Anda di halaman 1dari 28

DESAIN AKUISISI

(Laporan Praktikum Eksplorasi Geomagnetik)

Oleh
Egi Ramdhani
1315051018

LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ i

ABSTRAK ........................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Tujuan Percobaan .......................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pemilihan Konfigurasi Elektroda .................................................. 3
2.2 Kegunaan Metode Geolistrik ........................................................ 3

III. TEORI DASAR

IV. METODOLOGI PRAKTIKUM


4.1 Waktu dan Tempat Praktikum ...................................................... 10
4.2 Alat Praktikum .............................................................................. 10
4.3 Pengambilan Data Praktikum........................................................ 11
4.4 Pengolahan Data Praktikum .......................................................... 11
4.5 Diagram Alir Praktikum ................................................................ 12

V. HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN


5.1 Data Praktikum.............................................................................. 13
5.2 Pembahasan ................................................................................... 13

VI. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

i
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3.1 Konfigurasi elektroda wenner dan schlumberger .......................... 7

Gambar 3.2 Pola aliran arus antara dua elektroda arus ..................................... 9

Gambar 4.2.1 Laptop ......................................................................................... 10

Gambar 4.2.2 Alat Tulis .................................................................................... 10

Gambar 4.2.3 Kalkulator ................................................................................... 11

Gambar 4.2.4 Kertas .......................................................................................... 11

Gambar 5.2.1 Konfigurasi elektroda wenner..................................................... 13

Gambar 5.2.2 Konfigurasi elektroda schlumberger........................................... 14

Gambar 5.2.3 Konfigurasi elektroda wenner-schlumberger ............................. 14

Gambar 5.2.4 Konfigurasi pengukuran resistivitas 2D ..................................... 15

Gambar 5.2.5 Konfigurasi elektroda dipole-dipole ........................................... 15

Gambar 5.2.6 Konfigurasi elektroda pole-pole ................................................. 16

Gambar 5.2.7 Konfigurasi elektroda pole-dipole .............................................. 17

Gambar 5.2.8 Konfigurasi elektroda square ...................................................... 17

ii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Konfigurasi dan faktor geometri masing-masing elektroda ............... 5

iii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Metode Geolistrik merupakan salah satu metode yang digunakan dalam


eksplorasi geofisika terutama dalam penentuan keberadaan air tanah bawah
permukaan (eksplorasi air tanah). Adapun fungsi lainnya adalah untuk
eksplorasi batubara, emas, bijih besi, mangan dan chromites. Metode ini
menggunakan penginjeksian arus listrik dibawah permukaan untuk
mendapatkan data bawah permukaan bumi tentunya dengan menggunakan
sifat-sifat kelistrikan batuan. Istilah lain dalam penyebutan metode geolistrik
ini adalah metode electrical resistivity. Metode resistivity ini bekerja dengan
menginjeksikan arus Direct Current (DC) atau arus searah kedalam
permukaan bumi dengan elektroda arus dan akan didapatkan beda
potensialnya sebagai besaran fisis yang dicari. Selanjutnya, mengukur voltase
(beda tegangan) yang ditimbulkan di dalam bumi. Arus Listrik dan Tegangan
disusun dalam sebuah susunan garis linier yang biasa disebut dengan
konfigurasi elektroda. Beberapa susunan garis linier atau konfigurasi
elektroda yang umum dipakai adalah dipole-dipole, pole-pole, schlumberger,
dan wenner. Adapun konfigurasi elektroda yang lain yakni wenner-
schlumberger, pole-dipole dan square atau persegi. Pada praktikum kali ini,
kami membahas tentang konfigurasi metode geolistrik yakni melakukan
penurunan rumus masing-masing konfigurasi elektroda, lalu melakukan
pembahasan macam-macam konfigurasi elektroda serta melakukan
perhitungan sesuai dengan faktor geometri masing-masing konfigurasi
elektroda. Untuk lebih memahami tentang macam-macam konfigurasi
elektroda dalam konfigurasi metode geolistrik, maka dilakukanlah praktikum
konfigurasi metode geolistrik ini.
2

1.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan pada praktikum kali ini adalah :


