(...............................................) (................................................)
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
(...........................................................)
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA IBU ABNORMAL UTERINE BLEEDING (AUB)
DI POLI KLINIK PRATAMA SAQI
(...............................................) (................................................)
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
(...........................................................)
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA IBU ABNORMAL UTERINE BLEEDING (AUB)
DI POLI KLINIK PRATAMA SAQI
2. ETIOLOGI
a. Komplikasi kehamilan
1) Perdarahan implantasi
2) Abortus
3) Kehamilan ektopik
4) Kehamilan mola, penyakit trofoblastik
5) Komplikasi plasenta
6) Vasa previa
7) Hasil konsepsi yang tertahan
8) Subinvolusi uterus setelah kehamilan
b. Infeksi dan Inflamasi
1) Vulvitis
2) Vaginitis
3) Servitis
4) Endometritis
5) Salpingo-oophoritis
c. Hiperplasia dan Neoplasia
1) Vagina: karsinoma, penyakit trofoblastik metastatic, sarcoma botryoides.
2) Serviks: polip, papiloma, karsinoma.
3) Endometrium: hyperplasia, polip, karsinoma, sarcoma, penyakit trofoblastik.
4) Miometrium: leiomoima, leiomiosarkoma, miosis stroma endolimfatik
(hemangioperisitoma).
5) Ovarium : tumor-tumor sel teka granulose yang menghasilkan estrogen; tumor-
tumor lain atau kista dapat merangsang hormone stromaovarium.
a) Tuba falopii: karsinoma.
d. Trauma
1) Perdarahan post operatif
2) Laserasi Obstetrik
3) Benda asing dalam vagina
4) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
e. Endometriosis
f. Adenomiosis
g. Aneurisma sirsiod- fistula arteriovenosa
h. Kelainan hematologik atau sistemik
1) Trombositopenia
2) Penyakit Von Willebrand
3) Terapi antikoagulan
4) Koagulasi intravascular diseminata
5) Hipertensi
6) Hipotiroidi (lebih banyak terjadi pada hipotiroidi daripada hipertiroidi)
7) Leukemia
8) Penyakit hepar (wiknjoksastro, 2012).
3. PATOFISIOLOGI
Perdarahan ovulatoar Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan
disfungsional dengan siklus pendek (polimenorea) atau panjang (oligomenorea).
Untuk menegakkan diagnosis perdarahan ovulatoar, perlu dilakukan kerokan pada
masa mendekati haid. Jika karena perdarahan yang lama dan tidak teratur siklus haid
tidak dikenali lagi, maka kadang-kadang bentuk kurve suhu badan basal dapat
menolong. Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe
sekresi tanpa adanya sebab organik, maka harus dipikirkan sebagai etiologinya :
Korpus luteum persistens; dalam hal ini dijumpai perdarahan kadangkadang
bersamaan dengan ovarium membesar. Sindrom ini harus dibedakan dari
kehamilan ektopik karena riwayat penyakit dan hasil pemeriksaan panggul
sering menunjukkan banyak persamaan antara keduanya. Korpus luteum
persisten dapat pula menyebabkan pelepasan endometrium tidak teratur
(irregular shedding). Diagnosa irregular shedding dibuat dengan kerokan
yang tepat pada waktunya, yakni menurut Mc Lennon pada hari ke-4
mulainya perdarahan. Pada waktu ini dijumpai endometrium dalam tipe
sekresi disamping tipe nonsekresi.
Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting,
menoragia atau polimenorea. Dasarnya ialah kurangnya produksi progesteron
disebabkan oleh gangguan LH releasing factor. Diagnosis dibuat, apabila
hasil biopsi endometrial dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran
endometrium yang seharusnya didapat pada hari siklus yang bersangkutan.
Apopleksia uteri; pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya
pembuluh darah dalam uterus.
Kelainan darah, seperti anemia, purpura trombositopenik dan gangguan
dalam mekanisme pembekuan darah.
Perdarahan anovulatoar Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya
endometrium. Dengan menurunnya kadar estrogen dibawah tingkat tertentu,
timbul perdarahan yang kadang-kadang bersifat siklis, kadang-kadang tidak
teratur sama sekali. Fluktuasi kadar estrogen ada sangkut-pautnya dengan
jumlah folikel yang pada suatu waktu fungsional aktif. Folikel-folikel ini
mengeluarkan estrogen sebelum mengalami atresia, dan kemudian diganti oleh
folikel-folikel baru. Endometrium dibawah pengaruh estrogen tumbuh terus, dan
dari endometrium yang mula-mula proliferatif dapat terjadi endometrium
bersifat hiperplasia kistik. Jika gambaran itu dijumpai pada sediaan yang
diperoleh dengan kerokan, dapat diambil kesimpulan bahwa perdarahan bersifat
anovulatoar. Walaupun perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap waktu
dalam kehidupan menstrual seorang wanita, tapi paling sering pada masa
pubertas dan masa premenopause. Bila pada masa pubertas kemungkinan
keganasan kecil sekali dan ada harapan bahwa lambat laun keadaan menjadi
normal dan siklus haid menjadi ovulatoar, pada seorang wanita dewasa terutama
dalam masa premenopasue dengan perdarahan tidak teratur mutlak diperlukan
kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor ganas. Perdarahan disfungsional
dapat dijumpai pada penderita-penderita dengan penyakit metabolik, penyakit
endokrin, penyakit darah, penyakit umum yang menahun, tumor-tumor ovarium
dan sebagainya. Disamping itu stress dan pemberian obat penenang juga dapat
menyebabkan perdarahan anovulatoar yang bisanya bersifat sementara.
4. PATWAY
stimulasi estrogen dominan, tidak mendapat perimbangan
dan berlangsung terus menerus
proliferasi
Perdarahan abnormal
5. KOMPLIKASI
a. Infertilitas akibat tidak adanya ovulasi
b. Anemia berat akibat perdarahan yang berlebihan dan lama
c. Pertumbuhan endometrium yang berlebihan akibat ketikseimbangan hormonal
merupakan faktor penyebab kanker endometrium
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut KSERI (2013) yaitu:
a. Pemeriksaan umum
1) Suhu meningkat menandakan infeksi pelvis
2) Takikardi dan hipotensi nenandakan hipovolemia (perdarahan ekstra peritoneal
atau intra peritoneal), sepsis.
3) Petekiae atau ekimosis menandakan kelainan koagulasi.
b. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi dan palpasi misalnya menunjukkan kehamilan atau iritasi peritoneum.
Uterus yang membesar menandakan adanya kehamilan ektopik maupun missed
abortion, uterus yang lebih besar (dari ukuran kehamilan bila dilihat dari HPHT)
kemungkinan menandakan kehamilan mola, kehamilan ganda ataupun kehamilan
dalam suatu uterus fibroid.
c. Pemeriksaan pelvis
1) Spekulum digunakan untuk memeriksa kuantitas darah dan sumber perdarahan,
laserasi vagina, lesi servik, perdarahan ostium uteri, benda asing.
2) Bimanual digunakan untuk pemeriksaan patologis.
d. Data Diagnostik Tambahan
1) Biopsi endometrium atau kuretase yang dapat memberikan suatu diagnosis
histologi spesifik.
2) Biopsi vulva, vagina atau serviks, lesi harus dibiopsi kecuali jika lesi khas untuk
penyakit trofoblastik metastatik dan dapat berdarah hebat bila dibiopsi.
3) Cairan serviks dikirim unutk perwarnaan gram terutama jika dicurigai
adanya infeksi.
4) Tes kehanmilan terhadap hCG. Tes positif kuat mengesankan adanya jaringan
trofoblastik baik intra maupun ekstrauterin
7. PENATALAKSANAAN
Pengobatan harus diarahkan kepada diagnosis yang spesifik. Keperluan untuk segera
dirawat di rumah sakit tergantung pada kuantitas kehilangan darah dan adanya anemia
atau hipivolemia. Apabila perdarahan pervaginam hebat, penanganan daruratnya
meliputi cairan intravena, transfuse darah, dan diagnosis etiologik segera.
Tindakan spesifik yang dapat diindikasikan meliputi :
1) Kuretase endometrium terhadap produk-produk konsepsi yang tertahan.
2) untuk infeksi pelvis.
3) Penamponan vagina atau serviks unutk lesi-lesi serviks maligna.
4) Laparotomi untuk kehamilan ektopik.
5) Penjahitan laserasi vagina.
6) Radiasi untuk lesi-lesi keganasan.
7) Pengeluaran AKDR.
8) Histerektomi untuk leiomiomata.
Penatalaksanaan pembedahan pada perdarahan uterus abnormal
1) Histeroskopi operatif
2) Mimektomi (abdominal, laparoskopik,histeroskopik)
3) Reseksi endometrial transervikal
4) Ablasi endometrium (thermal balloon/roller ball)
5) Embolisasi arteri uterine
6) Histerektomi
ASUHAN KEPERAWATAN ABNORMAL UTERUS BLEEDING
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, M., Baziad, A., & Prabowo, R.P. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Benson C, Ralph. 2011 Buku Saku Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta : EGC.
Kelompok Studi Endokrinologi Reproduksi Indonesia (KSERI). 2013 Endokrinologi
Reproduksi. Jakarta : Media Aesculapius.
Manuaba, I.B.G, dkk. 2010. “Ilmu Kebidanan, penyakit kandungan dan KB”. Jakarta: EGC.
Manuaba. 2012. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : ARCAN
Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson.2010. Patofisiologi edisi 4 Jakarta : EGC
Wiknjosastro, Hanifa. 2009 Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo;