Oleh
Egi Ramdhani
1315051018
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ i
ABSTRAK ........................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Tujuan Percobaan .......................................................................... 2
VI. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
i
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Konfigurasi elektroda wenner dan schlumberger .......................... 7
Gambar 3.2 Pola aliran arus antara dua elektroda arus ..................................... 9
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Konfigurasi dan faktor geometri masing-masing elektroda ............... 5
iii
I. PENDAHULUAN
pada bagian atas dan bawahnya. Bisa juga untuk mengetahui perkiraan
kedalaman ‘bedrock’ untuk fondasi bangunan. Metoda geolistrik juga bisa
untuk menduga adanya panas bumi (geotermal) di bawah permukaan. Hanya
saja metoda ini merupakan salah satu metoda bantu dari metoda geofisika
yang lain untuk mengetahui secara pasti keberadaan sumber panas bumi di
bawah permukaan (Batubara, 2014).
III. TEORI DASAR
C1 I C2
P1 V P2
Schlumberger
6
K = 2πa
C C
2 2
Wenner
K = πn(n+1)a
Wenner-Schlumberger
K = πn(n+1)(n+2)a
Dipole-Dipole
K = 2πa
Pole-Pole
K = 2πn(n+1)a
Pole-Dipole
K = πa(2+√𝟐)𝑹
Square
(Zaenudin, 2015).
7
Konfigurasi wenner sederhana dalam elektroda saat ini dan potensi yang
dipertahankan pada jarak yang sama antar elektrodanya. Selama VES jarak yang
secara bertahap meningkat sekitar tetap titik pusat dan di CST seluruh spread
bergerak sepanjang profil dengan nilai tetap dari. Efisiensi melakukan terdengar
listrik vertikal dapat sangat meningkat dengan memanfaatkan kabel multicore
untuk mana sejumlah elektroda yang melekat secara permanen pada pemisahan
standar (Barker 1981). Sebuah terdengar bisa kemudian dengan cepat dicapai
dengan beralih antara berbagai set empat elektroda. Sistem seperti memiliki
tambahan keuntungan itu, dengan mengukur resistensi tanah di dua posisi susunan
elektrode, efek nearsurface variasi resistivitas lateral yang dapat secara substansial
dikurangi. Dalam survei dengan konfigurasi Wenner keempat elektroda perlu
dipindahkan antara pembacaan berturut-turut. Tenaga kerja ini sebagian diatasi
dengan penggunaan Schlumberger konfigurasi di mana batin, elektroda potensial
memiliki 2l jarak yang merupakan sebagian kecil dari yang dari luar, elektroda
arus (2L). Dalam survei CST dengan konfigurasi Schlumberger beberapa gerakan
lateral elektroda potensial dapat diakomodasi tanpa perlu memindahkan elektroda
saat ini. Di VES survei elektroda potensial tetap tetap dan elektroda saat ini
diperluas simetris tentang pusat penyebaran. Dengan nilai-nilai yang sangat besar
L mungkin, namun, perlu untuk meningkatkan l juga dalam rangka
mempertahankan terukur potensial (Kearey dkk, 2002).
Ada beberapa macam aturan pendugaan lapisan bawah permukaan tanah dengan
geolistrik ini, antara lain : aturan Wenner, aturan Schlumberger, aturan ½ Wenner,
aturan ½ Schlumberger, dipole-dipole dan lain sebagainya. Prosedur pengukuran
untuk masing-masing konfigurasi bergantung pada variasi resistivitas terhadap
kedalaman yaitu pada arah vertikal (sounding) atau arah lateral (mapping).
