Anda di halaman 1dari 14

RESEPSI PEMBACA (TANGGAPAN PEMBACA) DALAM

PEMAHAMAN SASTRA

Disusun Oleh : Sinta Susanti

Widya Sepriyanti

Dosen Pengampuh : Septi Ariyani, M.Pd.

Mata Kuliah : Kajian Prosa Fiksi

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


MUHAMMADIYAH PAGARALAM
TAHUN PELAJARAN 2020/202
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan hidayah-nya kepada kita
semua, sehingga kita masih bisa melaksanakan segala yang diperintahkan-nya dan menjauhi
segala larangan-nya. Sholawat serta salam kita junjungkan kepada nabi besar MUHAMMAD
SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada
orang tua yang telah memberian kasih sayang, doa, semangat, dan dukungan yang tak ternilai
harganya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Septi Ariyani, M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah Kajian Prosa Fiksi dan semua teman-teman yang telah
memberikan motivasi dan dukungannya sehingga dapat terselesaikannya tugas ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan ini. Sehingga segala
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Pagaralam, 16 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................
1.3 Tujuan......................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................

2.1 Pengertian Resepsi Pembaca.................................................................................

2.2 Aspek dan Jenis Resepsi Pembaca........................................................................

2.3 Kategori Pembaca..................................................................................................

2.4 Penerapan Teori Resepsi.......................................................................................

a. Penerapan Metode Resepsi Sinkronis...............................................................

b. Penerapan Metode Resepsi Diakronis..............................................................

2.5 Kelebihan dan Kelemahan Metode Penelitian Resepsi Sastra..............................

BAB III PENUTUP...........................................................................................................

1.1Kesimpulan...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam mengkaji dan atau membicarakan karya sastra baik novel maupun cerpen
terdapat dua macam pembaca yaitu pembaca ahli dan pembaca awam. Dari hasil
pengamatan, masih sedikit orang yang melakukan penelitian terhadap pembaca karya
sastra karena semua terfokus pada teks yang terdapat pada novel dan cerpen. Dalam
resepsi sastra, peranan pembaca yang sama sekali tidak tahu tentang proses kreativitas
memegang peranan penting dalam penelitian, karena pembacalah yang menikmati,
menilai, dan memanfaatkan karya sastra, bahkan penulis yang mengetahui seluk-beluk
karyanya tidak dianggap keberadaanya.

Dalam menanggapi karya sastra, pembaca selalu membentuk unsur estetik melalui
pertemuan antara horizon harapan, bentuk teks, dan norma-norma sastra yang berlaku.
Pembaca selaku pemberi makna akan senantiasa ditentukan oleh ruang, waktu, golongan
sosial budaya dan pengalamannya (Jauss dalam Nuryatin 1998: 133). Hal ini karena
dalam meresepsi sebuah karya sastra, pembaca bukan hanya memberi makna tunggal
tetapi juga makna lain yang akan memperkaya karya sastra.

1.2 Rumusan Masalah

 Apa yang dimaksud dengan Resepsi Pembaca?


 Apa saja yang menjadi Aspek dan Jenis Resepsi Pembaca?
 Apa saja Kategori Pembaca?
 Bagaimana Penerapan Teori Resepsi?
 Apa saja yang menjadi Kelebihan dan Kelemahan Metode Penelitian Resepsi Sastra?

1.3 Tujuan

 Mengetahui apa yang dimaksud dengan Resepsi Pembaca


 Mengetaui hal yang menjadi Aspek dan Jenis Resepsi Pembaca
 Mengetahui apa saja Kategori Pembaca
 Mengetahui bagaimana cara Penerapan Teori Resepsi
 Mengetahui Kelebihan dan Kelemahan Metode Penelitian Resepsi Sastra
BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Resepsi Pembaca

Secara etimologis istilah resepsi berasal dari kata reception yang diartikan sebagai
penerimaan atau tanggapan pembaca. Beberapa ahli mengemukakan tentang konsep resepsi
pembaca, di antaranya menurut Endraswara (2008: 115) adalah penelitian yang ditunjukkan
pada aspek pembaca sebagai penerima makna atau pemberi makna. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Teeuw (1984: 152) yang mengemukakan resepsi pembaca sebagai
penerimaan atau tanggapan pembaca terhadap karya sastra yang diberikan berdasarkan
pemaknaan terhadapnya.

Selanjutnya Holland (dalam Junus, 1985: 1) mengemukakan bahwa konsep resepsi


pembaca adalah tentang bagaimana pembaca sebagai pemberi makna terhadap ruang kosong
pada teks karya sastra. Hal ini sesuai dengan pendapat Junus (1985: 1) yang menyatakan
resepsi pembaca ialah:

Bagaimana pembaca memberikan makna terhadap karya sastra yang dibacanya,


sehingga dapat memberikan reaksi atau tanggapan terhadapnya. Tanggapan itu
mungkin bersifat pasif. Atau mungkin bersifat aktif, yaitu bagaimana ia
merealisasikan-nya. Dengan resepsi pembaca terjadi suatu perubahan (besar) dalam
penelitian sastra, yang berbeda dari kecenderungan yang biasa selama ini. Selama ini;
tekanan diberikan kepada teks, dan bentuk kepentingan teks ini, biasanya untuk
pemahaman, seseorang “peneliti” mungkin saja pergi kepada penulis.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan resepsi pembaca adalah telaah


penerimaan atau tanggapan pembaca terhadap suatu karya sastra sebagai pemberi makna
sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Pengertian tersebut yang akan
digunakan sebagai dasar pijakan dalam penelitian resepsi ini.

2.2  Aspek dan Jenis Resepsi Pembaca

Aspek penelitian resepsi pembaca pada dasarnya juga merupakan penyelidikan reaksi
pembaca terhadap teks, reaksi termaksud dapat positif dan juga negatif, mungkin pembaca
akan senang, gembira dan tertawa dan segera mereaksi dengan perasaannya. Reaksi terhadap
teks sastra tersebut dapat berupa sikap dan tindakan untuk memproduksi kembali,
menciptakan hal yang baru, menyalin, atau juga meringkas. Sebaliknya reaksi yang bersifat
negatif mungkin pembaca akan sedih, jengkel, bahkan antipati terhadap teks sastra.
Reaksi pembaca tersebut pada dasarnya akan sampai pada pemaknaan teks sastra. Pembaca
harus membuat konkretisasi sendiri berdasarkan pengalamannya atas teks sastra. Pembaca
akan memanfaatkan kode-kode tertentu menurut pemahamannya. Konkretisasi itu berada
pada ketegangan antara struktur karya sastra dan norma yang dominan pada masa tertentu.
Dominasi sastra apalagi kalau norma tersebut berhubungan dengan kondisi sosial, budaya dan
politik, jelas akan mempengaruhi karya sastra.

Dari reaksi pembaca di atas, kemungkinan pembaca akan menilai sebuah teks sastra, aneka
watak sastra akan menjadi bahan penilaian pembaca. Pada saat itu peneliti dapat meneliti
langsung kepada pembaca teks sastra. Tingkat pertanyaan resepsi dapat bergerak pada kesan-
kesan pembaca sampai ke tingkat reaksi terhadap bermutu atau tidaknya teks sastra.

Pada dasarnya penelitian mengenai reaksi pembaca ini dapat di golongkan menjadi dua
kelompok (Endraswara, 2008: 120). Pertama, peneliti dapat menanyakan langsung atau
melalui sebuah media tentang reaksi pembaca terhadap teks. Kedua, peneliti dapat
menyelidiki resepsi pembaca melalui lahirnya teks-teks baru yang sejenis. Tinjauan yang
kedua ini, sebagaian besar menarik bidang filologi dan sastra perbandingan. Inti dari
penelitian ini adalah mencari transformasi teks sastra dari waktu ke waktu.

2.3 Kategori Pembaca

Pada penjabaran sebelumnya telah disinggung bahwa pembaca menjadi fokus utama
dalam penelitan resepsi ini. Beberapa ahli telah membedakan tipe-tipe pembaca dalam
peneltian resepsi. Menurut Endraswara (2008: 125-126), pembaca dibagi menjadi tiga
kategori pembaca berdasarkan pendapat para ahli, yakni super reader dari Riffartere,
informed reader dari Fish, dan intended reader dari Wolf. Berbeda istilah dengan Endraswara
tersebut, Segers (dalam Junus, 1985: 52), juga membedakan pembac menjadi tiga kategori,
yakni pembaca ideal, pembaca implisit, dan pembaca real/biasa.

Perbedaan kategori pembaca antara Endraswara dan Segers sebenarnya memiliki


pengertian yang sama. Kategori Super reader adalah pembaca yang berpengalaman, pembaca
kritis yang banyak mengetahui teori sastra sehingga mampu memahami hubungan semantik
dan pragmatik teks sastra. Pembaca ini sama dengan pembaca ideal, yakni pembaca yang
mempunyai kontruksi hipotesis seorang teoretikus dalam proses interprestasi.
Kategori Informed reader mempunyai pengertian yang sama dengan pembaca implisit yakni,
pembaca yang tahu dan mempunyai kompetensi bahasa, semantik, dan kode sastra yang
cukup sehingga mampu menggunakan kode-kode tekstual secara menyeluruh.
Kategori intended reader adalah pembaca yang telah berada dalam benak penulis ketika
merekontruksikan idenya. Pembaca ini mempunyai kesejalanan dengan pembaca real/biasa,
yakni pembaca dalam arti sebenarnya, yang membaca karya sastra sebagai karya sastra,
bukan sebagai bahan penelitian.
Beberapa ahli berbeda pandangan mengenai tipe pembaca yang paling tepat sebagai
objek penelitian resepsi sastra. Teeuw memiliki kecenderungan bahwa tinjauan resepsi
selayaknya diorientasikan kepada pembaca ideal atau super reader. Pradopo (2003: 116) juga
secara eksplisit mengemukakan pendapat yang sama, yakni pembaca yang dimaksud dalam
resepsi sastra adalah pembaca ahli. Sedangkan Segers dan Endraswara berpendapat
sebaliknya. Menurut Segers, pembaca real lebih tepat menjadi objek kajian mengingat
pembaca tipe ini memberikan arti individual kepada struktur-struktur yang direpresentasikan
oleh pengarang. Dengan demikian, pembaca real jauh lebih penting bagi estetika resepsi
daripada kategori pembaca ideal dan implisit yang keduanya lebih merupakan kontruksi-
kontruksi hipotesis.

2.4 Penerapan Teori Resepsi

Penelitian resepsi sastra pada penerapannya mengacu pada proses pengolahan


tanggapan pembaca atas karya sastra yang dibacanya. Metode resepsi sastra mendasarkan diri
pada teori bahwa karya sastra itu sejak terbit selalu mendapatkan tanggapan dari
pembacanya. Menurut Jauss (dalam Pradopo 2007: 209) apresiasi pembaca pertama akan
dilanjutkan dan diperkaya melalui tanggapan yang lebih lanjut dari generasi ke generasi.

Tugas resepsi adalah meneliti tanggapan pembaca yang berbentuk interpretasi,


konkretisasi, maupun kritik atas karya sastra yang dibaca. Tanggapan-tanggapan pembaca
atas karya sastra yang dibacanya, dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain latar
belakang sosial budaya, tingkat pendidikan pembaca, tingkat pengalaman, dan usia pembaca.
Dalam tulisan ini, penulis memilah metode penelitian sastra menjadi dua metode, yaitu
metode resepsi sinkronis dan metode resepsi diakronis. Kedua metode ini dibedakan menurut
kemunculan tanggapan dari pembaca atas karya sastra yang dibacanya.

a.  Penerapan Metode Resepsi Sinkronis

Penelitian resepsi dengan metode sinkronis adalah penelitian resepsi sastra


yang menggunakan tanggapan pembaca sezaman, artinya pembaca yang digunakan
sebagai responden berada dalam satu periode waktu. Penelitian resepsi dengan metode
ini dapat dilakukan dengan cara menganalisis tanggapan pembaca sezaman dengan
menggunakan teknik wawancara maupun teknik kuasioner. Oleh karena itu, penelitian
resepsi sinkronis ini dapat digolongkan menjadi penelitian eksperimental.

Penelitian resepsi sinkronis ini jarang dilakukan oleh peneliti karena sukar
dalam pelaksanaan penelitiannya. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Abdullah
(dalam Jabrohim 2001: 119) bahwa penelitian yang tergolong eksperimental dapat
mengalami beberapa kendala saat pelaksaannya di lapangan. Penelitian eksperimental
dinilai sangat rumit, khususnya dalam pemilihan responden, pemilihan teks sastra, dan
penentuan teori. Penelitian resepsi sastra menggunakan metode sinkronis ini pernah
dilakukan oleh Dini Eka Rahmawati, mahasiswa program studi Sastra Jawa Unnes,
yang meneliti resepsi masyarakat atas cerita rakyat Bledhug Kuwu dalam skripsinya
yang berjudul Resepsi Cerita Rakyat Bledhug Kuwu (2008). Dalam penelitiannya,
Rahmawati menggunakan pendekatan reseptif dengan metode penelitian sinkronis.
Artinya penelitian resepsi sastra yang dilakukan atas cerita Bledhug Kuwu dilakukan
pada tanggapan pembaca yang berada pada satu zaman. Penelitian yang dilakukan
Rahmawati menganalisis hasil konkretisasi masyarakat Bledhug Kuwu di Kabupaten
Grobogan. Hasil penceritaan ulang dianalisis struktur cerita dengan perbandingan atas
sebuah teks cerita yang diterbitkan Dinas Pariwisata Kabupaten Grobogan. Pembaca
yang menjadi responden dalam penelitian tersebut merupakan masyarakat Bledhug
Kuwu yang berada dalam satu periode. Sehingga dapat dikatakan penelitian Rahmawati
termasuk penelitian resepsi sinkronis. Masih jarang penelitian resepsi sinkronis yang
dilakukan oleh ilmuwan sastra maupun para mahasiswa sastra. Hal ini dapat disebabkan
karena beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan penelitian resepsi
sinkronis.

b. Penerapan Metode Resepsi Diakronis

Penelitian resepsi sastra dengan metode diakronis merupakan penelitian


resepsi sastra yang dilakukan terhadap tanggapan-tanggapan pembaca dalam beberapa
periode. Tetapi periode waktu yang dimaksud masih berada dalam satu rentang waktu.
Penelitian resepsi diakronis ini dilakukan atas tanggapan-tanggapan pembaca dalam
beberapa periode yang berupa kritik sastra atas karya sastra yang dibacanya, maupun
dari teks-teks yang muncul setelah karya sastra yang dimaksud. Umumnya penelitian
resepsi diakronis dilakukan atas tanggapan pembaca yang berupa kritik sastra, baik
yang termuat dalam media massa maupun dalam jurnal ilmiah. Penelitian resepsi
diakronis yang melihat bentuk fisik teks yang muncul sesudahnya dapat dilakukan
melalui hasil intertekstual, penyalinan, penyaduran, maupun penerjemahan.
Intertekstual merupakan fenomena resepsi pengarang dengan melibatkan teks yang
pernah dibacanya dalam karya sastranya. Hasil intertekstual, penyalinan, penyaduran,
maupun penerjemahan ini dapat dilakukan atas teks sastra lama maupun sastra modern.
Metode diakronis yang banyak dilakukan adalah penelitian tanggapan yang berupa
kritik sastra. Penelitian resepsi diakronis pernah dilakukan oleh beberapa ahli sastra,
misalnya Yusro Edy Nugroho dalam artikel berjudul Serat Wedhatama: Sebuah
Masterpiece Jawa dalam Respon Pembaca (2001), Agus Nuryatin dengan
artikel Resepsi Estetis Pembaca Atas Sri Sumarah dan Bawuk Karya Umar
Kayam (1998), Siti Hariti Sastriyani dengan artikel berjudul Karya Sastra Perancis
Abad ke-19 Madame Bovary dan Resepsinya di Indonesia (2001), dan Muhammad
Walidin dengan artikel berjudul Seksualitas dalam Novel Indonesia
Kontemporer (2007).

Nugroho (2001) dalam artikel berjudul Serat Wedhatama Sebuah Masterpiece


Jawa dalam Respon Pembaca menggunakan karya sastra turunan sebagai
respondennya. Penelitian ini menggunakan metode diakronis karena karya sastra yang
digunakan muncul pada kurun waktu yang berbeda. Karya sastra turunan yang
digunakan adalah Wedhatama Winardi (1941), Wedhatama Kawedar (1963),
dan Wedhatama Jinarwa (1970).

Dalam penelitiannya, Nugroho dapat menunjukkan bagaimana seorang


pembaca dapat memiliki kebebasan dalam menafsirkan makna dari Serat Wedhatama
sesuai dengan apa yang dikuasai dan diharapkan atas keberadaan serat tersebut.
Pencipta teks turunan ini telah meresepsi Serat Wedhatama dengan tujuan untuk
memertahankan serat ini agar tetap dikenal pada zaman selanjutnya. Penelitian lain
yang menggunakan metode resepsi diakronis adalah penelitian yang dilakukan Nuryatin
(1998) atas tanggapan pembaca terhadap cerita Sri Sumarah dan Bawuk karya Umar
Kayam. Dalam penelitian yang berjudul Resepsi Estetis Pembaca Atas Sri Sumarah
dan Bawuk Karya Umar Kayam ini, Nuryatin menggunakan tanggapan-tanggapan
pembaca yang berupa kritik sastra yang berupa artikel maupun resensi yang termuat di
media massa. Pembaca yang digunakan sebagai responden dalam penelitian ini berada
dalam rentang waktu antara tahun 1970 hingga 1980. Sehingga penelitian ini dapat
dimasukkan ke dalam penelitian diakronis. Dalam penelitian ini, Nuryatin dapat
menunjukkan kelompok-kelompok tanggapan pembaca atas cerita Sri Sumarah dan
Bawuk karya Umar Kayam, yaitu tanggapan positif dan negatif. Pembaca yang
digunakan dalam penelitian Nuryatin ini adalah pembaca ideal. Pembaca ini melakukan
pembacaan terhada karya sastra secara mendalam, karena ada tujuan lain dari proses
pembacaan itu. Penelitian resepsi diakronis juga pernah dilakukan oleh Sastriyani
dalam artikel yang berjudul Karya Sastra Perancis Abad ke-19 Madame Bovary dan
Resepsinya di Indonesia. Dalam penelitian resepsi sastra ini, Sastriyani menggunakan
pembaca ideal sebagaimana yang dilakukan oleh Nuryatin. Proses penelitian terhadap
tanggapan pembaca dilakukan atas kritik yang diberikan oleh pembaca ideal. Dalam
penelitiannya Sastriyani juga membandingkan tanggapan antara Madame
Bovary dengan Belenggu. Dari proses penelitian diakronis ini, Sastriyani dapat
menunjukkan pengaruh-pengaruh munculnya karya Madame Bovary di Indonesia.

Penelitian terakhir yang menggunakan penelitian resepsi dengan metode


diakronis adalah Walidin yang menganalisis tanggapan pembaca terhadap seksualitas
dalam novel Indonesia kontemporer, yaitu novel Saman karya Ayu Utami yang
mengungkap heteroseksualitas secara vulgar, Supernova karya Dewi Lestari yang
memperkenalkan homoseksualitas kaum gay, dan Garis Tepi Seorang Lesbian karya
Herliniatin yang mengangkat cinta sejenis kaum lesbian. Walidin menggunakan hasil
kritik beberapa pembaca terhadap salah satu atau ketiga novel tersebut. Hasil kritik ini
diperoleh dari hasil wawancara maupun dari sumber lain, seperti internet atau koran
yang berbentuk ulasan. Hasil yang diperoleh Walidin dari penelitian dalam artikel
Seksualitas dalam Novel Indonesia Kontemporer ini adalah bentuk-bentuk tanggapan
atas ketiga novel yang dikaji, baik tanggapan posif maupun tanggapan negatif. Dari
penelitian ini juga dapat diketahui bahwa resepsi pembaca atas karya sastra bergantung
pada periode pembaca itu berada. Perbedaan periode memengaruhi tanggapan yang
diberikan pembaca terhadap suatu karya sastra.

2.5 Kelebihan dan Kelemahan Metode Penelitian Resepsi Sastra

Masing-masing metode dalam penelitian mempunyai kelebihan dan kelemahan.


Begitu juga dalam penelitian resepsi sastra. Masing-masing metode, baik sinkronis maupun
diakronis, mempunyai kelebihan dan kelemahan. Menurut beberapa ahli, penelitian sinkronis
mempunyai beberapa kelemahan dari segi proses kerjanya, karena termasuk penelitian
eksperimental. Menurut Abdullah (dalam Jabrohim 2001: 119) penelitian yang tergolong
eksperimental dapat mengalami beberapa kendala saat pelaksaannya di lapangan.

Penelitian eksperimental dinilai sangat rumit, khususnya dalam pemilihan responden,


pemilihan teks sastra, dan penentuan teori. Selain itu, penelitian sinkronis hanya dapat
digunakan untuk mengetahui tanggapan pemabaca pada satu kurun waktu. Sehingga apabila
diterapkan untuk karya sastra yang terbit beberapa tahun yang lalu, akan sulit membedakan
antara tanggapan yang dulu dan masa sekarang, karena terbentur masalah waktu.

Kelebihan dari penelitian resepsi sinkronis atau eksperimental ini antara lain (1)
reponden dapat ditentukan tanpa harus mencari artikel kritik sastranya terlebih dahulu, (2)
penelitian resepsi sinkronis dapat dilakukan secara langsung tanpa menunggu kemunculan
kritik atau ulasan mengenai karya sastra, dan (3) dapat dilakukan pada karya sastra populer.

Pada penelitian resepsi diakronis, peneliti dapat melakukan penelitian atas hasil-hasil
intertekstual, penyalinan, penyaduran, maupun penerjemahan, yang berupa karya sastra
turunan. Biasanya penelitian dengan menggunakan karya sastra turunan dapat berupa karya
sastra turunan dari karya sastra lama, karya sastra tradisional, maupun karya sastra dunia.
Dalam metode diakronis ini, peneliti juga dapat menerapkan teori lain, seperti teori
intertekstualitas, teori sastra bandingan, teori filologi, dan beberapa teori lain yang
mendukung penelitian resepsi diakronis. Hal ini umumnya diterapkan dalam penelitian karya
sastra turunan. Kelebihan lain dari penelitian resepsi diakronis adalah kemudahan peneliti
dalam mencari data, yaitu tanggapan pembaca ideal terhadap suatu karya sastra. Sehingga
peneliti tidak harus bersusah payah mencari data dengan teknik wawancara maupun
kuasioner pada responden.

Kelemahan penelitian resepsi diakronis akan dirasakan oleh para peneliti pemula.
Umumnya peneliti pemula akan mengalami kesulitan dalam menentukan karya sastra yang
dijadikan objek penelitian. Karena umumnya karya sastra yang dikenal banyak orang telah
diteliti resepsinya oleh peneliti-peneliti terdahulu, misalnya pada penelitian tanggapan
atas Belenggu, Madame Bovary, Sri Sumarah dan Bawuk. Selain itu, dalam penelitian
terhadap karya sastra turunan, khususnya hasil intertekstual, peneliti akan kesulitan dalam
menemukan teks asal dari karya sastra turunan tersebut. Dalam bidang puisi, peneliti yang
menganalisis resepsi atas puisi Gotoloco karya Goenawan Mohamad akan merasa kesulitan
dalam mencari teks Gatoloco yang asli. Hal ini mungkin juga dirasakan oleh peneliti teks
puisi Asmaradana karya Goenawan Mohamad dan Subagiyo Sastrowardoyo, bahkan untuk
beberapa puisi modern yang mengadopsi cerita-cerita pewayangan.
BAB III
PENUTUP

Resepsi pembaca adalah telaah penerimaan atau tanggapan pembaca terhadap suatu
karya sastra sebagai pemberi makna sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang
dimilikinya. Dalam menganalisis karya sastra yang menggunakan teori resepsi sebagai
landasannya, maka bisa dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu dengan metode
sinkronik dan diakronik. Di mana sinkronik merupakan penelitian terhadap karya sastra
dalam kurun waktu yang sama atau era yang sama, dan biasanya karya sastra yang diteliti
yaitu karya sastra yang lagi meledak atau booming pada saat itu. Sedangkan metode
diakronik yaitu sebuah metode penelitian terhadap karya sastra dalam beberapa periode.
Periode yang dimaksud di sini yakni dalam perjalanan waktu. Metode diakronik ini bisa
diterapkan pada karya sastra yang memiliki sejarah. Umumnya penelitian resepsi diakronis
dilakukan atas tanggapan pembaca yang berupa kritik sastra, baik yang termuat dalam media
massa maupun dalam jurnal ilmiah. Resepsi sastra beorientasi pada pendekatan pragmatik
yang memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca dalam karya sastra. Tanggapan
pembaca terhadap sebuah karya sastra sejak dari dulu hingga sekarang akan berbeda-beda
antara pembaca yang satu dengan yang lain. Begitu juga dengan tiap periode berbeda dengan
periode lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1990. Metode Kualitatif dalam Penelitian Karya Sastra dalam Pengembangan


Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Malang:  Yayasan A3.
Aminuddin. 1990. Metode Kualitatif dalam Penelitian Karya Sastra dalam Pengembangan
Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Malang:  Yayasan A3.
Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra, Epistimologi, Model, Teori, dan
Aplikasi. Yogyakarta:  Media Pressindo
Ibrahim. 1986. Buku Materi Pokok Kesusastraan. Jakarta:  Dekdikbud Universitas Terbuka.
Jabrohim. 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta:  Hanindita Graha Widia.
Jasadipura, R.Ng. 1925. Serat Rama. Weltervreden:  Bale Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai