Anda di halaman 1dari 26

KELOMPOK 3

Diare dan Konstipasi dengan Perubahan


Fisiolgis Pencernaan Kehamilan
ANGGOTA KELOMPOK

Nofi Desfita Sari P1337424420043


Putri Utami P1337424420044
Nur Fatimah Lady Maharani P1337424420046
Elita Mustika Yias P1337424420048
Hurin Galuh Nur Amna P1337424420058
Amanda Sasha Febiani P1337424420063
Niken Verenika Septiarini P1337424420163
Vita Listia Setya Dewi P1337424420198
Eksa Maylena Alfany P1337424420203
Fisiologi dan Pola Buang Air
Besar
Buang air besar dirangsang oleh gerakan peristaltik akibat
adanya masa tinja di dalam rektum. Rangsangan sensori
pada kanal anus akan menurunkan tonus sfingter anus
internus, sehingga terjadilah proses defekasi. Proses tersebut
diawali dengan adanya relaksasi otot puborektal yang
menyebabkan sudut anorektal melebar, diikuti oleh relaksasi
otot levator yang menyebabkan pembukaan kanal anus.
Buang air besar terjadi akibat adanya bantuan dari tekanan
intra-abdominal yang meningkat akibat penutupan glottis,
fiksasi diafragma, dan kontraksi otot abdomen. Frekuensi
BAB mempunyai korelasi dengan waktu transit
gastrointestinal (Endyarni.B, 2004).
Perubahan Anatomi dan Fisiologis Sistem
Pencernaan Ibu Hamil
Trimester 1
• Penurunan asam lambung melambatkan pengosongan lambung dan
menyebabkan kembung
• Menurunnya gerakan peristaltik tidak saja menyebabkan mual muntah tetapi
juga konstipasi karena lebih banyak feses terdapat dalam usus. Konstipasi juga
disebabkan oleh tekanan uterus pada usus bagian bawah pada awal masa
kehamilan.
• Gigi berlubang terjadi lebih mudah pada saliva yang bersifat asam
• Pada bulan-bulan terakhir nyeri ulu hati dan regurgitasi (pencernaan asam)
disebabkan tekanan keatas dari perbesaran uterus.
• Pelebaran pembuluh darah rectum (hemoroid) dapat terjadi pada persalinan.
Lanjutan..

Trimester 2
• Mulut dan gusi terus hiperemia, sensitif terhadap
zat iritan.
• Esofagus dan lambung hormon progesteron
meningkat merelaksasi otot intestine dan
menurunnya motilitas.
• Pengosongan lambung menurun.
• Regulasi esofagus.
• Liver peningkatan hormon estrogen dan
progesteron mengakibatkan gejala gatal-gatal
(pruritus gravidum).
Trimester 3
• Terjadi perubahan posisi lambung dan usus akibat perkembangan
uterus.
• Penurunan tonus dan motilitas saluran gastrointestinal
menyebabkan waktu pengosongan lambung menjadi lebih lama.
• Penyerapan makanan meningkat.
• Terjadi konstipasi yang dapat meningkatkan terjadinya
haemoroid.
• Adanya refluks sekret-sekret asam ke esofagus menyebabkan
terjadinya pirosis (nyeri ulu hati).
• Gusi menjadi melunak dan mudah berdarah (hiperemi) kalau
terkena cedera ringan saja, misalnya oleh sikat gigi.
Konstipasi
Pengertian
Kata konstipasi berasal dari bahasa Latin
constipare yang berarti bergerombol bersama
menyusun menjadi menggumpal padat / keras.
Konstipasi bukanlah merupakan suatu penyakit
melainkan suatu gejala, biasanya penderita
mengeluhkan: proses mengedan terlalu kuat
(52%), tinja yang keras seperti batu (44%),
ketidakmampuan defekasi saat diinginkan (34%)
dan defekasi yang jarang (33%)

(Endyarni,Bernei.2004).
Penyebab
• Konstipasi pada umumnya dihubungkan
dengan kurangnya konsumsi serat,
kurang minum dan kurangnya aktifitas
fisik.
• Pemakaian obat-obatan dan gejala
depresi juga dihubungkan dengan
terjadinya konstipasi.
Patofisiologi

Konstipasi akibat kelainan struktural


Konstipasi akibat kelainan struktural
terjadi melalui proses obstruksi aliran
tinja
Konstipasi fungsional
berhubungan dengan gangguan
motilitas kolon atau anorektal.
Konsitipasi pada wanita hamil umumnya terjadi karena
factor fungsional, faktor penyebabnya yaitu :

• Faktor Hormonal
Peningkatan progesteron selama kehamilan, dimana progesteron
akan menyebabkan otot-otot relaksasi untuk memberi tempat janin
berkembang. Relaksasi otot ini juga mengenai otot usus sehingga
akan menurunkan motilitas usus yang pada akhirnya menyebabkan
konstipasi (slow-transit constipation).
• Perubahan Diet
Gejala mual muntah pada trimester pertama disertai asupan
makanan khususnya minuman yang berkurang akan mempengaruhi
proses defekasinya. Semakin besar kehamilan biasanya wanita hamil
cenderung mengurangi asupan cairan. Komposisi makanan yang
cenderung berupa susu dan daging / ikan tanpa disertai cukup
makanan yang kaya serat akan memperbesar resiko terjadinya
konstipasi. Begitu juga pemberian suplemen besi dan kalsium
selama kehamilan merupakan faktor resiko terjadinya konstipasi
(endyarni,bernei.2004)
Lanjutan..

• Pertumbuhan janin dan aktifitas fisik


Uterus yang semakin membesar seiring dengan perkembangan janin pada
wanita hamil akan memberikan tekanan pada usus besar dengan akibat
evakuasi tinja terhambat. Semakin besar kehamilan maka semakin besar
tekanan pada usus besar sehingga semakin mudah terjadinya konstipasi.
Wanita hamil cenderung akan mengurangi aktifitasnya untuk menjaga
kehamilannya. Begitu juga semakin besar kehamilan wanita hamil
cenderung semakin malas beraktifitas karena bobot tubuh yang semakin
berat. Ketegangan psikis seperti stres dan cemas juga merupakan faktor
resiko terjadinya konstipasi.
Diagnosis Konstipasi pada Ibu Hamil

⊳ Anamnesis
Yaitu dengan menanyakan riwayat BAB yang dialami,
dan riwayat makanan yang dikonsumsi
⊳ Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan rektal dan sigmoidoskopi penting untuk
memastikan tidak ada kelainan, menilai adanya fecal
impacted, massa tumor, fisura ani dan hemoroid
Lanjutan..
• Pemeriksaan penunjang
• Tes darah yaitu hitung darah lengkap, laju
endap darah, fungsi tiroid dan kalsium
• Barium enema mungkin lebih bermanfaat
dari pada kolonoskopi karena bila
menyingkirkan keganasan kolorektal dan
mega kolon sekaligus
• Fisiologi anorektal
• Proktogram devekasi (Davey, patrick.
2006).
Lanjutan..
• Memastikan kriteria konstipasi oleh penyebabnya
• Mengedan kuat pada > 1 kali dalam 4 kali defekasi
• Konsistensi tinja keras pada > 1 kali dalam 4 kali
defekasi
• Rasa pengeluaran tinja yang tidak komplit > 1 kali
dalam 4 kali defekasi
• Rasa adanya obstruksi atau blokade anorektal pada >
1 kali dalam 4 kali defekasi
• Diperlukan tindakan manual > 1 kali dalam 4 kali
defekasi (misalnya menggunakan jari, menyokong
rongga pelvis)
• Frekuensi defekasi kurang dari 3 kali seminggu
• Tidak disertai tinja cair dan tidak memenuhi kriteria
irritable bowel syndrome (Endyarni, bernei.2004)
Komplikasi konstipasi

Komplikasi konstipasi mulai dari mual,


muntah, penurunan nafsu makan, hemoroid
sampai yang jarang terjadi seperti: fisura
ani, inkontinensia alvi, perdarahan per
rektum, fecal impacted dan prolapsus uteri
(Sembiring, ligat pribadi.2015)
Penatalaksaan Konsitpasi pada Ibu
Hamil

• Secara nonfarmakologi
• fisik yang cukup
• Hindari makan porsi besar 3 kali sehari tetapi
makanlah dengan porsi kecil dan sering.
• Hindari ketegangan psikis seperti stres dan
cemas.
• Jangan menahan rasa ingin buang air besar
karena akan memperbesar resiko konstipasi.
Lanjutan..
• Secara farmakologi
• Penatalaksanaan farmakologi pada konstipasi
adalah dengan pemberian obat pencahar
(laxatives).
• Secara umum golongan obat pencahar terbagi
atas: bulking agents, pelunak tinja (stool
softeners), pencahar minyak mineral (lubricant
laxatives), pencahar bahan osmotik (osmotic
laxatives) dan pencahar perangsang (stimulant
laxatives) (Sembiring, ligat pribadi.2015).
Diare
• Pengertian
Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar
dengan feses tidak berbentuk (unformed stools) atau cair
dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam.
○ Diare akut : berlangsung kurang dari 2 minggu
○ Diare kronik : berlangsung 2 minggu atau lebih
Feses dapat dengan atau tanpa lendir, darah, atau pus.
(Amin, lukman Zulkifli.2015).
Etiologi
• Virus Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70-
80%). Beberapa jenis virus penyebab diare akut antara lain
Rotavirus serotype 1, 2, 8, dan 9 pada manusia, Norwalk virus,
Astrovirus, Adenovirus (tipe 40, 41), Small bowel structured virus,
Cytomegalovirus.
• Bakteri Enterotoxigenic E. coli (ETEC), Enteropathogenic E. coli
(EPEC), Enteroaggregative E. coli (EAggEC), Enteroinvasive E.
coli (EIEC), Enterohemorrhagic E. coli (EHEC), Shigella spp.,
Campylobacter jejuni (Helicobacter jejuni), Vibrio cholerae 01,
dan V. choleare 0139, Salmonella (non-thypoid).
• Protozoa Giardia lamblia, Entamoeba histolytica,
Cryptosporidium, Microsporidium spp., Isospora belli, Cyclospora
cayatanensis.
• Helminths Strongyloides stercoralis, Schistosoma spp., Capilaria
philippinensis, Trichuris trichuria (Amin, lukman zulkifli.2015)
Patofisiologi

• Diare infeksi akut diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi


diare noninflamasi dan diare inflamasi. Diare inflamasi disebabkan invasi
bakteri dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindrom disentri dengan
diare disertai lendir dan darah.
• Pada infeksi bakteri ada dua mekanisme, yaitu peningkatan sekresi usus dan
penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan
mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare. Infeksi bakteri
yang invasif mengakibatkan perdarahan atau adanya leukosit dalam feses.
Pada dasarnya, mekanisme diare akibat kuman enteropatogen meliputi
penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa,
invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu jenis bakteri
dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat
mengatasi pertahanan mukosa usus (Firmansyah, m adi.2016).
Tanda dan Gejala
• Demam > 38° C
• Nyeri abdomen berat, terutama pada pasien
usia di atas 50 tahun
• Riwayat perawatan rumah sakit
• Berada di panti jompo
• Riwayat penggunaan antibiotik
• Disentri (darah dan mukus di tinja)
• > 6 kali buang air besar dalam waktu 24 jam
• Gejala memburuk setelah 48 jam
• Gejala dehidrasi berat (pusing, haus berat,
penurunan jumlah urin)
• (Amin, lukman Zulkifli.2015)
Diagnosis
Faktor Non inflamasi inflamasi
Anamnesis dan Mual, muntah, nyeri Demam, nyeri perut,
temuan fisik perut tanpa demam, tenesmus ani, volume
volume diare yang diare lebih sedikit,
besar, tidak berdarah diare berdarah
dan tidak berlendir

Temuan laboratorium Tidak ditemukan Ditemukan leukosit


leukosit pada feses pada feses
Penatalaksanaan
Pengobatan farmakologi diare pada ibu hamil
Obat Kelas Keterangan
FDA

Loperamide B Dianggap aman


Diphenoxylate C Tidak dianjurkan dalam kehamilan
dengan atropine
Bismuth D Penurunan berat badan lahir bayi,
subsalicylate perdarahan neonates dan peningkatan
mortalitas neonatal

Cholestiramine C Dapat menyebakan malabsorbsi vitamin


yang larut lemak tidak dianjutkan
Penatalaksaan diare ibu hamil non farmakologik

○ Menghindari makanan atau minuman yang dapat


memperberat diare seperti makanan berlemak, pedas,
dengan rempah yang menonjol, ataupun susu (jika
ada intoleransi laktosa).
○ Hindari juga minuman yang cenderung asam karena
dapat mencetuskan mual muntah yang pada akhirnya
dapat memperberat kondisi dehidrasi (Firmansyah, m
adi. 2016)
DAFTAR PUSTAKA

Firmansyah, m adi.(2016). Tata Laksana Diare Akut Dalam Kehamilan Vol.


29 No. 1. Medicinus 27
Amin, lukman zulkifli.(2015). Tata Laksana Diare Akut. Vol. 42 No.7. IDI
Endiyarni, B.(2004). Konstipasi Fungsional. Nol. 6 No. 2.
Sari Pedriatri Sembiring, ligat pribadi.(2015). Konstipasi Pada Kehamilan.
Jilid 9 No. 1. FK Universitas Riau.
Rahmalia, annisa dkk.(2006). At a Glance Medicine. Surabaya : Airlangga
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai