Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR KLAVIKULA DI RUANG IBS RSUD SLEMAN

Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Selama

Program Profesi Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah

STIKES Wira Husada Yogyakarta

Disusun Oleh :

ALFONSA KAKA

PN.200880

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA HUSADA


YOGYAKARTA

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR KLAVIKULA DI RUANG IBS RSUD SLEMAN

Laporan pendahuluan ini telah dibaca, diperiksa pada

Hari/tanggal :

Pembimbing Klinik Mahasiswa Praktikan

( ………………………………….) ( ……………………………………)

Mengetahui

Pembimbing Akademik

( )
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTURE CLAVIKULA

A. Pengertian

    Clavikula (tulang selangka) adalah tulang menonjol di kedua sisi di bagian


depan bahu dan atas dada. Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau clavicula
adalah tulang yang membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas pada
batang tubuh. serta memberikan perlindungan kepada penting yang mendasari
pembuluh darah dan saraf.     Tulang clavicula merupakan tumpuan beban dari
tangan, sehingga jika terdapat beban berlebih akan menyebabkan beban tulang
clavicula berlebih, hal ini bias menyebabkan terputusnta kontinuitas tulang
tersebut (Dokterbujang, 2012).
    Back dan Marassarin (2015) berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya
kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang
berlebihan.
    Smeltzer S.C & Bare B.G (2018) fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang
dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.     Reeves C.J,Roux G & Lockhart
(2015), fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh.
    Fraktur clavikula merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh atau
hantaman langsung ke bahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada sepertiga
tengah atau proksimal clavikula (Putra, 2013).
    Fraktur clavicula merupakan 5% dari semua fraktur sehingga tidak jarang
terjadi. Fraktur clavicula juga merupakan cedera umum di bidang olahraga seperti
seni bela diri, menunggang kuda dan balap motor melalui mekanisme langsung
maupun tidak langsung. Tidak menutup kemungkinan fraktur clavicula yang
terjadi disertai dengan trauma yang lain, karena letaknya yang berdekatan dengan
leher, setiap kejadian fraktur clavicula harus dilakukan pemeriksaan cervical.
Fraktur clavicula biasa bersifat terbuka atau tertutup, tergantung dari mekanisme
terjadinya (Dokter bujang, 2012).
B. Klasifikasi

Klasifikasi patah tulang secara umum adalah :

1. Fraktur lengkap adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas
sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya
menyeberang dari satu sisi ke sisi lain.
2. Fraktur tidak lengkap adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang
dengan garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks
(masih ada korteks yang utuh).

Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan dengan
dunia luar, meliputi:

1. Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh,
tulang tidak menonjol malalui kulit.
2. Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya
hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi
infeksi

Lokasi patah tulang pada klavikula diklasifikasikan menurut Dr. FL Allman tahun
1967 dan dimodifikasi oleh Neer pada tahun 1968, yang membagi patah tulang
klavikula menjadi tiga kelompok:

1. Kelompok 1: patah tulang pada sepertiga tengah tulang klavikula (insidensi


kejadian 75 - 80%).

 Pada daerah ini tulang lemah dan tipis.


 Umumnya terjadi pada pasien yang muda.

2. Kelompok 2: patah tulang klavikula pada sepertiga distal (15 - 25%). Terbagi
menjadi 3 tipe berdasarkan lokasi ligament coracoclavicular (conoid dan
trapezoid).
 Tipe 1. Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya
perpindahan tulang maupun ganguan ligament coracoclevicular.
 Tipe 2 A. Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan ligament
coracoclavicular masih melekat pada fragmen.
 Tipe 2 B. Terjadi ganguan ligament. Salah satunya terkoyak ataupun
kedua - duanya.
 Tipe 3. Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang melibatkan
AC joint.
 Tipe 4. Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkan fragmen
proksimal berpindah keatas.
 Tipe 5. Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen.

3. Kelompok 3: patah tulang klavikula pada sepertiga proksimal (5%) Pada


kejadian ini biasanya berhubungan dengan cidera neurovaskuler.

C. Etiologi

Penyebab utama/ primer dari fraktur adalah trauma, bisa karena kecelakaan
kendaran bermotor, olahraga, malnutrisi. Trauma ini bisa langsung/ tidak
langsung (kontraksi otot, fleksi berlebihan). Fraktur klavikula dapat terjadi
sebagai akibat dari jatuh pada tangan yang tertarik berlebihan, jatuh pada bahu
atau injury secara langsung. Sebagian besar fraktur klavikula sembuh sendiri,
bidai atau perban digunakan untuk immobilisasi yang komplit, walaupun tidak
umum, mungkin menggunakan ORIF.

Faktur Klavikula, menurut sejarah fraktur pada klavikula merupakan cedera


yang sering terjadi akibat jatuh dengan posisi lengan terputar/ tertarik keluar
(outstreched hand) dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai
klavikula, namun baru - baru ini telah diungkapkan bahwa sebenarnya mekanisme
secara umum patah tulang klavikula adalah hantaman langsung ke bahu atau
adanya tekanan yang keras ke bahu akibat jatuh atau terkena pukulan benda keras.
Data ini dikemukankan oleh (Nowak et a,l Nordqvist dan Peterson).
Patah tulang klavikula karena jatuh dengan posisi lengan tertarik keluar
(outstreched hand) hanya 6% terjadi pada kasus, sedangkan yang lainnya karena
trauma bahu. Kasus patah tulang ini ditemukan sekitar 70% adalah hasil dari
trauma dari kecelakaan lalu lintas. Kasus patah tulang klavikula termasuk kasus
yang paling sering dijumpai. Pada anak - anak sekitar 10 – 16% dari semua
kejadian patah tulang, sedangkan pada orang dewasa sekitar 2,6 – 5 %.

D. Manifestasi Klinis

Kemungkinan akan mengalami sakit, nyeri, pembengkakan, memar, atau


benjolan pada daerah bahu atau dada atas. Tulang dapat menyodok melalui kulit,
tidak terlihat normal. Bahu dan lengan bisa terasa lemah, mati rasa, dan
kesemutan. Pergerakan bahu dan lengan juga akan terasa susah. Pasien mungkin
perlu untuk membantu pergerakan lengan dengan tangan yang lain untuk
mengurangi rasa sakit atau ketika ingin menggerakan. (Medianers, 2011)
]Gambaran klinis pada patah tulang klavikula biasanya penderita datang
dengan keluhan jatuh atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit bahu dan
diperparah dengan setiap gerakan lengan. Pada pemeriksaan fisik pasien akan
terasa nyeri tekan pada daerah fraktur dan kadang - kadang terdengar krepitasi
pada setiap gerakan. Dapat juga terlihat kulit yang menonjol akibat desakan dari
fragmen patah tulang. Pembengkakan lokal akan terlihat disertai perubahan warna
lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang mengikuti
fraktur. Untuk memperjelas dan menegakkan diagnosis dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang.

E. Patofisiologi

Patah Tulang selangka (Fraktur klavikula) umumnya disebabkan oleh cedera


atau trauma. Hal ini biasanya terjadi ketika jatuh sementara posisi tangan ketika
terbentur terentang atau mendarat di bahu. Sebuah pukulan langsung ke bahu juga
dapat menyebabkan patah tulang selangka/ fraktur klavikula. Hal ini mungkin
terjadi selama perkelahian, kecelakaan mobil, atau dalam olahraga, seperti sepak
bola dan gulat.
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic,
patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun
tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka
volume darah menurun. COP (Cardiac Out Put) menurun maka terjadi peubahan
perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi
edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh.

Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan
dapat terjadi revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas
fisik terganggau. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak
yang kemungkinan dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan
mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya
disebabkan oleh trauma gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka
atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf
yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat
mengenai tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan
nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka
dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi
terkontaminasi dengan udara luar. Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka
maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk
mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai
sembuh. (Sylvia, 1995 : 1183, dalam keperawatan site, 2013).
F. Pathway

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui: Hb, hematokrit sering
rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila
kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P
meningkat di dalam darah.
2. CT scan

Sebuah mesin CT scan khusus menggunakan komputer untuk


mengambil gambar dari klavikula Pasien. Pasien mungkin akan diberi
pewarna sebelum gambar diambil. Pewarna biasanya diberikan dalam
pembuluh darah Pasien (Intra Vena). Pewarna ini dapat membantu petugas
melihat foto yang lebih baik. Orang yang alergi terhadap yodium atau
kerang (lobster, kepiting, atau udang) mungkin alergi terhadap beberapa
pewarna. Beritahu petugas jika Pasien alergi terhadap kerang, atau
memiliki alergi atau kondisi medis lainnya.

3. Magnetic resonance imaging scan/ MRI, MRI menggunakan gelombang


magnetik untuk mengambil gambar tulang selangka/ klavikula, tulang
dada, dan daerah bahu. Selama MRI, gambar diambil dari tulang, otot,
sendi, atau pembuluh darah. Pasien perlu berbaring diam selama MRI.
4. X-ray
X-ray digunakan untuk memeriksa patah tulang atau masalah lain. X-ray
dari kedua klavikula Pasien terluka dan terluka dapat diambil.

H. Penatalaksaan Medis

Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu dengantindakan


bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah atau konsevatif.
Pada orang dewasa dan anak-anak biasanya pengobatannya konservatif tanpa
reposisi, yaitu dengan pemasangan mitela. Reposisi tidak diperlukan, apalagi pada
anak karena salah-sambung klavikula jarang menyebabkan gangguan pada bahu,
baik fungsi maupun keuatannya. Kalus yang menonjol kadang secara kosmetik
mengganggu meskipun lama-kelamaan akan hilang dengan proses pemugaran.
yang penting pada penggunaan mitela ialah letak tangan lebih tinggi dari pada
tingkat siku, analgetik, dan latihan gerak jari dan tangan pada hari pertama dan
latihan gerak bahu setelah beberapa hari.
Tindakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :

1. Fraktur terbuka.
2. Terdapat cedera neurovaskuler.
3. Fraktur comminuted.
4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya
(malunion)

Melakukan dengan cara terapi :

 Obat-obatan:
Obat-obatan dapat diberikan untuk meringankan rasa sakit. Pasien juga
mungkin perlu obat antibiotik atau suntikan tetanus jika terdapat luka
robek di kulit.
 Sling atau selempang Ada beberapa jenis sling yang dapat digunakan
untuk mencegah klavikula patah dari kerusakan lebih lanjut. Sling di
ikatkan di lengan dan digantungkan ke leher untuk kenyamanan dan
keamanan.
 Terapi pendukung Paket es dapat ditempatkan pada klavikula yang patah
untuk mengurangi pembengkakan, nyeri, dan kemerahan. Latihan yang
meningkatkan jangkauan gerak dapat dilakukan setelah rasa sakit
berkurang. Hal ini membantu untuk membawa kembali kekuatan dan
kekuatan bahu dan lengan.

I. Komplikasi

Komplikasi fraktur klavikula meliputi trauma saraf pada pleksus brakhialis,


cedera vena atau arteria subklavia akibat frakmen tulang, dan mal union
(penyimpangan penyatuan). Mal union merupakan masalah kosmetik bila
pasienmemakai baju dengan leher rendah. Komplikasi akut meliputi cedera
pembuluh darah, pneumouthorax, haemothorax. Komplikasi lambat dapat
meliputi, mal union adalah proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi
dalam waktu semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
Sedangkan Non union adalah kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6
bulan.
J. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (fraktur)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal
dan neuromuskuler

K. Tujuan/ Rencana Tindakan (NOC/ NIC)

Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Tujuan dan Kriteria
Kolaborasi Intervensi
Hasil
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan:   Pain Level, 1.      Lakukan pengkajian
Agen injuri (biologi, kimia,   Pain Control, nyeri secara
fisik, psikologis), kerusakan   Comfort Level komprehensif
jaringan Setelah dilakukan termasuk lokasi,
DS: tindakan karakteristik, durasi,
      Laporan secara verbal keperawatan selama …. frekuensi, kualitas
DO: Pasien tidak mengalami dan faktor presipitasi
      Posisi untuk menahan nyeri, dengan kriteria 2.      Observasi reaksi
nyeri hasil: nonverbal dari
      Tingkah laku berhati- 1.      Mampu mengontrol ketidaknyamanan
hati nyeri (tahu penyebab 3.      Bantu pasien dan
      Gangguan tidur nyeri, mampu keluarga untuk
      Terfokus pada diri menggunakan tehnik mencari dan
sendiri nonfarmakologi menemukan
      Fokus menyempit untuk mengurangi dukungan
      Tingkah laku distraksi, nyeri, mencari 4.      Kontrol lingkungan
      Respon autonom bantuan) yang dapat
      Perubahan autonomic 2.      Melaporkan bahwa mempengaruhi nyeri
dalam tonus otot nyeri berkurang seperti suhu ruangan,
      Tingkah laku ekspresif dengan menggunakan pencahayaan dan
      Perubahan dalam nafsu manajemen nyeri kebisingan
makan dan minum 3.      Mampu mengenali 5.      Kurangi faktor
nyeri (skala, presipitasi nyeri
intensitas, frekuensi 6.      Kaji tipe dan sumber
dan tanda nyeri) nyeri untuk
4.      Menyatakan rasa menentukan
nyaman setelah nyeri intervensi
berkurang Tanda 7.      Ajarkan tentang
vital dalam rentang teknik non
normal farmakologi: napas
5.      Tidak mengalami dala, relaksasi,
gangguan tidur distraksi, kompres
hangat/ dingin
8.      Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri: ……...
9.      Tingkatkan istirahat
10.  Berikan informasi
tentang nyeri seperti
penyebab nyeri,
berapa lama nyeri
akan berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
11.  Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
Gangguan mobilitas fisik NOC : NIC :
Berhubungan dengan:   Joint Movement : Exercise therapy :
      Gangguan metabolisme Active ambulation
sel   Mobility Level 1.      Monitoring vital sign
      Keterlembatan   Self Care : ADLs sebelm/sesudah
perkembangan   Transfer Performance latihan dan lihat
      Pengobatan Setelah dilakukan respon pasien saat
      Keterbatasan ketahan tindakan latihan
kardiovaskuler Keperawatan selama…. 2.      Konsultasikan
      Kehilangan integritas Gangguan mobilitas fisik dengan terapi fisik
struktur tulang teratasi dengan kriteria tentang rencana
      Kurang pengetahuan hasil: ambulasi sesuai
tentang kegunaan 1.      Klien meningkat dengan kebutuhan
pergerakan fisik dalam aktivitas fisik 3.      Bantu klien untuk
      Kerusakan persepsi 2.      Mengerti tujuan dari menggunakan tongkat
sensori peningkatan saat berjalan dan
      Tidak nyaman, nyeri mobilitas cegah terhadap
      Kerusakan 3.      Memverbalisasikan cedera
muskuloskeletal dan perasaan dalam 4.      Ajarkan pasien atau
neuromuskuler meningkatkan tenaga kesehatan lain
      Intoleransi aktivitas/ kekuatan dan tentang teknik
penurunan kekuatan dan kemampuan ambulasi
stamina berpindah 5.      Kaji kemampuan
      Depresi mood atau 4.      Memperagakan pasien dalam
cemas penggunaan alat mobilisasi
      Penurunan kekuatan Bantu untuk 6.      Latih pasien dalam
otot, kontrol dan atau mobilisasi (walker) pemenuhan
masa kebutuhan ADLs
DO: secara mandiri sesuai
      Kesulitan merubah kemampuan
posisi 7.      Dampingi dan Bantu
      Perubahan gerakan pasien saat mobilisasi
(penurunan untuk dan bantu penuhi
berjalan, kecepatan, kebutuhan ADLs ps.
kesulitan memulai 8.      Berikan alat Bantu
langkah pendek) jika klien
      Keterbatasan motorik memerlukan.
kasar dan halus 9.      Ajarkan pasien
      Keterbatasan ROM bagaimana merubah
      Gerakan disertai nafas posisi dan berikan
pendek atau tremor bantuan jika
      Ketidak stabilan posisi diperlukan
selama melakukan ADL
      Gerakan sangat lambat
dan tidak terkoordinasi

Anda mungkin juga menyukai