Preseptor
dr. Jatu Sulistyowati Sp.OG
◦ Anamnesis khusus
G5P3A1 merasa hamil 9 bulan, datang ke IGD RSUD Al-Ihsan dengan keluhan keluar air-air
dari jalan lahir sejak 4 jam SMRS berwarna bening, tidak berbau, banyak hingga membasahi seluruh
kain, dan tidak disertai demam. Pasien mengeluhkan mules-mules yang tidak dirasakan semakin
sering dan semakin kuat sejak 11 jam SMRS, tidak ada keluar lendir yang bercampur sedikit darah
dari jalan lahir. Gerakan janin dirasakan sejak usia 5 bulan dan masih dirasakan sd sekarang.
◦ Riwayat Penyakit Dahulu
▪ Pasien memiliki riwayat penyakit asma, tidak ada riwayat penyakit darah tinggi, kencing
manis, penyakit kuning (hepatitis), dan batuk lebih dari 2 minggu/pengobatan 6 bulan (Tb).
▪ Riwayat operasi (-)
Riwayat Obstetrik
• Jumlah : 5 kali
▪ Kepala:
Wajah = edema (-), chloasma gravidarum (-)
Mata = CA -/-, SI -/-, edema palpebra -/-
▪ Leher
Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
▪ Thorax
Gerak simetris
Cor S1 S2 murni regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo VBS ka=ki, Rh-/-, Wz-/-
▪ Abdomen: dilihat pada pemeriksaan obstetri
▪ Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2d, edema tungkai -/-
STATUS OBSTETRIKUS
◦ INSPEKSI • PALPASI
TFU : 31 cm
Perut tampak cembung ke LP : 98 cm
depan, Striae gravidarum (+), His : 3x/10’/20’’
linea nigra (+), luka bekas TBBJ : 2945 gr
operasi/scar (-)
Leopold I : Teraba bagian lunak, kurang bundar,
tidak melenting. Kesan bokong.
• AUSKULTASI Leopold II :
-Teraba keras memanjang, kontinyu di sebelah kiri.
BJA = 140x/min Kesan punggung kiri.
-Teraba bagian-bagian kecil di sebelah kanan.
Kesan ekstremitas.
Leopold III: Teraba bagian keras, bundar, melenting.
Kesan kepala
Leopold IV : sejajar
Perlimaan : 3/5
◦ INSPEKULO: tidak dilakukan
◦ Pemeriksaan Dalam
V/v : Tak
Portio : Tebal lunak
Pembukaan : 2-3 cm
Ketuban : (-), sisa cairan jernih
Bagian terendah : kepala
Station : -1
UUK : kiri melintang
Pemeriksaan Penunjang
01.32 wib 20/12/2020 Mikroskopis urin
Urin rutin : ◦ Leukosit 2,4
Kimia urin ◦ Eritrosit 1,3
◦ Warna urin kuning ◦ Sel Epitel +1
◦ Ph urin 7.0 ◦ Kristal -
◦ Berat jenis urin 1020 ◦ Silinder -
◦ Albumin urin - ◦ Jamur -
◦ Glukosa urin - ◦ Bakteri -
◦ Bilirubin urin - ◦ Trichomonas urin -
◦ Urobilin urin +
◦ Keton urin -
◦ Darah samar urin +
◦ Nitrit urin -
Pemeriksaan Penunjang
Hematologi Rutin 05.13 WIB 20/12/2020 Kimia klinik
◦ Hemoglobin 9,9gr/dl ◦ AST 15
◦ Leukosit 14.150 ◦ ALT 18
◦ Eritrosit 4,61 ◦ Ureum 10
◦ Hematokrit 30,5 ◦ Kreatinin 0.71
◦ Trombosit 356.000 ◦ Glukosa Darah Sewaktu 92
Hitung jenis leukosit
◦ Basofil 0
◦ Eusinofil 0
◦ Batang 1
◦ Segmen 82
◦ Limfosit 13
◦ Monosit 4
Resume
Ny E, 40 tahun, G5P3A1 Parturient 9 bulan Kala I Fase laten, datang dengan
keluar air-air dari jalan lahir sejak 4 jam SMRS, tidak keluar lender maupun darah
dari jalan lahir, keluhan disertai mulas-mulas yang tidak semakin sering dan kuat
sejak 11 jam smrs. HPHT tanggal 23 Maret 2020, TPL 30 Desember 2020.
Keadaan umum dan tanda vital dalam batas normal. Status gizi dengan kenaikan
berat badan 12 kg pada ibu normal sesuai anjuran. Pada pemeriksaan obstetrik,
Perut tampak cembung kedepan, TFU 31 cm, LP 98cm, his 3x/10’/20’’, TBBJ:2945gr.
Leopold 1 kesan bokong, leopold 2 kesan punggung kiri, leopold 3 kesan kepala,
leopold 4 sejajar dan perlimaan 3/5 sebagian kepala telah melewati PAP. PD
didapatkan pembukaan 2-3 cm, ketuban (-), presentasi kepala.
Diagnosis Awal
◦ G5P3A1 parturient aterm kala I fase laten, janin tunggal, hidup, presentasi kepala,
intrauterine + KPD
Usulan Pemeriksaan
◦ Darah rutin
◦ CTG (admission test)
◦ Rapid antigen
◦ Urine test
◦ Rontgent Thorax
P4A1 partus maturus dengan augmentasi
oksitosin drip atas indikasi inersia uteri hipotonik
Diagnosis
+ KPD Kerja
Tatalaksana
1. Infus RL 500 cc 20 tpm
3. R/ Partus pervaginam
Observasi
◦ Jam masuk igd : 00.30 ◦ Jam masuk vk : 02.00
Observasi IGD Observasi VK
◦ Nadi 102x/m ◦ Jam mengejan : 07.40
◦ TD 126/78mmHg ◦ Jam lahir bayi : 07.45
◦ DJJ 140x/m
Pemantauan kala 4
Jam TD Nadi Suhu TFU Kontraksi Kandung Pendarahan
kemih
08.00 120/80 84x/m 36,8 2 jari dibawah baik kosong 10cc
mmHg umbilikal
08.15 120/80 88x/m 36,7 2 jari dibawah baik kosong 10cc
mmHg umbilical
08.30 120/80 80x/m 36,9 2 jari dibawah baik kosong 10cc
mmHg umbilical
08.45 120/80 80x/m 36,6 2 jari dibawah baik kosong 10cc
mmHg umbilikal
09.15 120/80 78x/m 36,5 2 jari dibawah baik kosong 10cc
mmHg umbilical
09.45 120/80 80x/m 36,7 2 jari dibawah baik kosong 10cc
mmHg umbilikal
Diagnosis Akhir
◦ P4A1 partus maturus dengan augmentasi oksitosin drip atas indikasi inersia uteri
hipotonik + KPD
INERSIA UTERI
Definisi
Penyebab
◦ Kelainan posisi (POPP/Positio Occipito Posterior
Persistens, transverse arrest)
◦ Regangan dinding rahim berlebihan
(hidramnion, kehamilan ganda)
◦ Rasa takut ibu
Klasifikasi
1. Inersia uteri DAHULU :
hipotonis 1. Inersia uteri primer, his lemah dari
awal persalinan.
2. Inersia uteri 2. Inersia uteri sekunder, mula-mula
hipertonis his baik, kemudian melemah
karena otot rahim lelah akibat
persalinan berlangsung lama.
Kontraksi terkoordinasi tapi lemah.
◦ Perdarahan •
postpartum
•
Pemberian oksitosin iv
Dosis oksitosin
✓1 ampul mengandung 10 unit biasanya dilarutkan ke dalam
1000 mL larutan kristaloid dan diberikan melalui pompa infus.
✓Infus yang biasa digunakan mengandung 10/20 unit, atau
10.000-20.000 mU-dicampur dalam 1000 mL larutan RL.
Campuran ini menghasilkan konsentrasi Oksitosin 10/20 mU/mL,
secara berurutan
Regimen Dosis awal Penaikan dosis Interval (menit)
(mU/menit) (mU/menit)
Rendah 0.5-1.5 1 15-40
2 4,8,12,16,20,25,30 15
Tinggi 4 4 15
4.5 4.5 15-30
6 6 20-40
Persalinan spontan
Teori Prostaglandin
Keregangan Otot - otot
1. Penurunan Kadar Progesteron
Saat persalinan:
◦ Segmen atas Rahim: aktif
(kontraksi, dinding bertambah
tebal, mendorong anak keluar)
◦ Segmen bawah Rahim: pasif
(meregang; relaksasi dilatasi,
dinding semakin tipis)
Sifat khas kontraksi otot
Rahim:
• Retraksi (lebih
pendek)
• Kontraksi tidak sama
kuatnya
Segmen bawah Rahim
pada:
A. Permulaan persalinan
B. Pembukaan lengkap
◦ Perubahan bentuk Rahim
Pada setiap kontraksi sumbu panjang Rahim
bertambah panjang, sedangkan ukuran melintang
berkurang
◦ Kontraksi otot ligament rotundum
Ligamen rotundum mengandung otot polos. Jika uterus
kontraksi, otot-otot ligament rotundum ikut kontraksi
sehingga ligament rotundum menjadi pendek.
Dengan adanya kontraksi dari ligament rotundum
fundus uteri tertambat. Sehingga waktu kontraksi
fundus tak dapat naik ke atas.
Perubahan pada cervix (pembukaan cervix,
biasanya didahului oleh pendataran cervix)
◦ Pendataran cervix
Pemendekan dari canalis cericalis, yang semula
berupa sebuah saluran yang panjangnya 1-
2cm, menjadi 1 lubang saja dengan pinggir
yang tipis.
◦ Pembukaan cervix
Pembesaran dari os.externeum yang tadinya
berupa suatu lubang dengan diameter
beberapa millimeter menjadi lubang yang
dapat dilalui anak (10 cm).
Pendataran dan
pembukaan cervix pada
primigravida
PASSANGER
(Gerakan-gerakan anak
pada persalinan)
◦ Yang paling umum dijumpai:
◦ Presentasi belakang kepala, masuk pintu atas
panggul dengan sutura sagittalis melintang (posisi UUK
kiri melintang)
◦ Toucher:
◦ Sutura sagittalis teraba melintang kira-kira di tengah
jalan lahir.
◦ UUK terdapat kiri melintang,
◦ UUB teraba kanan melintang.
Anak dan terutama bagian depan
anak akan melakukan gerakan-
gerakan tertentu:
Gerakan-gerakan utama
ialah:
1. Engagement
2. Turunnya kepala
3. Fleksi
4. Putaran paksi dalam
5. Extensi
6. Putaran paksi luar
7. Expulsi
Turunnya
kepala
Masuknya kepala ke dalam Majunya kepala:
pintu atas panggul:
Disebabkan,
◦ Sutura sagittalis melintang dan
fleksi yang ringan
• Tekanan cairan
intrauterine
◦ Pada pintu atas panggul
biasanya kepala dalam
• Tekanan langsung
asynclitismus posterior yang
oleh fundus pada
ringan
bokong
• Kekuatan mengejan
• Melurusnya badan
anak oleh
perubahan bentuk
rahim
Fleksi
◦ Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah punggung anak untuk
menghilangkann torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. “putaran
restitusi = balasan”
Expulsi
◦ Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphysis dan menjadi hypomochlion untuk
kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir
searah dengan paksi jalan lahir.
*
◦ Jika UUK kanan melintang, maka jalan
persalinan sama, hanya UUK sekarang
memutar ke kanan searah dengan jarum jam.
◦ Putaran paksi luar terjadi ke arah tuber
ishiadicum sebelah kanan
JALANNYA
PERSALINAN
SECARA KLINIS
Tanda –Tanda Bahwa Persalinan
Sudah Dekat
◦ Ibu merasa keadaannya lebih enteng
(lightening), sesak berkurang Peningkatan Braxton Hicks
◦ Berjalan lebih sukar, perasaan nyeri Sebelum persalinan muncul his
pada anggota gerak bawah pendahuluan/palsu
◦ Beser kencing (pollakisuria)
• Tidak teratur
• Nyeri perut bawah dan lipat paha
Turunnya Rahim karena masuknya
• Tidak nyeri memancar dari pinggang ke
kepala kedalam rongga panggul.
perut bawah
• Kontraksi pendek dan tidak tambah kuat
(bila berjalan)
• Tidak ada pengaruh terhadap cervix
Tanda-Tanda Persalinan
His
Persalinan
Keluarnya cairan
banyak dengan
sekonyong-
konyong dari jalan
lahir
1. His Persalinan
• Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/ atau vaginanya.
• Semua pakaian, handuk, selimut dan kain untuk bayi dalam kondisi bersih dan hangat
• Timbangan, pita ukur, stetoskop bayi, dan termometer dalam kondisi baik dan bersih
• Patahkan ampul oksitosin 10 unit dan tempatkan spuit steril sekali pakai di dalam partus set/wadah DTT
• Untuk resusitasi: tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk atau kain bersih dan kering, alat penghisap lendir,
lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm diatas tubuh bayi.
• Persiapan bila terjadi kegawatdaruratan pada ibu: cairan kristaloid, set infus
3. Kenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih, sepatu tertutup
kedap air, tutup kepala, masker, dan kacamata.
4. Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan lalu cuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih kemudian keringkan dengan handuk atau
tisu bersih.
6. Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin
10 unit dan letakkan kembali spuit tersebut di partus set/ wadah DTT
atau steril tanpa mengontaminasi spuit.
c. Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik
7. Bersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang dengan kapas atau kasa yang
lengkap. Lakukan amniotomi bila selaput ketuban belum pecah, dengan syarat: kepala
sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan sarung tangan dalam
keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua
tangan setelahnya.
10. 10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) segera setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160 kali/ menit). Ambil tindakan
12. Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran
jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan handuk
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
18. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
f. Membantu Lahirnya Kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering, sementara
tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala.
20. Periksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi.
21. Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
g. Membantu Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.
g. Membantu Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.
h. Membantu Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada di bawah ke arah perineum ibu
◦ Gunakan tangan yang berada di atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan penelusuran tangan yang berada di atas
• Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang masing-masing mata kaki
25. Lakukan penilaian selintas dan jawablah tiga pertanyaan berikut untuk
menilai apakah ada asfiksia bayi:
• Apakah kehamilan cukup bulan?
• Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya KECUALI
BAGIAN TANGAN TANPA MEMBERSIHKAN VERNIKS.
◦ Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas dada atau perut ibu
◦ Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi lain dalam
uterus (hamil tunggal).
Manajemen Aktif Kala III
28.Beritahukan kepada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin untuk membantu
uterus berkontraksi baik.
29.Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikan oksitosin 10 unitIM di sepertiga
paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin!)
sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus) bayi (kecuali pada asfiksia neonatus, lakukan
sesegera mungkin). Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat ke arah distal
(ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama.
◦ Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian gunting tali pusat di
◦ Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian lingkarkan kembali benang
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan pasang topi pada
kepala bayi.
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35. Letakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di tepi atas
simfisis dan tegangkan tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus ke arah dorso-kranial secara hati-hati,
seperti gambar berikut, untuk mencegah terjadinya inversio uteri.
Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40
detik, hentikan penegangan tali
pusat dan tunggu hingga timbul
kontraksi berikutnya dan ulangi
prosedur diatas
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta
terlepas, lalu minta ibu meneran sambil menarik tali pusat dengan arah
sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir
dengan tetap melakukan tekanan dorso-kranial, seperti gambar berikut.
✓Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi
lahir
• Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jarijari tangan atau
klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus
dengan meletakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras).
◦ Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik
melakukan rangsangan taktil/ masase.
I. Menilai Perdarahan
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
43. Mulai IMD dengan memberi cukup waktu untuk melakukan kontak kulit
• Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam atau sebelum
bayi menyusu, usahakan ibu dan bayi dipindah bersama dengan
mempertahankan kontak kulit ibu dan bayi.
• Jika bayi belum menemukan puting ibu - IMD dalam waktu 1 jam,
posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit
salep mata) dan kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu.
kehangatannya.
◦ Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari
pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh,
◦ Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1% atau antibiotika lain).
◦ Berikan gelang pengenal pada bayi yang berisi informasi nama ayah, ibu, waktu lahir, jenis
kelamin, dan tanda lahir jika ada.
◦ Lakukan pemeriksaan untuk melihat adanya cacat bawaan (bibir sumbing/langitan sumbing,
atresia ani, defek dinding perut) dan tanda-tanda bahaya pada bayi.
45. Satu jam setelah pemberian vitamin K1, berikan suntikan imunisasi
• Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di
dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pecegahan perdarahan pervaginam:
• Setiap 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin.
• Lakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri jika uterus tidak berkontraksi dengan
baik.
47.Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi,
bantuan medis.
49.Periksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih ibu setiap 15
menit selama 1 jam pertama pascasalin dan setiap 30 menit selama jam
kedua pascasalin.
• Periksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pascasalin.
dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5 – 37,50C).
• Tunda proses memandikan bayi yang baru saja lahir hingga minimal 24 jam
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
didekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53. Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah.
Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
• Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan
bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan
◦ Alat yang dipakai untuk memantau kemajuan persalinan, keadaan ibu dan
kesejahteraan janin.
Partograf
• Membantu petugas kesehatan mengambil keputusan secara
Tujuan cepat dalam pelaksanaan persalinan
Pencatatan U
melakukan pemeriksaan vagina :
: selaput Utuh
dan janin
M : air ketuban bercampur Mekonium
D : air ketuban bercampur Darah
T : Tidak ada cairan ketuban
Frekuensi bunyi jantung janin
S
S
PAP O S
O
O
Rongga O
O
Panggul O
Hodge
Stasiun -5 -3 -1 +1 +3 +5
◦ Waktu : menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien
terpantau,
◦ catat jam sesungguhnya
◦ Kontraksi : catat jam pada setiap fase laten, dan fase aktif, lakukan palpasi untuk
menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-tiap kontraksi dalam
hitungan detik:
✓ Kurang dari 20 detik
✓ Antara 20-40 detik
✓ Lebih dari 40 detik
◦ Pengamatan his dilakukan setiap 1 jam dalam fase laten dan setiap ½ jam dalam fase
aktif, dengan mengamati frekuensi (jumlah his/10 menit) dan lamanya (detik) dari
permulaan his terasa pada palpasi perut sampai hilang
◦ His dicatat pada partograf di bawah garis waktu sesuai dengan penulisan waktu pada
partograf, yaitu pada 5 kotak kosong melintang sepanjang partograf yang sisi kirinya
tertulis 'his/10 menit'.
◦ Satu kotak menggambarkan satu his, dan bila ada 2 his dalam 10 menit, maka ada 2 kotak
yang diarsir.
• Oksitosin : jika memakai oksitosin, catatlah
banyaknya oksitosin pervolume cairan infus dan tetesan
permenit
• Obat yang diberikan : catat semua obat lain yang
diberikan
• Nadi : catat setiap 30-60 menit dan tandai
dengan sebuah titik besar (.)
• Tekanan darah: catat setiap 2 jam
• Protein, aseton, dan volume urin : catat setiap ibu
berkemih
Pencataan lembar belakang
1. Data dasar
• Mulai dari tanggal persalinan berlangsung hingga pendamping pada saat merujuk.
2. Kala I
• Berisi pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada,
masalah-masalah yang dihadapi, penatalaksanaan, dan hasil dari
penatalaksanaan tersebut
3. Kala II
• terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah
penyerta, penatalaksanaan, dan hasilnya
4. Kala III
• lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, pemijatan fundus,
plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir dalam waktu lebih dari 30 menit, laserasi,
atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan, dan hasilnya
6. Kala IV
• Pemantauan tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung kemih
(kosong/isi), dan perdarahan pascapersalinan. dilakukan setiap 15 menit pada 1 jam
pertama setelah melahirkan dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya
LEMBAR
DEPAN
LEMBAR
BELAKANG
TERIMAKASIH
Wassalamualaikum wr.wb
Semoga bermanfaat…
SOURCE:
◦ Cuningham. 2012. Obstetri williams. Edisi 23, volume 1. Jakarta : EGC
◦ Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi FK Unpad Edisi 3
◦ Obstetri Fisiologi Ilmu Kesehatan Reproduksi FK Unpad Edisi 2
◦ Panduan Praktik Klinik (PPK) Obstetri Ginekologi 2018 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung FK-Unpad
◦ Buku saku pelayanankesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan. Edisi 1, 2013.
Kemenkes Indonesia.