Disusun Oleh:
1. ACHMAD YULIANTO
2. AL AADIYAAT RAHMAN MANILET
3. DESTIANTO TANGGULING
4. DORISMA NAINGGOLAN
5. ROCKY RONALDO TITIT
DOSEN PENGAMPU:
SYAMS’U RIJAL
UNIVERSITAS PAPUA
TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
TEKNIK PERTAMBANGAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Jati Diri bahasa” yang alhamdulillah selesai tepat pada waktunya.
Saya menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
I
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
1.1 Latar Belakang
.......................................................................1
1.2 Tujuan ...................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................2
2.1 Pengertian Bahasa Sebagai jati
diri........................................2
2.2 Pengertian Jati Diri Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia....3
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................3
II
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah mengetahui pengertian Jati Diri Bahasa
itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk berinteraksi atau
alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan,
konsep, atau persaan.
Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen
yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa lambang-
lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau
konsep. Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau
makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk berinteraksi atau alat
untuk berkomunikasi. Secara sistem, , bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang
berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa lambang-lambang bunyi,
setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep. Karena
setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna.
BAHASA SEBAGAI JATI DIRI Jati diri adalah sebuah identitas yang menjadi sebuah ciri
atau tanda dari seseorang yang biasa melakukan suatu aktivitas dengan cirri atau tanda
tertentu.
Dalam kamus besar bahasa indonesia jati diri mempunyai pengertian segala
sesuatu yang dapat menunjukan identitas, ciri-ciri atau apapun yang dapat menggambarkan
keadaan seseorang atau suatu benda.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa indonesia merupakan bahasa yang perlu dipelajari dan dimengerti oleh semua
lapisan masyarakat Indonesia. Karena bahasa indonesia merupakan bahasa resmi dan juga
bahasa kesatuan republik Indonesia. Maka dari itu, kami akan memberikan sebuah
pemahaman tentang jati diri atau gambaran bahasa.
B. Rumusan Masalah
1 .Arti bahasa
2. Fungsi bahasa
3. Ragam bahasa
C. Tujuan
1. Agar kita memahami arti bahasa.
2. Agar kita mengetahui fungsi bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
Apa itu bahasa, Bahasa adalah alat atau sarana komunikasi bagi setiap manusia, mau itu
bahasa lisan ataupun bahasa tubuh. Sosok bahasa sering disebut penanda(previor) eksistensi
budaya dari masyarakat yang bersangkutan. Masyarakat yang maju budayanya pasti juga
berkembang baik eksistensi bahasanya. Bahasa yang baik juga dapat menunjukan keberadaan
masyarakatnya. Maka, bahasa juga sering disebut cermin masyarakat. Jadi, bahasa juga
merupakan cermin(mirror) bagi keberadaan masyarakat.
Pada umumnya, bahasa dalam masyarakat banyak dipahami sebagai sistem lambang.
Sebagai sistem lambang bahasa memiliki ciri-ciri kebermaknaan atau keberartian. Bilamana
tidak bermakna atau berarti maka bahasa itu tidak perlu lagi digunakan di masyarakat. Kalau
sosok bahasa tidak dirawat atau di tinggalkan masyarakat maka, dipastikan bahasa itu pada
gilirannya akan berdinamika mundur alias involutif. Bahasa yang tidak dihidupi warga
masyarakat akhirnya akan berubah menjadi bahasa mati(pathoic).
Dimensi berikutnya dari sebuah bahasa sebagai sistem lambang adalah bahwa masyarakat
pengguna bahasa harus memahami sistem itu dengan sebaik-baiknya. Bahasa yang tidak di
pahami oleh masyarakat akan menjadi bahasa yang statis, karena tidak pernah dirawat. Maka,
sangatlah penting kehadiran kamus bahasa itu.
Dimensi lainnya adalah bahwa bahasa itu memiliki ciri produktif. Hal demikian terjadi
karena ada pengimbuhan atau atfikasi. Dimensi yang lainnya harus dipahami pula dalam
rangka merunut arti bahasa seperti disebutkan diatas bahwa entitas bahasa itu berifat unik,
khas, dan tidak dimiliki bahasa yang lainnya. Kalau dimiliki oleh bahasa yang lainnya,
hampir pasti wujudnya berubah. jadi didalamnya telah terjadi inovasi dan kreasi.
