Anda di halaman 1dari 15

Endapan Hidrotermal

Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat "aqueous" sebagai hasil
differensiasimagma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relative ringan, dan
merupakan sumber terbesar (90%) dari proses pembentukan endapan. Berdasarkan cara
pembentukan endapan, dikenal dua macamendapan hidrothermal, yaitu :

cavity filing, mengisi lubang-lubang (opening-opening) yang sudah ada di dalam


batuan.
metasomatisme, mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan unsur-
unsur barudari larutan hidrothermal.

Sistem hidrotermal didefinisikan sebagai sirkulasi fluida panas (50 - >500C), secara
lateral danvertikal pada temperatur dan tekanan yang bervariasi di bawah permukaan bumi.
Sistem inimengandung dua komponen utama, yaitu sumber panas dan fase fluida. Sirkulasi
fluida hidrotermalmenyebabkan himpunan mineral pada batuan dinding menjadi tidak stabil
dan cenderungmenyesuaikan kesetimbangan baru dengan membentuk himpunan mineral
yang sesuai dengan kondisiyang baru, yang dikenal sebagai alterasi (ubahan) hidrotermal.
Endapan mineral hidrotermal dapatterbentuk karena sirkulasi fluida hidrotermal yang melindi
(leaching), mentranspor, dan mengendapkanmineral-mineral baru sebagai respon terhadap
perubahan fisik maupun kimiawi (Pirajno, 1992, dalamSutarto, 2004).

Alterasi merupakan perubahan komposisi mineralogi batuan (dalam keadaan padat)


karenaadanya pengaruh Suhu dan Tekanan yang tinggi dan tidak dalam kondisi isokimia
menghasilkan minerallempung, kuarsa, oksida atau sulfida logam. Proses alterasi merupakan
peristiwa sekunder, berbedadengan metamorfisme yang merupakan peristiwa primer. Alterasi
terjadi pada intrusi batuan beku yangmengalami pemanasan dan pada struktur tertentu yang
memungkinkan masuknya air meteorik(meteoric water) untuk dapat mengubah komposisi
mineralogi batuan.

Alterasi hidrotermal merupakan suatu proses yang kompleks yang melibatkan


perubahan mineralogi, tekstur, dan komposisi kimia batuan. Proses tersebut merupakan hasil
interaksi antara larutan hidrotermal dengan batuan yang dilewatinya pada kondisi fisika dan
kimia tertentu (Pirajno, 1992). Secara istilah, larutan hidrotermal adalah cairan panas, yang
umumnya berasosiasi dengan proses magmatik, namun dapat pula berasal dari air meteorik,
air connate, atau air yang mengandung mineral yang dihasilkan selama proses metamorfisme
dan kemudian terpanaskan di dalam perut bumi (Bateman dan Jensen, 1981). Proses naiknya
larutan hidrotermal ke permukaan menyebabkan terjadinya ubahan pada batuan samping.
Proses ubahan ini disebabkan oleh kecenderungan mineral dalam batuan untuk membentuk
suatu mineral baru agar mencapai kesetimbangan. Menurut Bateman dan Jensen (1991),
faktor-faktor yang mempengaruhi tipe dan intensitas ubahan hidrotermal adalah:

-Karakteristik dan komposisi dari batuan induk (host rock)


-Komposisi larutan hidrotermal
-Tekanan dan temperatur serta perubahan fase pada larutan hidrotermal
-Perubahan pada unsur tertentu
Namun, temperatur dan sifat kimia (pH)larutan hidrotermal dianggap sebagai dua
faktor yang paling berpengaruh dalam proses ubahan hidrotermal (Corbett dan Leach, 1998).
Mineral-mineral di dalam batuan yang terkena fluida hidrotermal cenderung terubah menjadi
mineral sekunder baru yang lebih sesuai dengan perubahan kondisi pH dan temperatur.

Suatu daerah yang memperlihatkan penyebaran kesamaan himpunan mineral alterasi


disebut sebagai zona alterasi (Guilbert dan Park, 1986). Berikut adalah beberapa zona alterasi
yang dibedakan berdasarkan kumpulan mineral, temperatur, dan pH larutan hidrotermal
(Morrison, 1995):

- Potasik merupakan zona alterasi yang berada dekat dengan intrusi dengan temperatur fluida
hidrotermal lebih dari 3000C dan salinitas tinggi. Zona alterasi ini dicirikan dengan
pembentukan mineral sekunder berupa K-feldspar, biotit, kuarsa, dan magnetit. Selain itu
aktinolit, epidot, klorit, dan anhidrit, serta sedikit rutil dan albit juga dapat muncul dalam
zona ini.

