Anda di halaman 1dari 160

INERSIA UTERI

Persalinan normal dengan inersia


uteri+penanganan+penulisan partograf

Preseptor
dr. Jatu Sulistyowati Sp.OG

Mutiara Rifatul Iffadah R.


Linda Junaedi
Identitas Pasien
◦ Istri • Suami
✓ nama : Ny. E
✓ Nama : Tn. A
✓ Usia : 40 tahun
✓ Usia : 41 tahun
✓ Alamat : Majalaya
✓ Alamat : Majalaya
✓ Pend terakhir : SD
✓ Pend terakhir : SD
✓ Pekerjaan : IRT
✓ Pekerjaan : buruh
✓ Tgl masuk RS : 20 Desember 2020
✓ Agama : islam
✓ Tgl & jam periksa : 21 Desember 2020,
17.15
✓ Jam masuk : 00.30
Anamnesis
◦ Keluhan utama

Keluar air dari jalan lahir

◦ Anamnesis khusus

G5P3A1 merasa hamil 9 bulan, datang ke IGD RSUD Al-Ihsan dengan keluhan keluar air-air
dari jalan lahir sejak 4 jam SMRS berwarna bening, tidak berbau, banyak hingga membasahi seluruh
kain, dan tidak disertai demam. Pasien mengeluhkan mules-mules yang tidak dirasakan semakin
sering dan semakin kuat sejak 11 jam SMRS, tidak ada keluar lendir yang bercampur sedikit darah
dari jalan lahir. Gerakan janin dirasakan sejak usia 5 bulan dan masih dirasakan sd sekarang.
◦ Riwayat Penyakit Dahulu

▪ Pasien memiliki riwayat penyakit asma, tidak ada riwayat penyakit darah tinggi, kencing
manis, penyakit kuning (hepatitis), dan batuk lebih dari 2 minggu/pengobatan 6 bulan (Tb).
▪ Riwayat operasi (-)
Riwayat Obstetrik

Ham Tempa Penolong Cara Usia BBL Jk Usia/ Keteranga H/M


il Ke t Persalinan Kehamila (Kg Thn n
n )
I rumah Paraji spontan 9 bulan 3 P 2000 - H
II rumah paraji spontan 9 bulan 3 L 2003 - H
III abortus 2-3 bulan 2009
IV RS Dokter spontan 9 bulan 3 L 2012 H
V Hamil
ini
Riwayat menstruasi

▪ Usia menikah: ◦ Menarche : 11 tahun

▪ Istri : 20 tahun ◦ Siklus haid : teratur

▪ Suami: 21 tahun ◦ Lamanya : 4-5 hari

▪ Pernikahan ke : 1 ◦ Banyaknya : 2-3 pembalut / hari

◦ Nyeri haid : ada


▪ Usia pernikahan : 21 tahun
◦ HPHT : 23 Maret 2020
✓ Tgl masuk RS : 20 Desember 2020
◦ TPL : 30 Desember 2021
✓ Tgl & jam periksa: 21 Desember 2020, jam 17.15
*usia kehamilan sekarang: 38 minggu 6 hari
Riwayat
Kontrasepsi
◦ Jenis kontrasepsi terakhir : pil

◦ Lamanya pemakaian : 5 tahun

◦ Keluhan : tidak ada keluhan

◦ Kepatuhan : tidak rutin


Riwayat ANC
• Tempat : bidan

• Jumlah : 5 kali

• Terakhir kunjungan : 1 minggu yang lalu

• Imunisasi TT : tidak ada

• Obat-obatan selama hamil : vitamin


PEMERIKSAAN
FISIK
◦ Keadaan Umum • Status Gizi
-KU baik, kesadaran CM ▪ TB : 149 cm
-Tanda vital:
▪ BB sebelum hamil: 50 kg
Tekanan darah = 130/80 mmHg
▪ BMI : 22,5 (normal)
Nadi = 104 x/min
RR = 20 x/min ▪ BB saat ini : 62 kg

Suhu = 36,8 C ▪ Kenaikan BB : 12 kg


◦Status Generalis

▪ Kepala:
Wajah = edema (-), chloasma gravidarum (-)
Mata = CA -/-, SI -/-, edema palpebra -/-
▪ Leher
Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
▪ Thorax
Gerak simetris
Cor S1 S2 murni regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo VBS ka=ki, Rh-/-, Wz-/-
▪ Abdomen: dilihat pada pemeriksaan obstetri
▪ Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2d, edema tungkai -/-
STATUS OBSTETRIKUS
◦ INSPEKSI • PALPASI
TFU : 31 cm
Perut tampak cembung ke LP : 98 cm
depan, Striae gravidarum (+), His : 3x/10’/20’’
linea nigra (+), luka bekas TBBJ : 2945 gr
operasi/scar (-)
Leopold I : Teraba bagian lunak, kurang bundar,
tidak melenting. Kesan bokong.
• AUSKULTASI Leopold II :
-Teraba keras memanjang, kontinyu di sebelah kiri.
BJA = 140x/min Kesan punggung kiri.
-Teraba bagian-bagian kecil di sebelah kanan.
Kesan ekstremitas.
Leopold III: Teraba bagian keras, bundar, melenting.
Kesan kepala
Leopold IV : sejajar
Perlimaan : 3/5
◦ INSPEKULO: tidak dilakukan
◦ Pemeriksaan Dalam
V/v : Tak
Portio : Tebal lunak
Pembukaan : 2-3 cm
Ketuban : (-), sisa cairan jernih
Bagian terendah : kepala
Station : -1
UUK : kiri melintang
Pemeriksaan Penunjang
01.32 wib 20/12/2020 Mikroskopis urin
Urin rutin : ◦ Leukosit 2,4
Kimia urin ◦ Eritrosit 1,3
◦ Warna urin kuning ◦ Sel Epitel +1
◦ Ph urin 7.0 ◦ Kristal -
◦ Berat jenis urin 1020 ◦ Silinder -
◦ Albumin urin - ◦ Jamur -
◦ Glukosa urin - ◦ Bakteri -
◦ Bilirubin urin - ◦ Trichomonas urin -
◦ Urobilin urin +
◦ Keton urin -
◦ Darah samar urin +
◦ Nitrit urin -
Pemeriksaan Penunjang
Hematologi Rutin 05.13 WIB 20/12/2020 Kimia klinik
◦ Hemoglobin 9,9gr/dl ◦ AST 15
◦ Leukosit 14.150 ◦ ALT 18
◦ Eritrosit 4,61 ◦ Ureum 10
◦ Hematokrit 30,5 ◦ Kreatinin 0.71
◦ Trombosit 356.000 ◦ Glukosa Darah Sewaktu 92
Hitung jenis leukosit
◦ Basofil 0
◦ Eusinofil 0
◦ Batang 1
◦ Segmen 82
◦ Limfosit 13
◦ Monosit 4
Resume
Ny E, 40 tahun, G5P3A1 Parturient 9 bulan Kala I Fase laten, datang dengan
keluar air-air dari jalan lahir sejak 4 jam SMRS, tidak keluar lender maupun darah
dari jalan lahir, keluhan disertai mulas-mulas yang tidak semakin sering dan kuat
sejak 11 jam smrs. HPHT tanggal 23 Maret 2020, TPL 30 Desember 2020.

Keadaan umum dan tanda vital dalam batas normal. Status gizi dengan kenaikan
berat badan 12 kg pada ibu normal sesuai anjuran. Pada pemeriksaan obstetrik,
Perut tampak cembung kedepan, TFU 31 cm, LP 98cm, his 3x/10’/20’’, TBBJ:2945gr.
Leopold 1 kesan bokong, leopold 2 kesan punggung kiri, leopold 3 kesan kepala,
leopold 4 sejajar dan perlimaan 3/5 sebagian kepala telah melewati PAP. PD
didapatkan pembukaan 2-3 cm, ketuban (-), presentasi kepala.
Diagnosis Awal
◦ G5P3A1 parturient aterm kala I fase laten, janin tunggal, hidup, presentasi kepala,
intrauterine + KPD
Usulan Pemeriksaan
◦ Darah rutin
◦ CTG (admission test)
◦ Rapid antigen
◦ Urine test
◦ Rontgent Thorax
P4A1 partus maturus dengan augmentasi
oksitosin drip atas indikasi inersia uteri hipotonik
Diagnosis
+ KPD Kerja
Tatalaksana
1. Infus RL 500 cc 20 tpm