Metode resistivitas dengan konfigurasi Schlumberger dilakukan dengan cara
mengkondisikan spasi antar elektrode potensial adalah tetap sedangkan spasi antar
elektrode arus berubah secara bertahap. Pengukuran resistivitas pada arah vertikal
atau Vertical Electrical Sounding (VES) merupakan salah satu metode geolistrik
resistivitas untuk menentukan perubahan resistivitas tanah terhadap kedalaman
yang bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas batuan di bawah permukaan
9
bumi secara vertikal. Metode ini dilakukan dengan cara memindahkan elektroda
dengan jarak tertentu maka akan diperoleh harga-harga tahanan jenis pada
kedalaman yang sesuai dengan jarak elektroda. Harga tahanan jenis dari hasil
perhitungan kemudian diplot terhadap kedalaman (jarak elektroda) pada kertas
‘log–log’ yang merupakan kurva lapangan. Selanjutnya kurva lapangan tersebut
diterjemahkan menjadi jenis batuan dan kedalamannya (Halik dan Widodo, 2008).
Gambar 3.2 Pola Aliran arus antara dua elektroda arus (Supriyadi dkk, 2012).
IV. METODOLOGI PRAKTIKUM
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut :
Adapun diagram alir pada praktikum konfigurasi metode geolistrik kali ini
adalah sebagai berikut :
Mulai
Mencari jenis-jenis
konfigurasi elektroda
Menganalisis jenis
konfigurasi yang
paling sensitif
Selesai
V. HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN
5.2 Pembahasan
ditempatkan pada sekitar lokasi penelitian dengan jarak minimum 5 kali spasi
terpanjang C1-P1. Sehingga untuk penelitian skala laboratorium yang
mungkin digunakan adalah konfigurasi Dipole-dipole. Pada konfigurasi
Dipole-dipole, dua elektrode arus dan dua elektrode potensial ditempatkan
terpisah dengan jarak na, sedangkan spasi masing-masing elektrode a.
Pengukuran dilakukan dengan memindahkan elektrode potensial pada suatu
penampang dengan elektrode arus tetap, kemudian pemindahan elektrode arus
pada spasi n berikutnya diikuti oleh pemindahan elektrode potensial
sepanjang lintasan seterusnya hingga pengukuran elektrode arus pada titik
terakhir di lintasan itu. Sehingga berdasarkan gambar, maka faktor geometri
untuk konfigurasi Dipole-dipole adalah K= πn(n+1)(n+2)a
Sehingga berlaku hubungan :
Dari hasil praktikum konfigurasi metode geolistrik, yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Perbedaan konfigurasi elektroda pada dasarnya berdasar pada perbedaan
formasi peletakan batang elektroda di daratan saat dilakukannya survei
geolistrik.
2. Setiap konfigurasi elektroda memiliki faktor geometri yang tentunya berbeda
pula. Faktor geometri merupakan multiplier atau faktor pengkali pada
konfigurasi elektroda agar didapatkan nilai resistivitas yang stabil.
3. Masing-masing konfigurasi elektroda memiliki sensitivitas yang berbeda-
beda. Dan konfigurasi wenner memiliki sensitivitas yang paling baik untuk
fungsi mapping.
4. Perhitungan nilai K memilikii rumus yang berbeda antar konfigurasi
elektroda. Ini disebabkan juga karena penurunan rumus yang berbeda.
5. Survei geolistrik atau resistivity bekerja berdasarkan resistivitas dan
konduktivitas. Dan bekerja dengan cara penginjeksian arus DC dan didapat
data beda potensial.
DAFTAR PUSTAKA
Halik; Gusfan dan Widodo; Jojok, 2008, Pendugaan Potensi Air Tanah Dengan
Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger di Kampus Tegal Boto
Universitas Jember, Media Teknik Sipil, Juli, hal 110.
https://qurniawulansari.wordpress.com/category/geophysics/geolistrik-zone/
Qurnia Wulan Sari (2013) – Modul Geolistrik
https://ardandipoldipol.wordpress.com/phisic/geophisic/geolistrik/macam-
macam-metode-geolistrik/
Ardan 2011 – Macam-macam metode geolistrik
http://mineritysriwijaya.blogspot.com/2014/03/metode-geolistrik.html
Abdullah Badawi Batubara (2014) – Metode Geolistrik
http://alchemiststar.blogspot.com/2012/10/konfigurasi-elektroda-pada-
metode_18.html
http://mahendra-dwi-s.tumblr.com/post/34217416621/konfigurasi-dalam-
geolistrik
https://harnovi.wordpress.com/2011/03/29/metode-geolistrik/