- Propilitik merupakan zona alterasi yang terbentuk pada kondisi pH netral sampai alkali
dengan temperatur berkisar antara 2000-3000C. Mineral-mineral penciri zona ini diantaranya
adalah klorit, kalsit, dan epidot yang dapat disertai dengan kuarsa, adularia, albit, serisit, dan
anhidrit. Zona ini merupakan fase alterasi lanjutan dari alterasi potasik.

- Filik merupakan zona alterasi yang ditandai dengan kehadiran mineral sekunder yang
didominasi oleh serisit dan kuarsa. Selain itu dapat pula muncul pirit dan anhidrit. Tipe
alterasi ini terbentuk akibat fluida netral sampai asam pada temperatur sedang yaitu berkisar
antara 2000-4000C. Biasanya terbentuk pada daerah yang permeabel dan berdekatan dengan
urat.
- Argilik merupakan zona alterasi yang ditandai dengan pembentukan mineral lempung
bertemperatur rendah seperti kaolinit, montmorillonit, smektit, danillit. Alterasi ini terbentuk
akibat kondisi fluida hidrotermal netral sampai asam dengan temperatur rendah (<2300C).

- Argilik lanjut merupakan zona alterasi yang terbentuk pada fluida asam (pH<4) yang
ditandai dengan hadirnya alunit, diaspor, pirofilit, bersama dengan kuarsa, kalsedon, kaolinit,
dan dikit.

Corbett dan Leach (1998) menggambarkan himpunan mineral yang terbentuk pada
kondisi pH dan temperatur tertentu serta tipe endapannya dalam suatu system hidrotermal.
Setiap mineral hanya akan terbentuk jika berada dalam kondisi yang stabil. Oleh karena itu,
beberapa mineral tertentu hanya akan terbentuk pada kondisi pH dan temperatur tertentu
(Gambar 3.1).

Gambar 3.1 Himpunan mineral berdasarkan pH dan temperatur pembentukannya (Corbett


dan Leach, 1998)

Selain alterasi atau ubahan yang terbentuk dalam suatu sistem hidroterrmal, Lindgreen (1933;
dalam Bateman dan Jensen, 1991) membagi endapan hidrotermal menjadi 3 tipe endapan
berbeda berdasarkan hubungan temperatur, tekanan, dan kondisi geologi yang tercermin dari
mineral-mineral yang terbentuk.
Tipe endapan tersebut, adalah:

a. Endapan hipotermal, terbentuk pada daerah dekat dengan intrusi pada temperatur
berkisar antara 500-6000C dan tekanan sangat tinggi.
b. Endapan mesotermal, terbentuk pada jarak tertentu dari intrusi pada temperatur
berkisar antara 200-5000C dan tekanan tinggi
c. Endapan epitermal, terbentuk jauh dari intrusi pada temperatur berkisar antara 50-
2000C dan tekanan sedang atau medium

Menurut Hedenquist dan White (1995), endapan epitermal adalah endapan mineral yang
terbentuk pada temperatur kurang dari 1500C sampai ~3000C dan berada pada kedalaman 1-
2 kilometer. Endapan epitermal terbentuk pada lingkungan hidrotermal yang dekat dengan
permukaan dan pada umumnya berhubungan dengan sub-aerial volkanisme kalk-alkali
(Hedenquist dan Houghton, 1988). Fluida hidrotermal pada endapan ini biasanya berasal dari
air meteorik, namun ada beberapa komponen yang berasal dari air magmatik. Hedenquist dan
White (1995) membedakan endapan epitermal menjadi endapan epitermal sulfida rendah
(low sulphidation) dan sulfida tinggi (high sulfidation) (Tabel 3.1). Keduanya dibedakan
berdasarkan pada mineralogi bijih dan mineral ikutan (gangue) serta jenis fluida hidrotermal
yang berinteraksi dengan batuan induk (host rock) (Gambar 3.2).

Gambar 3.2 Tipe endapan epitermal sulfida rendah dan sulfida tinggi (Hedenquist dan White, 1995)

Endapan epitermal sulfida rendah menunjukkan kondisi reduksi yang dicirikan oleh dominasi
H2S pada fluida hidrotermal (Giggenbach, 1992; dalam Corbett, 2002). Kondisi tersebut merupakan
akibat dari interaksi antara air magmatik dengan batuan samping serta air meteorik yang bersirkulasi
(Simmons, 1995; dalam Corbett, 2002). Menurut Hedenquist dan White (1995), mineral-mineral
sulfida seperti sfalerit, galena, kalkopirit, dan pirit terbentuk pada kondisi ini. Sebaliknya, fluida
hidrotermal pada endapan epitermal sulfida tinggi didominasi oleh SO2 yang menunjukkan kondisi
oksidasi. Hal ini disebabkan oleh fluida hidrotermal yang berasal dari air magmatik naik ke atas
melalui pipa breksia sehingga interaksi fluida dengan batuan dan air meteorik terbatas. Fluida yang
bersifat asam dicirikan dengan terbentuknya asosiasi mineral ubahan seperti pirofilit, alunit, kaolinit,
serta mineral bijih berupa pirit, enargit, dan luzonit.

Endapan Mineral Mesothermal

1. Proses pembentukan endapan mineral Mesothermal


a. Pembentukan mineral primer
Sebelum membahas mengenai proses pembentukan endapan mineral
mesothermal, terlebih dahulu harus diketahui tentang pembentukan endapan mineral
menurut proses pembentukannya, adalah sebagai berikut :
Pembentukan bijih primer secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis
endapan, yaitu :
o Fase Magmatik Cair
o Fase Pegmatitil
o Fase Pneumatolitik
o Fase Hidrothermal
o Fase Vulkanik

Dari kelima jenis fase endapan di atas akan menghasilkan sifat-sifat endapan
yang berbeda-beda, yaitu yang berhubungan dengan :

a. Kristalisasi magmanya
b. Jarak endapan mineral dengan asal magma
intra-magmatic, bila endapan terletak di dalam daerah atuan beku
peri-magmatic, bila endapan terletak di luar (dekat batas) batuan beku
crypto-magmatic, bila hubungan antara endapan dan batuan beku tidak
jelas
apo-magmatic, bila letak endapan tidak terlalu jauh terpisah dari batuan
beku
tele-magmatic, bila disekitar endapan mineral tidak terlihat (terdapat)
batuan beku
o Fase Magmatik Cair (Liquid Magmatic Phase)
Liquid magmatic phase adalah suatu fase pembentukan mineral, dimana
mineral terbentuk langsung pada magma (differensiasi magma), misalnya
dengan cara gravitational settling. Mineral yang banyak terbentuk dengan
cara ini adalah kromit, titamagnetit, dan petlandit.
o Fase Pegmatitik (Pegmatitic Phase)
Pegmatit adalah batuan beku yang terbentuk dari hasil injeksi magma.
Sebagai akibat kristalisasi pada magmatik awal dan tekanan disekeliling
magma, maka cairan residual yang mobile akan terinjeksi dan menerobos
batuan disekelilingnya sebagai dyke, sill, dan stockwork.
o Fase Pneumatolitik (Pneumatolitik Phase)
Pneumatolitik adalah proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma
dalam lingkungan yang dekat dengan magma. Dari sudut geologi, ini disebut
kontak-metamorfisme, karena adanya gejala kontak antara batuan yang lebih
tua dengan magma yang lebih muda. Mineral kontak ini dapat terjadi bila uap
panas dengan temperatur tinggi dari magma kontak dengan batuan dinding
yang reaktif. Mineral-mineral kontak yang terbentuk antara lain : wolastonit
(CaSiO3), amphibol, kuarsa, epidot, garnet, vesuvianit, tremolit, topaz,
aktinolit, turmalin, diopsit, dan skarn.
o Fase Hidrothermal (Hydrothermal Phase)
Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat "aqueous" sebagai
hasil differensiasi magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang
relatif ringan, dan merupakan sumber terbesar (90%) dari proses
pembentukan endapan.
o Fase Vulkanik (Vulkanik Phase)
Endapan phase vulkanik merupakan produk akhir dari proses pembentukkan
bijih secara primer. Sebagai hasil kegiatan phase vulkanis adalah :
1. Lava flow
2. Ekshalasi
3. Mata air panas
b. Proses Hidrotermal
Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat aqueos sebagai hasil
diferensiasi magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relative ringan,
dan merupakan sumber terbesar (90%) dari proses pembentukan deposit mineral.
Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal dua macam endapan hydrothermal
yaitu Cavity Filling atau mengisi lubang-lubang yang sudah ada dalam batuan, dan
Metasomatisme, dengan mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan
unsur baru larutan hydrothermal.
Berdasarkan cara pembentukannya, maka dikenal beberapa jenis endapan
hidrotermal, antara lain :
o Endapan mineral Ephitermal, yaitu endapan mineral yang terjadi pada suhu
< 200 C
o Endapan mineral Mesothermal, yaitu endapan mineral yang terjadi pada suhu
antara 200-300C dengan tekanan moderat
o Endapan mineral Hipothermal, yaitu endapan mineral yang terjadi pada suhu
300-500C dengan tekanan yang tinggi.

c. Pembentukan endapan mineral mesothermal

Endapan mineral mesothermal merupakan endapan mineral yang terbentuk


pada temperature dan tekanan menengah. Bijih endapan mineral ini terbentuk pada
suhu sekitar 200-300C dengan kedalaman sekitar 1200-3600m dibawah permukaan
bumi. Pada dasarnya pembentukannya tidak jauh berbeda dengan pembentukan
endapan mineral epitermal dan hipotermal, yang membedakan hanya suhu dan
tekanan pada saat pembentukannya.

Magma mengalami diferensiasi seiring penurunan suhu secara bertahap, mineral


yang pertama kali terbentuk adalah mineral yang terbentuk secara pegmatitic yang
sarat akan unsur logam, selanjutnya pada tingkat diatasnya kandungan unsur logam
mulai berkurang seiring pembentukan mineral secara pneumolitik, sehingga tahapan
pembentukan mineral yang selanjutnya adalah melalui proses hidrotermal akibat
kandungan unsur mineral logam yang sudah mulai berkurang. Dalam proses
pembentukan endapan mineral hidrotermal ini diawali dengan endapan mineral
hypothermal pada suhu sekitar 300-500C dengan tekanan yang masih sangat tinggi,
kemudian terbentuk endapan mineral mesothermal pada suhu 200-300C pada tekanan
moderat, dan yang terakhir adalah endapan mineral epitermal pada suhu sekitar 150-
200C dengan tekanan rendah dekat dengan permukaan.

Semakin mendekati permukaan, maka mineral-mineral yang terbentuk cenderung


kepada mineral yang bersifat acid(asam) seiring berkurangnya kandungan unsur
logam sehingga kandungan silikanya secara otomatis akan mendominasi.

2. Keberadaan Endapan Mineral Mestohermal

a. Macam Endapan Mineral Mesothermal


Endapan mineral mesothermal terdiri dari beberapa beberapa mineral logam yang
beberapa diantaranya adalah timbal, seng, perak, dan emas. Mineral-mineral logam
tersebut dapat terendapkan bersama dengan mineral-mineral lain seperti kuarsa, pirit,
dan juga mineral karbonat. Zona altrasi yang luas mengeliilingi endapan mineral
mesothermal tersebut. Produk dari altrasi itu antara lain, sericite, kuarsa, kalsit, pirit,
dolomit, piroklas, klorit , dan mineral lempung. Ortoklas sekunder dan mineral
lempung dijumpai pada endapan tembaga yang tersebar dalam zona tersebut. Beberapa
mineral tersebut seperti klorit dan lempung lebih memiliki karakteristik seperti endapan
epithermal, akan tetapi biasanya endapan tersebut terdapat pada bagian luar dari
endapan mesothermal.
Berikut merupakan ciri-ciri umum dari endapan mesothermal :
Pada endapan ini tekanan temperaturnya medium(300o - 200oC),
Karena bertemperaturnya medium maka proses pengendapan hanya mengisi cela-cela
(cavity filling) pada batuan yang dibentuk oleh tekanan dan juga kadang-kadang
mengalami replacement karena temperature yang masih medium.
Asosiasi mineral yang ada berupah berupah sulfide Ag, As, Au, Sb dan oksida (Sn)
yang berasosiasi dengan batuan beku asam yang didekat permukaan bumi oleh karena
itu, mineral Au, Cu dapat dijumapi pada mineral kuarsa dan kalsit pada batuan beku
asam dan batuan sedimen.

Setiap tipe endapan hidrothermal diatas selalu membawa mineral-mineral yang


tertentu (spesifik), berikut altersi yang ditimbulkan barbagai macam batuan dinding.
Tetapi minera-mineral seperti pirit (FeS2), kuarsa(SiO2), kalkopirit (CuFeS2), florida-
florida hampir selalu terdapat dalam ke tiga tipe endapan hidrothermal. Paragenesis dari
endapan mesothermal dan mineral gangue antara lain stanite (Sn, Cu) sulfida, sulfida-
sulfida : spalerit, enargit (Cu3AsS4), Cu sulfida, Sb sulfida, stibnit (Sb2S3), tetrahedrit
(Cu,Fe)12Sb4S13, bornit (Cu2S), galena (PbS), dan kalkopirit (CuFeS2), dengan
mineral-mineral ganguenya : kabonat-karbonat, kuarsa, dan pirit. Lindgren (1933)
menyatakan bahwa endapan mesothermal tidak mengandung mineral garnet, topas,
piroksen, amphibole, dan tourmaline yang merupakan mineral dengan suhu
pembentukan yang tergolong tinggi. sedangkan endapan mesothermal juga tidak
mengandung zeolite yang proses pembentukannya pada suhu yang tergolong rendah.
Endapan mineral mesothermal berhubungan erat dengan batuan beku secara spasial
ataupun secara genetic (genesa), sedangkan dalam hal lain, tidak ada asosiasi genetic
yang bisa dijabarkan.

b. Lokasi Pembentukan Endapan Mineral Mesothermal


Lokasi Pembentukan dari Endapan Mineral Mesothermal adalah pada Urat-urat
polimetalik pada batuan yang berumur paleozoikum bawah, dengan contoh batuan yang
telah diketahui dari Pembrokeshire, melewati Wales tengah ke Snowdonia dan pada
Anglesey.
Secara khusus, urat-urat polimetalik terdapat pada patahan, rekahan-rekahan
batuan dan zona patahan. Proses mineralisasi dimungkinkan terdapat pada struktur, atau
berkembang dengan pola minim (jarang). Gerakan perulangan dan proses aktivitas
mineralisasi adalah hal yang khusus. Dip-dip sangat dimungkinkan untuk berubah-ubah
dan dip-dip curam merupakan hal yang lazim pada batuan-batuan yang berkompeten
(contoh batupasir, dolerite sills) dan dip-dip yang kurang curam terdapat pada batuan-
batuan yang tidak berkompeten (contoh serpih, batulempung). Wallrock biasanya
teralterasi, dengan kenampakkan yang agak memudar.
Di dalam Urat-urat polimetalik terkandung tembaga, timbal, seng, perak, dan emas
(sangat ekonomis), arsenic, dan logam putih, selalu didapatkan sufida langka, arsenide
atau telluride,. Material material ini terbentuk dari sejumlah proses, yang berada di
Wales,
Ketika sekuen sedimen tebal dan batuan vulkanik terkubur sangat dalam, hal ini
digunakan untuk penambahan tekanan dan suhu, menghasilkan produk dalam
metamorfisme tingkat rendah. Jumlah kebebasan air yang signifikan ini berasal dari
mineral yang terhidrasi, seperti lanau, sebagai rekristalisasinya. Unsur yang
mengandung air ini lalu pindah sebagai fluida hidrotermal sepanjang jalan yang dapat
dilewati air pada batuan, seperti patahan dan zona rekahan, dimana mineral-mineral
terdepositkan.
Beberapa sampel terbaik yang berasal dari Welsh, sama seperti urat-urat yang
berada di sabuk emas Dolgellau, diisi oleh batuan sedimen berumur tengah sampai atas
kambrian, dan intrusi, dan terbentuk lebih dahulu dari deformasi Caledonian yang
terangkat menjadi cekungan Welsh pada masa Devonian. Urat-urat tersebut mengisi
rekahan patahan dengan panjang strike hingga beberapa kilometer dan khususnya
terungkap menyerupai struktur pita sebagai contoh ilustrasi diatas.
Reaksi metamorfisme menyebabkan pengisian air berskala luas pada batuan yang
terkubur sangat dalam, dipercaya telah mengalami proses mekanisme yang memicu
fluida hidrotermal.

3. Potensi

a. Nilai ekonomis mineral mesothermal


Produk atau hasil dari endapan mineral mesothermal beberapa diantaranya adalah
timbal, tembaga, seng, perak, dan emas yang terendapkan bersama dengan mineral-
mineral seperti mineral kuarsa, pirit, dan juga mineral karbonat. Mineral-mineral
tersebut merupakan mineral yang memilki nilai ekonomis yang sangat tinggi.
Endapan mineral emas yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi diantaranya adalah,
native gold, calaverite, dan sylvanite. Dari macam-macam endapan mineral tersebut,
native gold merupakan jenis endapan mineral emas yang paling ekonomis. Hal
tersebut dikarenakan kandungan atau komposisi dari unsur Au yang lebih besar
daripada jenis endapan mineral emas ,calaverite, dan sylvanite.
Endapan mineral perak dibagi menjadi beberapa jenis mineral berdasarkan
komposisi atau kandungan dari unsur Ag. Endapan mineral yang paling banyak
kandungan unsur Ag adalah mineral native silver, kemudian dibawah mineral native
silver yang mana kandungan Ag nya lebih sedikit yakni 25%-50% adalah mineral
argentite dan cerargirite.
Endapan Mineral Tembaga merupakan salah satu dari beberapa mineral bijih
yang cukup potensial. Tembaga terbagi menjadi beberapa kelas berdasarkan
kandungan unsur Cu, urutan kelas tersebut antara lain Native Cooper, Bornite,
Chalcosite, Chalcopyrite, Covellite, Cuprite, Enargite, Malachite, Azurite.
Endapan mineral lain adalah mineral timbal yang diklasifikasikan berdasarkan
kandungan Pb nya. Nilai kandungan Pb yang besar adalah Galena. Sementara
kandungan unsur Pb yang lebih kecil dari mineral Galena adalah Cerussite dan
Anglesite. Semakin tinggi kandungan Pb nya, maka semakin tinggi nilai ekonomis
dari mineral tersebut.
Seng adalah endapan mineral yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Mineral ini dibagi menjadi beberapa kelas. Yaitu Sphaleite, Smitshsonite,
Hemimorphite, dan Zincite. Nilai kandungan unsur Zn yang besar akan
mempengaruhi nilai ekonomis dari mineral tersebut. Kelas endapan mineral ini yang
memilki nilai Zn terbesar adalah Sphaleite.
Endapan mineral lain yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi adalah timah.
Kandungan Sn yang besar pada mineral ini akan mempengaruhi nilai ekonomis suatu
mineral. Mineral Timah yang mengandung Sn terbesar adalah Cassiterite dan
Stannite.
b. Persebaran endapan mineral mesothermal di Indonesia :
Endapan mineral mesothermal banyak tersebar di berbagai wilayah di Indonesia,
misalnya :
1. Timah
Daerah-daerah penghasil timah di Indonesia adalah Pulau Bangka, Belitung,dan
Singkep yang menghasilkan lebih dari 20% produksi timah putih dunia. Di
Muntok terdapat pabrik peleburan timah.
2. Nikel
Nikel terdapat di sekitar Danau Matana, Danau Towuti, dan di Kolaka (Sulawesi
Selatan).
3. Tembaga
Tembaga terdapat di Tirtomoyo dan wonogiri (Jawa Tengah), Muara Sipeng
(Sulawesi) dan Tembagapura (Papua/Irian Jaya).
4. Emas dan perak
Emas dan Perak merupakan logam mulia. Pusat tambang emas dan perak terdapat
di daerah-daerah berikut: Tembagapura di Papua (Irian Jaya), Batu hijau di Nusa
Tenggara Barat, Tasikmalaya dan Jampang di Jawa Barat

4. Penggunaan dan Pemanfaatan

a. Galena
Mineral sulfida yang alami
Mineral bijih yang paling utama
Mempunyai rumus bahan kimia (PbS) Sulfida
System kristalnya isometric hexoctahedral, mempunyai belahan yang
sempurna, dengan kekerasn 2,5 2,75 dan berat jenis 7,58, kilap logam,
dengan warna abu abu timah
Mineral galena sekali kali di gunakan sebagai semikonduktor (yaitu
kristalnya) di dalam pesawat radio. kristal galena menjadi bagian dari suatu
titik- dioda kontak digunakan untuk mendeteksi isyarat/sinyal radio.
Batuan galena merupakan bahan baku dari logam timah hitam (Pb).

b. Kalkopirit
suatu mineral besi sulfide tembaga yang mengeristal sistem bersudut empat
mempunyai komposisi kimia yaitu (CuFeS2)
mempunyai warna kuning keemasan, dan mempunyai skala kekerasan 3,5 4,
Lapisan nya adalah diagnostik seperti sedikit warna hijau kehitam.
saat kalkopirit berada di udara terbuka maka kalkopirit akan beroksidasi
dengan berbagai oksida, hidroksid dan sulfatesRekanan Mineral Tembaga
meliputi sulfida bornite ( Cu5FeS4), chalcocite ( Cu2S), covellite ( CuS),
digenite ( Cu9S5); karbonat seperti perunggu dan azurit, dan oksida jarang
seperti cuprite ( Cu2O).
Warna kalkopirit kuning gelap dengan sedikit warna kehijau hijauan dan
kilap berminyak diagnostic. Dalam kaitan dengan warna nya dan isi tembaga
tinggi, kalkopirit telah sering dikenal sebagai tembaga kuningan.
digunakan di dalam pembuatan asam belerang dan belerang dioksida, butir
dari pyrite debu telah digunakan untuk memulihkan besi, emas, tembaga,
unsur kimia/kobalt, nikel, dll.
c. Emas
Logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara
2,5 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan
logam lain yang berpadu dengannya.
Mempunyai kandungan unsur Au
Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue
minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin,
flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam.
Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah
teroksidasi.
Emas banyak digunakan sebagai barang perhiasan, cadangan devisa, dll.
Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah di Indonesia, seperti di
Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau
Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.
d. Perak
Perak merupakan logam yang terbentuk dan selalu bersama-sama dengan
logam emas, yang mempunyai warna putih.
Mempunyai kandungan unsur Ag
Kegunaannya adalah untuk perhiasan, cindera mata, logam campuran, dll.
Potensinya selalu berasosiasi dengan logam lainnya seperti emas dan tembaga
e. Seng
Merupakan unsur pertama golongan 12 pada tabel periodik.
Beberapa aspek kimiawi seng mirip dengan magnesium. Hal ini dikarenakan
ion kedua unsur ini berukuran hampir sama. Selain itu, keduanya juga
memiliki keadaan oksidasi +2.
Seng merupakan logam yang berwarna putih kebiruan, berkilau, dan bersifat
diamagnetik. Walau demikian, kebanyakan seng mutu komersial tidak
berkilau. Seng sedikit kurang padat daripada besi dan berstruktur kristal
heksagonal
Seng merupakan unsur paling melimpah ke-24 di kerak Bumi dan memiliki
lima isotop stabil. Bijih seng yang paling banyak ditambang adalah sfalerit
(seng sulfida).
Pelapisan seng pada baja untuk mencegah perkaratan merupakan aplikasi
utama seng. Aplikasi-aplikasi lainnya meliputi penggunaannya pada baterai
dan aloi. Selain itu juga seng dapat digunakan dalam pembuatan konstruksi
bangunan dan juga merupakan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
manusia. Pada anak-anak, defisiensi ini menyebabkan gangguan pertumbuhan,
mempengaruhi pematangan seksual, mudah terkena infeksi, diare, dan setiap
tahunnya menyebabkan kematian sekitar 800.000 anak-anak di seluruh dunia.
Konsumsi seng yang berlebihan dapat menyebabkan ataksia, lemah lesu, dan
defisiensi tembaga.
DAFTAR PUSTAKA

Park, Charles.F Jr. and Macdiarmid, Roy A. 1964. Ore Deposite. San Francisco: W.H.
Freeman and Company.

http://www.scribd.com/doc/28518828/Genesa-Minerals-Genesa-Minerals-Written-by-
Administrator

http://www.websters-online-dictionary.org/me/mesothermal_deposit.html

http://mining.itb.ac.id/esdb/file/bahan_kuliah/TE3111_Materi-3%20Klasifikasi %20 dan


%20Pembentukan%20Endapan.pdf
http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/505/jbptitbpp-gdl-dewiprihat-25208-4-2011ta-3.pdf

https://www.scribd.com/doc/81963156/HIDROTHERMAL

Anda mungkin juga menyukai