Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN BEDSIDE TEACHING

PADA PASIEN POST OPERASI HEAD METACARPAL V D


DI BANGSAL BEDAH ALAMANDA 2 RSUD SLEMAN

Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Selama


Program Profesi Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah
STIKES Wira Husada Yogyakarta

Disusun Oleh :
1. ALFONSA KAKA PN.200880
2. TRI LESTARI ENDARWATI PN200905

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA HUSADA YOGYAKARTA

2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN BEDSIDE TEACHING


PADA PASIEN POST OPERASI HEAD METACARPAL V D
DI BANGSAL BEDAH ALAMANDA 2 RSUD SLEMAN YOGYAKARTA

Laporan Keperawatan ini telah dibaca, diperiksa pada


Hari/tanggal :

Mahasiswa Mahasiswa

( Alfonsa Kaka) (Tri Lestari Endarwati )

Mengetahui
Pembimbing Klinik Pembimbing Pendidikan

( Mutmainatun, S.Kep, Ners) Fransiska T.D.L, S.Kep, Ners, M.Kes


SATUAN ACARA PENYULUHAN
BEDSIDE TEACHING PADA PASIEN PASIEN POST OPERASI HEAD
METACARPAL V D

A. POKOK BAHASAN
Bedside teaching Pantalaksanaan manajemen nyeri

B. SUB POKOK BAHASAN


1. Konsep Pantalaksanaan manajemen nyeri
2. Implementasi edukasi klien untuk mengkonsumsi makanan yang
diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan.
C. SASARAN
1 Target : Pasien post operasi Head Metacarpal V D yang mengalami
nyeri
2 Tempat : Ruang Alamanda 2
3 Hari/Tanggal : Kamis, 06 Januari 2022
4 Waktu : 15.00- 15.30 WIB

D. TUJUAN INSRUKSIONAL UMUM


Setelah dilakukan pembelajaran selama 30 menit diharapkan pasien mampu mengikuti
edukasi yang diberikan oleh perawat selama perawatan dirumah

E. TUJUAN INSRUKSIONAL KHUSUS


Setelah dilakukan pelatihan selama 30 menit diharapkan mampu:
1. Menjelaskan konsep pembelajaran klinik model bedside teaching tentang
penatalaksanan manajemen nyeri
2. Mengajarkan kepada pasien tentang penatalaksanaan manajemen nyeri

F. MATERI
Terlampir
MATERI
Penalaksanaan Tonsilektomi

1. Pengertian
Nyeri adalah sensasi yang tidak menyenangkan dan sangat individual yang

tidak dapat dibagi kepada orang lain. Nyeri dapat memenuhi seluruh pikiran

seseorang, mengatur aktivitasnya, dan mengubah kehidupan orang tersebut (Yusliana

et al, 2015).

2. Fisiologi Nyeri

a. Stimulus

Nyeri selalu dikaitkan dengan adanya stimulus (rangsangan nyeri) dan

reseptor. Reseptor yang dimaksud adalah nosiseptor, yaitu ujung- ujung saraf

bebas pada kulit yang berespon terhadap stimulus yang kuat. Munculnya nyeri

dimulai dengan adanya stimulus nyeri diantara yaitu berupa biologis, zat kimia,

panas, listrik serta mekanik.

b. Reseptor nyeri

Reseptor merupakan sel-sel khusus yang mendeteksi perubahan- perubahan

particular disekitarnya, kaitannya dengan proses terjadinya nyeri maka reseptor-

reseptor inilah yang menangkap stimulus- stimulus nyeri. Reseptor ini dapat

terbagi menjadi :

c. Exteroreseptor, berpengaruh terhadap perubahan pada lingkungan ekternal,

antara lain yaitu : untuk merasakan stimulus taktil (sentuh/rabaan), untuk

merasakan rangsangan dingin dan panas.

d. Telereseptor, merupakan reseptor yang sensitif terhadap stimulus yang jauh.

e. Propioseptor, merupakan reseptor yang menerima impuls primer dari organ,


spindle dan tendon golgi.

f. Introreseptor, merupakan reseptor yang sensitif terhadap perubahan organ-

organ visceral dan pembuluh darah (Prasetya 2010).

3. Klasifikasi Nyeri

Menurut Pramono (2016), nyeri dapat digolongkan menjadi 2 kategori, yaitu

nyeri akut dan nyeri kronis.

a. Nyeri Akut

Nyeri akut dapat didefinisikan sebagai nyeri yang disebabkan oleh rangsangan

berbahaya karena cedera, proses penyakit, atau fungsi abnormal dari otot atau

organ visceral, dan biasanya karena rangsang nosiseptik. Bentuk yang paling

umum meliputi nyeri pascatrauma, pascaoperasi, dan obstetri serta rasa sakit

yang terkait dengan penyakit medis akut.

b. Nyeri Kronis

Nyeri kronis didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung lebih lama dari nyeri

yang biasanya terjadi pada penyakit akut atau lebih lama dari waktu yang wajar

untuk terjadi penyembuhan. Periode ini dapat bervariasi dari 1 hingga 6 bulan.

Nyeri kronis biasanya terjadi pada penyakit kanker dan luka bakar. Jika

penyebab nyeri tidak diatasi atau dikontrol maka bisa menyebabkan kematian

(Pramono, 2017).

4. Penatalaksanaan Nyeri

Menurut Prasetya (2010), penatalaksanaan nyeri yang efektif tidak hanya

memberikan obat yang tepat pada waktu yang tepat, penatalaksanaan nyeri yang

efektif juga mengkombinasikan antara penatalaksanaan farmakologis dan


nonfarmakologis. Kedua tindakan ini akan memberikan tingkat kenyamanan yang

sangat memuaskan. Penatalaksanaan nyeri antara lain:

a. Tindakan farmakologis dibagi menjadi tiga kategori umum yaitu :

1) Anestesi lokal
2) Opioid

3) Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs (NSAIDs)


b. Tindakan nonfarmakologis terbagi menjadi beberapa tindakan yaitu :

1) Membangun hubungan terapeutik perawat dengan klien Terciptanya hubungan

terapeutik antara klien dan perawat akan memberikan pondasi dasar

terlaksananya asuhan keperawatan yang efektif pada klien yang mengalami

nyeri.

2) Bimbingan Antisipasi

Menghilangkan kecemasan klien sangatlah penting, terlebih apabila dengan

timbulnya kecemasan akan meningkatkan persepsi nyeri. Bimbingan antisipasi

hendaknya memberikan informasi yang jujur pada klien, serta memberikan

instruksi tentang teknik menurunkan dan menghilangkan nyeri.

c. Imajinasi terbimbing

adalah upaya untuk menciptakan kesan dalam pikiran klien, kemudian

berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga secara bertahap dapat menurunkan

persepsi klien terhadap nyeri.

d. Distraksi

Merupakan tindakan pengalihan perhatian pasien ke hal-hal yang di luar nyeri,

yang dengan demikian diharapkan dapat menurunkan kewaspadaan pasien

terhadap nyeri. Distraksi ini meliputi distraksi visual contohnya menonton TV

dan melihat pemandangan dan distraksi auditory, contohnya mendengarkan

suara/music yang disukai.


e. Teknik Relaksasi Benson

Relaksasi adalah suatu tindakan untuk “membebaskan” mental dan fisik dari

ketegangan dan stress, sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri.

Menurut Yusliana et al (2015) tekhnik relaksasi terbagi menjadi 4 macam, yaitu

relaksasi otot, pernafasan, meditasi, dan relaksasi perilaku.

f. Relasasi autogenik

Relaksasi autogenik adalah relaksasi yang bersumber dari diri sendiri berupa kata-

kata atau kalimat pendek ataupun pikiran yang bisa membuat pikiran tentram.

Tujuan dari relaksasi autogenik ini adalah memberikan perasaan nyaman,

mengurangi stres khususnya stres ringan, memberikan ketenangan, mengurangi

ketegangan. Maryam (2010).


LAPORAN RESUME BEDSIDE TEACHING (BST)

A. Pengertian
Bedside teaching merupakan pembelajaran kontekstual dan interaktif yang
mendekatkan pembelajaran pada real clinic setting. Bedside teaching merupakan metode
pembelajaran dimana pembelajaran mengaplikasikan kemampuan kognitif, psikomotor
dan efektif secara terintegrasi. Sementara dosen bertindak sebagai fasilotator dan mitra
pembelajaran yang siap untuk memberikan bimbingan dan umpan balik kepada
pembelajar. Didalam proses bedside teaching diperlikan kearifan fasilotator tentang
kemungkinan timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan sebagai akibat dari interaksi
antara pembelajar dan pasien.
B. Manfaat
1. Bagi pasien
a. Memberikan perawatan secara profesional dan efektif kepada pasien
b. Memenuhi kebutuhan pasien
2. Bagi perawat
a. Menjalin kerjasama perawat dan pasien
b. Lebih mempererat lagi hubungan antara perawat dan pasien
3. Bagi pihak rumah sakit
Menciptakan mutu pelayanan di RSUD Sleman khusus nya di Alamanda 2.
C. Pelaksanaan
Kegiatan : Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Tempat : Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman
Waktu : Kamis, 06 Desember 2022, Pukul 15.00 - 15.30
Dx : Post head metacarpal v d
1. Data yang dikaji
a. Data subjektif yaitu mengkaji keluhan utama pasien
b. Data objektif yaitu mengkaji tekanan darah, denyut nadi, suhu dan pernafasan.
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut
3. Kegiatan Bedside Teaching
Waktu Tahap Kegiatan Pelaksanaan Keg pasien
1 hari Pra Pra bedside teaching Mahasiswa Mendengarkan
sebelum bedside 1. Menentukan pasien dan topik
bedside teaching 2. Menentukan tempat bedside
teaching teaching
3. Mempersiapkan pasien
4. Diskusi pelaksanaan
5 menit Bedside Pembukaan Masalah Mendengarkan
Teachin 1. Salam pembukaan
g 2. Memperkenalkan nama
3. Menyampaikan identitas dan
masalah pasien
4. Menjelaskan tujuan bedside
teaching
Penyajian masalah
5 menit
1. Memberikan salam dan
memperkenalkan pasien
2. Menjelaskan masalah keperawatan
pasien
3. Menjelaskan rencana tindakan

5 menit Pasca Evalusi dan rekomendasi pembimbing Mendengarkan


bedside Intervensi keperawatan
teaching Penutup

D. Evaluasi
1. Proses
a. Peserta kooperatif
b. Perawat berperan aktif
2. Hasil
a. Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
b. Masalah pasien dapat teratasi
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer (2010), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4, Jakarta : Media Aesculapius.
Almanca, Y., Öğretİmİ, K., Kelime, E., Hakkındaki, Ö., Çal, P., Erdoğan, E.,... Kelimeler, A.

(2015). jurnal 6. Contemporary Psychology: A Journal of Reviews, 1(4), 1–6.

https://doi.org/10.1111/j.1540-4781.1969.tb04998.x

Bailon, G, Maglaya (2009). Perawatan Kesehatan Keluarga. Jakarta: Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan Departemen Keehatan RI.

Duvall, E. M & Miller, C. M. (1985). Marriage and Family Development 6th ed. New York :
Harper & Row Publisher.

Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa Riset, Teori dan Prakrek Edisi ke-5. Jakarta:
EGC

Kholifah, S.N. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Gerontik. Jakarta : Kemenkes RI
Pusdik SDM Kesehatan

Mubarak,N.(2011).Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi.Jakarta :Salemba Medika

Nadirawati, 2018. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa : Teori dan Aplikasi Praktik. Bandung :
Refika Aditama

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria Hasil
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Suarni, L., & Apriyani, H. (2017). Metodologi Keperawatan.Yogyakarta: Pustaka Panasea

Tarwoto & Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edissi: 4.
Jakarta.

Netina, S.M. (2006). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC

2.

Anda mungkin juga menyukai