.
Pasal 185
(1) Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh
pelayanan jasa penjualan produksi usaha disediakan, dimiliki,
dan/atau dikelolah oleh Pemerintah Daerah.
(2) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang telah
memperoleh pelayanan jasa penjualan produksi usaha yang
disediakan, dimiliki, dan/atau dikelolah oleh Pemerintah Daerah.
Paragraf 2
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 186
Struktur dan besarnya tarif retribusi jasa penjualan produksi usaha
ditetapkan sebagai berikut:
4 Pakan Ikan
Paragraf 4
Masa dan Saat Retribusi Terutang
Pasal 187
(7) Masa retribusi adalah batas waktu bagi Wajib retribusi untuk
memanfaatkan pelayanan penjualan hasil produksi usaha yang
lamanya sama dengan jangka waktu pemberian pelayanan tersebut.
(8) Retribusi pelayanan penjualan hasil produksi usaha yang terutang
dalam masa retribusi terjadi pada saat penyelenggaraan pelayanan
penjualan hasil produksi usaha atau sejak diterbitkan SKRD.
Pasal 188
(1) Dengan nama retribusi pemanfaatan aset daerah dipungut retribusi
sebagai pembayaran atas pelayanan penyediaan aset daerah oleh
Pemerintah Kabupaten.
(2) Objek Retribusi adalah pelayanan pemberian hak pemanfaatanaset
Daerah untuk jangka waktu tertentu.
(3) Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh
hak untuk memanfaatkan aset daerah.
(4) Dikecualikan dari pengertian pemanfaatan aset daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) adalah penggunaan tanah yang tidak
mengubah fungsi dari tanah tersebut.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa, Prinsip dan Sasaran Dalam
Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 189
Tingkat penggunaan jasa Retribusi Pelayanan Pasar diukur berdasarkan
frekuensi jangka waktu dan jenis pelayanan
Pasal 190
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif retribusi
didasarkan pada tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang layak.
(2) keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan jasa usaha tersebut
dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 191
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi ditetapkan sebagai berikut:
a. Pemakaian Tanah
Besarnya Masa
Luas/Jumlah
No Kegunaan Tarif Retribusi
Satuan
(Rp.)
1 2 3 4
1. Pemakaian Tanah Untuk Per m2 150.000,- 1 tahun
Pemasangan Reklame
Permanen
2 Pemakaian Tanah Untuk Per m2 15.000,- 1 tahun
Pemasangan Kain
Reklame/umbul-umbul
3 Pemakaian Jalan Untuk Per m2 2.000,- Per hari,
Terop: maksimal
(bahwa pemakaian 3 hari
sebagaiman dimaksud
supaya tidak
mengganggu fungsi jalan)
4 Untuk Warung, depot dan Per m2 12.500,- 1 tahun
bangunan tidak
Permanen
Jalan Kabupaten Untuk 1 hari
5 Per m2 5.000,-
Kepentingan Komersial
6 Bangunan/Rumah
beserta halamannya
c. Kontruksi beton/ cor Per m2 4.000,- 1 tahun
d. Kontruksi non beton/ Per m2 1 tahun
2.000,-
cor atau sederhana
7 Untuk Kepentingan Per m2
Pertanian *) :
a. Tanah Produktif adalah Per m2 1 tahun
tanah pertanian yang 1.500,-
menggunakan
mekanisme Irigasi.
b. Kurang Produktif Per m2 1 tahun
adalah tanah pertanian
yang sebagian besar 750,-
menggunakan
mekanisme tadah
hujan/non irigasi.
Untuk kepentingan
8 Per m2 1.500,- 1 tahun
perikanan
b. pemakaian Gedung
Besarnya
Luas/Jumlah Masa
No Kegunaan Tarif
Retribusi
Satuan (Rp.)
1 2 3 4 5
1 Gedung
a. Aula Kantor Bupati
- Perkawinan Perhari 2.500.000 kegiatan
- Seminar/Rapat/ Perhari 800.000 Kegiatan
Uji Publik/
sejenisnya
b. Aula BKPSDM Perhari 500.000 Kegaiatan
c. Gelanggang Olahraga
- Perkawinan Perhari 4.000.000 Kegiatan
- Kampanye Parpol Perhari 10.000.000 Kegiatan
- Kegiatan Olahraga Perhari 1.500.000 Kegiatan
- Kegiatan Perhari 1.000.000 Kegiatan
Kemasyarkatan
Lainnya
2 Kelengkapan Lainnya
a. Kursi Plastik Perbuah/hari 1.500,- Kegiatan
c. kursi VIP (Chetose
Perbuah / hari 3.000 Kegiatan
Spon)
d. Kursi Sofa Per set/hari 25.000,- Kegiatan
e. Meja Prasmanan dan Kegiatan
Perbuah/hari 30.000,-
Lainnya
f. Karpet Per m2/hari 5.000,- Kegiatan
TARIF
No NAMA ALAT KAPASITAS KET
(Rp)
TARIF
No NAMA ALAT KET
(Rp)
e. Peralatan Wisata
ALAT LABORATORIUM
Asphal Core Driil 5.5 HP
1 255.000 Per titik
Test
Paragraf 4
Masa dan Saat Retribusi Terutang
Pasal 192
Masa Retribusi adalah batas waktu bagi wajib retribusi untuk menikmati
pelayanan penyediaan kekayaan daerah yang lamanya sama dengan
pelaksanaan pelayanan kekayaan daerah.
Paragraf 1
Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi
Pasal 193
Dengan nama Retribusi Persetujuan Bangunan Gedung dipungut retribusi
sebagai pembayaran atas pelayanan penerbitan Persetujuan Bangunan
Gedung dan penerbitan Sertifikat Laik Fungsi bangunan gedung atau
prasarana bangunan gedung.
Pasal 194
(1) Objek retribusi Persetujuan Bangunan Gedung adalah Kegiatan
Pemerintah Daerah dalam rangka pembinaan melalui pemberian
persetujuan untuk biaya pelayanan penerbitan Persetujuan Bangunan
Gedung dan penerbitan Sertifikat Laik Fungsi bangunan gedung atau
prasarana bangunan gedung.
(2) Pemberian Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
kegiatan layanan konsultasi pemenuhan standar teknis, penerbitan
PBG, inspeksi bangunan gedung, penerbitan SLF dan SBKBG, serta
pencetakan plakat SLF.
(3) Penerbitan PBG dan SLF tersebut diberikan untuk permohonan
persetujuan:
a. Pembangunan baru;
b. Bangunan gedung yang sudah terbangun dan belum memiliki PBG
dan/atau SLF;
c. PBG perubahan untuk :
i. Perubahan fungsi bangunan gedung;
ii. Perubahan lapis bangunan gedung;
iii. Perubahan luas bangunan gedung;
iv. Perubahan tampak bangunan gedung;
v. Perubahan spesifikasi dan dan dimensi komponen pada
bangunan gedung yang mempengaruhi aspek keselamatan dan/
atau kesehatan;
vi. Perkuatan bangunan gedung terhadap tingkat kerusakan sedang
atau berat;
vii. Perlindungan dan/ atau pengembangan Bangunan Gedung Cagar
Budaya; atau Perbaikan bangunan gedung yang terletak di
kawasan cagar budaya.
(4) PBG perubahan tidak diperlukan untuk pekerjaan pemeliharaan dan
pekerjaan perawatan;
(5) Tidak termasuk objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah penerbitan PBG dan SLF untuk bangunan milik pemerintah
pusat, Pemerintah Daerah, atau bangunan yang memiliki fungsi
keagamaan.
(6) Persyaratan Persetujuan Bangunan Gedung dilakukan sesuai dengan
Peraturan Perundang- undangan yang berlaku.
Pasal 195
Subyek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh
pelayanan izin PBG dan SLF dari Pemerintah Daerah
Pasal 196
Wajib Retribusi PBG adalah orang pribadi atau badan yang menurut
ketentuan Peraturan Perundang- undangan Retribusi diwajibkan untuk
melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong
retribusi.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa, Prinsip dan Sasaran Dalam
Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 197
i. Besarnya retribusi PBG yang terutang dihitung berdasarkan perkalian
antara tingkat penggunaan jasa atas penyediaan layanan dan harga
satuan retribusi PBG.
ii. Tingkat penggunaan jasa atas penyediaan layanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diukur berdasarkan formula yang
mencerminkan biaya penyelenggaraan penyediaan layanan
iii. Harga satuan retribusi PBG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. Standar Harga Satuan Tertinggi untuk Bangunan Gedung; dan
b. Harga satuan retribusi Prasarana Bangunan Gedung untuk
Prasarana Bangunan Gedung.
iv. Formula sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas formula
untuk:
c. Bangunan Gedung; dan
d. Prasarana Bangunan Gedung.
v. Formula sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a terdiri atas:
a. Luas Total Lantai;
b. Indeks lokalitas;
c. Indeks Terintegrasi; dan
d. Indeks Bangunan Gedung Terbangun.
vi. Formula sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b terdiri atas:
a. Volume;
b. Indeks Prasarana Bangunan Gedung; dan
c. Indeks Bangunan Gedung Terbangun.
Pasal 198
(1) Prinsip dan sasaran penetapan besaran tarif retribusi PBG
didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya
penyelenggaraan penerbitan PBG dan SLF.
(2) Biaya penyelenggaraan penerbitan PBG dan SLF sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi penerbitan dokumen PBG dan SLF,
inspeksi Penilik bangunan, penegakan hukum, penatausahaan, dan
biaya dampak negatif dari penerbitan PBG dan SLF tersebut.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 199
(1) Struktur dan besaran tarif retribusi PBG ditetapkan berdasarkan
kegiatan pemeriksaan pemenuhan standar teknis dan pelayanan
konsultasi untuk :
a. Bangunan Gedung
Tarif retribusi PBG untuk Bangunan Gedung dihitung berdasarkan
Luas Total Lantai (LLt) dikalikan Indeks Lokalitas (Ilo) dikalikan
Standar Harga Satuan Tertinggi (SHST) dikalikan Indeks Terintegrasi
(It) dikalikan Indeks Bangunan Gedung Terbangun (Ibg) atau dengan
rumus: LLt x (Ilo x SHST) x It x Ibg.
b. Prasarana Bangunan Gedung
Tarif retribusi PBG untuk Prasarana Bangunan Gedung dihitung
berdasarkan Volume (V) dikalikan Indeks Prasarana Bangunan
Gedung (I) dikalikan Indeks Bangunan Gedung Terbangun (Ibg)
dikalikan harga satuan retribusi prasarana bangunan gedung (HSpbg)
atau dengan rumus: : V x I x Ibg x HSpbg.
(2) Standar Harga Satuan Tertinggi (SHST) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
(3) Struktur dan besaran tarifretribusi PBG untuk Prasarana Bangunan
Gedungsebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b tercantum dalam
lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
(4) Indeks terintegrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung
berdasarkan indeks fungsi (If) dikalikan penjumlahan dari bobot
parameter (bp) dikalikan indeks parameter (Ip) dikalikan faktor
kepemilikan (Fm) atau dengan rumus If x ∑ (bp x Ip) x Fm.
Paragraf 4
Masa dan Saat Retribusi Terutang
Pasal 200
(1) Masa Retribusi adalah batas waktu bagi wajib retribusi untuk
memanfaatkan pelayanan Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) yang
lamanya sama dengan jangka waktu berlakunya PBG
(2) Retribusi terutang terjadi dalam masa retribusi pada saat pelayanan
PBG atau sejak diterbitkan SKRD.
Pasal 201
(1) Proses konsultasi pelayanan perencanaan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 176 ayat (1) meliputi:
a. pendaftaran;
b. pemeriksaan pemenuhan Standar Teknis; dan
c. pernyataan Pemenuhan Standar Teknis.
(2) Konsultasi perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan tanpa dipungut biaya.
(3) Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan
oleh Pemohon atau Pemilik melalui SIMBG.
(4) Konsultasi perencanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a
dilakukan melalui pemeriksaan terhadap dokumen rencana teknis.
(5) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan oleh TPA
atau TPT.
(6) Pemeriksaan oleh TPT sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan
terhadap Bangunan Gedung berupa rumah tinggal tunggal 1 (satu)
lantai dengan luas paling banyak 72 m2 (tujuh puluh dua meter
persegi) dan rumah tinggal tunggal 2 (dua) lantai dengan luas lantai
paling banyak 90 m2 (sembilan puluh meter persegi).
(7) Pemeriksaan oleh TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan
terhadap Bangunan Gedung selain Bangunan Gedung sebagaimana
dimaksud pada ayat (6).
(8) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan
paling banyak 5 (lima) kali daiam kurun waktu paling lama 28 (dua
puluh delapan) hari kerja.
(9) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan
pertama kali dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak
pengajuan pendaftaran, berdasarkan notifikasi dokumen rencana
teknis lengkap dari pemohon.
Pasal 202
(1) Bangunan Gedung yang telah memperoleh perizinan yang dikeluarkan
oleh Pemerintah Daerah sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini
izinnya dinyatakan masih tetap berlaku.
(2) Bangunan Gedung yang telah memperoleh izin mendirikan bangunan
dari Pemerintah Daerah sebelum Peraturan Daerah ini mulai berlaku,
izinnya masih tetap berlaku sampai dengan berakhirnya izin.
(3) Bangunan Gedung yang telah berdiri dan belum memiliki PBG, untuk
memperoleh PBG harus mengurus SLF berdasarkan ketentuan
Peraturan Perundang- undangan yang berlaku.
Pasal 203
Dengan nama Retribusi Penggunaan Tenaga Kerja Asing
dipungut sebagai pembayaran dana kompensasi penggunaan
tenaga kerja asing
Pasal 204
(1) Objek retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
merupakan pemberian perpanjangan RPTKA kepada Pemberi
KerjaTKA yang telah memiliki RPTKA dari Menteri yang
bertanggung jawab dibidang ketenaga kerjaan atau pejabat
yang ditunjuk.
(2) Pemberi Kerja TKA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
termasuk instansi Pemerintah, perwakilan negara asing,
badan-badan internasional, lembaga sosial, lembaga
keagamaan, dan jabatan-jabatan tertentu dilembaga
pendidikan.
Pasal 205
(1) Subjek Retribusi Perpanjangan RPTKA meliputi Pemberi KerjaTKA.
(2) Subjek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan Wajib Retribusi.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa, Prinsip dan Sasaran Dalam
Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 206
(1) Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jangka waktu
perpanjangan RPTKA dan jumlah TKA yang dipekerjakan.
(2) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tariff retribusi
perpanjangan RPTKA ditetapkan berdasarkan pada tujuan
untuk menutup sebagian atau seluruh biaya
penyelenggaraanpemberian izin yang bersangkutan.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 207
(1) Struktur tariff retribusi ditetapkan berdasarkan tingkat
penggunaan jasa.
(2) Besarnya tariff retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat(1)
ditetapkan sebesar USD 100 (seratus dolar Amerika Serikat)
per jabatan per orang per bulan sebagai PNBP atau
Pendapatan Daerah berupa Retribusi Daerah untuk setiap
TKA dan dibayarkan dimuka.
(3) Retribusi sebagaimanadimaksud pada ayat(2), dibayarkan
dengan rupiah berdasarkan nilai kurs yang berlaku pada
saat pembayaran retribusi oleh wajib retribusi.
Paragraf 4
Masa dan Saat Retribusi Terutang
Pasal 208
(1) Masa retribusi perpanjangan RPTKA ditetapkan dalam jangka
waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender/1(satu) tahun
kalender.
(2) Saat retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya
SKRD.
Pasal 209
(1) Retribusi yang terutang wajib dilunasi wajib retribusi sesuai
jangka waktu perjanjian kerja atau paling lama 12 (dua belas)
bulan.
(2) Dalam hal TKA bekerja kurang dari jangka waktu perjanjian
kerja atau tidak sampai 12 (duabelas) bulan, kelebihan
pembayaran dikembalikan kepada wajib retribusi.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran,
tempat pembayaran, penyetoran, dan pengembalian retribusi
diatur dalam Peraturan Bupati.
Paragraf 5
Tata Pemeriksaan dan Sanksi Administrasi
Pasal 210
(1) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk, berwenang melakukan
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban retribusi perpanjangan RPTKA dalam rangka
melaksanakan Peraturan Daerah ini.
Pasal 212
1. Objek Retribusi Tambang rakyat adalah pembayaran atas pengelolaan
tambang rakyat yang diselenggarakan oleh
BUMN/BUMD/Koperasi/perseorangan yang meliputi:
2. Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah pengelolaan tambang dengan IUP.
Pasal 213
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memiliki izin usaha
pertambangan rakyat.
Pasal 214
Wajib Retribusi Tambang rakyat adalah orang pribadi atau badan yang
menurut Peraturan Perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk
melakukan pembayaran retribusi.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa, Prinsip dan Sasaran Dalam
Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 215
(1) Tingkat penggunaan jasa retribusi diukur berdasarkan jenis
pelayanan, lokasi, dan jangka waktu pelayanan
persampahan/kebersihan.
(2) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi ditetapkan dengan
memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan,
kemampuan masyarakat, aspek keadilan dan efektivitas pengendalian
atas pelayanan tersebut.
(3) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya operasi dan
pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.
