Trimester 2
• Mulut dan gusi terus hiperemia, sensitif terhadap
zat iritan.
• Esofagus dan lambung hormon progesteron
meningkat merelaksasi otot intestine dan
menurunnya motilitas.
• Pengosongan lambung menurun.
• Regulasi esofagus.
• Liver peningkatan hormon estrogen dan
progesteron mengakibatkan gejala gatal-gatal
(pruritus gravidum).
Trimester 3
• Terjadi perubahan posisi lambung dan usus akibat perkembangan
uterus.
• Penurunan tonus dan motilitas saluran gastrointestinal
menyebabkan waktu pengosongan lambung menjadi lebih lama.
• Penyerapan makanan meningkat.
• Terjadi konstipasi yang dapat meningkatkan terjadinya
haemoroid.
• Adanya refluks sekret-sekret asam ke esofagus menyebabkan
terjadinya pirosis (nyeri ulu hati).
• Gusi menjadi melunak dan mudah berdarah (hiperemi) kalau
terkena cedera ringan saja, misalnya oleh sikat gigi.
Konstipasi
Pengertian
Kata konstipasi berasal dari bahasa Latin
constipare yang berarti bergerombol bersama
menyusun menjadi menggumpal padat / keras.
Konstipasi bukanlah merupakan suatu penyakit
melainkan suatu gejala, biasanya penderita
mengeluhkan: proses mengedan terlalu kuat
(52%), tinja yang keras seperti batu (44%),
ketidakmampuan defekasi saat diinginkan (34%)
dan defekasi yang jarang (33%)
(Endyarni,Bernei.2004).
Penyebab
• Konstipasi pada umumnya dihubungkan
dengan kurangnya konsumsi serat,
kurang minum dan kurangnya aktifitas
fisik.
• Pemakaian obat-obatan dan gejala
depresi juga dihubungkan dengan
terjadinya konstipasi.
Patofisiologi
• Faktor Hormonal
Peningkatan progesteron selama kehamilan, dimana progesteron
akan menyebabkan otot-otot relaksasi untuk memberi tempat janin
berkembang. Relaksasi otot ini juga mengenai otot usus sehingga
akan menurunkan motilitas usus yang pada akhirnya menyebabkan
konstipasi (slow-transit constipation).
• Perubahan Diet
Gejala mual muntah pada trimester pertama disertai asupan
makanan khususnya minuman yang berkurang akan mempengaruhi
proses defekasinya. Semakin besar kehamilan biasanya wanita hamil
cenderung mengurangi asupan cairan. Komposisi makanan yang
cenderung berupa susu dan daging / ikan tanpa disertai cukup
makanan yang kaya serat akan memperbesar resiko terjadinya
konstipasi. Begitu juga pemberian suplemen besi dan kalsium
selama kehamilan merupakan faktor resiko terjadinya konstipasi
(endyarni,bernei.2004)
Lanjutan..
⊳ Anamnesis
Yaitu dengan menanyakan riwayat BAB yang dialami,
dan riwayat makanan yang dikonsumsi
⊳ Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan rektal dan sigmoidoskopi penting untuk
memastikan tidak ada kelainan, menilai adanya fecal
impacted, massa tumor, fisura ani dan hemoroid
Lanjutan..
• Pemeriksaan penunjang
• Tes darah yaitu hitung darah lengkap, laju
endap darah, fungsi tiroid dan kalsium
• Barium enema mungkin lebih bermanfaat
dari pada kolonoskopi karena bila
menyingkirkan keganasan kolorektal dan
mega kolon sekaligus
• Fisiologi anorektal
• Proktogram devekasi (Davey, patrick.
2006).
Lanjutan..
• Memastikan kriteria konstipasi oleh penyebabnya
• Mengedan kuat pada > 1 kali dalam 4 kali defekasi
• Konsistensi tinja keras pada > 1 kali dalam 4 kali
defekasi
• Rasa pengeluaran tinja yang tidak komplit > 1 kali
dalam 4 kali defekasi
• Rasa adanya obstruksi atau blokade anorektal pada >
1 kali dalam 4 kali defekasi
• Diperlukan tindakan manual > 1 kali dalam 4 kali
defekasi (misalnya menggunakan jari, menyokong
rongga pelvis)
• Frekuensi defekasi kurang dari 3 kali seminggu
• Tidak disertai tinja cair dan tidak memenuhi kriteria
irritable bowel syndrome (Endyarni, bernei.2004)
Komplikasi konstipasi
• Secara nonfarmakologi
• fisik yang cukup
• Hindari makan porsi besar 3 kali sehari tetapi
makanlah dengan porsi kecil dan sering.
• Hindari ketegangan psikis seperti stres dan
cemas.
• Jangan menahan rasa ingin buang air besar
karena akan memperbesar resiko konstipasi.
Lanjutan..
• Secara farmakologi
• Penatalaksanaan farmakologi pada konstipasi
adalah dengan pemberian obat pencahar
(laxatives).
• Secara umum golongan obat pencahar terbagi
atas: bulking agents, pelunak tinja (stool
softeners), pencahar minyak mineral (lubricant
laxatives), pencahar bahan osmotik (osmotic
laxatives) dan pencahar perangsang (stimulant
laxatives) (Sembiring, ligat pribadi.2015).
Diare
• Pengertian
Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar
dengan feses tidak berbentuk (unformed stools) atau cair
dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam.
○ Diare akut : berlangsung kurang dari 2 minggu
○ Diare kronik : berlangsung 2 minggu atau lebih
Feses dapat dengan atau tanpa lendir, darah, atau pus.
(Amin, lukman Zulkifli.2015).
Etiologi
• Virus Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70-
80%). Beberapa jenis virus penyebab diare akut antara lain
Rotavirus serotype 1, 2, 8, dan 9 pada manusia, Norwalk virus,
Astrovirus, Adenovirus (tipe 40, 41), Small bowel structured virus,
Cytomegalovirus.
• Bakteri Enterotoxigenic E. coli (ETEC), Enteropathogenic E. coli
(EPEC), Enteroaggregative E. coli (EAggEC), Enteroinvasive E.
coli (EIEC), Enterohemorrhagic E. coli (EHEC), Shigella spp.,
Campylobacter jejuni (Helicobacter jejuni), Vibrio cholerae 01,
dan V. choleare 0139, Salmonella (non-thypoid).
• Protozoa Giardia lamblia, Entamoeba histolytica,
Cryptosporidium, Microsporidium spp., Isospora belli, Cyclospora
cayatanensis.
• Helminths Strongyloides stercoralis, Schistosoma spp., Capilaria
philippinensis, Trichuris trichuria (Amin, lukman zulkifli.2015)
Patofisiologi