PENDAHULUAN
1.3 PERMASALAHAN
Berdasarkan dasar teori yang telah diperoleh dan dipelajari serta data-data hasil
percobaan yang telah kami lakukan maka dapat dihitung besarnya koefisien viskositas
zat cair dengan persamaan yang ada berdasarkan variabel-variabel yang telah diketahui
(h, r, v dan ) serta waktu (t) hasil pengukuran.
1
praktikum serta pengenalan peralatan yang diperlukan dalam melakukan praktikum. Bab
IV Analisa Data dan Pembahasan, dalam praktikum tentunya kita akan memperoleh
data-data sehingga perlu adanya penganalisaan lebih lanjut karena tidak sempurnanya
alat ukur, ketidaktepatan cara mengukur, tidak sempurnanya alat indera dan lain-lain.
Dengan memperhitungkan ralat-ralat dari data yang diperoleh dalam melakukan
praktikum agar mendapatkan data yang mempunyai ketelitian yang sesuai. Bab V
Kesimpulan, memberikan kesimpulan dari kegiatan praktikum yang dilakukan.
2
BAB II
DASAR TEORI
Setiap zat cair mempunyai karakteristik yang khas, berbeda satu zat cair dengan
zat cair yang lain. Oli mobil sebagai salah satu contoh zat cair dapat kita lihat lebih
kental daripada minyak kelapa. Apa sebenarnya yang membedakan cairan itu kental atau
tidak. Kekentalan atau viskositas dapat dibayangkan sebagai peristiwa gesekan antara
satu bagian dan bagian yang lain dalam fluida. Dalam fluida yang kental kita perlu gaya
untuk menggeser satu bagian fluida terhadap yang lain.
Di dalam aliran kental kita dapat memandang persoalan tersebut seperti tegangan
dan regangan pada benda padat. Kenyataannya setiap fluida baik gas maupun zat cair
mempunyai sifat kekentalan karena partikel di dalamnya saling menumbuk. Bagaimana
kita menyatakan sifat kekentalan tersebut secara kuantitatif atau dengan angka, sebelum
membahas hal itu kita perlu mengetahui bagaimana cara membedakan zat yang kental
dan kurang kental dengan cara kuantitatif. Salah satu alat yang digunakan untuk
mengukur kekentalan suatu zat cair adalah viskosimeter.
Apabila zat cair tidak kental maka koefesiennya sama dengan nol sedangkan
pada zat cair kental bagian yang menempel dinding mempunyai kecepatan yang sama
dengan dinding. Bagian yang menempel pada dinding luar dalam keadaan diam dan
yang menempel pada dinding dalam akan bergerak bersama dinding tersebut. Lapisan
zat cair antara kedua dinding bergerak dengan kecepatan yang berubah secara linier
sampai V. Aliran ini disebut aliran laminer.
Aliran zat cair akan bersifat laminer apabila zat cairnya kental dan alirannya
tidak terlalu cepat. Kita anggap gambar di atas sebagai aliran sebuah zat cair dalam pipa,
sedangkan garis alirannya dianggap sejajar dengan dinding pipa. Karena adanya
kekentalan zat cair yang ada dalam pipa, maka besarnya kecepatan gerak partikel yang
terjadi pada penampang melintang tidak sama besar. Keadaan tersebut terjadi
dikarenakan adanya gesekan antar molekul pada cairan kental tersebut, dan pada titik
pusat pipa kecepatan yang terjadi maksimum.
Akibat lain adalah kecepatan rata-rata partikel lebih kecil daripada kecepatan
partikel bila zat cairnya bersifat tak kental. Hal itu terjadi akibat adanya gesekan yang
lebih besar pada zat cair yang kental.
3
Jika aliran kental dan tidak terlalu cepat maka aliran tersebut bersifat laminer dan
disebut turbulen jika terjadi putaran/pusaran dengan kecepatan melebihi suatu harga
tertentu sehingga menjadi kompleks dan pusaran-pusaran itu dinamakan vortex.
h . r4 . t . P
= ……………(1)
8V.L
Persamaan diatas dinamakan persamaan stokes, merupakan salah satu rumus untuk
mengukur viskositas cairan dimana:
V = Volume cairan
r = Jari - jari tabung kapiler
t = Waktu mengalir melalui tabung kapiler
P = Tekanan
L = Panjang aliran terhadap tekanan t
Untuk menentukan viskositas suatu cairan dengan persamaan diatas tidak terlalu
penting untuk mengukur semua kuantitas yang ada bila satu viskositas dari beberapa
cairan referensi yaitu air yang telah diketahui secara tepat.
Dua cairan yang berbeda bila diukur waktu alirannya pada volume yang sama
dan melalui kapiler yang sama maka menurut persamaan pouseville, perbandingan dari
dua caran yaitu :
1 .P1.r4.t1.8.V.L
= …………( 2 )
2 8.V.L..P2.r4.t2
Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa P1 dan P2 berbanding lurus dengan
massa jenis atau densitas kedua cairan (P 1 dan P2), maka persamaan diatas dapat ditulis
sebagai :
1 P1 . t 1
= …………..( 3 )
2 P2 . t2
Viskositas Ostwald adalah cara yang paling baik untuk mengukur kuantitas t 1 dan t2
(lihat gambar).
Mulut
Penyumbat T
S
4
pertama. Persamaan pertama tidaklah sempurna dan dikoreksi dengan persamaan
sebagai berikut : = x.t - 0,12/t
x = Konstanta yang tergantung pada volume cairan, jari-jari kapiler, panjang
pipa, gravitasi dan lain-lain
t = Waktu yang terukur
Selain dengan metode viskositas Ostwald untuk menghitung dapat pula menggunakan
metode viskositas bola jatuh.
Pada viskositas bola jatuh caranya adalah pertama-tama kita masukkan suatu
cairan (yang akan diukur viskositasnya) kedalam sebuah tabung. Lalu sebuah bola kecil
(dengan massa jenis dan diameter diketahui) dijatuhkan diatas permukaan cairan (Vo =
nol). Gerakan bola mula-mula turun dipercepat sampai jarak tertentu setelah itu gerakan
bola menjadi beraturan. Selama pergerakan bola mengalami gaya gesek (Fr) dan gaya
apung (Fa). Mula-mula Fr = m.a kemudian F(y) = 0 (y = konstan) sehingga W = Fa + Fr
(sesuai dengan gambar II.3)
Pada kecepatan konstan, gaya gesek bergantung pada menurut dalil Stokes :
Fr = G...r.v
dimana : Fr = Gaya gesek
= Koefisien viskositas
r = Jari-jari bola
v = Kecepatan konstan
G = mg = 4/3 r3 (bola - cair) = G r v
Jadi menurut dalil stokes koefisien viskositas dihitung dengan rumus :
Untuk bola kebawah :
2 g r2 (bola - cair)
=
g.v
Dari persamaan diatas dapat diturunkan persamaan apabila r bola dibanding r tabung
tidak terlalu kecil maka akan diberi ralat :
Fr = (1+1,36 r/B) dengan r = jari-jari tabung sebelah dalam
5
Sehingga persamaan diatas menjadi :
N . (bola - cair)
=
F.v
dimana N = 2 r2 g/9
6
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
A. Viskosimeter Ostwald
1. Meletakkan viskometer ostwald dengan posisi vertikal terhadap meja
Ke penghisap
Mulut
Penyumbat T
S
7
B. Viskosimeter Bola Jatuh
Permukaan cairan
10 cm
50 cm
75 cm
8
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Viskosimeter Oswald
Tabel A. Untuk Alkohol (warna pipa kapiler : merah)
Bola Besi
No. 50 cm 75 cm
t(dt) t-t (t-t)2 t(dt) t-t (t-t)2
1. 0,97 0,02 0,0004 1,5 0,16 0,0256
2. 0,91 - 0,04 0,0016 1,1 - 0,24 0,0576
3. 1,00 0,05 0,0025 1,4 0,06 0,0036
4. 0,91 - 0,04 0,0016 1,4 0,06 0,0036
5. 0,95 0,00 0,0000 1,3 - 0,04 0,0016
t =0,95 å(t-t)2=0,0061 t=1,34 å(t-t)2= 0,092
Untuk ketingggian 50 cm
Ralat Mutlak = ( 0,0061 / 20 )1/2 = 0,02
Ralat Nisbi = (0,02 / 0,95) . 100% = 2,1%
Keseksamaan = 100% - 2,1% = 97,9%
33,721 x ( 7,8 – 0,89 )
Viskositas =
1,535 x ( 50 / 0,95)
9
= 2,71 dyne.dt/cm2
Untuk ketinggian 75 cm
Ralat Mutlak = (0,0092 / 20 )1/2 = 0,07
Ralat Nisbi = (0,07 / 1,34) . 100% = 5,22%
Keseksamaan = 100% - 5,22% = 94,78%
33,721 x ( 7,8 – 0,89 )
Viskositas =
1,535 x ( 75 / 1,34 )
= 2,88 dyne.dt/cm2
Bola Kaca
50 cm 75 cm
No.
t(dt) t-t (t-t)2 t(dt) t-t (t-t)2
1. 2,3 0,16 0,0256 3,3 0,12 0,0144
2. 2,15 0,01 0,0001 3,4 0,22 0,0484
3. 2,04 - 0,1 0,01 3,2 0,02 0,0004
4. 2 - 0,14 0,0196 2,9 - 0,28 0,0784
5. 2,2 0,6 0,36 3,1 - 0,08 0,0064
t = 2,14 å(t-t)2 =0,2353 t = 3,18 å(t-t)2=0,0148
Untuk ketinggian 50 cm
Ralat Mutlak = ( 0,2353 / 20 )1/2 = 0,11
Ralat Nisbi = ( 0,11 / 2,14 ) . 100% = 5,14%
Keseksamaan = 100% - 5,14% = 94,86 %
101,44 x ( 2,52 – 0,89 )
Viskositas =
1,928 x ( 50 / 2.14 )
= 3,276 dyne.dt/cm2
Untuk ketinggian 75 cm
Ralat Mutlak = ( 0,0148 / 20 )1/2 = 0,027 = 0,03
Ralat Nisbi = ( 0,03 / 3,18 ) .100% = 0,94%
Keseksamaan = 100% - 0,94% = 99,06%
101,44 x ( 2,52 – 0,89 )
Viskositas =
1,928 x ( 75 / 3,18 )
= 2,88 dyne.dt/cm2
Bola Besi
50 cm 75 cm
No. 2
T(dt) t-t (t-t) t(dt) t-t (t-t)2
1. 0,7 - 0,08 0,0064 0,85 - 0,05 0,0025
10
2. 0,79 0,01 0,0001 1,1 0,2 0,04
3. 0,8 0,02 0,0004 0,8 - 0,01 0,0001
4. 0,82 0,04 0,0016 0,86 - 0,05 0,0025
5. 0,8 0,02 0,0004 0,89 - 0,01 0,0001
t = 0,78 å(t-t) = 0,0089 t = 0,9 å(t-t)2 = 0,0452
Untuk ketinggian 50 cm
Ralat Mutlak = ( 0,0089 / 20 )1/2 = 0,02
Ralat Nisbi = ( 0,02 / 0,78 ) . 100% = 2,56%
Keseksamaan = 100% - 2,56% = 97,44%
33,721 x ( 7,8 – 0,89 )
Viskositas =
1,535 x ( 50 / 0,78 )
= 2,37 dyne.dt/cm2
Untuk ketinggian 75 cm
Ralat Mutlak = ( 0,0452 / 20 )1/2 = 0,048
Ralat Nisbi = (0,048 / 0,9 ) . 100% = 5,33%
Keseksamaan = 100% - 5,33% = 94,67%
33,721 x ( 7,8 – 0,89 )
Viskositas =
1,535 x ( 75 / 0,9 )
= 1,82 dyne.dt/cm2
Bola Kaca
50 cm 75 cm
No.
t(dt) t-t (t-t)2 t(dt) t-t (t-t)2
1. 2 0,09 0,0081 2,8 0,2 0,04
2. 1,95 0,04 0,0016 2,3 - 0,3 0,09
3. 1,85 - 0,06 0,0036 2,7 0,1 0,01
4. 1,9 - 0,01 0,0001 2,72 0,1 0,01
5. 1,87 - 0,04 0,0016 2,7 0,1 0,01
t= 1,91 å(t-t)2 = 0,015 t = 2,6 å(t-t)2 = 0,16
Untuk ketinggian 50 cm
Ralat Mutlak = ( 0,015 / 20 )1/2 = 0,027 = 0,03
Ralat Nisbi = ( 0,03 / 1,91 ) . 100% = 1,57%
Keseksamaan = 100% - 1,57% = 98,43%
11
101,44 x ( 2,52 – 0,89 )
Viskositas =
1,928 x ( 50 / 1,91 )
= 3,67 dyne.dt/cm2
Untuk ketinggian 75 cm
Ralat Mutlak = ( 0,16 / 20 )1/2 = 0,089 = 0,09
Ralat Nisbi = ( 0,09 / 2,6 ) .100% = 3,46%
Keseksamaan = 100% - 3,46% = 96,54%
101,44 x ( 2,52 – 0,89 )
Viskositas =
1,928 x ( 75 / 2,6 )
= 3,636 dyne.dt/cm2
Bola Besi
No. 50 cm 75 cm
t(dt) t-t (t-t)2 T(dt) t-t (t-t)2
1. 0,5 0 0 0,6 0,03 0,0009
2. 0,52 0,02 0,0004 0,55 - 0,02 0,0004
3. 0,49 - 0,01 0,0001 0,58 0,01 0,0001
4. 0,51 0,01 0,0001 0,57 0 0
5. 0,47 - 0,03 0,0009 0,55 - 0,02 0,0004
t = 0,5 å(t-t)2 = 0,0015 t = 0,57 å(t-t)2 = 0,0018
Untuk ketinggian 50 cm
Ralat Mutlak = ( 0,0015 / 20 )1/2 = 0,009
Ralat Nisbi = ( 0,009 / 0,5 ) . 100% = 1,8%
Keseksamaan = 100% - 1,8% = 98,2%
33,721 x ( 7,8 – 0,85 )
Viskositas =
1,535 x ( 50 / 0,5 )
= 1,57 dyne.dt/cm2
Untuk ketinggian 75 cm
Ralat Mutlak = ( 0,0018 / 20 )1/2 = 0,009
Ralat Nisbi = ( 0,009 / 0,57 ) . 100% = 1,58%
Keseksamaan = 100% - 1,58% = 98,42%
33,721 x ( 7,8 – 0,85 )
Viskositas =
1,535 x ( 75 / 0,57 )
= 1,16 dyne.dt/cm2
12
Tabel B.3.2 Untuk Cairan Parafin
Bola Kaca
No. 50 cm 75 cm
2
t(dt) t-t (t-t) t(dt) t-t (t-t)2
1. 0,9 0,03 0,0009 1,3 0,04 0,0016
2. 0,81 - 0,06 0,0036 1,3 0,04 0,0016
3. 0,93 0,06 0,0036 1,2 - 0,06 0,0036
4. 0,9 0,03 0,0009 1,25 - 0,01 0,0001
5. 0,83 - 0,04 0,0016 1,23 - 0,01 0,0001
t =0,87 å(t-t)2 = 0,0106 t = 1,26 å(t-t)2 =0,007
Untuk ketinggian 50 cm
Ralat Mutlak = ( 0,0106 / 20 ) 1/2 = 0,023
Ralat Nisbi = ( 0,023 / 0,78) . 100% = 2,64%
Keseksamaan = 100% - 2,64% = 97,36%
Untuk ketinggian 75 cm
Ralat Mutlak = ( 0,007 / 20 )1/2 = 0,19
Ralat Nisbi = ( 0,19 / 1,26 ) . 100% = 15,08%
Keseksamaan = 100% - 15,08% = 84,92%
101,44 x ( 2,52 – 0,85 )
Viskositas =
1,928 x ( 75 / 1,26 )
= 1,476 dyne.dt/cm2
Bola Besi
No. 50 cm 75 cm
t(dt) t-t (t-t)2 T(dt) t-t (t-t)2
1. 0,4 0 0 0,5 - 0,04 0,0016
2. 0,39 - 0,01 0,0001 0,5 - 0,04 0,0016
3. 0,41 0,01 0,0001 0, 6 - 0,04 0,0016
4. 0,42 0,02 0,0004 0,55 0,06 0,0036
5. 0,38 - 0,02 0,0004 0,59 0,06 0,0036
t = 0,4 å(t-t)2 = 0,001 t = 0,54 å(t-t)2 =0,012
Untuk ketinggian 50 cm
Ralat Mutlak = ( 0,001 / 20 )1/2 = 0,007
13
Ralat Nisbi = ( 0,007 / 0,4 ) . 100% = 1,75 %
Keseksamaan = 100% - 1,75% = 98,25%
33,721 x ( 7,8 – 0,84 )
Viskositas =
1,535 x ( 50 / 0,4 )
= 1,22 dyne.dt/cm2
Untuk ketinggian 75 cm
Ralat Mutlak = ( 0,012 / 20 )1/2 = 0,02
Ralat Nisbi = ( 0,02 / 0,54 ) .100% = 3,7%
Keseksamaan = 100% - 3,7% = 96,3%
33.721 x ( 7,8 – 0,84 )
Viskositas =
1,535 x ( 75 / 0,54 )
= 1,1 dyne.dt/cm2
Tabel B.4.2 Untuk Cairan Minyak Kelapa
Bola Kaca
No. 50 cm 75 cm
t(dt) t-t (t-t)2 T(dt) t-t (t-t)2
1. 1,1 0,05 0,0025 1,8 0,14 0,0196
2. 1,02 - 0,03 0,0009 1,5 -0,16 0,0256
3. 1,06 0,01 0,0001 1,7 0,04 0,0016
4. 1,04 - 0,01 0,0001 1,6 - 0,06 0,0036
5. 1,03 - 0,03 0,0004 1,7 0,04 0,0016
t = 1,05 å(t-t)2 = 0,004 t = 1,66 å(t-t)2= 0,052
Untuk ketinggian 50 cm
Ralat Mutlak = ( 0,004 / 20 )1/2 = 0,014
Ralat Nisbi = ( 0,014 / 1,05 ) . 100% = 1,33%
Keseksamaan = 100% - 1,33% = 98,67%
101,44 x ( 2,52 – 0,84 )
Viskositas =
1,928 x ( 50 / 1,05 )
= 1,22 dyne.dt/cm2
Untuk ketinggian 75 cm
Ralat Mutlak = ( 0,052 / 20 )1/2 = 0,051
Ralat Nisbi = ( 0,051 / 1,66 ) .100% = 3,07%
Keseksamaan = 100% - 3,07% = 96,93%
101,44 x ( 2,52 – 0,84 )
Viskositas =
1,928 x ( 75 / 1,66 )
= 1,1 dyne.dt/cm2
14
Rata-rata Viskositas Alkohol = 0,75 dyne.dt/cm2
Rata-rata Viskositas Oli SAE-40 = 3,224 dyne.dt/cm2
Rata-rata Viskositas Oli SAE-30 = 2,61 dyne.dt/cm2
Rata-rata Viskositas Parafin = 1,432 dyne.dt/cm2
Rata-rata Viskositas Minyak Kelapa = 1,533 dyne.dt/cm2
4.2 PEMBAHASAN
Dalam percobaan menggunakan Viskosimeter Oswald, yang kami gunakan untuk
mengukur viskositas alkohol setelah kami mengukur waktu yang diperlukan untuk
melewati dua titik didapatkan bahwa viskositas alkohol adalah sebesar 0,75 dyne.dt/cm 2.
Perhitungan lebih lengkapnya dapat anda lihat pada analisa data.
Untuk viskosimeter Oswald kami telah menghitung waktu yang diperlukan oleh
bola kaca dan bola besi untuk melalui ketinggian 50 dan 75 cm untuk cairan oli SAE-40,
oli SAE-30, parafin, dan minyak kelapa sehingga dapat dihitung vikositas dari masing-
masing cairan sebab kecepatan terminalnya dapat dihitung yaitu sebesar l/t, massa jenis
cairan dan bola sudah diketahui, waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak l sudah
dihitung, percepatan gravitasi diketahui. Didapat viskositas oli SAE-40 adalah 3,224
dyne.dt/cm2, oli SAE-30 adalah 2,61 dyne.dt/cm2, parafin adalah 1,432 dyne.dt/cm2,
minyak kelapa adalah 1,533 dyne.dt/cm2. Semuanya dalam satuan poise (dyne.dt/cm 2).
Perhitungan lebih lengkapnya dapat anda simak dalam analisa data.
Dalam melakukan percobaan ini kami menggunakan bahan/fluida yang sifatnya
inkompresibel. Suatu zat cair/fluida dikatakan bersifat inkompresibel apabila fluida
tersebut diberi tekanan tidak menunjukkan perubahan yang berarti, contoh dari fluida
yang bersifat inkompresibel antara lain oli, parafin, alkohol, minyak kelapa, dan lain-
lain. Sedangkan fluida dikatakan bersifat kompresibel apabila fluida tersebut dikenai
tekanan akan lebih besar nilai kerapatan partikelnya, salah satu contoh fluida yang
bersifat kompresibel adalah udara.
Dari semua perhitungan diatas ternyata didapat bahwa setiap zat cair memiliki
derajat viskositas yang berbeda-beda. Perbedaan viskositas antar zat cair dalam
percobaan ini disebabkan oleh berbagai faktor yaitu :
1. Jenis pipa kapiler ( Ostwald ; harga konstantanya )
2. Diameter bola, massa jenis bola dan cairan, gravitasi dan kecepatan aliran zat cair
terhadap bola ( Bola Jatuh ). Diameter bola akan berpengaruh terhadap luas
permukaan bola sehingga makin luas permukaan gaya gesek yang bekerja makin
15
besar. Massa jenis bola dan cairan mempengaruhi gaya apung (B), sementara
gravitasi dan kecepatan aliran turun mempengaruhi gaya berat. Resultan ketiga
gaya inilah yang nantinya menjadi dasar penurunan persamaan viskositas sehingga
faktor-faktor diatas yang merupakan unsur ketiga gaya diatas berpengaruh pula
terhadap viskositas zat cair tersebut.
3. Suhu, dimana makin tingginya suhu cairan makin berkurang derajat
kekentalannya. Peningkatan suhu disebabkan karena adanya intensitas gaya gesek
antara bola dengan zat cair. Suhu (dalam persamaan bola jatuh) tidak dicantumkan
sebagai variabel. Hal ini bukan berarti suhu tidak berpengaruh tapi karena ketika
suhu berubah maka secara tidak langsung akan mempengaruhi massa jenis zat cair.
Sehingga kita cukup memakai persamaan viskositas yang telah ada dengan terlebih
dahulu mengetahui massa jenis zat cair maupun bola pada suhu tersebut.
Kemudian untuk menyempurnakan hasil pengukuran maka diperlukan metode
ralat (mutlak dan nisbi). Yang bertujuan untuk menunjukkan dan
memperbaiki/memperkecil ketidaktelitian alat ukur, panca indera, dsb dari praktikan.
Nilai akhir perhitungan (dengan ralatnya) menunjukkan suatu daerah nilai (toleransi)
yang masih diakui sesuai tingkat keseksamaannya.
16
BAB V
KESIMPULAN
Dari semua hasil percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap cairan
memiliki karakteristik yang berbeda-beda, salah satunya adalah derajat kekentalan yang
berbeda-beda yang dinyatakan dalam viskositas cairan.
Untuk dapat menghitung derajat kekentalan suatu zat cair ada beberapa metode
yang dapat dipakai yaitu metode “Ostwald” dan metode “Bola jatuh”. Metode
“Ostwald” memakai tabung kapiler dan biasanya dipakai untuk menghitung zat cair
yang kurang kental (alkohol,dsb) sedang metode “Bola jatuh” memakai sebuah tabung
dan bola dan biasanya dipakai untuk zat cair yang kental (SAE 40, minyak kelapa, dsb).
Aliran zat cair akan bersifat laminer apabila zat cairnya kental dan alirannya
tidak terlalu cepat. Aliran tersebut terjadi dikarenakan adanya gesekan antar molekul
pada cairan kental tersebut, dan pada titik pusat pipa kecepatan yang terjadi maksimum.
Akibat lain adalah kecepatan rata-rata partikel lebih kecil daripada kecepatan partikel
bila zat cairnya bersifat tak kental. Hal itu terjadi akibat adanya gesekan yang lebih besar
pada zat cair yang kental.
Di dalam metode “Ostwald” dimana kita menganggap sifat aliran zat cair
inkompresible dan Newtonian, laminer dan steady, serta kecepatan aliran dekat dengan
dinding adalah nol maka dapat dihitung derajat kekentalannya dengan persamaan (yang
telah dikoreksi) :
= x . t - 0,12 / t
dimana : x = konstanta yang tergantung pada jenis pipa kapiler yang dipakai
t = waktu (detik)
Kemudian untuk menghitung derajat kekentalan pada metode “Bola Jatuh” dapat
digunakan persamaan - persamaan sebagai berikut :
F = 1 + 1,36 r dimana : F = gaya gesek
r = jari - jari bola
17
Vm = S / t’ dimana : Vm = kecepatan terminal
S = jarak (Cm)
t’ = waktu rata-rata
= ( bola - cair ) dengan = 2 r2 g / 9
F . Vm
Adapun derajat kekentalan yang terdapat dalam setiap cairan dipengaruhi oleh
faktor - faktor (selain semua variabel pada rumus) antara lain :
a. Aliran zat ( laminer, datar, turbulen )
b. Temperatur - temperatur naik viskositas turun, temperatur turun viskosiatas
naik
c. Massa jenis zat cair
d. Koefisien kekentalan.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Sears & Zemansky, “ FISIKA UNTUK UNIVERSITAS I”, edisi ke-2. Penerbit
Erlangga, Jakarta, 1994
2. Dosen-dosen FMIPA ITS, “FISIKA DASAR I”, edisi 1997, penerbit Yayasan
Pembina Jurusan Fisika
3. Raymond C. Binder, “Fluid Mechanics”, edisi ke-5, penerbit Prentice-Hall of India
Private,ltd. New Delhi, 1975.
19