(4) Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan biaya
penyediaan jasa, penetapan tarif hanya untuk menutup sebagian
biaya.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 216
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pelayanan
Persampahan/Kebersihan ditetapkan sebagai berikut :
N
Jenis Golongan Retribusi
O Tarif Keterangan
1 2 3
I Bahn tambang mineral
Ijin/Kuasa Pertambangan
1. Rp. 2.500.000 per tahun
penyelidikan umum
Ijin/Kuasa Pertambangan
2.
eksplorasi
a. 5 – 10 Ha Rp. 10.000.000 per tahun
b. 51 – 500 Ha Rp. 30.000.000 per tahun
c. Di atas 500 Ha Rp. 50.000.000 per tahun
Ijin/Kuasa Pertambangan
3
eksplorasi :
a. 5 – 10 Ha Rp. 10.000.000 per tahun
b. 51 – 500 Ha Rp. 30.000.000 per tahun
c. Di atas 500 Ha Rp. 55.000.000 per tahun
Ijin/Kuasa Pertambangan
4
Pengolahan dan Pemurnian :
a. 5 – 10 Ha Rp. 5.000.000 per tahun
b. 51 – 500 Ha Rp. 10.000.000 per tahun
c. Di atas 500 Ha Rp. 20.000.000 per tahun
Ijin/Kuasa Pertambangan
5
Pengangkutan dan Penjualan :
a. 5 – 10 Ha Rp. 5.000.000 per tahun
b. 51 – 500 Ha Rp. 15.000.000 per tahun
c. Di atas 500 Ha Rp. 20.000.000 per tahun
2 Tanah List
a. Ijin/Kuasa Pertambangan
penyelidikan Rp. 2.500.000 per tahun
umum
b. Ijin/Kuasa Pertambangan
Rp. 5.000.000 per tahun
eksplorasi
c. Ijin/Kuasa Pertambangan
Rp. 7.500.000 per tahun
eksplotasi
d. Ijin/Kuasa Pertambangan
Pengolahan Rp. 10.000.000 per tahun
dan Pemurnian
e. Ijin/Kuasa Pertambangan
Pengangkutan Rp. 12.500.000 per tahun
dan Penjualan
3 Granit
a. Ijin/Kuasa Pertambangan
penyelidikan Rp. 12.500.000 per tahun
umum
b. Ijin/Kuasa Pertambangan
Rp. 15.000.000 per tahun
eksplorasi
c. Ijin/Kuasa Pertambangan
Rp. 17.500.000 per tahun
eksplotasi
d. Ijin/Kuasa Pertambangan
Pengolahan Rp. 20.000.000 per tahun
dan Pemurnian
e. Ijin/Kuasa Pertambangan
Pengangkutan Rp. 22.500.000 per tahun
dan Penjualan
4 Kaolin
a. Ijin/Kuasa Pertambangan
penyelidikan Rp. 10.000.000 per tahun
umum
b. Ijin/Kuasa Pertambangan
Rp. 12.500.000 per tahun
eksplorasi
c. Ijin/Kuasa Pertambangan
Rp. 15.000.000 per tahun
eksplotasi
d. Ijin/Kuasa Pertambangan
Pengolahan Rp. 17.500.000 per tahun
dan Pemurnian
e. Ijin/Kuasa Pertambangan
Pengangkutan Rp. 20.000.000 per tahun
dan Penjualan
5 Bentonit
a. Ijin/Kuasa Pertambangan
penyelidikan Rp. 10.000.000 per tahun
umum
b. Ijin/Kuasa Pertambangan
Rp. 12.500.000 per tahun
eksplorasi
c. Ijin/Kuasa Pertambangan
Rp. 15.000.000 per tahun
eksplotasi
d. Ijin/Kuasa Pertambangan
Pengolahan Rp. 17.500.000 per tahun
dan Pemurnian
e. Ijin/Kuasa Pertambangan
Pengangkutan Rp. 20.000.000 per tahun
dan Penjualan
6. Tanah Timbunan
a. Ijin/Kuasa Pertambangan
penyelidikan Rp. 10.000.000 per tahun
umum
b. Ijin/Kuasa Pertambangan
Rp. 12.500.000 per tahun
eksplorasi
c. Ijin/Kuasa Pertambangan
Rp. 15.000.000 per tahun
eksplotasi
d. Ijin/Kuasa Pertambangan Rp. 17.500.000 per tahun
Pengolahan
dan Pemurnian
e. Ijin/Kuasa Pertambangan
Pengangkutan Rp. 20.000.000 per tahun
dan Penjualan
Paragraf 4
Masa dan Saat Retribusi Terutang
Pasal 217
(1) Masa retribusi Tambang Rakyat ditetapkan dalam jangka
waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender/1(satu) tahun
kalender.
(2) Saat retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya
SKRD.
Pasal 218
(1) Retribusi daerah dipungut dengan menggunakan SKRD/karcis atau
dokumen lain yang dipersamakan dan SKRDKBT
(2) Pembayaran Retribusi yang terutang dilakukan secara tunai, sekaligus
dan seketika.
(3) Pembayaran Retribusi daerah yang terutang dilaksanakan di Kas
Umum Daerah
(4) Dalam hal pembayaran retribusi daerah yang terutang di tempat lain
yang ditentukan oleh Bupati/Kepala Daerah, hasil pembayaran
retribusi disetor secara bruto ke Kas Umum Daerah dalam jangka
waktu 1 x 24 jam pada setiap hari kerja.
(5) Setiap penerimaan atas pembayaran retribusi yang terutang di
bukukan dan diberi Surat Setoran Retribusi Daerah (SSRD) sebagai
tanda Bukti Pembayaran.
Pasal 219
Tata cara Pembayaran, penyetoran, dan tempat pembayaran lebih lanjut
diatur dalam Peraturan Kepala Daerah.
Pasal 220
(1) Pemanfaatan dari penerimaan masing-masing jenis retribusi
diutamakan untuk mendanai kegiatan yang berkaitan langsung
dengan penyelenggaraan pelayanan yang bersangkutan.Pembayaran
Retribusi yang terutang dilakukan secara tunai, sekaligus dan
seketika.
(2) Ketentuan mengenai alokasi pemanfaatan penerimaan retribusi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
Pasal 222
(1) Wajib Retribusi tertentu dapat mengajukan keberatan hanya kepada
Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen
lain yang dipersamakan.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan
disertai alasan-alasan yang jelas.
(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)
bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika Wajib Retribusi
dapat menunjukkan bahwa jangka.
(4) Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak atau kekuasaan
Wajib Retribusi.
(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi
dan pelaksanaan penagihan Retribusi.
Pasal 226
(1) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak
tanggal Surat Keberatan diterima harus memberi keputusan atas
keberatan yang diajukan dengan menerbitkan Surat Keputusan
Keberatan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk
memberikan kepastian hukum bagi Wajib Retribusi, bahwa keberatan
yang diajukan harus diberi keputusan oleh Kepala Daerah.
(3) Keputusan Kepala Daerah atas keberatan dapat berupa menerima
seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya
Retribusi yang terutang.
(4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat
dan Kepala Daerah tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang
diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
Pasal 227
(1) Atas kelebihan pembayaran Retribusi, Wajib Retribusi dapat
mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati.
(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak
diterimanya permohonan kelebihan pembayaran Retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan Keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah
dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu Keputusan,
permohonan pengembalian kelebihan Retribusi dianggap dikabulkan
dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1
(satu) bulan.
(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang Retribusi lainnya, kelebihan
pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung
diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang Retribusi
tersebut.
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2
(dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.
(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan
setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan
bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan atas keterlambatan
pembayaran kelebihan Retribusi.
Pasal 228
(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi diajukan
secara tertulis kepada Bupati melalui Dinas dengan sekurang-
kurangnya menyebutkan:
a. nama dan alamat Wajib Retribusi ;
b. masa Retribusi ;
c. besarnya kelebihan Retribusi ;
d. alasan yang singkat dan jelas.
(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi
disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat.
(3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos
tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati.
Pasal 229
(1) Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi diperhitungkan dengan
menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Retribusi.
(2) Apabila kelebihan pembayaran Retribusi diperhitungkan dengan utang
Retribusi lainnya pembayaran dilakukan dengan cara
pemindahbukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai
bukti pembayaran.
Pasal 230
(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan
retribusi.
(2) Pengurangan dan keringanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi.
(3) Dalam hal pembebasan retribusi yang terutang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan memperhatiakan fungsi
objek retribusi.
(4) Tata cara pengajuan keringanan, pengurangan dan pembebasan
retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Bupati.
Pasal 231
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi, kedaluwarsa setelah
melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat
terhutangnya Retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan
tindak pidana di bidang Retribusi
(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tertangguh apabila :
a. diterbitkan surat teguran ; atau
b. apabila ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi baik
langsung maupun tidak langsung.
Pasal 232
(1) Tarif Retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali.
(2) Peninjauan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan
ekonomi.
(3) Penetapan tarif Retribusi sebagai peninjauan tarif sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB IV
INSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal 233
(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah dapat diberi insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu.
(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditetapkan
melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian danpemanfaatan
insentir sebagaimana dimaksud pada ayat (1 )diatur dengan Peraturan
Kepala Daerah dengan berpedoman pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
BAB V
PENYIDIKAN
Pasal 234
(1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah berwenang untuk melaksanakan
penyidikan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah ini.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam melaksanakan
tugas mempunyai wewenang:
a. menerima,mencari mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau
laporan berkenaan dengan tindak pidanadi bidang perpajakan dan
Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi
lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang
pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan
sehubungan dengan tindakpidana perpajakan Daerah;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadiatau Badan
schubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah;
d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan
tindak pidana di bidang perpajakan Daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahanbukti
pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, sertamelak ukan
penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaantugas
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorangmeninggalkan
ruangantempat pada saatpemeriksaan sedang berlangsung dan
memeriksa identita seseorang, benda, dan/atau dokumen yang
dibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana
perpajakan Daerah/ Retribusi Daerah;
i. memanggil, menahan orang untuk didengar keterangannya
dandiperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan/atau
k. melakukan tindakan yang perlu untuk kelancaraanpenyidikan
tindak pidana di bidang Pajak dan retribusi Daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)memberitahukan
dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya
kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Kepolisian Negara
Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
BAB VI
KETENTUAN PIDANA, PIDANA KURUNGAN DAN PIDANA DENDA
Pasal 235
Bagai setiap orang wajib pajak dan Retribusi yang tidak patuh terhadap
Peraturan Daerah ini sebagaimana dimaksud dalam dalam peraturan
daerah ini kan dikenakan sanksi Pidana sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku dan ketentuan Pidana kurungan dan
pidana denda ketentuan pidana kurungan dan pidana Denda lebih lanjut
akan diatur dalam peraturan Bupati Buru dan Penegakan hukum Perda
Kabupaten Buru tentang Wajib retribusi, wajib Pajak, .....................
Ketertiban dan Kemanan
Pasal 236
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 237
Terhadap hak dan kewajiban wajib pajak dan wajib retribusi yang belum
diselesaikan sebelum Peraturan Daerah ini ditetapkan, penyelesaiannya
dilakukan berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah
sebelumnya.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 238
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah
sebelumnya di bidang pajak dan retribusi daerah di Kabupaten Buru di
cabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 239
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang
mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Bupati.
Pasal 240
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Buru.
Ditetapkan di Buru
pada tanggal
Pj.BUPATI BURU,
DJALALUDDIN SALAMPESY
LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU
NOMOR :
TANGGAL :
TARIF)
NO JENIS PELAYANAN JASA JP BARU TARIF
SARANA (+Inflasi) (Rp.)
I. PELAYANAN KESEHATAN
A. PELAYANAN RAWAT JALAN
1 Pemeriksaan Kesehatan
11.500 2.400 13.900
Umum (Karcis Harian)
2 Pelayanan Day Care Kasus
11.500 75.000 86.500
Jiwa (dr.Sp. Jiwa)
3 Konsultasi Kesehatan Jiwa
11.500 60.000 71.500
(dr.Spesialis Jiwa)
4 Konsultasi Gizi 10.000 2.400 12.400
5 Konsultasi Sanitasi 5.000 2.400 7.400
6 Konsultasi Farmasi (Obat) 6.500 - 6.500
B. PELAYANAN GAWAT
DARURAT
1 Pemeriksaan & Triase Dr.
40.500 2.400 42.900
Umum
2 Konsultasi Dokter Spesialis
15.500 4.800 20.300
(On Call)
3 Observasi < 6 jam pasien
40.500 14.640 55.140
gawat darurat
D. PELAYANAN MEDIK
1 Tindakan Medik Operatif
Kecil
a. Tindakan Medik Operatif
Kecil I
1) Jahit Luka 1 – 5 16.000 10.560 26.560
Selebihnya per jahitan
3.500 1.800 5.300
ditambah
2) Insisi Abses 18.000 14.400 32.400
3) Eksterpasi Kuku 18.000 14.400 32.400
4) Perawatan Luka 16.000 6.360 22.360
5) Tindik Daun Telinga 16.000 4.200 20.200
6) Injeksi 16.000 2.400 18.400
7) Luka Bakar Ringan Kurang
16.000 6.000 22.000
dari 5%
8) Suction Per hari 16.000 4.800 20.800
9) Jahit Dawir (Per telinga) 16.000 8.400 24.400
10) Angkat Jahitan 16.000 4.200 20.200
b. Tindakan Medik Operatif
Kecil II
1) Vena Secti 54.000 28.800 82.800
2) Degital (Sisa Placenta) 51.000 28.800 79.800
3) Insisi Abses Labia 51.000 28.800 79.800
4) Biopsi 51.000 28.800 79.800
5) Circumsisi 119.000 60.000 179.000
6) Nebulizer Per tindakan 19.000 6.240 25.240
7) Pengmabilan benda asing 19.000 9.000 28.000
8) Nekrotomi 19.000 5.400 24.400
9) Minor Surgery (Diuraikan
27.500 21.000 48.500
jenis pelayanannya)
10) Pemasangan infus 14.000 7.200 21.200
11) Resusitasu (kegawat-
21.000 10.800 31.800
daruratan)
12) Luka Bakar Ringan Kurang
23.000 8.400 31.400
dari 5%-10%
13) Gigitan Binatang 21.600 7.200 28.800
14) Ekstrasi Kuku 23.000 18.000 41.000
15) Pemasangan fiksasi
23.000 8.400 31.400
sementara / bidai tangan
16) Pemasangan fiksasi
24.500 12.600 37.100
sementara / bidai kaki
17) Pemasangan gips tangan 50.000 30.000 80.000
18) Pemasangan gips kaki 65.000 42.000 107.000
19) Pelayanan ECT (Elektro
Cardio Terapi) :
ECT Convensional 30.000 18.000 48.000
ECT Berpremedikasi 220.000 60.000 280.000
HITOP Teraphi 70.000 24.000 94.000
2 Tindakan Medik Operatif
Sedang
TARIF)
NO JENIS PELAYANAN JASA JP BARU TARIF
SARANA (+Inflasi) (Rp.)
a. Tindakan Medik Operatif
Sedang I
1) Eksterpasi atheroma, tumor
95.000 60.000 155.000
kecil jinak
2) Jaihit premium derajad I-II 95.000 60.000 155.000
3) Placenta Manual 95.000 60.000 155.000
4) Circumsisi dengan penyulit 150.000 90.000 240.000
5) Eksterpasi Hordcolon 95.000 60.000 155.000
6) Eksterpasi Lipom 95.000 60.000 155.000
7) Pengambilan benda asing
55.000 60.000 115.000
pada Mata, THT
b. Tindakan Medik Operatif
Sedang II
1) Vasektomi 150.000 120.000 270.000
2) Eksterpasi Ganglion 120.000 96.000 216.000
3) Minilaparatomi 210.000 168.000 378.000
4) Pengangkat Pterigium 210.000 168.000 378.000
5) Tubektomi 250.000 180.000 430.000
E. PEMERIKSAAN
PENUNJANG MEDIK
1 Plebetomi / Pengambilan
4.500 3.000 7.500
sampling darah
PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI KLINIK
1 Darah Lengkap 22.700 14.760 37.460
2 Hemoglobin 6.000 3.600 9.600
3 Lekosit 3.700 3.600 7.300
4 Hitung Jenis 3.700 3.600 7.300
5 LED 3.700 3.600 7.300
6 Trombosit 3.700 3.600 7.300
7 Eritrosit 3.700 3.600 7.300
8 Eosinofil 4.725 4.200 8.925
9 Hematokrit 3.700 3.600 7.300
PEMERIKSAAN KIMIA
KLINIK
1 Kolesterol total 20.700 8.400 29.100
2 Kolestrol HDL 25.500 10.080 35.580
3 Kolestrol LDL 25.500 10.080 35.580
4 Trigliserida 25.800 12.600 38.400
5 Gula Darah Puasa 11.375 7.350 18.725
6 Gula Darah Sewaktu 11.375 7.350 18.725
7 Uric Acid 15.700 8.400 24.100
8 Creatinin 20.670 7.140 27.810
9 Acid Fosfatase 23.350 14.700 38.050
10 Creatinin Cearence 18.250 10.500 28.750
11 Protein 25.700 8.400 34.100
12 Groos 6.580 6.360 12.940
13 Serum Creatanitin, BUN 6.580 6.360 12.940
14 Alkali Phosphatase 6.580 6.360 12.940
15 SGOT 20.645 8.400 29.045
16 SGPT 25.500 6.000 31.500
17 Pemeriksaan Asam urat 25.500 6.000 31.500
TARIF)
NO JENIS PELAYANAN JASA JP BARU TARIF
SARANA (+Inflasi) (Rp.)
18 Pemeriksaan TSH (Thyroid
100.000 30.000 130.000
Sthimulating Hormon)
19 Pemeriksaan EYU
25.500 30.000 55.500
(Ekscretion Yodium Urine)
20 Pemeriksaan Urine Lengkap 9.700 6.360 16.060
21 Pemeriksaan Albumine
7.700 2.400 10.100
Urine
22 Pemeriksaan Sedimen Urine 9.700 6.360 16.060
23 Pemeriksaan Urine Reduksi 6.000 2.400 8.400
PARASITOLOGI DAN
CAIRAN TUBUH
1 Mikrofilaris 11.700 7.560 19.260
2 Plasmodium 13.000 8.400 21.400
3 Trikomonas 13.000 8.400 21.400
4 Pemeriksaan Jamur 13.000 8.400 21.400
2 Laboratorium Mikrobiologi
Klinik
1) BTA (Mycrobacteriun
15.700 8.400 24.100
Tuerculose)
2) BTA (Mycrobacteriun
15.700 8.400 24.100
Leprae)
3) Shigella spp 15.500 7.440 22.940
4) Vibrio cholera 15.500 10.560 26.060
5) Salmonella spp 15.700 8.400 24.100
6) Diplococcus gram negative
15.700 8.400 24.100
(Nisseria Gonorhoeae)
7) Pemeriksaan tinja (Fases
9.700 6.360 16.060
Makro / Mikro)
IMUNOLOGI
1 Tes Kehamilan 30.500 6.360 36.860
2 Golongan Darah 6.500 4.200 10.700
3 Hbs Ag 15.700 8.400 24.100
4 Widal 16.000 10.800 26.800
5 VDRL 17.900 8.400 26.300
6 DBD (Demam Berdarah
15.700 8.400 24.100
Dengue)
7 VCT (Test Sukarela HIV) di
24.500 18.000 42.500
Puskesmas
8 VCT (Test Sukarela HIV) di
Rumah sakit klient (mobil 24.500 18.000 42.500
klinik)
9 Anti HIV Test 181.500 12.000 193.500
PATOLOGI ANATOMI
1 Pemeriksaan pap smear 53.500 24.000 77.500
Pemeriksaan TOKSIKOLOGI
1 Amphetamin 18.700 14.400 33.100
2 Barbieturate 15.000 12.000 22.500
3 Benzodiascphin 18.700 14.400 33.100
4 Canabinoid 12.000 9.600 21.600
5 Cocain 24.000 19.200 43.200
6 Digitalis 21.000 16.800 37.800
7 Morfin 24.000 19.200 43.200
TARIF)
NO JENIS PELAYANAN JASA JP BARU TARIF
SARANA (+Inflasi) (Rp.)
8 Methadone 28.700 14.400 43.100
9 Methamohetamin 18.700 14.400 33.100
Pemeriksaan DIAGNOSTIK
1 USG dengan cetak +
131.500 30.000 161.500
pembacaan
2 USG Tanpa cetak +
104.850 18.000 122.850
pembacaan
3 ECG + Pembacaan 44.500 12.00 56.500
4 Foto Rontgent tanpa Tidak
-
kontras ada
a. Foto polos 1 posisi Data
42.000
alat
b. Foto polos 2 posisi Maupun 42.000
Foto Rontgent dengan Data
-
kontras pemakai
a. Foto Polos 1 posisi An foto 96.000
b. Foto Polos 2 posisi Thorax 96.000
PELAYANAN
ELEKTROMEDIK
1 Pelayanan INCUBATOR
12.500 20.000 32.500
BAYI/ hari
2 Nebulizer pada Anak
23.500 24.000 47.500
(TANPA OBAT)
3 NEBULIZER Dewasa 19.500 27.000 46.500
4 Infuse Pump 8.500 23.000 31.500
5 Suction Pump 13.00 27.000 40.000
6 Syringe Pump / ALAT/ HR 21.500 25.000 46.500
F. PELAYANAN
KEPERAWATAN/KEBIDANA
N
1 a. Asuhan Keperawatan
Minimal (10% dari biaya
28.000 7.000 35.000
akomodasi untuk kategori
pelayanan 1-3 jam /hari
b. Asuhan Keperawatan
Parsial 20% dari biaya
28.500 11.500 40.000
akomodasi untuk kategori
pelayanan 4-6 jam /hari
c. Asuhan Keperawatan
total 30% dari biaya
29.000 17.000 46.000
akomodasi untuk kategori
pelayanan 7-9 jam /hari
d. Asuhan Keperawatan
Intensif(Intensif Nursing DIHAPUS, KARENA
Care) (40% dari biaya DIPUSKESMAS TIDAK
akomodasi untuk kategori PELAYANAN INTENSIF (ICU,
pelayanan lebih dari 9 NICU)
jam /hari
2 Pelayanan Tindakan
Keperawatan
a. Curretage 200.000 126.000 326.000
b. Plasenta Manual 200.000 126.000 326.000
TARIF)
NO JENIS PELAYANAN JASA JP BARU TARIF
SARANA (+Inflasi) (Rp.)
c. Persalinan Vacum
Extractive / Forcep 435.000 273.000 708.000
Extractive
d. Repair Jalan Lahir 172.000 84.00 256.000
e. Pemasangan infus 7.500 3.000 10.500
f. Pelepasan infus 5.000 1.200 6.200
g. Pemasangan Kateter 7.500 4.200 11.700
h. Pelepasan kateter 5.000 2.520 7.520
i. Pemasangan NGT 12.500 6.360 18.860
j. Pelepasan NGT 10.000 2.520 12.520
k. Kumbah Lambung 12.500 6.360 18.860
l. Levement 12.500 6.360 18.860
m. Pemberian Suppositoria 7.000 4.200 11.200
n. Incisi hyment
35.000 12.600 47.600
impervorata
G. PELAYANAN KEBIDANAN
DAN PENYAKIT
KANDUNGAN
1 Pemasangan IUD 35.000 12.000 56.000
2 Pelepasan / Pencabutan
35.000 12.000 56.000
IUD
3 Kontrol IUD 15.000 12.000 27.000
4 Pemasangan Implant 35.000 12.000 56.000
5 Pencabutan Impant 35.000 12.000 56.000
6 Suntik KB 7.500 4.200 11.700
7 Pemeriksaan Kehamilan
2.500 11.700 14.200
(ANC)
8 Pemeriksaan Pasca
2.500 11.700 14.200
Persalinan (PNC)
9 Persalinan Normal di
25.000 409.500 434.500
Puskesmas dan jaringannya
10 Pertolongan persalinan oleh
25.000 468.000 493.000
dokter umum
11 Persalinan dengan penyulit/
tindakan di puskesmas 25.000 585.000 610.000
PONED
12 Pengambilan specimen pap
10.500 8.400 18.900
smear
13 Kauterisasi Erosi Portio 20.000 12.600 32.600
14 Pemeriksaan Tumbuh
7.500 4.200 11.700
Kembang Balita
I. PEMERIKSAAN/
KONSULTASI DOKTER
SPESIALIS
1 Pemeriksaan / Konsultasi 15.000 72.000 87.000
J. PELAYANAN TRANSFUSI
DARAH DAN TERAPI
OKSIGEN
1 Pelayanan Tranfusi Darah
a. Tranfusi (Pindah
tuang darah) kepada
seseorang penerima (bag 41.000 12.000 53.000
atau labu pertama tidak
termasuk darah)
b. Tiap Bag atau labu
berikutnya (tidak termasuk 4.000 4.800 8.800
darah)
2 Pemasangan tepai oksigen
set
a. Pemasangan oksigen
asparatus (alat bantu 18.000 6.000 24.000
pernafasan / Saluran O2)
b. Penggunaan O2:
7.500 4.200 11.700
dihitung tiap mmHg
K. PELAYANAN PERAWAT
KESEHATAN MASYARAKAT
TARIF)
NO JENIS PELAYANAN JASA JP BARU TARIF
SARANA (+Inflasi) (Rp.)
Pelayanan kunjungan
25.000 12.000 37.000
rumah (Home visit)
Pelayanan Home Care
(sesuai dengan jenis
tindakan Medik /
Keperawatan yang
dibutuhkan / diterima)
L. PELAYANAN PENGUJIAN
KESEHATAN (GCU / MCU)
1 Pemeriksaan calon
12.500 4.800 17.300
pengantin / orang
2 Pemeriksaan calon jamaah
haji :
a. Pria / Wanita
Manapose (Fisik, Gula 45.000 14.640 59.640
Darah, Gol. Darah)
b. Wanita Usia subur
35.000 21.000 56.000
(ditmabah test kehamilan)
3 Pemeriksaan kesehatan
6.000 4.800 10.800
untuk asuransi
4 Pemeriksaan kesehatan
untuk melamar kerja / 6.000 4.800 10.800
calon pegawai
5 Pemeriksaan kesehatan
3.000 2.400 5.400
untuk melanjutkan sekolah
M. PELAYANAN FARMASI
a. Konsultasi Kefarmasian 4.500 3.600 8.100
b. Pembuatan Puyer 1.500 1.200 2.700
c. Pembuatan resep per
600 480 1.080
lembar
N. PELAYANAN MEDICO
LEGAL
1 Pemeriksaan Luar Korban
15.000 12.000 27.000
Hidup (VcR Hidup)
2 Surat Keterangan Kematian
35.000 21.000 56.000
(Pemeriksaan Luar) Jenazah
O. PEMULASARAN JENAZAH
1 Perawatan Jenazah
130.000 60.000 190.000
(memandikan, mengkafani)
2 Perawatan Jenazah dengan
penyakit menular 290.000 180.000 470.000
( memandikan, mengkafani)
P. PELAYANAN KESEHATAN
TRADISIONAL
KOMPLEMENTER
1 Tindakan Akupuntur (Alat +
55.000 18.000 73.000
Jarum)
2 Tindakan akupuntur dan 20.400 20.400
TARIF)
NO JENIS PELAYANAN JASA JP BARU TARIF
SARANA (+Inflasi) (Rp.)
alat
3 Tindakan akupuntur
55.000 18.000 73.000
estetika
Q PELAYANAN
TRANSPORTASI AMBULAN
RUJUKAN
1 Pelayanan Ambulan
5.000 1.000 6.000
Rujukan /Km
a Jasa Pengemudi / Sopir
500 2.000 2.500
(dihitung perKM)
b Jasa Perawat Pendambing
1.000 29.000 30.000
(dihitung/jam)
c Jasa Pelayanan Observasi
selama rujukan 10.000 50.000 60.000
(dihitung./jam)
S PELAYANAN PENDIDIKAN
DAN PELATIHAN
1 Pendidikan praktek klinik /
komunitas mahasiswa
kedokteran (tiap kelompok 6
– 10 orang)
a. Kepala Puskesmas
60.000 180.000 240.000
(Kelompok/minggu)
b. Dokter pembimbing
40.000 150.000 190.000
(Kelompok/ minggu)
c.Perawat atau Bidan
Pendamping (Kelompok / 15.000 60.000 75.000
Minggu)
2 Pendidikan praktek klinik /
komunitas mahasiswa
kedokteran gigi (tiap
kelompok 6 – 10 orang)
a. Kepala Puskesmas
60.000 180.000 240.000
(Kelompok/minggu)
b. Dokter pembimbing
40.000 150.000 190.000
(Kelompok/ minggu)
c.Perawat atau Bidan
Pendamping (Kelompok / 15.000 60.000 75.000
Minggu)
3 Pendidikan praktek klinik /
komunitas mahasiswa
TARIF)
NO JENIS PELAYANAN JASA JP BARU TARIF
SARANA (+Inflasi) (Rp.)
kebidanan (tiap kelompok 6
– 10 orang)
a. Kepala Puskesmas
60.000 180.000 240.000
(Kelompok/minggu)
b. Dokter pembimbing
40.000 150.000 190.000
(Kelompok/ minggu)
c. Perawat atau Bidan
Pendamping (Kelompok / 15.000 60.000 75.000
Minggu)
4 Pendidikan praktek klinik /
komunitas mahasiswa
keperawatan (tiap kelompok
6 – 10 orang)
a. Kepala Puskesmas
60.000 180.000 240.000
(Kelompok/minggu)
b. Dokter pembimbing
40.000 150.000 190.000
(Kelompok/ minggu)
c. Perawat atau Bidan
Pendamping (Kelompok / 15.000 60.000 75.000
Minggu)
5 Pendidikan praktek klinik /
komunitas mahasiswa non
kesehatan (tiap kelompok 6
– 10 orang)
a. Kepala Puskesmas
50.000 180.000 230.000
(Kelompok/minggu)
b. Pembimbing Puskesmas
25.000 150.000 175.000
(Kelompok/ minggu)
c. Pembimbing di desa
10.000 60.000 70.000
(Kelompok / Minggu)
6 Pendidikan praktek klinik /
komunitas mahasiswa
kesehatan lain (tiap
kelompok 6 – 10 orang)
a. Kepala Puskesmas
60.000 180.000 240.000
(Kelompok/minggu)
b. Prmbimbing Puskesmas
40.000 150.000 190.000
(Kelompok/ minggu)
c. Pembimbing di desa
15.000 60.000 75.000
(Kelompok / Minggu)
6 Pelayanan Studi Banding
(Per Orang per hari)(tiap
orang per pelatihan)
a. Kepala Puskesmas
60.000 180.000 240.000
(Kelompok/minggu)
b. Prmbimbing Puskesmas
40.000 150.000 190.000
(Kelompok/ minggu)
c. Pembimbing di desa
15.000 60.000 75.000
(Kelompok / Minggu)
T. PELAYANAN ADMINISTRASI
DAN REKAM MEDIS
a. Pelayanan surat 2.500 3.000 5.500
TARIF)
NO JENIS PELAYANAN JASA JP BARU TARIF
SARANA (+Inflasi) (Rp.)
keterangan medik
b. Pelayanan administrasi
2.500 3.000 5.500
rawat inap
c. Pelayanan administrasi
5.000 30.000 35.000
klaim pihak ketiga
d. Pelayanan Rekam Medik
17.500 3.000 20.500
rawat inap
4 Pelayanan Rekam Medik
(baru)
a. Kartu Berobat (ID
Patient) Di poLI dan di 14.000 1.000 15.000
UGD
b. Pelayanan Rekam Medis
15.000 5.000 20.000
di Poli dan UGD
LAMIPIRAN II: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU
NOMOR : .... TAHUN 2022
TANGGAL : ..............................
a. Tarif Pendaftaran
JASA
JENIS JASA JUMLAH
NO PELAYANAN
PELAYANAN SARANA (Rp)
(Rp)
Pendaftaran
1 3,000 7,000 10,000
Pasien
JASA
JENIS JASA JUMLAH
PELAYANAN
NO PELAYANAN SARANA (Rp) (Rp)
(Rp)
Tindakan Medik
A. Umum/Spesialistik/
Subspesialistik
Perawatan Luka dengan
1 15,000 35,000 50,000
jahitan 1 s/d 5 cm
Luka dengan jahitan 1 s/d
2 21,000 49,000 70,000
5 cm
Perawatan Luka dengan
3 21,000 49,000 70,000
jahitan 6 s/d 10 cm
Luka dengan jahitan 6 s/d
4 30,000 70,000 100,000
10 cm
Perawatan dengan jahitan
5 30,000 70,000 100,000
> 10 cm
Luka dengan jahitan > 10
6 33,000 77,000 110,000
cm
Luka non infeksi kecil 1
7 6,000 14,000 20,000
s/d 5 cm
Luka non infeksi kecil 6
8 9,000 21,000 30,000
s/d 10 cm
Luka non infeksi kecil >10
9 15,000 35,000 50,000
cm
Perawatan Luka non
10 9,000 21,000 30,000
Infeksi
Perawatan Luka Infeksi
11 18,000 42,000 60,000
kecil
Perawatan Luka Infeksi
12 24,000 56,000 80,000
sedang
Perawatan Luka Infeksi
13 30,000 70,000 100,000
Besar
14 Angkat Jahitan 1 s/d 5 9,000 21,000 30,000
15 Angkat Jahitan 6 s/d 10 15,000 35,000 50,000
Angkat Jahitan >10 per 1
16 1,800 4,200 6,000
jahitan berikutnya
17 Cross incise 9,000 21,000 30,000
18 Incisi abcess 24,000 56,000 80,000
19 Tindik 15,000 35,000 50,000
20 Perawatan luka bakar < 5% 18,000 42,000 60,000
Perawatan luka bakar <
21 27,000 63,000 90,000
10%
Perawatan luka bakar >
22 10% atau setiap kali 45,000 105,000 150,000
kelipatan 10%
23 Ekstraksi corpus alienum 24,000 56,000 80,000
24 Ekstraksi clavus 60,000 140,000 200,000
25 Ekstraksi kuku 60,000 140,000 200,000
Ekstirpasi
26 30,000 70,000 100,000
kuku/roserplasty
27 Sirkumsisi 135,000 315,000 450,000
28 Reposisi dislokasi 66,000 154,000 220,000
29 Pasang ransel verband 15,000 35,000 50,000
30 Pasang spalk tangan 15,000 35,000 50,000
31 Pasang spalk kaki 30,000 70,000 100,000
32 Pasang spalk infuse 5,400 12,600 18,000
33 Pasang infuse 9,000 21,000 30,000
34 Lepas infuse 3,000 7,000 10,000
35 Arteri line 150,000 350,000 500,000
36 Vena seksi 9,000 210,000 300,000
37 Infus intra oceus 24,000 56,000 80,000
38 Infus trans umbilical 30,000 70,000 100,000
39 Injeksi/hari 3,000 7,000 10,000
40 Injeksi periartikuler 39,000 91,000 130,000
41 Skin test 1,500 3,500 5,000
42 Mantoux test 45,000 105,000 150,000
43 Suntikan keloid 15,000 35,000 50,000
44 Pasang NGT 15,000 35,000 50,000
45 Lepas NGT 9,000 21,000 30,000
46 Pasang kateter 18,000 42,000 60,000
47 Lepas kateter 9,000 21,000 30,000
48 Punksi kandung kemih 36,000 84,000 120,000
49 Punksi ascistes 90,000 210,000 300,000
50 Punksi cavum douglass 52,500 122,500 175,000
51 Punksi lumbal 90,000 210,000 300,000
52 Punksi Pleura Diagnostik 75,000 175,000 250,000
53 Punksi Pleura terapeutik 90,000 210,000 300,000
54 Pasang WSD 90,000 210,000 300,000
55 Inhalasi/nebulizer 15,000 35,000 50,000
56 Intubasi Endo Traceal 45,000 105,000 150,000
Pemasangan Needle
57 36,000 84,000 120,000
Cricotyroidotomy
Pemasangan Needle
58 45,000 105,000 150,000
Toracosintesis
59 Pemasangan Tracheotomy 60,000 140,000 200,000
60 Tracheal Toilet 7,500 17,500 25,000
61 Resusitasi dengan ETT 30,000 70,000 100,000
62 Resusitasi tanpa ETT 60,000 140,000 200,000
63 Perawatan ETT 7,500 17,500 25,000
64 Suction 7,500 17,500 25,000
65 Defibrilator / DC shock 30,000 70,000 100,000
66 Klisma 15,000 35,000 50,000
67 Kumbah/ bilas Lambung 30,000 70,000 100,000
68 Aspirasi KGB 30,000 70,000 100,000
69 Rektosigmoideskopi 30,000 70,000 100,000
70 Perawatan tali pusat 4,500 10,500 15,000
71 Perawatan Kolostomi 7,500 17,500 25,000
72 Balans cairan/hari 4,500 10,500 15,000
73 Pasang OPA 7,500 17,500 25,000
74 Tampon hidung sederhana 22,500 52,500 75,000
75 Lepas drain/tampon 12,000 28,000 40,000
76 Biopsi/eksisi local 82,500 192,500 275,000
77 Ligasi arteri 15,000 35,000 50,000
78 Fototerapi 15,000 35,000 50,000
79 Syringe pump 9,000 21,000 30,000
80 Infusion pump 9,000 21,000 30,000
81 Transport incubator 24,000 56,000 80,000
82 Infant warmer 7,500 17,500 25,000
83 Baby puff 7,500 17,500 25,000
84 CPAP 75,000 175,000 250,000
85 Bed side monitor 30,000 70,000 100,000
86 Ventilator portable 30,000 70,000 100,000
87 Oksigen 1 Jam pertama 6,000 14,000 20,000
88 Oksigen / jam berikutnya 3,000 7,000 10,000
89 Mobilisasi ROM 10,500 24,500 35,000
90 Oral hygiene 7,500 17,500 25,000
91 Pemasangan IUD 30,000 70,000 100,000
92 Pencabutan IUD 30,000 70,000 100,000
93 Pemasangan laminaria 15,000 35,000 50,000
94 Pemasangan implant 22,500 52,500 75,000
95 Pencabutan implant 75,000 175,000 250,000
96 Hydrotubasi 45,000 105,000 150,000
Pengambilan Spesimen Pap
97 22,500 52,500 75,000
smear
98 Infustrans umbilical 22,500 52,500 75,000
6,000 14,000
99 Penghangat darah 20,000
0 0
Tindakan Medik
B. Spesialistik/Subspesialistik
THT
1 Parasintesis 37,500 87,500 125,000
2 Ekstraksi benda asing :
a. Hidung 22,500 52,500 75,000
b. Telinga 22,500 52,500 75,000
c. Tenggorokan 22,500 52,500 75,000
3 Ekstraksiserumen 22,500 52,500 75,000
4 Incisi abses :
a. Telinga 30,000 70,000 100,000
b. Hidung 30,000 70,000 100,000
c. Peritonsil 30,000 70,000 100,000
5 Incisi mastoid 30,000 70,000 100,000
6 Rhinoscopi posterior 9,000 21,000 30,000
7 Laringoskopi indirek 9,000 21,000 30,000
Aspirasi Kista dan Gips
8 37,500 87,500 125,000
Telinga
Operasi kecil jaringan
9 37,500 87,500 125,000
granulasi telinga
Operasi kecil tumor telinga
10 75,000 175,000 250,000
dengan anestesi local
11 Bilas sinus 75,000 175,000 250,000
12 Bilas sinus 30,000 70,000 100,000
13 Tampon posterior 45,000 105,000 150,000
14 Suction hidung 9,000 21,000 30,000
15 Suction telinga 9,000 21,000 30,000
16 Spool/ irigasi telinga 22,500 52,500 75,000
17 Biopsi + anestesi local 75,000 175,000 250,000
18 Nasal toilet 22,500 52,500 75,000
19 Aural toilet 22,500 52,500 75,000
20 Endoskopi 150,000 350,000 500,000
21 Nasendoscopy 45,000 105,000 150,000
Cauter konkha
22 7,500 17,500 25,000
(nitras/alboti
23 Cauter pharing 7,500 17,500 25,000
24 Keratosi ekstraksi serumen 12,000 28,000 40,000
Tindakan Medik
C Spesialistik/
Subspesialistik Mata
1 Visus 7,500 17,500 25,000
2 Slit Lamp bi mikroskop 7,500 17,500 25,000
3 Auto Refrakto Meter 7,500 17,500 25,000
4 Keratometry 12,000 28,000 40,000
5 Tonometri 10,500 24,500 35,000
6 BUT test 7,500 17,500 25,000
7 Pemeriksaan buta warna 7,500 17,500 25,000
8 Test Fluorrescein 6,000 14,000 20,000
9 Test Seidel 7,500 17,500 25,000
10 Funduskopi direct 10,500 24,500 35,000
11 Funduskopi indirect 21,000 49,000 70,000
12 Tonometry Non Contact 12,000 28,000 40,000
13 Tonometry Schiotz 9,000 21,000 30,000
14 Retinoskopi 22,500 52,500 75,000
15 Anel (Spoeling Dacryolist) 22,500 52,500 75,000
Probing ductus
16 24,000 56,000 80,000
nasolacrimalis
17 Suntikan Subkonjungtiva 9,000 21,000 30,000
18 Epilasi 10,500 24,500 35,000
19 Irigasi Bola Mata 12,000 28,000 40,000
Corpus alienum
20 22,500 52,500 75,000
conjungtiva
21 Corpus alienum cornea 30,000 70,000 100,000
22 Corpus alienumextraokuler 30,000 70,000 100,000
23 Extirpasi Lithiasis 12,000 28,000 40,000
24 Eksterpasi Simbleparon 60,000 140,000 200,000
25 Eksterpasi pterigium 90,000 210,000 300,000
Insisi
26 75,000 175,000 250,000
Hordeolum/Chalazion
27 Debridement kornea 45,000 105,000 150,000
28 Ektropion 90,000 210,000 300,000
29 Hecting palpebral 75,000 175,000 250,000
30 Hecting Kornea 60,000 140,000 200,000
31 Skrining ROP 75,000 175,000 250,000
32 Biopsi adneksa 90,000 210,000 300,000
Tumor jinak kelopak /
33 90,000 210,000 300,000
conjungtiva
34 Exterpasi Trifiasis 30,000 70,000 100,000
35 Aff Hechting 45,000 105,000 150,000
TINDAKAN
D.
ELEKTROMEDIS MATA
1 Perimetri 30,000 70,000 100,000
2 Biometri 45,000 105,000 150,000
3 Foto Fundus (FF) 22,500 52,500 75,000
FF+Fundus Fluorescein
4 180,000 420,000 600,000
Angiography(FFA)
5 Ultrasonography Mata 7,500 17,500 25,000
Ocular Computed
6 Tomography 135,000 315,000 450,000
(OCT)
E. TINDAKAN NON BEDAH
LOKAL ANASTESI
Tindakan canggih
Laser Katarak Sekunder /
1 135,000 315,000 450,000
Yang Laser
2 Laser Glaukoma 135,000 315,000 450,000
3 Laser Retina Sederhana 180,000 420,000 600,000
Laser Panretinal
4 300,000 700,000 1,000,000
Photocoagulasi
Laser Indirect
Ophthalmoscopy / Grid /
5 300,000 700,000 1,000,000
Focal Macula Narkose
UMUM
Tindakan Non Bedah
F.
Sedang
1 Irigasi Bola mata 156,000 364,000 520,000
2 Suntikan Subkonjungtiva 165,000 385,000 550,000
3 Anel / Sondase 156,000 364,000 520,000
4 Angkat jahitan 156,000 364,000 520,000
Pengangkatan benda asing
5 172,500 402,500 575,000
ocular
6 Ekstirpasi Lithiasis 156,000 364,000 520,000
7 Epilasi dan Cauterisasi 156,000 364,000 520,000
Kerokan dan debridement
8 175,500 409,500 585,000
kornea
a) Asuhan Keperawatan
Jasa Perawat
Konsultasi :
1 Dokter Spesialis 12,000 28,000 40,000
JASA
JENIS JASA JUMLAH
PELAYANAN
(Rp)
1 Ruang Rawat
JASA
JASA JUMLAH
PELAYANAN
N
PELAYANAN SARANA (Rp) (Rp)
O
(Rp)
DOKTER SPESIALIS / SUB SPESIALIS
1 Rawat inap Level Ia dan Ib 12,000 28,000 40,000
2 Perinatal Level II,Level II (+) 21,000 49,000 70,000
DOKTER UMUM
1 Rawat inap Level Ia dan Ib 7,500 17,500 25,000
2 Perinatal Level II,Level II (+) 9,000 21,000 30,000
APOTEKER
1 Apoteker 9,000 21,000 30,000
JASA
JENIS JASA JUMLAH
PELAYANAN
(Rp)
Asuhan Keperawatan / Kebidanan :
d. Tarif tindakan medik dan tindakan non operatif sama dengan tarif
tindakan medik dan tindakan non operatif pada instalasi rawat
jalan, sebagai dimaksud pada ayat (1).
e. Layanan pemeriksaan penunjang medik yaitu pelayanan
laboratorium, radiologi, dan rehabilitasi medik.
2. Besar tarif pelayanan instalasi intensif sebagaimana dimaksud
dalam pasal 6, sebagai berikut:
a. Tarif pelayanan ruang rawat inap :
JASA
JENIS JASA JUMLAH
PELAYANAN
(Rp)
1 Ruang Rawat
a. Pelayanan HCU 105,000 245,000 350,000
b. Pelayanan
240,000 560,000 800,000
ICU/PICU/NICU
2 Ruang rawat inap perinatal/bayi baru lahir
a. Levell Ia ( Rooming
Setengah Tarif Kelas Ibu
in)
b. Level Ib 37,500 87,500 125,000
c. Level II 75,000 175,000 250,000
d. Level II (+) 135,000 315,000 450,000
Jasa
N Jasa
JENIS PELAYANAN Pelayanan Jumlah
O Sarana
(Rp)
(Rp) (Rp)
DOKTER SPESIALIS/SUB SPESIALIS
1 HCU 21,000 49,000 70.000
2 ICU, PICU, NICU 36,000 84,000 120,000
DOKTER UMUM
1 HCU 9,000 21,000 30,000
2 ICU, PICU, NICU 15,000 35,000 50,000
APOTEKER
1 Apoteker 9,000 21,000 30,000
Jasa
Jasa
NO JENIS PELAYANAN Pelayanan Jumlah
Sarana (Rp)
(Rp) (Rp)
Asuhan Keperawatan / Kebidanan :
Jasa
N JENIS
Jasa Sarana Pelayanan Jumlah
O PELAYANAN
(Rp)
(Rp) (Rp)
1 Thorax besar AP/PA 27,000 63,000 90,000
2 Thorax besarAP/PA CR 30,000 70,000 100,000
3 Thorax kecil 22,500 52,500 75,000
4 Thorax kecil CR 24,000 56,000 80,000
5 Thorax AP/PA + Lateral 36,000 84,000 120,000
Thorax AP/PA + Lateral
6 42,000 98,000 140,000
CR
7 Top lordotik 27,000 63,000 90,000
8 Top lordotik CR 30,000 70,000 100,000
9 Foto gigi/dental 15,000 35,000 50,000
10 Foto gigi/dental CR 18,000 42,000 60,000
11 Cranium AP + lateral 33,000 77,000 110,000
12 Cranium AP + lateral CR 36,000 84,000 120,000
13 Sinus Para Nasal (SPN) 33,000 77,000 110,000
14 Sinus Para Nasal (SPN) CR 36,000 84,000 120,000
15 Mastoid (2 posisi) 33,000 77,000 110,000
16 Mastoid (2 posisi) CR 36,000 84,000 120,000
17 Basis cranii (2 posisi) 33,000 77,000 110,000
18 Basis cranii (2 posisi) CR 36,000 84,000 120,000
19 Mandibula (2 posisi) 33,000 77,000 110,000
20 Mandibula (2 posisi) CR 36,000 84,000 120,000
Temporo Mandibular Joint
21 42,000 98,000 140,000
(TMJ)
Temporo Mandibular Joint
42,000 98,000 140,000
22 (TMJ)CR
Joint(TMJ) CR 48,000 112,000 160,000
23 BNO 27,000 63,000 90,000
24 BNO CR 30,000 70,000 100,000
25 BNO 3 posisi 90,000 210,000 300,000
26 BNO 3 posisi CR 90,000 210,000 300,000
27 Pelvis 30,000 70,000 100,000
28 Pelvis CR 33,000 77,000 110,000
Vertebra cervicalis (2
29 33,000 77,000 110,000
posisi)
Vertebra cervicalis (2
30 36,000 84,000 120,000
posisi) CR
Vertebra cervicalis (4
31 60,000 140,000 200,000
posisi)
Vertebra cervicalis (4
32 90,000 210,000 300,000
posisi) CR
Vertebra thoracalis (2
33 42,000 98,000 140,000
posisi)
Jasa
Jasa
NO JENIS PELAYANAN Pelayanan Jumlah
Sarana
(Rp)
(Rp) (Rp)
50,00
1 EKG 15,000 35,000
0
450,0
2 EEG 135,000 315,000
00
150,0
3 EMG 45,000 105,000
00
45,00
4 CTG 13,500 31,500
0
250,0
5 Audiometri 75,000 175,000
00
6 Echocardiography 135,000 315,000 450,0
00
450,0
7 Mammography 135,000 315,000
00
450,0
8 Treadmill 135,000 315,000
00
9 Endoskopi :
800,0
a. esofagogastro duodenoskopi 240,000 560,000
00
900,0
b. kolonoskopi 270,000 630,000
00
ligasi/ skleroterapi varices
esophagus 300,000 700,000 1,000,000
20,00
10 Dopler 6,000 14,000
0
11 USG :
250,0
a. USG Abdomen Lengkap 75,000 175,000
00
175,0
b. USG Abdomen Atas 52,500 122,500
00
175,0
c. USG Abdomen Bawah 52,500 122,500
00
200,0
d. USG Thyroid 60,000 140,000
00
200,0
e. USG Testis 60,000 140,000
00
f. USG Ginjal (Tractus
175,0
Urinarius ) 52,500 122,500
00
200,0
g. USG Mammae 60,000 140,000
00
250,0
h. USG Thorax 75,000 175,000
00
250,0
i. USG Guiding Thorax 75,000 175,000
00
250,0
j. USG Soft Tissue 75,000 175,000
00
300,0
k. k.Doppler ( 2 Film ) 90,000 210,000
00
300,0
l. USG Extremitas ( DVT ) 90,000 210,000
00
250,0
m. USG Inguinal 75,000 175,000
00
150,0
n. USG Intra vaginal 45,000 105,000
00
200,0
o. USG Massa Superficial 60,000 140,000
00
110,0
12 USG Kebidanan 2 D 33,000 77,000
00
420,0
13 USG Kebidanan 3 D 126,000 294,000
00
560,0
14 USG Kebidanan 4 D 168,000 392,000
00
1,000,
15 Laparoskopi 300,000 700,000
000
JENIS Jasa
NO Jasa Jumlah
PELAYANAN Pelayanan
Sarana (Rp)
(Rp)
(Rp)
1 Operasi Kecil 600,000 1,400,000 2,000,000
2 Operasi Sedang 900,000 2,100,000 3,000,000
3 Operasi Besar 1,500,000 3,500,000 5,000,000
4 Operasi Besar Khusus 2,100,000 4,900,000 7,000,000
N JENIS Jasa
Jasa Jumlah
O PELAYANAN Pelayanan
Sarana (Rp)
(Rp)
(Rp)
1,230,00
1 Operasi Sedang 2,870,000 4,100,000
0
2,370,00
2 Operasi Besar 5,530,000 7,900,000
0
3,180,00
3 Operasi Besar Khusus 7,420,000 10,600,000
0
4,860,00
4 Operasi Besar Khusus 2 11,340,000 16,200,000
0
7,200,00
5 Operasi Besar Khusus 3 16,800,000 24,000,000
0
d. Pelayanan Bedah Subspesialis Mata
Jasa Jasa Jumlah
NO JENIS PELAYANAN Sarana Pelayanan
(Rp)
(Rp) (Rp)
1 Operasi Kecil 750,000 1,750,000 2,500,000
1,500,00
2 Operasi Sedang 3,500,000 5,000,000
0
2,100,00
3 Operasi Besar 4,900,000 7,000,000
0
3,300,00
4 Operasi Besar Khusus 1 7,700,000 11,000,000
0
5,700,00
5 Operasi Besar Khusus 2 13,300,000 19,000,000
0
Jasa
N JENIS Jasa
Pelayanan Jumlah
O PELAYANAN Sarana
(Rp)
(Rp) (Rp)
1 Operasi Sedang 1,620,000 3,780,000 5,400,000
2 Operasi Besar 2,460,000 5,740,000 8,200,000
3 Operasi Besar Khusus 1 3,270,000 7,630,000 10,900,000
10,430,00
4 Operasi besar Khusus 2 4,470,000 14,900,000
0
Jumlah
NO JENIS PELAYANAN
(Rp)
1 Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan 1,000,000
2 Dokter Umum 500,000
3 Bidan 400,000
Asuhan keperawatan dan 25,00
4
Asuhan Kebidanan 0
5 Kamar bersalin 250,000
Jumlah
NO JENIS PELAYANAN
(Rp)
1 Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan 1.050,000
Asuhan kebidanan dan 25,00
2
Asuhan Kebidanan 0
3 Kamar bersalin 350,000
Jumlah
NO JENIS PELAYANAN
(Rp)
Jumlah
NO JENIS PELAYANAN
(Rp)
1 Dokter Spesialis Anak 300,000
2 Dokter Umum Jaga 150,000
N JENIS Jasa
Jasa Jumlah
O PELAYANAN Pelayanan
Sarana (Rp)
(Rp)
(Rp)
50,00
1 Penggunaan Kamar Jenazah 15,000 35,000
0
2 Pemulasaraan Jenazah 150,000 350,000 500,000
3 Pemulasaraan Jenazah Bayi 60,000 140,000 200,000
Jasa
NO JENIS PELAYANAN Jasa Jumlah
Pelayanan
Sarana
(Rp) (Rp)
(Rp)
Pemeriksaan luar korban 50,00
1 15,000 35,000
hidup 0
Pemeriksaan luar
2 105,000 245,000 350,000
korban meninggal
Penitipan Jenazah
2 diluar pendingin/hari, maks 12,000 28,000 40,000
24 Jam
JASA JASA
NO JENIS PELAYANAN TARIF
SARANA PELAYANAN
JASA JASA
NO JENIS PELAYANAN TARIF
SARANA PELAYANAN
DL / Darah Lengkap
Hemoglobin
HCT
Leukosit
1 19,500 45,500 65,000
Eritosit
Trombosit
Differential
Count
2 Evaluasi Hapusan Darah Tepi 45,000 105,000 150,000
3 DL + LED 25,500 59,500 85,000
4 Golongan Darah + Rhesus 10,500 24,500 35,000
PT
5 aPTT 70,500 164,500 235,000
INR
6 Retikulosit 39,000 91,000 130,000
7 BMP (Bone Marrow Punction) 225,000 525,000 750,000
JASA JASA
NO JENIS PELAYANAN TARIF
SARANA PELAYANAN
Keton
JASA JASA
NO JENIS PELAYANAN TARIF
SARANA PELAYANAN
JASA JASA
NO JENIS PELAYANAN TARIF
SARANA PELAYANAN
JASA JASA
NO JENIS PELAYANAN TARIF
SARANA PELAYANAN