1. Dapat mengetahui jenis-jenis konfigurasi elektroda
2. Dapat menghitung nilai K sesuai dengan faktor geometri masing-masing
konfigurasi elektroda.
3. Dapat mengetahui sensitivitas masing-masing konfigurasi elektroda.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemilihan Konfigurasi Elektroda

Pemilihan konfigurasi elektroda bergantung pada tipe struktur yang akan


dipetakan, sensitivitas alat tahanan jenis dan tingkat noise yang ada. Masing-
masing konfigurasi elektroda diatas mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Suatu permasalahan mungkin lebih baik dilakukan dengan suatu jenis
konfigurasi elektroda, tetapi belum tentu permasalahan tersebut dapat
dipecahkan jika digunakan jenis konfigurasi lainnya. Oleh karena itu,
sebelum dilakukan pengukuran, harus diketahui dengan jelas tujuannya
sehingga kita dapat memilih jenis konfigurasi yang mana yang akan dipakai.
Karakteristik yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan konfigurasi
elektroda adalah sensitivitas konfigurasi terhadap perubahan nilai tahanan
jenis bawah permukaan secara vertikal dan horizontal, kedalaman investigasi,
cakupan data horizontal dan kuat sinyal (Sari, 2013).

2.2 Kegunaan Metode Geolistrik

Mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan sampai kedalaman


sekitar 300 m sangat berguna untuk mengetahui kemungkinan adanya lapisan
akifer yaitu lapisan batuan yang merupakan lapisan pembawa air. Umumnya
yang dicari adalah ‘confined aquifer’ yaitu lapisan akifer yang diapit oleh
lapisan batuan kedap air (misalnya lapisan lempung) pada bagian bawah dan
bagian atas. ‘Confined’ akifer ini mempunyai ‘recharge’ yang relatif jauh,
sehingga ketersediaan air tanah di bawah titik bor tidak terpengaruh oleh
perubahan cuaca setempat. Geolistrik ini bisa untuk mendeteksi adanya
lapisan tambang yang mempunyai kontras resistivitas dengan lapisan batuan
4

pada bagian atas dan bawahnya. Bisa juga untuk mengetahui perkiraan
kedalaman ‘bedrock’ untuk fondasi bangunan. Metoda geolistrik juga bisa
untuk menduga adanya panas bumi (geotermal) di bawah permukaan. Hanya
saja metoda ini merupakan salah satu metoda bantu dari metoda geofisika
yang lain untuk mengetahui secara pasti keberadaan sumber panas bumi di
bawah permukaan (Batubara, 2014).
III. TEORI DASAR

Besarnya tahanan jenis diukur dengan mengalirkan arus listrik dan


memperlakukan lapisan batuan sebagai media penghantar arus. Resistivitas yang
dihasilkan bukanlah nilai sebenarnya, melainkan resistivitas semu. Semakin besar
tingkat resistivitas, maka semakin sukar untuk menghantarkan arus listrik dan
bersifat isolator, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu resistivitas berbanding
terbalik dengan konduktivitas atau daya hantar listrik. Metode resistivitas ini
sering digunakan untuk pendugaan lapisan bawah tanah karena cukup sederhana
dan murah, walaupun jangkauan kedalamannya tidak terlalu dalam, tetapi itu
sudah mencapai target yang diinginkan untuk eksplorasi air bawah tanah (Ardan,
2011).

Setiap konfigurasi elektroda dalam metode geolistrik tahanan jenis mempunyai


faktor geometri masing-masing, berikut ini adalah beberapa faktor koreksi
masing-masing elektroda.
Tabel 3.1 Konfigurasi dan faktor geometri masing-masing elektroda
Konfigurasi Elektroda Faktor Geometri

C1 I C2

P1 V P2

𝝅(𝑳𝟐 −𝒙𝟐 )𝟏𝟐


K=
A M N B 𝟐(𝑳𝟐 +𝒙𝟐 )

