Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

HAKIKAT DAN KEDUDUKAN SEMANTIK

Disusun Oleh:
TITIN ASMAYATI (220201038)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA SENI DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS HAMZANWADI
2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat,
karunia, dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan judul "Semantik Bahasa Indonesia: Hakikat dan Kedudukan
Semantik". Makalah ini disusun sebagai tugas akhir dalam rangka memenuhi
salah satu mata kuliah yang diampu oleh Bapak/Ibu Dosen dalam semester ini.
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bimbingan, arahan, serta
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang tak terhingga kepada Bapak/Ibu Dosen yang telah memberikan
pengajaran dan bimbingan sehingga penulis dapat memahami serta menyelesaikan
tugas ini dengan baik.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
seperjuangan yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, dan motivasi
dalam menyelesaikan setiap tahap pengerjaan makalah ini.
Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan manfaat dan
kontribusi dalam pemahaman tentang semantik bahasa Indonesia, serta menjadi
salah satu referensi yang bermanfaat bagi pembaca yang ingin lebih memahami
hakikat dan kedudukan semantik dalam konteks linguistik.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan guna perbaikan di masa mendatang. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Pancor, 01 April 2024

Titin Asmayati

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
I.1 Latar Belakang.............................................................................................1
I.2 Rumusan Masalah........................................................................................1
I.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
II.1 Definisi Semantik.........................................................................................2
II.2 Kontekstualitas Makna.................................................................................2
II.3 Kedudukan Semantik dalam Struktur Bahasa..............................................4
II.4 Kedudukan Semantik dalam Ilmu Lain........................................................5
BAB III PENUTUP.................................................................................................7
III.1 Kesimpulan..................................................................................................7
III.2 Saran.............................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Bahasa merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Melalui bahasa, manusia dapat berkomunikasi, menyampaikan
informasi, dan menyampaikan makna. Dalam studi linguistik, salah satu bidang
yang mempelajari aspek-aspek ini adalah semantik. Semantik memainkan peran
penting dalam memahami bagaimana makna terbentuk dan dipahami dalam
bahasa.Dalam konteks semantik, terdapat dua aspek penting yang menjadi fokus
perhatian, yaitu hakikat semantik dan kedudukan semantik. Hakikat semantik
mengacu pada sifat dasar dari makna dalam bahasa, sementara kedudukan
semantik berkaitan dengan peran dan hubungan makna dalam struktur bahasa.
Memahami kedua aspek ini akan memberikan wawasan yang lebih dalam tentang
cara bahasa digunakan dan dipahami oleh penutur.

I.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan hakikat semantik dalam linguistik?
2. Apa yang dimaksud dengan kedudukan semantik dalam linguistik?
3. Bagaimana hakikat semantik dan kedudukan semantik berperandalam
pembentukan dan pemahaman makna dalam bahasa?

I.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Untuk menjelaskan konsep dan hakikat dari semantik dalam
linguistik.
2. Untuk menggambarkan peran hakikat semantik dalam
pembentukan dan pemahaman makna dalam bahasa.
3. Untuk menganalisis kedudukan semantik dalam hubungan
makna antara unit-unit linguistik dalam Bahasa.
.

1
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Definisi Semantik


Semantik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari makna dalam
bahasa. Lebih tepatnya, semantik membahas bagaimana makna terbentuk,
disusun, dan dipahami dalam konteks linguistik. Ini mencakup analisis makna
kata-kata, frasa, kalimat, dan teks, serta bagaimana makna tersebut
diinterpretasikan oleh penutur.
Dalam studi semantik, terdapat berbagai aspek yang dianalisis. Salah satu
aspek utama adalah bagaimana makna kata-kata individual ditentukan dan
dipahami. Ini melibatkan pembedaan antara makna denotatif (makna literal) dan
makna konotatif (makna yang berkaitan dengan asosiasi atau konvensi tertentu).
Selain itu, semantik juga mempelajari bagaimana makna dapat berubah atau
bervariasi dalam konteks yang berbeda.
Selain itu, semantik juga memperhatikan bagaimana makna terbentuk
dalam struktur kalimat. Prinsip komposisionalitas adalah konsep penting dalam
hal ini, yang menyatakan bahwa makna sebuah kalimat dapat diperoleh melalui
makna-makna bagian-bagiannya dan hubungan komposisional antara mereka. Ini
berarti bahwa makna sebuah kalimat dapat diuraikan menjadi makna kata-kata
individunya, dan pemahaman makna keseluruhan kalimat bergantung pada cara
kata-kata tersebut disusun dalam kalimat tersebut.

II.2 Kontekstualitas Makna


Kontekstualitas makna adalah konsep sentral dalam studi semantik yang
menekankan bahwa makna sebuah ungkapan bahasa sangat dipengaruhi oleh
konteks yang melingkupinya. Konteks dapat berupa situasi, penutur, pendengar,
atau informasi tambahan lainnya yang relevan dengan pemahaman makna. Dalam
konteks semantik, penting untuk mempertimbangkan konteks untuk memahami
makna dengan lebih baik.

2
Pertama-tama, situasi atau konteks fisik dapat memengaruhi makna sebuah
ungkapan. Misalnya, makna dari kalimat "Saya lapar" akan berbeda jika
diucapkan saat makan siang dibandingkan dengan saat makan malam. Konteks
waktu, tempat, dan situasi sosial dapat memberikan petunjuk tambahan tentang
makna sebuah kalimat.
Selain itu, penutur dan pendengar juga membawa konteks personal mereka
sendiri ke dalam proses komunikasi. Pengalaman, pengetahuan, dan latar
belakang budaya seseorang dapat memengaruhi cara mereka memahami dan
menggunakan bahasa. Sebagai contoh, dua orang dengan latar belakang budaya
yang berbeda mungkin memiliki interpretasi yang berbeda terhadap sebuah
ungkapan yang sama.
Informasi tambahan yang relevan juga dapat memengaruhi makna sebuah
ungkapan. Misalnya, dalam sebuah percakapan, informasi yang diberikan
sebelumnya atau informasi yang dikenal bersama antara penutur dan pendengar
dapat membantu menafsirkan makna yang dimaksud dengan lebih tepat. Dengan
mempertimbangkan konteks secara menyeluruh, pemahaman makna sebuah
ungkapan menjadi lebih lengkap dan akurat.
Kontekstualitas makna juga memperhitungkan makna yang tersirat atau
implisit dalam sebuah ungkapan. Makna tersirat sering kali tidak tersurat secara
langsung dalam teks, tetapi dapat diungkapkan melalui konteks yang sesuai.
Misalnya, sebuah ungkapan "Apakah kamu mau keluar bersama?" mungkin
memiliki makna tersirat yang berbeda tergantung pada konteksnya, seperti apakah
kedua orang tersebut telah berkencan sebelumnya atau tidak.
Dengan memahami pentingnya kontekstualitas makna, kita dapat lebih
peka terhadap berbagai faktor yang memengaruhi pemahaman dan penggunaan
bahasa dalam berbagai situasi komunikasi. Memperhatikan konteks membantu
kita menghindari kesalahpahaman dan menghasilkan komunikasi yang lebih
efektif dan akurat.

3
II.3 Kedudukan Semantik dalam Struktur Bahasa
Kedudukan semantik adalah konsep yang penting dalam studi bahasa
karena membahas hubungan antara makna dalam struktur bahasa. Terdapat
beberapa konsep yang relevan dalam kedudukan semantik, antara lain sinonimi,
antonimi, hiponimi, hipernimi, dan polisemi. Konsep-konsep ini membantu kita
memahami bagaimana makna disusun dan berinteraksi dalam bahasa.
 Sinonimi adalah kata-kata yang memiliki makna yang sama atau
mirip dalam konteks tertentu. Misalnya, kata-kata "besar" dan
"luas" memiliki makna yang serupa karena keduanya menunjukkan
ukuran yang besar. Sinonimi tidak selalu sepenuhnya identik dalam
penggunaannya; seringkali, ada perbedaan nuansa atau kegunaan
yang membedakan kata-kata tersebut.
 Antonimi adalah kata-kata yang memiliki makna berlawanan.
Contohnya adalah "panas" dan "dingin". Antonimi sering kali
membentuk pasangan yang saling melengkapi dan membantu
dalam menyampaikan makna yang lebih kaya dalam Bahasa.
 Hiponimi adalah kata-kata yang merujuk pada konsep yang lebih
spesifik atau khusus, sedangkan hipernimi adalah kata-kata yang
merujuk pada konsep yang lebih umum. Sebagai contoh, "mawar"
adalah hiponim dari "bunga", yang merupakan hipernim.
Hubungan ini membantu dalam mengklasifikasikan makna dan
mengatur struktur Bahasa.
 Polisemi merujuk pada konsep bahwa sebuah kata dapat memiliki
beberapa makna yang berbeda, tetapi terkait secara semantik.
Misalnya, kata "kunci" dapat merujuk pada alat untuk membuka
pintu atau kata sandi untuk mengakses informasi. Polisemi
menunjukkan fleksibilitas dan kompleksitas dalam penggunaan
kata-kata dalam bahasa.
Dengan memahami konsep-konsep seperti sinonimi, antonimi, hiponimi,
hipernimi, dan polisemi, kita dapat memiliki pemahaman yang lebih dalam
tentang bagaimana makna disusun dan digunakan dalam bahasa. Ini membantu

4
kita memahami bagaimana kata-kata dan kalimat membentuk makna yang
kompleks dan bervariasi dalam komunikasi manusia sehari-hari.

II.4 Kedudukan Semantik dalam Ilmu Lain


Semantik memiliki peran yang sangat penting dalam berbagai bidang ilmu,
tidak hanya dalam linguistik tetapi juga dalam ilmu lainnya. Berikut adalah
beberapa bidang ilmu di mana kedudukan semantik memiliki relevansi dan peran
yang signifikan:
1. Pengolahan Bahasa Alami (Natural Language Processing): Dalam
pengolahan bahasa alami, semantik digunakan untuk mengembangkan
sistem komputer yang dapat memahami, menerjemahkan, dan
menghasilkan bahasa manusia secara otomatis. Prinsip semantik
membantu dalam membangun model komputasional yang memungkinkan
komputer untuk memahami makna teks yang kompleks.
2. Inteligensi Buatan (Artificial Intelligence): Dalam bidang kecerdasan
buatan, semantik digunakan untuk mengembangkan sistem yang dapat
belajar dan berinteraksi dengan lingkungan mereka. Dengan memahami
makna dan konteks, sistem kecerdasan buatan dapat membuat keputusan
yang lebih cerdas dan relevan dalam berbagai tugas.
3. Penerjemahan Mesin: Dalam penerjemahan mesin, semantik memainkan
peran kunci dalam memastikan terjemahan yang akurat dan tepat antara
bahasa-bahasa yang berbeda. Pemahaman makna dari teks asal dan teks
sasaran membantu dalam menghasilkan terjemahan yang setia pada makna
aslinya.
4. Analisis Sentimen: Dalam analisis sentimen, semantik digunakan untuk
memahami dan mengekstraksi makna dari teks yang berhubungan dengan
sentimen atau perasaan. Ini dapat digunakan dalam memantau opini
publik, penelitian pasar, dan layanan pelanggan.
5. Leksikografi: Dalam leksikografi, semantik membantu dalam penyusunan
kamus dan ensiklopedia dengan memperjelas makna kata-kata dan konsep-

5
konsep. Prinsip-prinsip semantik digunakan dalam mengorganisir dan
mengklasifikasikan entri-entri kamus.
Kedudukan semantik dalam ilmu lain menunjukkan bahwa pemahaman
makna dan struktur bahasa tidak hanya relevan dalam bidang linguistik, tetapi
juga memainkan peran penting dalam berbagai bidang lainnya yang melibatkan
pemrosesan dan analisis informasi linguistik.

6
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Dalam makalah ini, telah dibahas dua aspek penting dalam studi semantik
dalam linguistik, yaitu hakikat semantik dan kedudukan semantik. Hakikat
semantik mencakup sifat dasar dari makna dalam bahasa, termasuk prinsip
komposisionalitas, referensialitas, dan kontekstualitas makna. Sedangkan
kedudukan semantik menyoroti peran dan hubungan makna dalam struktur
bahasa, dengan konsep-konsep seperti sinonimi, antonimi, hiponimi, hipernimi,
dan polisemi.
Dari pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa semantik memainkan
peran penting dalam pemahaman bahasa. Melalui semantik, kita dapat memahami
bagaimana makna terbentuk dan dipahami dalam bahasa, serta bagaimana makna
tersebut diorganisasikan dalam struktur bahasa. Pemahaman hakikat semantik
membantu kita dalam menganalisis makna secara lebih mendalam, sementara
pemahaman kedudukan semantik membantu kita dalam memahami hubungan
antara makna-makna dalam Bahasa.

III.2 Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah menjelajahi konsep-konsep
semantik lebih mendalam, terutama dalam analisis teks-teks bahasa yang lebih
kompleks. Selain itu, penting juga untuk menyelidiki pengaruh konteks budaya
dan sosial terhadap pemahaman dan penggunaan makna dalam bahasa.
Diperlukan pengembangan metodologi analisis semantik yang inovatif dan
efektif, termasuk penggunaan teknologi dan alat analisis komputasional untuk
memfasilitasi penelitian dalam bidang semantik. Dengan demikian, dapat terus
ditingkatkan pemahaman tentang hakikat semantik dan kedudukan semantik
dalam linguistik serta penerapannya dalam berbagai konteks komunikasi manusia.

7
DAFTAR PUSTAKA

[1] Chaer, Abdul. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.

[2] Soejono, Soepomo. (2010). Semantik: Pengantar Studi Tentang Makna.


Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

[3] Sudaryanto. (2015). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar
Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Sanata
Dharma University Press.

[4] Alwi, Hasan dkk. (2017). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.

[5] Sneddon, J.N. (2006). Indonesian: A Comprehensive Grammar. New York:


Routledge.

Anda mungkin juga menyukai