Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat "aqueous" sebagai hasil
differensiasimagma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relative ringan, dan
merupakan sumber terbesar (90%) dari proses pembentukan endapan. Berdasarkan cara
pembentukan endapan, dikenal dua macamendapan hidrothermal, yaitu :
Sistem hidrotermal didefinisikan sebagai sirkulasi fluida panas (50 - >500C), secara
lateral danvertikal pada temperatur dan tekanan yang bervariasi di bawah permukaan bumi.
Sistem inimengandung dua komponen utama, yaitu sumber panas dan fase fluida. Sirkulasi
fluida hidrotermalmenyebabkan himpunan mineral pada batuan dinding menjadi tidak stabil
dan cenderungmenyesuaikan kesetimbangan baru dengan membentuk himpunan mineral
yang sesuai dengan kondisiyang baru, yang dikenal sebagai alterasi (ubahan) hidrotermal.
Endapan mineral hidrotermal dapatterbentuk karena sirkulasi fluida hidrotermal yang melindi
(leaching), mentranspor, dan mengendapkanmineral-mineral baru sebagai respon terhadap
perubahan fisik maupun kimiawi (Pirajno, 1992, dalamSutarto, 2004).
- Potasik merupakan zona alterasi yang berada dekat dengan intrusi dengan temperatur fluida
hidrotermal lebih dari 3000C dan salinitas tinggi. Zona alterasi ini dicirikan dengan
pembentukan mineral sekunder berupa K-feldspar, biotit, kuarsa, dan magnetit. Selain itu
aktinolit, epidot, klorit, dan anhidrit, serta sedikit rutil dan albit juga dapat muncul dalam
zona ini.
- Propilitik merupakan zona alterasi yang terbentuk pada kondisi pH netral sampai alkali
dengan temperatur berkisar antara 2000-3000C. Mineral-mineral penciri zona ini diantaranya
adalah klorit, kalsit, dan epidot yang dapat disertai dengan kuarsa, adularia, albit, serisit, dan
anhidrit. Zona ini merupakan fase alterasi lanjutan dari alterasi potasik.
- Filik merupakan zona alterasi yang ditandai dengan kehadiran mineral sekunder yang
didominasi oleh serisit dan kuarsa. Selain itu dapat pula muncul pirit dan anhidrit. Tipe
alterasi ini terbentuk akibat fluida netral sampai asam pada temperatur sedang yaitu berkisar
antara 2000-4000C. Biasanya terbentuk pada daerah yang permeabel dan berdekatan dengan
urat.
- Argilik merupakan zona alterasi yang ditandai dengan pembentukan mineral lempung
bertemperatur rendah seperti kaolinit, montmorillonit, smektit, danillit. Alterasi ini terbentuk
akibat kondisi fluida hidrotermal netral sampai asam dengan temperatur rendah (<2300C).
- Argilik lanjut merupakan zona alterasi yang terbentuk pada fluida asam (pH<4) yang
ditandai dengan hadirnya alunit, diaspor, pirofilit, bersama dengan kuarsa, kalsedon, kaolinit,
dan dikit.
Corbett dan Leach (1998) menggambarkan himpunan mineral yang terbentuk pada
kondisi pH dan temperatur tertentu serta tipe endapannya dalam suatu system hidrotermal.
Setiap mineral hanya akan terbentuk jika berada dalam kondisi yang stabil. Oleh karena itu,
beberapa mineral tertentu hanya akan terbentuk pada kondisi pH dan temperatur tertentu
(Gambar 3.1).
Selain alterasi atau ubahan yang terbentuk dalam suatu sistem hidroterrmal, Lindgreen (1933;
dalam Bateman dan Jensen, 1991) membagi endapan hidrotermal menjadi 3 tipe endapan
berbeda berdasarkan hubungan temperatur, tekanan, dan kondisi geologi yang tercermin dari
mineral-mineral yang terbentuk.
Tipe endapan tersebut, adalah:
a. Endapan hipotermal, terbentuk pada daerah dekat dengan intrusi pada temperatur
berkisar antara 500-6000C dan tekanan sangat tinggi.
b. Endapan mesotermal, terbentuk pada jarak tertentu dari intrusi pada temperatur
berkisar antara 200-5000C dan tekanan tinggi
c. Endapan epitermal, terbentuk jauh dari intrusi pada temperatur berkisar antara 50-
2000C dan tekanan sedang atau medium
Menurut Hedenquist dan White (1995), endapan epitermal adalah endapan mineral yang
terbentuk pada temperatur kurang dari 1500C sampai ~3000C dan berada pada kedalaman 1-
2 kilometer. Endapan epitermal terbentuk pada lingkungan hidrotermal yang dekat dengan
permukaan dan pada umumnya berhubungan dengan sub-aerial volkanisme kalk-alkali
(Hedenquist dan Houghton, 1988). Fluida hidrotermal pada endapan ini biasanya berasal dari
air meteorik, namun ada beberapa komponen yang berasal dari air magmatik. Hedenquist dan
White (1995) membedakan endapan epitermal menjadi endapan epitermal sulfida rendah
(low sulphidation) dan sulfida tinggi (high sulfidation) (Tabel 3.1). Keduanya dibedakan
berdasarkan pada mineralogi bijih dan mineral ikutan (gangue) serta jenis fluida hidrotermal
yang berinteraksi dengan batuan induk (host rock) (Gambar 3.2).
Gambar 3.2 Tipe endapan epitermal sulfida rendah dan sulfida tinggi (Hedenquist dan White, 1995)
Endapan epitermal sulfida rendah menunjukkan kondisi reduksi yang dicirikan oleh dominasi
H2S pada fluida hidrotermal (Giggenbach, 1992; dalam Corbett, 2002). Kondisi tersebut merupakan
akibat dari interaksi antara air magmatik dengan batuan samping serta air meteorik yang bersirkulasi
(Simmons, 1995; dalam Corbett, 2002). Menurut Hedenquist dan White (1995), mineral-mineral
sulfida seperti sfalerit, galena, kalkopirit, dan pirit terbentuk pada kondisi ini. Sebaliknya, fluida
hidrotermal pada endapan epitermal sulfida tinggi didominasi oleh SO2 yang menunjukkan kondisi
oksidasi. Hal ini disebabkan oleh fluida hidrotermal yang berasal dari air magmatik naik ke atas
melalui pipa breksia sehingga interaksi fluida dengan batuan dan air meteorik terbatas. Fluida yang
bersifat asam dicirikan dengan terbentuknya asosiasi mineral ubahan seperti pirofilit, alunit, kaolinit,
serta mineral bijih berupa pirit, enargit, dan luzonit.
Dari kelima jenis fase endapan di atas akan menghasilkan sifat-sifat endapan
yang berbeda-beda, yaitu yang berhubungan dengan :
a. Kristalisasi magmanya
b. Jarak endapan mineral dengan asal magma
intra-magmatic, bila endapan terletak di dalam daerah atuan beku
peri-magmatic, bila endapan terletak di luar (dekat batas) batuan beku
crypto-magmatic, bila hubungan antara endapan dan batuan beku tidak
jelas
apo-magmatic, bila letak endapan tidak terlalu jauh terpisah dari batuan
beku
tele-magmatic, bila disekitar endapan mineral tidak terlihat (terdapat)
batuan beku
o Fase Magmatik Cair (Liquid Magmatic Phase)
Liquid magmatic phase adalah suatu fase pembentukan mineral, dimana
mineral terbentuk langsung pada magma (differensiasi magma), misalnya
dengan cara gravitational settling. Mineral yang banyak terbentuk dengan
cara ini adalah kromit, titamagnetit, dan petlandit.
o Fase Pegmatitik (Pegmatitic Phase)
Pegmatit adalah batuan beku yang terbentuk dari hasil injeksi magma.
Sebagai akibat kristalisasi pada magmatik awal dan tekanan disekeliling
magma, maka cairan residual yang mobile akan terinjeksi dan menerobos
batuan disekelilingnya sebagai dyke, sill, dan stockwork.
o Fase Pneumatolitik (Pneumatolitik Phase)
Pneumatolitik adalah proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma
dalam lingkungan yang dekat dengan magma. Dari sudut geologi, ini disebut
kontak-metamorfisme, karena adanya gejala kontak antara batuan yang lebih
tua dengan magma yang lebih muda. Mineral kontak ini dapat terjadi bila uap
panas dengan temperatur tinggi dari magma kontak dengan batuan dinding
yang reaktif. Mineral-mineral kontak yang terbentuk antara lain : wolastonit
(CaSiO3), amphibol, kuarsa, epidot, garnet, vesuvianit, tremolit, topaz,
aktinolit, turmalin, diopsit, dan skarn.
o Fase Hidrothermal (Hydrothermal Phase)
Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat "aqueous" sebagai
hasil differensiasi magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang
relatif ringan, dan merupakan sumber terbesar (90%) dari proses
pembentukan endapan.
o Fase Vulkanik (Vulkanik Phase)
Endapan phase vulkanik merupakan produk akhir dari proses pembentukkan
bijih secara primer. Sebagai hasil kegiatan phase vulkanis adalah :
1. Lava flow
2. Ekshalasi
3. Mata air panas
b. Proses Hidrotermal
Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat aqueos sebagai hasil
diferensiasi magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relative ringan,
dan merupakan sumber terbesar (90%) dari proses pembentukan deposit mineral.
Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal dua macam endapan hydrothermal
yaitu Cavity Filling atau mengisi lubang-lubang yang sudah ada dalam batuan, dan
Metasomatisme, dengan mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan
unsur baru larutan hydrothermal.
Berdasarkan cara pembentukannya, maka dikenal beberapa jenis endapan
hidrotermal, antara lain :
o Endapan mineral Ephitermal, yaitu endapan mineral yang terjadi pada suhu
< 200 C
o Endapan mineral Mesothermal, yaitu endapan mineral yang terjadi pada suhu
antara 200-300C dengan tekanan moderat
o Endapan mineral Hipothermal, yaitu endapan mineral yang terjadi pada suhu
300-500C dengan tekanan yang tinggi.
3. Potensi
a. Galena
Mineral sulfida yang alami
Mineral bijih yang paling utama
Mempunyai rumus bahan kimia (PbS) Sulfida
System kristalnya isometric hexoctahedral, mempunyai belahan yang
sempurna, dengan kekerasn 2,5 2,75 dan berat jenis 7,58, kilap logam,
dengan warna abu abu timah
Mineral galena sekali kali di gunakan sebagai semikonduktor (yaitu
kristalnya) di dalam pesawat radio. kristal galena menjadi bagian dari suatu
titik- dioda kontak digunakan untuk mendeteksi isyarat/sinyal radio.
Batuan galena merupakan bahan baku dari logam timah hitam (Pb).
b. Kalkopirit
suatu mineral besi sulfide tembaga yang mengeristal sistem bersudut empat
mempunyai komposisi kimia yaitu (CuFeS2)
mempunyai warna kuning keemasan, dan mempunyai skala kekerasan 3,5 4,
Lapisan nya adalah diagnostik seperti sedikit warna hijau kehitam.
saat kalkopirit berada di udara terbuka maka kalkopirit akan beroksidasi
dengan berbagai oksida, hidroksid dan sulfatesRekanan Mineral Tembaga
meliputi sulfida bornite ( Cu5FeS4), chalcocite ( Cu2S), covellite ( CuS),
digenite ( Cu9S5); karbonat seperti perunggu dan azurit, dan oksida jarang
seperti cuprite ( Cu2O).
Warna kalkopirit kuning gelap dengan sedikit warna kehijau hijauan dan
kilap berminyak diagnostic. Dalam kaitan dengan warna nya dan isi tembaga
tinggi, kalkopirit telah sering dikenal sebagai tembaga kuningan.
digunakan di dalam pembuatan asam belerang dan belerang dioksida, butir
dari pyrite debu telah digunakan untuk memulihkan besi, emas, tembaga,
unsur kimia/kobalt, nikel, dll.
c. Emas
Logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara
2,5 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan
logam lain yang berpadu dengannya.
Mempunyai kandungan unsur Au
Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue
minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin,
flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam.
Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah
teroksidasi.
Emas banyak digunakan sebagai barang perhiasan, cadangan devisa, dll.
Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah di Indonesia, seperti di
Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau
Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.
d. Perak
Perak merupakan logam yang terbentuk dan selalu bersama-sama dengan
logam emas, yang mempunyai warna putih.
Mempunyai kandungan unsur Ag
Kegunaannya adalah untuk perhiasan, cindera mata, logam campuran, dll.
Potensinya selalu berasosiasi dengan logam lainnya seperti emas dan tembaga
e. Seng
Merupakan unsur pertama golongan 12 pada tabel periodik.
Beberapa aspek kimiawi seng mirip dengan magnesium. Hal ini dikarenakan
ion kedua unsur ini berukuran hampir sama. Selain itu, keduanya juga
memiliki keadaan oksidasi +2.
Seng merupakan logam yang berwarna putih kebiruan, berkilau, dan bersifat
diamagnetik. Walau demikian, kebanyakan seng mutu komersial tidak
berkilau. Seng sedikit kurang padat daripada besi dan berstruktur kristal
heksagonal
Seng merupakan unsur paling melimpah ke-24 di kerak Bumi dan memiliki
lima isotop stabil. Bijih seng yang paling banyak ditambang adalah sfalerit
(seng sulfida).
Pelapisan seng pada baja untuk mencegah perkaratan merupakan aplikasi
utama seng. Aplikasi-aplikasi lainnya meliputi penggunaannya pada baterai
dan aloi. Selain itu juga seng dapat digunakan dalam pembuatan konstruksi
bangunan dan juga merupakan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
manusia. Pada anak-anak, defisiensi ini menyebabkan gangguan pertumbuhan,
mempengaruhi pematangan seksual, mudah terkena infeksi, diare, dan setiap
tahunnya menyebabkan kematian sekitar 800.000 anak-anak di seluruh dunia.
Konsumsi seng yang berlebihan dapat menyebabkan ataksia, lemah lesu, dan
defisiensi tembaga.
DAFTAR PUSTAKA
Park, Charles.F Jr. and Macdiarmid, Roy A. 1964. Ore Deposite. San Francisco: W.H.
Freeman and Company.
http://www.scribd.com/doc/28518828/Genesa-Minerals-Genesa-Minerals-Written-by-
Administrator
http://www.websters-online-dictionary.org/me/mesothermal_deposit.html
https://www.scribd.com/doc/81963156/HIDROTHERMAL