Schlumberger
6

K = 2πa
C C
2 2

Wenner

K = πn(n+1)a

Wenner-Schlumberger

K = πn(n+1)(n+2)a

Dipole-Dipole

K = 2πa

Pole-Pole

K = 2πn(n+1)a

Pole-Dipole

K = πa(2+√𝟐)𝑹

Square

(Zaenudin, 2015).
7

Semua metode resistivity menggunakan sumber artifisis, yang ditanamkan


kedalam tanah melalui titik elektroda atau sepanjang garis kontak antara elektroda
dan permukaan tanah. Prosedur dari metode ini adalah untuk mengukur beda
potensial antar elektroda yang berbeda di sekitar aliran arus. Karena arus juga
diukur, ini memungkinkan untuk mengukur resistivitas efektif. Dalam hal ini,
metode resistivity lebih unggul setidaknya secara teori. untuk AL1 metode listrik
lainnya, karena hasil kuantitatif yang diperoleh menggunakan sumber
dikendalikan dari dimensi tertentu, seperti dalam metode geofisika lain, potensi
maksimum tahanan tidak pernah mati, Kepala kelemahan adalah sensitivitas yang
tinggi terhadap variasi kecil dalam konduktivitas dekat permukaan; atau biasa
dikenal dengan noise, situasi akan ada di tanah survei magnetik jika satu orang
untuk menggunakan magnetometer dengan sensitivitas dalam kisaran picotesla
(Telford dkk, 2004).

Banyak konfigurasi elektroda telah dirancang (Habberjam 1979) dan, meskipun


beberapa kadang-kadang digunakan dalam survei khusus, hanya dua yang sering
gunakan yakni konfigurasi elektroda Wenner dan konfigurasi elektroda
schlumberger, seperti ditunjukan pada gambar.

Gambar 3.1 Konfigurasi elektroda Wenner dan Schlumberger


8

Konfigurasi wenner sederhana dalam elektroda saat ini dan potensi yang
dipertahankan pada jarak yang sama antar elektrodanya. Selama VES jarak yang
secara bertahap meningkat sekitar tetap titik pusat dan di CST seluruh spread
bergerak sepanjang profil dengan nilai tetap dari. Efisiensi melakukan terdengar
listrik vertikal dapat sangat meningkat dengan memanfaatkan kabel multicore
untuk mana sejumlah elektroda yang melekat secara permanen pada pemisahan
standar (Barker 1981). Sebuah terdengar bisa kemudian dengan cepat dicapai
dengan beralih antara berbagai set empat elektroda. Sistem seperti memiliki
tambahan keuntungan itu, dengan mengukur resistensi tanah di dua posisi susunan
elektrode, efek nearsurface variasi resistivitas lateral yang dapat secara substansial
dikurangi. Dalam survei dengan konfigurasi Wenner keempat elektroda perlu
dipindahkan antara pembacaan berturut-turut. Tenaga kerja ini sebagian diatasi
dengan penggunaan Schlumberger konfigurasi di mana batin, elektroda potensial
memiliki 2l jarak yang merupakan sebagian kecil dari yang dari luar, elektroda
arus (2L). Dalam survei CST dengan konfigurasi Schlumberger beberapa gerakan
lateral elektroda potensial dapat diakomodasi tanpa perlu memindahkan elektroda
saat ini. Di VES survei elektroda potensial tetap tetap dan elektroda saat ini
diperluas simetris tentang pusat penyebaran. Dengan nilai-nilai yang sangat besar
L mungkin, namun, perlu untuk meningkatkan l juga dalam rangka
mempertahankan terukur potensial (Kearey dkk, 2002).

Ada beberapa macam aturan pendugaan lapisan bawah permukaan tanah dengan
geolistrik ini, antara lain : aturan Wenner, aturan Schlumberger, aturan ½ Wenner,
aturan ½ Schlumberger, dipole-dipole dan lain sebagainya. Prosedur pengukuran
untuk masing-masing konfigurasi bergantung pada variasi resistivitas terhadap
kedalaman yaitu pada arah vertikal (sounding) atau arah lateral (mapping).
Metode resistivitas dengan konfigurasi Schlumberger dilakukan dengan cara
mengkondisikan spasi antar elektrode potensial adalah tetap sedangkan spasi antar
elektrode arus berubah secara bertahap. Pengukuran resistivitas pada arah vertikal
atau Vertical Electrical Sounding (VES) merupakan salah satu metode geolistrik
resistivitas untuk menentukan perubahan resistivitas tanah terhadap kedalaman
yang bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas batuan di bawah permukaan
9

bumi secara vertikal. Metode ini dilakukan dengan cara memindahkan elektroda
dengan jarak tertentu maka akan diperoleh harga-harga tahanan jenis pada
kedalaman yang sesuai dengan jarak elektroda. Harga tahanan jenis dari hasil
perhitungan kemudian diplot terhadap kedalaman (jarak elektroda) pada kertas
‘log–log’ yang merupakan kurva lapangan. Selanjutnya kurva lapangan tersebut
diterjemahkan menjadi jenis batuan dan kedalamannya (Halik dan Widodo, 2008).

Survai geolistrik tahanan jenis adalah untuk mengetahui resistivitas bawah


permukaan bumi dengan melakukan pengukuran di permukaan bumi. Resistivitas
bumi berhubungan dengan jenis mineral, kandungan fluida dan derajat saturasi air
dalam batuan. Metode yang biasa digunakan pada pengukuran resistivitas secara
umum yaitu dengan menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi dengan
menggunakan dua elektroda arus (A dan B), dan pengukuran beda potensial
dengan menggunakan dua elektroda potensial (M dan N) seperti yang
diperlihatkan pada gambar.

Gambar 3.2 Pola Aliran arus antara dua elektroda arus (Supriyadi dkk, 2012).
IV. METODOLOGI PRAKTIKUM

4.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum konfigurasi metode geolistrik ini dilaksanakan pada :


Waktu : Kamis, 9 April 2015
Tempat Praktikum : Laboratorium Geofisika

4.2 Alat Praktikum

Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut :

Gambar 4.2.1 Laptop

Gambar 4.2.2 Alat Tulis


11

Gambar 4.2.3 Kalkulator

Gambar 4.2.4 Kertas

4.3 Pengambilan Data Praktikum

Pengambilan data pada praktikum konfigurasi metode geolistrik ini diambil


dari beberapa sumber. Termasuk buku penuntun praktikum sebagai sumber
data pengamatan dan juga beberapa sumber lain seperti jurnal-jurnal ilmiah,
buku-buku lain dan juga sumber artikel di Internet.

4.4 Pengolahan Data Praktikum

Data praktikum diolah mulai dari menganalisis macam-macam konfigurasi


elektroda yang ada pada survei resistivity, lalu dilakukan penurunan rumus
nilai K hingga didapatkan faktor geometrinya. Setelah itu, dilakukan
perhitungan nilai K dengan data yang telah tersedia pada buku panduan
praktikum geolistrik. Secara terpisah, sebagai tugas, selanjutnya dilakukan
penggambaran ulang jenis-jenis konfigurasi elektroda yang ada dan pencarian
sensitivitas masing-masing elektroda.
12

4.5 Diagram Alir Praktikum

Adapun diagram alir pada praktikum konfigurasi metode geolistrik kali ini
adalah sebagai berikut :

Mulai

Mencari jenis-jenis
konfigurasi elektroda

Menggambarkan Menghitung nilai K Menuliskan


masing-masing sensitivitas
konfigurasi elektroda

Menganalisis jenis
konfigurasi yang
paling sensitif

Selesai
V. HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

5.1 Data Praktikum

Adapun data hasil pengamatan dari praktikum konfigurasi metode geolistrik


ini yakni terlampir dalam lampiran 1 berupa tugas penggambaran konfigurasi
elektroda, penurunan nilai K dan perhitungan nilai K berdasarkan data yang
disajikan dalam buku panduan praktikum.

5.2 Pembahasan

Konfigurasi elektroda pada dasarnya merupakan aturan untuk penempatan


alat khususnya elektroda saat melakukan pengukuran dalam survei geolistrik.
Terdapat 7 konfigurasi elektroda dalam praktikum kami kali ini yakni
konfigurasi elektroda wenner, schlumberger, wenner-schulmberger, dipole-
dipole, pole-pole, pole-dipole dan square atau persegi. Berikut adalah
penjelasan masing-masing konfigurasi tersebut.

Konfigurasi Elektroda Wenner merupakan konfigurasi yang membutuhkan


tempat yang sangat luas. Konfigurasi ini tersusun atas 2 elektroda arus dan 2
elektroda potensial. Elektroda potensial ditempatkan pada bagian dalam dan
elektroda arus dibagian luar dengan jarak antar elektroda sebesar a.

