Anda di halaman 1dari 13

2.

1 Kolesterol
2.1.1 Definisi Kolesterol
Lemak dalam tubuh manusia dibagi menjadi 3, yakni; kolesterol, trigliserida, dan
fosfolipid. Sekitar 2/3 dari kolesterol plasma disebut kolesterol teresterifikasi dan sisanya
disebut kolesterol bebas. Kolesterol merupakan komponen terbanyak pada membran sel yang
disintesis pada semua sel tubuh kecuali eritrosit. Molekul lemak memiliki karakteristik
hidrofobik, sehingga agar lemak dapat dimetabolisme oleh tubuh, dibutuhkan suatu pelarut,
yaitu apolipoprotein atau apoprotein. Ikatan antara lipid dan apoprotein disebut lipoprotein.
Setiap lipoprotein terdiri atas kolesterol (bebas atau ester), trigliserida (satu gliserol dan 3 asam
lemak bebas), fosfolipid, dan apoprotein. Dikenal enam jenis lipoprotein berdasarkan hasil
ultrasentifusi, yaitu; High Density Lipoprotein (HDL), Low Density Lipoprotein (LDL),
Intermediate Density Lipoprotein (IDL), Very Low Density Lipoprotein (VLDL), kilomikron,
dan lipoprotein a. Masing-masing dari lipoprotein memiliki apolipoprotein tersendiri (Adam,
2009).

Kolesterol adalah lipid amfipatik dan merupakan komponen struktural esensial pada
membran dan lapisan luar lipoporotein plasma. Senyawa ini disintesis di banyak jaringan dari
asetil-KoA dan merupakan prekursor semua steroid lain di tubuh, termasuk kortikosteroid,
hormon seks, asam empedu, dan vitamin D. Hiperkolesterolemia merupakan suatu kondisi dimana
kolesterol dalam darah meningkat melebihi ambang batas normal yang ditandai dengan meningkatnya
kadar LDL-kolesterol dan kolesterol total. Hiperkolesterolemia dapat terjadi karena faktor- faktor
keturunan, makanan sehari-hari, penyakit sekunder (diabetes, hipotirosis, infeksi ginjal menahun) dan
tidak jarang terjadi sejak lahir.

Peran utama kolesterol dalam proses patologi adalah sebagai faktor risiko terjadinya
ateroskelosis pembuluh darah. Timbunan kolesterol berlebih dalam darah dapat menyebabkan
perlekatan kolesterol pada dinding tunica intima pembuluh darah. Kolesterol kemudian akan
mengalami fagositosis oleh makrofag, kemudian berproliferasi sebagai foam cell dengan
gambaran plak lipid yang besar. Plak ini kemudian meluas hingga bagian lumen lainnya, dan
menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah. Sumbatan akibat plak lipid yang terjadi
menyebabkan terjadinya penumpukan materi degeneratif, sehingga sumbatan lipid makin
membesar dan berubah menjadi plak ateroma. Penyumbatan oleh plak ateroma menyebabkan
peningkatan tekanan intravaskular, yang kemudian dapat menyebabkan penyempitan atau
bahkan sobeknya bagian pembuluh yang tersumbat. Penyempitan dan/atau kerusakan ini dapat
menyebabkan timbulnya berbagai gejala sindrom koroner akut (Adam, 2009).

2.1.3 Sumber Kolesterol dan Penyimpanannya dalam Tubuh

Sebagai produk tipikal metabolism hewan, kolesterol terdapat dalam makanan yang
berasal dari hewan misalnya kuning telur, daging, hati, dan otak. Kolesterol terdapat di jaringan
dan plasma sebagai kolesterol bebas atau dalam bentuk simpanan, yang berikatan dengan asam
lemak rantai-panjang sebagai ester kolesteril. Lipoprotein berdensitas rendah (LDL) plasma
adalah kendaraan untuk membawa kolesterol dan ester kolesteril ke banyak jaringan.
Kolesterol bebas dikeluarkan dari jaringan oleh lipoprotein berdensitas tinggi (HDL) plasma
dan diangkut ke hati, tempat senyawa ini dieliminasi dari tubuh tanpa diubah atau setelah
diubah menjadi asam empedu dalam proses yang dikenal sebagai transport kolesterol terbalik.

Kolesterol berasal sama banyak dari makanan dan dari biosintesis. Sekitar separuh
kolesterol tubuh berasal dari proses sintesis (sekitar 700 mg/hari) dan sisanya diperoleh dari
makanan. Hati dan usus masing- masing menghasilkan sekitar 10% dari sintesis total pada
manusia. Hampir semua jaringan yang mengandung sel berinti mampu membentuk kolesterol,
yang berlangsung di reticulum endoplasma dan sitosol.

Kolesterol sangat penting untuk membantu membentuk membrane (selaput)sel tubuh,


juga merupakan isolator (penyekat) bagi syaraf, serta untuk memproduksi hormone tertentu
dalam tubuh. Kolesterol juga diperlukan oleh hati untuk membuat asam empedu untuk
membantu mencerna makanan yang masuk dalam system pencernaan kita. Banyak orang
menjadi bingung karena seringkali menterjemahkan istilah Bahasa asing yang menerangkan
keberadaan atau darimana kolesterol berasal, misalnya disebut dietary cholesterol sering
diterjemahkan secara harfiah saja yang menjadi kolesterol yang ada didalam setiap makanan.
Pada hal kolesterol hanya dijumpai pada makanan yang berasal dari produk hewai seperti, telur,
daging, susu, dan keju.

Demikian halnya dengan kolesterol darah, kolesterol darah berasal dari hati, artinya
tidak hanya makanan yang dikonsumsi, kebutuhan kolesterol tubuh dalam sehari 1 g. tubuh
dapat memenuhi kolesterol sendiri.
Mengetahuui kandungan kolesterol dalam makanan akan membantu kita untuk bias
menghindari konsumsi kolesterol dalam jumlah yang tinggi sehingga bias terhindar dari
hiperkolesterolemia. Kandungan kolesterol dalam bahan pangan (Tabel 2).

Tabel 2. Kandungan Kolesterol dalam Bahan Pangan

Makanan Hidangan Kolesterol tiap


hidangan (mg)

Telur ayam 1 butir = 50 gr 270


Kuning telur 1 butir 270
Telur bebek 1 butir = 80 gr 619
Telur puyuh 1 butir = 11 gr 70
Daging ayam 100 gr 39
Hati ayam 90 gr 340
Daging sapi 100 gr 65
Hati sapi 100 gr 323
Otak sapi 100 gr 2054
Ikan mas 100 gr 79
Udang 100 gr 154
Lobster 100 gr 85
Kerang/tiram 2 sendok 30
Daging ketam 2 sendok 50
Kupang 2 sendok 60
Ikan selar 2 sendok 60
Sotong 6 180
Es krim 100 gr 45
Keju 100 gr 100
Krim 100 gr 140
Mentega 100 gr 260
Susu sapi 100 gr 13
Sosis 1 30
Lemak sapi 2 sendok 23
Lemak ayam 100 gr 74

Tersedianya makanan cepat saji (fast-food) juga memberikan akses kepada kita
terhadap mkanan berkolesterol semakin dekat dan mudah ditemukan karena banyaknya warung
waralaba. Oleh karena itu perlu juga diketahui kandungan kolesterol beberapa makanan fast
food (Tabel 3).

Diharapkan kita bisa menjaga agar tidak terlalu banyak mengkonsumi makanan fast
food tersebut agar terhindar dari kolesterol tinggi akibat konsumsi pangan. Pemahaman tentang
kandungan koelsterol bahan pangan terutama fast food akan dapat membantu kita untuk
memilih makanan yang baik terutama bagi orang yang kadar kolesterolnya telah melebihi
kententuan. Pengaturan diet dalam menjaga kesehatan adalah salah satu faktor yang paling
mennetukan agar tetap sehat, terutama terhindar dari hiperkolesterolemia.

Tabel 3. Kandungan kolesterol pada makanan cepat saji (fast food)

Makanan Porsi Kolesterol


Chicken fillet sandwich, plain 182 gram 60 mg
Buritto with beans & cheese 93 gr 14 mg
Fish sanwich with tartar sauce & 183 gr 68 mg
cheese
Humberger 226 gr 122 mg
Meat pie 106 gr 25 mg
Mcdonald,s Chicken nugget 72 gr 44 mg
Mcdonald,s Humberger 105 gr 35 mg
Mcdonald,s Cheeseburger 119 gr 30 mg
Mcdonald,s Big Mac 215 gr 45 mg
Mcdonald,s cheese 156 gr 85 mg
Mcdonald,s fillet-O-fish 156 gr 95 mg
Burger King Humbergur Whopper 50 mg
Hot dog 98 gr 160 mg
Jalur untuk Pembentukan Kolesterol

Pembentukan Kolesterol

Pembentukan kolesterol dari lanosterol berlangsung di membran reticulum endoplasma dan


melibatkan pertukaran-pertukaran di inti steroid dan rantai samping. Gugus metal di C14 dan
C4 dikeluarkan untuk membentuk 14-desmetil lanosterol dan kemudian zimosterol. Ikatan
rangkap di C8-C9, kemudian dipindahkan ke C5-C6 dalam dua langkah, yang membentuk
desmosterol. Akhirnya ikatan rangkap rantai samping direduksi, dan menghasilkan kolesterol.

Poli-isoprenoid dolikol dan ubikuinon dibentuk dari farnesil difosfat melalui penambahan
residu isopentenil difosfat hingga 16 (dolikol) atau 3-7 (ubikuinon) buah. Sebagian protein
pengikat GTP di membran sel mengalami prenilai oleh residu farnesil atau geranilgeranil (20
karbon). Prenilasi protein diperkirakan mempermudah melekatnya protein pada membran
lipoid dan mungkin juga berperan dalam interaksi antarprotein dan pemindahan protein di
membran.

Gambar 2.1 Proses Pembentukan Kolesterol

Faktor yang Berpengaruh terhadap Kadar Kolesterol


Faktor herediter memiliki peranan paling besar dalam menentukan kadar kolesterol
serum seseorang; namun, faktor makanan dan lingkungan juga berperan, dan yang paling
bermanfaat adalah menggunakan asam lemak tak jenuh ganda dan tak jenuh tunggal sebagai
pengganti asam lemak jenuh dalam makanan. Minyak nabati, seperti minyak jagung dan
minyak biji bungan matahari mengandung banyak asam lemak tak-jenuh ganda, sedangkan
minyak zaitun mengandung banyak asam lemak tak jenuh tunggal. Di pihak lain, lemak
mentega, lemak sapi, dan minyak palem mengandung banyak asam lemak jenuh. Dibandingkan
dengan karbohidrat lain, sukrosa dan fruktosa menimbulkan efek yang lebih besar dalam
meningkatkan kadar lipid darah, terutama triasilgliserol.

Penyebab asam lemak tak jenuh ganda dapat menurunkan kolesterol masih belum
sepenuhnya dipahami. Namun, sudah jelas bahwa salah satu mekanisme yang terlibat adalah
penambahan jumlah (up- regulation) reseptor LDL oleh asam lemak tak jenuh ganda dan tak
jenuh tunggal dibandingkan dengan asam lemak jenuh sehingga terjadi peningkatan laju
katabolic LDL, yaitu lipoprotein aterogenik utama. Selain itu, asam lemak jenuh menyebabkan
terbentuknya partikel VLDL berukuran lebih kecil yang mengandung kolesterol relatif lebih
banyak serta digunakan oleh jaringan ekstrahepatik secara lebih lambat ketimbang partikel
yang lebih besar, kecenderungan yang dapat dianggap bersifat aterogenik.

Faktor yang menyebabkan peningkatan FFA plasma diikuti oleh meningkatnya pembebasan
triasilgliserol dan kolesterol ke dalam sirkulasi VLDL adalah stres emosional dan minum kopi. Wanita
prameopause tampaknya terlindung dari efek-efek merugikan ini, dan hal ini diperkirakan berkaitan
dengan efek positif estrogen. Terdapat keterkaitan antara konsumsi alcohol dalam jumlah sedang dan
penurunan insidens penyakit jantung koroner. Hal ini mungkin disebabkan oleh peningkatan kadar HDL
akibat meningkatnya sintesis apo A-I dan perubahan aktivitas protein transfer ester kolesteril. Olahraga
teratur menurunkan LDL plasma, namun meningkatkan HDL. Kadar triasilgliserol juga berkurang,
kemungkinan besar karena meningkatnya sensitivitas insulin yang meningkatkan ekspresi lipoprotein
lipase.

Merokok akan menurunkan HDL dan meningkatkan LDL dalam darah sehingga
menyebabkan gangguan metabolisme lemak, namun belum ada penelitian lebih lanjut tentang
mekanisme penurunan HDL oleh rokok. Pada perokok ditemukan kadar HDL rendah, berarti
pembentukan kolesterol baik yang bertugas membawa lemak dari jaringan ke hati terganggu;
sementara kadar LDL-nya meningkat yang berarti lemak dari hati justru dibawa kembali ke
jaringan tubuh sehingga transportasi lemak menuju ke hati menjadi terganggu. Rokok juga
mengandung oksigen reaktif yang merusak asam lemak tak jenuh yang menghasilkan formasi
lipid hidroperoksidase. Lipid hidroperoksidase dapat merusak asma amino transmembran
protein yang dapat menyebabkan perubahan membran trombosit (platelet) sehingga
mengganggu modulasi fosfolipid yang dapat meningkatkan kadar kolesterol total, LDL dan
meningkatkan agregasi trombosit (platelet).

Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol dalam darah;

1. Induksi peningkatan jumlah reseptor LDL pada sel hati oleh hormon tiroid, sehingga
konsentrasi kolesterol plasma akan menurun (Guyton & Hall, 2005).
2. Penurunan kolesterol LDL dan peningkatan kolesterol HDL oleh hormon estrogen.
3. Obstruksi empedu dan diabetes yang menyebabkan peningkatan kolesterol plasma
(Ganong, 2005).
4. Peningkatan kolesterol HDL dan penurunan kolesterol LDL oleh vitamin niasin dosis
tinggi.
5. Kompaktin, mevinolin menghambat HMG-KoA reduktase sehingga menurunkan
kadar kolesterol plasma.
6. Diet tinggi lemak jenuh dan kolesterol, terutama pada lemak hewani dan minyak
tumbuhan tropis (minyak kelapa, minyak sawit), yang meningkatkan kadar kolesterol
plasma. Asam-asam lemak ini merangsang sintesis kolesterol dan menghambat
perubahannya menjadi garam-garam empedu.
7. Suplemen serat dari makanan, yang mempengaruhi penyerapan kolesterol di usus,
misalnya; kulit gandum dan sekam biji-psilium (Ganong, 2005).
8. Peningkatan pemakaian glukosa oleh tubuh akibat aktivitas hormon insulin, sehingga
akan mengurangi pemakaian lemak (Guyton & Hall, 2005).
9. Faktor genetik, misalnya pada hiperkolesterolemia familial, penderitanya tidak
memiliki gen untuk membentuk protein reseptor LDL, sehingga sel- sel tidak dapat
menyerap LDL dari darah (Ganong, 2005).
10. Penyakit pada hati yang merupakan tempat degradasi insulin. Hati merupakan tempat
pembentukan kolesterol, mengekstraksi kolesterol lama, dan mensekresikannya ke
dalam kantung empedu, sehingga bila hati rusak, jumlah insulin akan meningkat dan
akan menyebabkan penurunan kadar kolesterol darah (Guyton & Hall, 2005).
11. Stres yang menyebabkan aktivasi sistem saraf simpatis yang melepaskan epinefrin
dan norepinefrin, yang kemudian akan meningkatkan konsentrasi asam lemak bebas
dalam darah (Guyton & Hall, 2005).

2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi
Klasifikasi Kolesterol Total, Kolesterol LDL, dan Kolesterol HDL menurut ATP (Adult
Treatment Panel) III: (Nasional Institutes of Health, 2002).
Tabel 1. Klasifikasi kolesterol dalam tubuh menurut Adult Treatment Panel III

Kolesterol total (mg/dl)

<200 Optimal

200-239 Batas maksimal

≥240 Tinggi
Kolesterol LDL (mg/dl)

<100 Optimal
Mendekati optimal
100-129
Batas maksimal
130-159
Tinggi
160-189

≥190
Sangat tinggi
Kolesterol HDL (mg/dl)

<40 Rendah

≥60 Tinggi

2.1.5 Dislipidemia pada penyakit jantung koroner

Dislipidemia dapat menimbulkan PJK karena pada dislipidemia terjadi peningkatan


konsentrasi kolesterol LDL, trigliserida, kolesterol total, dan penurunan kolesterol HDL yang
bersifat anti-aterogenik, anti oksidan, dan anti inflamasi, dimana keseluruhan proses tersebut
akan mengurangi cadangan anti oksidan alamiah.11 Kondisi kekurangan anti oksidan ini akan
membuat pembuluh darah lebih rentan mengalami cedera endotel, yang merupakan cikal bakal
terjadinya aterosklerosis pada PJK. Apabila telah terjadi cedera pada endotel, maka akan terjadi
peningkatan paparan molekul adhesi pada sel endotel dan akan terjadi penurunan kemampuan
endotel tersebut dalam melepaskan nitric oxide dan zat lain yang membantu mencegah
perlekatan makromolekul, trombosit, dan monosit. Setelah itu monosit dan lipid (kebanyakan
berupa LDL) yang beredar mulai menumpuk di tempat yang mengalami kerusakan, lalu
terbentuklah plak ateroma pada pembuluh darah tersebut.1

 Patofisiologi
Patogenesis Aterosklerosis dan Hipotesis Lemak Aterosklerosis adalah suatu bentuk
ateriosklerosis yang terutama mengenai lapisan intima dan umumnya terjadi di arteri muskuler
ukuran besar dan sedang serta merupakan kelainan yang mendasari penyakit jantung iskemik.
Lesi aterosklerosis diklasifikaiskan alas 3 tahap secara morfologik: bercak perlemakan, plak
fibrosa, dan lesi terkomplikasi. Sebelum terjadinya bercak perlemakan sudah ada gel-gel busa.
Bercak perlemakan sudah bisa ditemukan pada usia 10 tahun dan meningkat kekerapannya
pada usia 30 tahun. Flak fibrosa adalah bentuk lesi yang khas untuk aterosklerosis yang sudah
berkembang. Lesi terkomplikasi adalah plak fibrosa yang sudah mengalami perubahan oleh
peningkatan nekrosis sel, perdarahan, deposit kalsium atau diquamasi permukaan endotel
diatasnya dan pembentukan trombus. Lesi terkomplikasi dapat mengakibatkan gangguan aliran
di lumen pembuluh darah. Faktor yang bertanggung jawab atas penumpukan lipid pada dinding
pembuluh darah dan beberapa tiorial : 1. Adanya defek pada fungsi reseptor LDL di membran
gel 2. Gangguan transpor lipoprotein transeluler (endositotoktik) 3. Gangguan degrasi oleh
lisosom lipoprotein 4. Perubahan permeabilitas endotel Tahap awal yang penting pada
aterogenesis adalah adanya partikel LDL yang ada dalam sirkulasi terjebak di dalam intima.
LDL ini mengalami oksidasi atau perubahan lain dan kemudian dipindahkan oleh reseptor
"Scavenger" khusus pada makrofag dan gel -gel mural yang lain. Tidak ada pengendalian
umpan balik atas pembentukan reseptor reseptor ini, dan ester-ester kolesterol kemudian
berakumulasi didalam gel sehingga membentuk gel busa. Set gel busa membentuk bercak
perlemakan yang bisa menyebabkan disrubsi pada endotelium. Akhirnya faktor pertumbuhan
mengakibatkan proliferasi gel dan akhirnya lesi aterosklerosis yang lanjut.

Penatalaksanaan Hiperkolesterolemia
Tatalaksana hiperkolesterolemia di indonesia menurut perkeni (2004) sesuai dengan NCEP-
ATP III terdiri dari terapi non farmakologi disebut TLC dan terapi farmakologi.
1. Terapi non farmakologi

1. Mengurangi asupan lemak jenuh


Diet tinggi kolesterol dapat meningkatkan kadar kolesterol dan LDL dalam

darah. Makanan tinggi kolesterol dapat ditemukan pada makanan yang berasal dari
hewan, seperti daging dan produk susu, sehingga makanan jenis ini sebaiknya dikurangi
untuk menjaga kadar kolesterol dalam darah tetap normal (Kerver dkk.,2003). Menurut
institutes of health (U.S Department of health an human service 2002) lemak jenuh
merupakan komponen utama makanan yang menentukan kadar LDL serum. Pengaruh
lemak jenuh terhadap kolesterol total dalam serum telah banyak diteliti. Analisis dari
beberapa penelitian menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1% kalori dari lemak
jenuh akan disertai peningkatan LDL serum sebesar 2%. Sebaliknya, penurunan 1%
asupan lemak jenuh dapat menurunkan kadar LDL serum sebesar 2%.

2. Memilih sumber makanan yang dapat menurunkan kolesterol


Merekomendasikan untuk memilih buah-buahan (≥2 kali/hari) sayur (≥ 3 kali/hari)

gandum terutama gandum utuh (≥6 kali/hari) dan makanan yang rendah lemak seperti
susu rendah lemak dapat menurunkan kadar kolesterol total dalam darah. Diet serat
larut seperti oatmeal, kacang-kacangan, jeruk strawberrry dan apel (wild dkk., 2009).

3. Penurunan berat badan


Obesitas berkaitan dengan peningkatan resiko terjadinya hiperlipidemia, CHD,

sindrom metabolik, hipertensi,, stroke, diabetes mellitus, serta keganasan. Panduan

dari ATP III menekankan penurunan berat badan pada pasien obesitas sebagai bagian

dari intervensi penurunan berat badan. d. Meningkatkan aktifitas fisik yang teratur

Aktivitas fisik diketahui dapat menurunkan faktor resiko penyakit pembuluh perifer dan arteri
koroner, termasuk obesitas, stress fisiologis, kontrol glikemik yang lemah dan hipertensi.
Latihan fisik juga dapat meningkatkan sirkulasi HDL dan fungsi jantung serta pembuluh darah
(Stapleton dkk, 2010). Sebagai contoh, berjalan cepat selama 30 menit tiga sampai empat kali
dalam seminggu dapat berpengaruh pada kadar kolesterol. Akan tetapi, pasien dengan nyeri
dan/atau diduga menderita penyakit jantung harus berkonsultasi dengan dokter sebelum
memulai latihan fisik.

2. Terapi farmakologi
Terapi menggunakan obat-obatan bertujuan untuk mengurangi kadar kolesterol total, namun
potensi dari masing-masing obat bervariasi (Gotto, 2002). Berikut ini adalah golongan obat
yang biasa digunakan dalam terapi untuk meenurunkan kadar kolesterol LDL:
a. Bile acid sequestrant (Resin)

Obat ini menurunkan kadar kolesterol dengan mengikat asam empedu dalam saluran cerna
yang dapat mengganggu sirkulasi enterohepatik sehingga eksresi steroid yang bersifat asam
dalam tinja meningkat.

Terdapat tiga jenis resin yaitu kolestiramin, kolestipol, dan kolesevelam. Terapi menggunakan
resin dapat menimbulkan beberapa gejala gastrointestinal, seperti konstipasi, nyeri abdomen,
perut kembung dan terasa penuh, mual dan flatulensi (wells dkk, 2009).

b. Hydroxymethylglutaryl-Coenzime A Reductase (Statin)


Obat yang sangat efektif dalam menurunkan kolesterol total dan LDL didalam

darah adalah statin dan telah terbukti mengurangi kejadian jantung koroner bahkan juga
mengurangi kematian total akibat penyakit jantung koroner (Neal,2002). Ketika digunakan
sebagai monoterapi, statin merupakan golongan obat anti hiperlipidemia paling potensial
menurunkan kadar kolesterol total dan LDL dalam darah, dan umumnya dapat ditoleransi
dengan baik total kolesterol dan LDL dalam darah dapat berkurang hingga 30% bahkan lebih
jika dikombinasikan dengan terapi diet, menurut joint formulary commite (2008). Ada 5jenis
statin yang tersedia, dua diantaranya dalam generik yaitu simvastatin (generik), ravastatin

(generik), atorvastetin (ipitorR), fluvastatin (LescolR), rosuvastatin (crestorR).

Statin menghambat enzim HMG-COA reduktase secara kompetitif. Enzim tersebut adalah
enzim yang bertanggung jawab dalam konversi HMG-COA yang menjadi mevalonat, yang
merupakan jalur awal biosintesis kolesterol (Ito, 2013). Statin umumnya diberikan setelah
makan malam atau sebelum tidur. Penurunan terhadap kadar kolesterol total dan LDL terjadi
ketika obat tersebut diberikan kpada malam hari, sebab biosintesis kolesterol mencapai
puncaknya ketika malam hari (Gotto, 2002).

Statin umumnya ditoleransi dengan baik, meskipun penggunaan statin berhubungan dengan
peningkatan kadar transaminase hati. Peningkatan ini tergantung pada penggunaan dosis.
Pasien dengan gangguan hati harus dipantau secara ketat ketika mendapat obat golongan statin.
Efek samping secara umum yaitu menyebabkan kram

otot dan kesemutan. Statin diklasifikasikan sebagai kategori x pada kehamilan (Ross

dkk., 2009).
c. Derivat Asam Fibrat

Terdapat empat jenis derivat asam fibrat yaitu gemfibrozil, bezafibrat, siprofibrat, dan
fenofibrat. Obat ini dapat menurunkan trigliserida plasma, selain menurunkan sintesis
trigliserida dihati, obat ini juga dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL. Obat ini dapat
menyebabkan keluhan gastrointestinal, rash, pusing, dan peningkatan kadar transaminase serta
fosfatase alkali (wells, dkk, 2009)

4. Asam Nikotinik
Obat ini dapat menurunkan sintesis hepatik VLDL, sehingga pada akhirnya dapat

menurunkan sistesis LDL. pemberian asam nikotinik juga dapat meningkatkan


kolesterol HDL dengan cara mengurangi katabolisme HDL (Wells dkk, 2009). Efek
samping yang paling sering terjadi adalah flushing, yaitu perasaan panas di muka
bahkan di badan. Efek samping yang paling berbahaya adalah gangguan fungsi hati
yang ditandai dengan peningkatan kadar fosfotase alkali dan transaminase (Suyatna,
2007).

5. Ezetimibe
Obat ini termasuk obat penurun lipid yang terbaru dan bekerja sebagai penghambat
selektif penyerapan kolesterol, baik yang berasal dari makanan maupun asam empedu
di usus halus. Ezetimibe yang merupakan inhibitor absorbsi kolesterol menurunkan
LDL ketika ditambahkan juga pada pengobatan dengan statin (Kastelein., et al. 2008).
6. AsamLemakOmega-3
Meskipun mekanisme kerja untuk efek asam lemak omega-3 belum jelas diuraikan, namun
asam lemak ini berpotensi dalam menurunkan trigliserida, menimbulkan efek antitrombotik,
penghambatan perkembnagan aterosklerosis, relaksasi endotel, sedikit efek anti hipertensi, dan
penurunan aritmia ventrikular (Dipiro,J.,dkk, 2005).

Anda mungkin juga menyukai