PEMAHAMAN SASTRA
Widya Sepriyanti
Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan hidayah-nya kepada kita
semua, sehingga kita masih bisa melaksanakan segala yang diperintahkan-nya dan menjauhi
segala larangan-nya. Sholawat serta salam kita junjungkan kepada nabi besar MUHAMMAD
SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada
orang tua yang telah memberian kasih sayang, doa, semangat, dan dukungan yang tak ternilai
harganya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Septi Ariyani, M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah Kajian Prosa Fiksi dan semua teman-teman yang telah
memberikan motivasi dan dukungannya sehingga dapat terselesaikannya tugas ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan ini. Sehingga segala
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
1.1Kesimpulan...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam mengkaji dan atau membicarakan karya sastra baik novel maupun cerpen
terdapat dua macam pembaca yaitu pembaca ahli dan pembaca awam. Dari hasil
pengamatan, masih sedikit orang yang melakukan penelitian terhadap pembaca karya
sastra karena semua terfokus pada teks yang terdapat pada novel dan cerpen. Dalam
resepsi sastra, peranan pembaca yang sama sekali tidak tahu tentang proses kreativitas
memegang peranan penting dalam penelitian, karena pembacalah yang menikmati,
menilai, dan memanfaatkan karya sastra, bahkan penulis yang mengetahui seluk-beluk
karyanya tidak dianggap keberadaanya.
Dalam menanggapi karya sastra, pembaca selalu membentuk unsur estetik melalui
pertemuan antara horizon harapan, bentuk teks, dan norma-norma sastra yang berlaku.
Pembaca selaku pemberi makna akan senantiasa ditentukan oleh ruang, waktu, golongan
sosial budaya dan pengalamannya (Jauss dalam Nuryatin 1998: 133). Hal ini karena
dalam meresepsi sebuah karya sastra, pembaca bukan hanya memberi makna tunggal
tetapi juga makna lain yang akan memperkaya karya sastra.
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Secara etimologis istilah resepsi berasal dari kata reception yang diartikan sebagai
penerimaan atau tanggapan pembaca. Beberapa ahli mengemukakan tentang konsep resepsi
pembaca, di antaranya menurut Endraswara (2008: 115) adalah penelitian yang ditunjukkan
pada aspek pembaca sebagai penerima makna atau pemberi makna. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Teeuw (1984: 152) yang mengemukakan resepsi pembaca sebagai
penerimaan atau tanggapan pembaca terhadap karya sastra yang diberikan berdasarkan
pemaknaan terhadapnya.
Aspek penelitian resepsi pembaca pada dasarnya juga merupakan penyelidikan reaksi
pembaca terhadap teks, reaksi termaksud dapat positif dan juga negatif, mungkin pembaca
akan senang, gembira dan tertawa dan segera mereaksi dengan perasaannya. Reaksi terhadap
teks sastra tersebut dapat berupa sikap dan tindakan untuk memproduksi kembali,
menciptakan hal yang baru, menyalin, atau juga meringkas. Sebaliknya reaksi yang bersifat
negatif mungkin pembaca akan sedih, jengkel, bahkan antipati terhadap teks sastra.
Reaksi pembaca tersebut pada dasarnya akan sampai pada pemaknaan teks sastra. Pembaca
harus membuat konkretisasi sendiri berdasarkan pengalamannya atas teks sastra. Pembaca
akan memanfaatkan kode-kode tertentu menurut pemahamannya. Konkretisasi itu berada
pada ketegangan antara struktur karya sastra dan norma yang dominan pada masa tertentu.
Dominasi sastra apalagi kalau norma tersebut berhubungan dengan kondisi sosial, budaya dan
politik, jelas akan mempengaruhi karya sastra.
Dari reaksi pembaca di atas, kemungkinan pembaca akan menilai sebuah teks sastra, aneka
watak sastra akan menjadi bahan penilaian pembaca. Pada saat itu peneliti dapat meneliti
langsung kepada pembaca teks sastra. Tingkat pertanyaan resepsi dapat bergerak pada kesan-
kesan pembaca sampai ke tingkat reaksi terhadap bermutu atau tidaknya teks sastra.
Pada dasarnya penelitian mengenai reaksi pembaca ini dapat di golongkan menjadi dua
kelompok (Endraswara, 2008: 120). Pertama, peneliti dapat menanyakan langsung atau
melalui sebuah media tentang reaksi pembaca terhadap teks. Kedua, peneliti dapat
menyelidiki resepsi pembaca melalui lahirnya teks-teks baru yang sejenis. Tinjauan yang
kedua ini, sebagaian besar menarik bidang filologi dan sastra perbandingan. Inti dari
penelitian ini adalah mencari transformasi teks sastra dari waktu ke waktu.
Pada penjabaran sebelumnya telah disinggung bahwa pembaca menjadi fokus utama
dalam penelitan resepsi ini. Beberapa ahli telah membedakan tipe-tipe pembaca dalam
peneltian resepsi. Menurut Endraswara (2008: 125-126), pembaca dibagi menjadi tiga
kategori pembaca berdasarkan pendapat para ahli, yakni super reader dari Riffartere,
informed reader dari Fish, dan intended reader dari Wolf. Berbeda istilah dengan Endraswara
tersebut, Segers (dalam Junus, 1985: 52), juga membedakan pembac menjadi tiga kategori,
yakni pembaca ideal, pembaca implisit, dan pembaca real/biasa.
Penelitian resepsi sinkronis ini jarang dilakukan oleh peneliti karena sukar
dalam pelaksanaan penelitiannya. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Abdullah
(dalam Jabrohim 2001: 119) bahwa penelitian yang tergolong eksperimental dapat
mengalami beberapa kendala saat pelaksaannya di lapangan. Penelitian eksperimental
dinilai sangat rumit, khususnya dalam pemilihan responden, pemilihan teks sastra, dan
penentuan teori. Penelitian resepsi sastra menggunakan metode sinkronis ini pernah
dilakukan oleh Dini Eka Rahmawati, mahasiswa program studi Sastra Jawa Unnes,
yang meneliti resepsi masyarakat atas cerita rakyat Bledhug Kuwu dalam skripsinya
yang berjudul Resepsi Cerita Rakyat Bledhug Kuwu (2008). Dalam penelitiannya,
Rahmawati menggunakan pendekatan reseptif dengan metode penelitian sinkronis.
Artinya penelitian resepsi sastra yang dilakukan atas cerita Bledhug Kuwu dilakukan
pada tanggapan pembaca yang berada pada satu zaman. Penelitian yang dilakukan
Rahmawati menganalisis hasil konkretisasi masyarakat Bledhug Kuwu di Kabupaten
Grobogan. Hasil penceritaan ulang dianalisis struktur cerita dengan perbandingan atas
sebuah teks cerita yang diterbitkan Dinas Pariwisata Kabupaten Grobogan. Pembaca
yang menjadi responden dalam penelitian tersebut merupakan masyarakat Bledhug
Kuwu yang berada dalam satu periode. Sehingga dapat dikatakan penelitian Rahmawati
termasuk penelitian resepsi sinkronis. Masih jarang penelitian resepsi sinkronis yang
dilakukan oleh ilmuwan sastra maupun para mahasiswa sastra. Hal ini dapat disebabkan
karena beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan penelitian resepsi
sinkronis.
Kelebihan dari penelitian resepsi sinkronis atau eksperimental ini antara lain (1)
reponden dapat ditentukan tanpa harus mencari artikel kritik sastranya terlebih dahulu, (2)
penelitian resepsi sinkronis dapat dilakukan secara langsung tanpa menunggu kemunculan
kritik atau ulasan mengenai karya sastra, dan (3) dapat dilakukan pada karya sastra populer.
Pada penelitian resepsi diakronis, peneliti dapat melakukan penelitian atas hasil-hasil
intertekstual, penyalinan, penyaduran, maupun penerjemahan, yang berupa karya sastra
turunan. Biasanya penelitian dengan menggunakan karya sastra turunan dapat berupa karya
sastra turunan dari karya sastra lama, karya sastra tradisional, maupun karya sastra dunia.
Dalam metode diakronis ini, peneliti juga dapat menerapkan teori lain, seperti teori
intertekstualitas, teori sastra bandingan, teori filologi, dan beberapa teori lain yang
mendukung penelitian resepsi diakronis. Hal ini umumnya diterapkan dalam penelitian karya
sastra turunan. Kelebihan lain dari penelitian resepsi diakronis adalah kemudahan peneliti
dalam mencari data, yaitu tanggapan pembaca ideal terhadap suatu karya sastra. Sehingga
peneliti tidak harus bersusah payah mencari data dengan teknik wawancara maupun
kuasioner pada responden.
Kelemahan penelitian resepsi diakronis akan dirasakan oleh para peneliti pemula.
Umumnya peneliti pemula akan mengalami kesulitan dalam menentukan karya sastra yang
dijadikan objek penelitian. Karena umumnya karya sastra yang dikenal banyak orang telah
diteliti resepsinya oleh peneliti-peneliti terdahulu, misalnya pada penelitian tanggapan
atas Belenggu, Madame Bovary, Sri Sumarah dan Bawuk. Selain itu, dalam penelitian
terhadap karya sastra turunan, khususnya hasil intertekstual, peneliti akan kesulitan dalam
menemukan teks asal dari karya sastra turunan tersebut. Dalam bidang puisi, peneliti yang
menganalisis resepsi atas puisi Gotoloco karya Goenawan Mohamad akan merasa kesulitan
dalam mencari teks Gatoloco yang asli. Hal ini mungkin juga dirasakan oleh peneliti teks
puisi Asmaradana karya Goenawan Mohamad dan Subagiyo Sastrowardoyo, bahkan untuk
beberapa puisi modern yang mengadopsi cerita-cerita pewayangan.
BAB III
PENUTUP
Resepsi pembaca adalah telaah penerimaan atau tanggapan pembaca terhadap suatu
karya sastra sebagai pemberi makna sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang
dimilikinya. Dalam menganalisis karya sastra yang menggunakan teori resepsi sebagai
landasannya, maka bisa dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu dengan metode
sinkronik dan diakronik. Di mana sinkronik merupakan penelitian terhadap karya sastra
dalam kurun waktu yang sama atau era yang sama, dan biasanya karya sastra yang diteliti
yaitu karya sastra yang lagi meledak atau booming pada saat itu. Sedangkan metode
diakronik yaitu sebuah metode penelitian terhadap karya sastra dalam beberapa periode.
Periode yang dimaksud di sini yakni dalam perjalanan waktu. Metode diakronik ini bisa
diterapkan pada karya sastra yang memiliki sejarah. Umumnya penelitian resepsi diakronis
dilakukan atas tanggapan pembaca yang berupa kritik sastra, baik yang termuat dalam media
massa maupun dalam jurnal ilmiah. Resepsi sastra beorientasi pada pendekatan pragmatik
yang memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca dalam karya sastra. Tanggapan
pembaca terhadap sebuah karya sastra sejak dari dulu hingga sekarang akan berbeda-beda
antara pembaca yang satu dengan yang lain. Begitu juga dengan tiap periode berbeda dengan
periode lainnya.
DAFTAR PUSTAKA