Gambar 5.2.1 Konfigurasi Elektroda Wenner


14

Pangukuran dilakukan dengan memindahkan semua elektroda secara


bersamaan kearah luar dengan jarak a selalu sama (AM = MN = AB).
Konfigurasi ini digunakan dalam pengambilan data secara lateral atau
mapping. Faktor geometris untuk konfigurasi ini sebesar 2πa
Sehingga besar resisitivitas semu adalah ρ=2πa(V/I)

Konfigurasi Elektroda Schlumberger Merupakan konfigurasi yang hampir


sama dengan Wenner, hanya saja jarak elekroda potensial dibiarkan tetap,
pengukuran dilakukan dengan memindahkan elektroda arus ke arah luar.

Gambar 5.2.2 Konfigurasi Elektroda Schlumberger


Metode ini tidak membutuhkan bentangan yang luas dan digunakan untuk
pengambilan data sounding. Jarak antara elektroda AM dan NB sama (AM =
NB), sedangkan untuk jarak MN tetap. Faktor geometrisnya K = 2πa

Konfigurasi Elektroda Wenner-Schlumberger merupakan gabungan antara


konfigurasi Wenner dan konfigurasi Schlumberger. Menurut Sumanovac F.
dkk (2007), Konfigurasi Wenner-Sclumberger mempuyai penetrasi
maksimum hingga kedalaman 90 meter sedangkan konfigurasi Wenner hanya
mencapai 80 m.

Gambar 5.2.3 Konfigurasi elektroda wenner-schlumberger


15

Gambar 5.2.4 Konfigurasi pengukuran resistivitas 2D

Variabel n merupakan kelipatan untuk menunjukkan tingkat lapisan yang


teramati. Faktor geometri dari konfigurasi elektroda Wenner-Schlumberger
adalah K = πn(n+1)a Dimana a adalah jarak antara elektroda P1 dan P2,
serta n adalah perbandingan antara jarak elektrode C1-P1 dengan P1-P2
(misal 3a, maka n=3). Sehingga, nilai resistivitas semu dirumuskan

Konfigurasi Elektroda Dipole-Dipole, Selain konfigurasi Wenner dan


Wenner-Schlumberger, konfigurasi yang dapat digunakan adalah Pole-pole,
Pole-dipole dan Dipole-dipole.

Gambar 5.2.5 Konfigurasi Elektroda Dipole-Dipole


Pada konfigurasi Pole-pole, hanya digunakan satu elektrode untuk arus dan
satu elektrode untuk potensial. Sedangkan elektrode yang lain ditempatkan
pada sekitar lokasi penelitian dengan jarak minimum 20 kali spasi terpanjang
C1-P1 terhadap lintasan pengukuran. Sedangkan untuk konfigurasi Pole-
dipole digunakan satu elektrode arus dan dua elektrode potensial.
16

ditempatkan pada sekitar lokasi penelitian dengan jarak minimum 5 kali spasi
terpanjang C1-P1. Sehingga untuk penelitian skala laboratorium yang
mungkin digunakan adalah konfigurasi Dipole-dipole. Pada konfigurasi
Dipole-dipole, dua elektrode arus dan dua elektrode potensial ditempatkan
terpisah dengan jarak na, sedangkan spasi masing-masing elektrode a.
Pengukuran dilakukan dengan memindahkan elektrode potensial pada suatu
penampang dengan elektrode arus tetap, kemudian pemindahan elektrode arus
pada spasi n berikutnya diikuti oleh pemindahan elektrode potensial
sepanjang lintasan seterusnya hingga pengukuran elektrode arus pada titik
terakhir di lintasan itu. Sehingga berdasarkan gambar, maka faktor geometri
untuk konfigurasi Dipole-dipole adalah K= πn(n+1)(n+2)a
Sehingga berlaku hubungan :

Konfigurasi Elektroda Pole-Pole yaitu merupakan konfigurasi elektroda


elementer dimana terdapat satu titik sumber arus dan satu titik ukur potensial.