Maka, dapatkan dipastikan pula bahwa bahasa-bahasa demikian itu pasti merupakan
bahasa berkerabat(cognates). Kaidah-kaidah kebahasaan dalam sebuah bahasa kadangkala
juga dapat ditemukan di dalam bahasa-bahasa yang lainnya yang ada di dunia ini. Beberapa
ahli bahasa, seperti Anderson(1972) dan Brown(1960). Anderson menyebutkan delapan
prinsip dasar yang merupakan hakikat bahasa, yakni:
1. Merupakan alat komunikasi.
2. Bersifat kesemestaan.
3. Bersifat kemanusiaan.
4. Berkaitan dengan masyarakat dan budaya.
5. Memiliki makna konvesional.
6. Bersifat vokal.
7. Merupakan simbol arbitrer.
8. Merupakan sistem.
Sementara, brown menyebutka delapan prinsip dasar yang membentuk hakikat bahasa,
yaitu:
1. Merupakan kebiasaan.
2. Bersifat berubah-ubah.
3. Berhubungan dengan budaya.
4. Merupakan alat komunikasi.
5. Bersifat unik dan khas.
6. Merupakan lambang arbitrer.
7. Bersifat vokal.
8. Merupakan sistem.
Jadi, jelas terlihat sekali bahwa kedua pendapat itu sesungguhnya hampir sama. Hanya
ada sedikit yang mebedakan, tapi secara umum dapat dikatakan pendapat mereka dikatakan
sama.[1]
B. Fungsi Bahasa
Bahasa memilki fungsi beragam. Fungsi utama bahasa adalah sebagai komunikasi dan
interaksi. Bagi manusia bahasa menjadi peranti utama dalam berkomunikasi dan berinteraksi
dengan sesamanya. Berbicara fungsi bahasa, nama Halliday, Linguis sangat ternama lewat
karyanya yang berjudul’ explorations in he functions of languange’ Halliday menunjukan
tujuh fungsi bahasa, yaitu:
1. Fungsi instrumental.
Adapun yang dimaksud dengan fungsi instrumental bahasa adalah bahwa bahasa itu dapat
digunakan untuk melayani lingkungannya. Jadi, dengan bahasa dapat di hasilkan tindakan-
tindakan komunikatif yang juga akan menghasilkan kondisi komikasi tertentu pula.
2. Fungsi regulatif.
Bahwa entitas bahasa itu dapat digunakan untuk mengawasi serta mengendalikan
peristiwa-peristiwa tertentu dalam masyarakat. Jadi, titik fokus regulatif adalah bahwa bahasa
digunakan untuk mengatur serta mengendalikan orang-orang sebagai warga masyarakat.
3. Fungsi representasional.
Fungsi bahasa untuk membuat pernyataan-pernyataan, menyampaikan fakta-fakta dan
pengetahuan, menjelaskan peristiwa, melaporkan sesuatu, dan seterusnya. Jadi, fungsi
representasional ini bersifat menggambarjan atau mempersentasikan sesuatu.
4. Fungsi interaksional.
Bahwa bahasa itu dapat digunakan untuk menjamin terjadinya interaksi, memantapkan
komunikasi, dan mengukuhkan komunikasi dan interaksi antar warga masyarakat itu sendiri.
5. Fungsi personal
Bahwa bahasa itu dapat digunakan untuk mengekspresikan maksud-maksud pribadi atau
personal, menyatakan emosi, untuk mengungkapkan perasaan dan maksud-maksud personal
lainnya.
6. Fungsi Heuristik.
Bahasa berkaitan erat dengan kegunaan bahasa ntuk mempelajari pengetahuan, mencari ilmu,
mengembangkan teknologi, dan menyampaikan rumusan-rumusan yang bersifat pertanyaan.
Untuk mewujudkan fungsi heuristik adalah dengan cara banyak bertanya. Bertanya adalah
dasar dari hadirnya penelitian di kemudian hari.
7. Fungsi imajinatif.
Adalah fungsi bahasa yang berkenaan dengan penciptaan imajinasi. Fungsi bahasa ini
dapat dilihat dari sering di fungsikannya bahasa untuk mendongeng, bercerita, menciptakan
khayalan, mimpi, dan seterusnya.
Bagi masyarakat dan bangsa indonesia, harus di catat bahwa bahasa indonesia memilki
kedudukan sebagai bahasa nasional. Bahasa sebagai bahasa nasional pada awalnya tertuang
dalam sumpah pemuda yang di ikrarkan dalam kongres pemuda 28 oktober 1928. Ikrar yang
berbunyi,’menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa indonesia’, sesungguhnya memberikan
roh bagi perawatan, pemeliharaan, dan pengembangan bahasa indonesia dalam konstelasi
bahasa lainnya. Pada seminar politik pada tahun 1975 dinyatakan tegas bahwa bahasa
nasional berfungsi sebagai: (1) lambang kebanggaan nasional (2) lambang identitas nasional
(3) alat pemersatu berbagai –bagai masyarakat yang berbeda latar belakang sosial budaya dan
bahasanya (4) alat penghubung antar budaya dan antar daerah. Dalam pasal 36 UUD 1945
dinyatakan dengan tegas bahwa bahasa indonesia adalah bahasa resmi negara.[2]
C. Ragam Bahasa.
Bahasa indonesia memiliki berbagai ragam bahasa yang tidak sedikit jumlahnya. Bahkan,
karena berbagai pertimbangan kepentingan dan perhitungan konteksnya, hadirlah ragam-
ragam bahasa yang wujudnya bermacam-macam. Kita ambil saja contohnya seperti dunia
periklanan, yang dengan inovasi dan kreativitasnya seakan selalu menghasilkan bentuk-
bentuk bahasa yang baru.
Persoalan serius sekarang ini muncul karena terhadap ragam bahasa yang tidak sedikit
jumlahnya tersebut orang cendrung mencampur-adukkannya. Dalam segala kesempatan,
orang justru jatuh pada satu kutub saja dan tidak cermat menantikan bentu-bentuk
kebahasaan yang sesuai dengan ragam atau larasnya. Kata kunci untuk menyikapi ragam-
ragam bahasa indonesia yang luar biasa jumlahnya itu adalah dengan mebuat
pembedaanpembedaan fungsi atau kegunaan. Ragam bahasa tertentu haru digunakan dalam
konteks pemakaian yang tertentu sifatnya.
1. Ragam Bahasa Berdasarkan Waktunya.
Terdapat tiga macam ragam bahasa indonesia jika konteks waktu dijadikan bahan utama
pertimbangan pembedaannya. Dalam setting waktu pula sebuah bahasa akan dapat diperinci
menjadi (a) bahasa ragam lama atau kuno, (b) bahasa ragam baru atau modern, (c) bahasa
ragam kontemporer, yakni ragam bahasa yang mencuat akhir-akhir ini. Dengan bahasa laras
lama atau bahasa ragam kuno dapat dilacak keberadaan yang tertuang dalam peranti yang
masih sederhana itu. Ragam bahasa baru, dengan ragam bahasa baru dimungkinkan terjadi
pula inovasi-inovasi kebahasaan yang baru. Dengan ragam bahasa baru itu perkembangan
masa depan akan dapat diprediksikan. Kita akan mengerti akankah ragam bahasa indonesia
kedepanna akan bermatabat tinggi. Ragam bahasa kontemporer, adapun yang dimaksud
adalah entitas bahasa dalam wujud perkembangannya yang sekarang ini, yang sudah tidak
menjadi rahasia lagi, telah melahirkan bentuk kebahasaan yang baru yang cenderung
mengabaikan kaidah-kaidah kebahasaan yang sudah ada itu.
a. Ragam lisan.
b. Ragam tulis.
Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Kita dapat
menemukan ragam lisan yang standar, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi
sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah; dan ragam lisan yang nonstandar, misalnya
dalam percakapan antar teman, di pasar, atau dalam kesempatan nonformal lainnya.
Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam tulis pun dapat
berupa ragam tulis yang standar maupun non standar. Ragam tulis yang standar kita temukan
dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat
menemukan ragam tulis nonstandar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.[3]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Baca Juga
Usaha Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UKM untuk Pertumbuhan dan Pemerataan Ekonomi
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di Sumatera Barat
Program Pemerintah Gemar Makan Ikan (GEMARIKAN)
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
III.A Kesimpulan
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang memiliki sifat demokratis. Ini
sesuai dengan karakteristik manusia/masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai
demokrasi, artinya, Bahasa Indonesia tidak mengenal tingkat-tingkat tutur. Oleh
karena itu, Bahasa Indonesia akan semakin digemari dan banyak penuturnya. Siapa
saja yang sudah mengenal dan mempelajari Bahasa Indonesia dia akan semakin
menyukainya.
III.C Saran
Semoga Bahasa Indonesia semakin digemari dan akan menjadi bahasa yang
besar penuturnya menuju peradaban dan kebudayaan Indonesia modern.