Gambar 5.2.6 Konfigurasi Elektroda Pole-Pole


Untuk itu salah satu elektroda arus C2 dan elektroda potensial P2
ditempatkan di tempat yang cukup jauh relatif terhadap C1 dan P1 sehingga
pengaruhnya dapat diabaikan. Sehingga faktor geometrinya
K = 2πa

Konfigurasi Elektroda Pole-Dipole yaitu sumber arus tunggal tetapi


pengukuran beda potensial dilakukan pada elektroda P1 dan P2 yang
membentuk dipole (saling berdekatan) dengan jarak a. Didapat faktor
geometrinya adalah
K = 2πn(n+1)a
17

Gambar 5.2.7 Konfigurasi Elektroda Pole-Dipole


Konfigurasi Elektroda Square atau persegi ini pada dasarnya telah digunakan
untuk memperkirakan arah strike pada sebuah model anomali dibawah
permukaan bumi. Keuntungan konfigurasi persegi yaitu lebih sensitif dalam
perlakuan medan anisotropik dibawah permukaan seperti strike. Konfigurasi
persegi mapping digunakan untuk mengetahui adanya respon anomali model
pada lintasan pengukuran jarak elektroda yang digunakan 1 m, 1.4 m, 2 m
dan 2.8 m. Awalnya, konfigurasi ini diciptakan sebagai alternatif konfigurasi
wenner-schlumberger ketika mengukur kedalam permukaan. Konfigurasi ini
lebih menguntungkan karena dapat melakukan pengukuran lebih dari 65%
dari luas permukaan. Faktor geometri dari konfigurasi elektroda ini adalah K
= πa(2+√2)𝑅

Gambar 5.2.8 Konfigurasi Elektroda Square

Diatas merupakan pengertian dari masing-masing konfigurasi elektroda


dengan faktor geometrinya masing-masing, dalam praktikum ini, kami para
praktikan diminta untuk menggambarkan masing-masing konfigurasi
elektroda tersebut kembali dan hasil dari penggambaran yang kami lakukan
adalah terlampir dalam lampiran 1A.
18

Selain menggambarkan kembali macam-macam konfigurasi elektroda yang


terdapat dalam survei geolistrik dan berjumlah tujuh buah, kami juga
melakukan penurunan rumus untuk memerolah rumus pencarian nilai K
macam-macam konfigurasi elektroda. Adapun penurunan rumus ini juga telah
terlampir di lampiran tepatnya pada lampiran 1B.

Seletah melakukan penggambaran dan penurunan rumus untuk mencari


rumus nilai K masing-masing konfigurasi elektroda, maka kami juga
melakukan penghitungan nilai K untuk konfigurasi elektroda wenner-
schlumberger, dipole-dipole dan wenner dengan data yang telah disajikan
dalam buku penuntun panduan praktikum. Adapun perhitungan yang saya
dapatkan juga telah terlampir pada lampiran 1C.

Sensitivitas konfigurasi elektroda tentunya berbeda antara satu-sama lainnya.


Seperti konfigurasi wenner yang dipakai untuk survei dangkal dan sensitif
terhadap arah horizontal atau mendatar untuk mapping. Konfigurasi
schlumberger yang dipakai untuk penyelidikan yang berlaku pada area
mendatar atau relatif datar. Jika konfigurasi ini dika aplikasikan pada medan
tidak datar, maka dari data yang peroleh haruslah dilakukan koreksi ulang
dari hasil pengukuran yang diperoleh. Konfigurasi elektroda schlumberger ini
sensitif terhadap arah vertikal (sounding). Selanjutnya, konfigurasi elektroda
wenner-schlumberger memiliki hasil cakupan horizontal mapping lebih baik
untuk memperbaiki data kedalaman, maka, jaran antara dua elektroda M-N
akan ditingkatkan menjadi 2a dan pengukuran dapat diulangi untuk n yang
sama sampai elektroda terakhir, kemudian ditingkatkan lagi hingga 3a.
Konfigurasi elektroda dipole-dipole, sensitivitas konfigurasi ini pada arah
vertikal dan horizontal (sounding dan mapping). Konfigurasi elektroda
dipole-dipole memiliki keunggulan tersendiri dalam pelaksanaan dibanding
konfigurasi elektroda wenner ataupun schlumberger. Untuk konfigurasi pole-
pole dan pole-dipole kedua konfigurasi elektroda ini sensitif terhadap arah
vertikal dan horizontal (sounding dan mapping). Terakhir adalah konfigurasi
elektroda square. Konfigurasi ini lebih sensitif terhadap heterogenitas dan
anisotropi batuan tertentu hingga cocok untuk mapping. Konfigurasi ini lebih
unggul dibanding wenner ataupun schlumberger untuk survei yang sama.
VI. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum konfigurasi metode geolistrik, yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Perbedaan konfigurasi elektroda pada dasarnya berdasar pada perbedaan
formasi peletakan batang elektroda di daratan saat dilakukannya survei
geolistrik.
2. Setiap konfigurasi elektroda memiliki faktor geometri yang tentunya berbeda
pula. Faktor geometri merupakan multiplier atau faktor pengkali pada
konfigurasi elektroda agar didapatkan nilai resistivitas yang stabil.
3. Masing-masing konfigurasi elektroda memiliki sensitivitas yang berbeda-
beda. Dan konfigurasi wenner memiliki sensitivitas yang paling baik untuk
fungsi mapping.
4. Perhitungan nilai K memilikii rumus yang berbeda antar konfigurasi
elektroda. Ini disebabkan juga karena penurunan rumus yang berbeda.
5. Survei geolistrik atau resistivity bekerja berdasarkan resistivitas dan
konduktivitas. Dan bekerja dengan cara penginjeksian arus DC dan didapat
data beda potensial.
DAFTAR PUSTAKA

Ardan, 2011, Macam-macam metode geolistrik, https://ardandipoldipol.


wordpress.com/ phisic/ geophisic/ geolistrik/ macam-macam-metode-
geolistrik/, diakses pada tanggal 14 april 2015 pukul 09.26 WIB.

Batubara; Abdullah Badawi, 2014, Metode Geolistrik,


http://mineritysriwijaya.blogspot.com/2014/03/metode-geolistrik.html,
diakses pada tanggal 14 april 2015 pukul 10.25 WIB.

Halik; Gusfan dan Widodo; Jojok, 2008, Pendugaan Potensi Air Tanah Dengan
Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger di Kampus Tegal Boto
Universitas Jember, Media Teknik Sipil, Juli, hal 110.

Kearey; Philip; dkk, 2002, An Introduction to Geophysical Exploration, Great


Britain: TJ International, hal 186.

Sari; Qurnia Wulan, 2013, Modul Geolistrik, https://qurniawulansari.wordpress.


com/category/geophysics/geolistrik-zone/, diakses pada tanggal 14 april
2015 pkul 09.30 WIB.

Supriyadi; dkk, 2012, Pemodelan Fisik Aplikasi Metode Geolistrik Konfigurasi


Schlumberger Untuk Mendeteksi Keberadaan Air Tanah, Jurnal MIPA, Vol
1, hal 39.

Telford; W.M, 2004, Applied Geophysics Second Edition, USA: University of


Cambridge, hal 522.

Zaenudin; Ahmad, 2015, Penuntun Praktikum Eksplorasi Geolistrik, Bandar


Lampung: Universitas Lampung, hal 1-2.
LAMPIRAN
Lampiran 2 Referensi Tinjauan Pustaka dan Teori Dasar

https://qurniawulansari.wordpress.com/category/geophysics/geolistrik-zone/
Qurnia Wulan Sari (2013) – Modul Geolistrik

https://ardandipoldipol.wordpress.com/phisic/geophisic/geolistrik/macam-
macam-metode-geolistrik/
Ardan 2011 – Macam-macam metode geolistrik
http://mineritysriwijaya.blogspot.com/2014/03/metode-geolistrik.html
Abdullah Badawi Batubara (2014) – Metode Geolistrik

Aplied Geophysics 522 cover


Introduction 186 cover
Cover buku praktikum
Halik dan Widodo, 2008, PENDUGAAN
POTENSI AIR TANAH
DENGAN METODE GEOLISTRIK
KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI KAMPUS TEGAL
BOTO UNIVERSITAS
JEMBER
Supriyadi dkk, 2012. PEMODELAN FISIK APLIKASI METODE
GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER
UNTUK MENDETEKSI KEBERADAAN AIR TANAH

http://alchemiststar.blogspot.com/2012/10/konfigurasi-elektroda-pada-
metode_18.html
http://mahendra-dwi-s.tumblr.com/post/34217416621/konfigurasi-dalam-
geolistrik
https://harnovi.wordpress.com/2011/03/29/metode-geolistrik/

Anda mungkin juga menyukai