2. Augmentasi drip oxytocin (00.30 20tpm)


3. Observasi KU, TTV, kemajuan persalinan dan DJJobservasi TTV tiap 1 jam
• observasi DJJ tiap 30 menit

• observasi his tiap 30 menit

• observasi pembukaan (PD) tiap 4 jam

3. R/ Partus pervaginam
Observasi
◦ Jam masuk igd : 00.30 ◦ Jam masuk vk : 02.00
Observasi IGD Observasi VK
◦ Nadi 102x/m ◦ Jam mengejan : 07.40
◦ TD 126/78mmHg ◦ Jam lahir bayi : 07.45
◦ DJJ 140x/m
Pemantauan kala 4
Jam TD Nadi Suhu TFU Kontraksi Kandung Pendarahan
kemih
08.00 120/80 84x/m 36,8 2 jari dibawah baik kosong 10cc
mmHg umbilikal
08.15 120/80 88x/m 36,7 2 jari dibawah baik kosong 10cc
mmHg umbilical
08.30 120/80 80x/m 36,9 2 jari dibawah baik kosong 10cc
mmHg umbilical
08.45 120/80 80x/m 36,6 2 jari dibawah baik kosong 10cc
mmHg umbilikal
09.15 120/80 78x/m 36,5 2 jari dibawah baik kosong 10cc
mmHg umbilical
09.45 120/80 80x/m 36,7 2 jari dibawah baik kosong 10cc
mmHg umbilikal
Diagnosis Akhir
◦ P4A1 partus maturus dengan augmentasi oksitosin drip atas indikasi inersia uteri
hipotonik + KPD
INERSIA UTERI
Definisi

Inersia uteri ialah pemanjangan fase laten atau fase


aktif atau kedua-duanya dari kala pembukaan.
• Pemanjangan fase laten, disebabkan karena serviks belum atau
penggunaan analgetik terlalu dini
• Pemanjangan fase aktif, pada disproporsi sefalopelvik atau kelainan
anak.

Keadaan ini dapat menambah risiko kematian bayi di


masa perinatal.
◦ Penggunaan analgetik terlalu cepat
◦ Kesempitan panggul
◦ Letak defleksi (muka atau dahi)

Penyebab
◦ Kelainan posisi (POPP/Positio Occipito Posterior
Persistens, transverse arrest)
◦ Regangan dinding rahim berlebihan
(hidramnion, kehamilan ganda)
◦ Rasa takut ibu
Klasifikasi
1. Inersia uteri DAHULU :
hipotonis 1. Inersia uteri primer, his lemah dari
awal persalinan.
2. Inersia uteri 2. Inersia uteri sekunder, mula-mula
hipertonis his baik, kemudian melemah
karena otot rahim lelah akibat
persalinan berlangsung lama.
Kontraksi terkoordinasi tapi lemah.

Pada KTG, tekanan tampak < 15 mmHg.

Inersia Uteri Palpasi :

Hipotonis • frekuensi his teraba jarang


• Pada puncak kontraksi dinding rahim masih dapat
ditekan ke dalam.

His disebut baik bila tekanan intrauterine


mencapai 50 – 60 mmHg pada KTG.

Biasa terjadi dalam fase aktif atau kala II,


dinamakan juga kelemahan his sekunder.
Inersia Uteri Hipertonis
◦ Kontraksi tidak terkoordinasi.
◦ Kontraksi segmen tengah lebih kuat dari segmen atas.
◦ Inersia spastis nama lainnya. Pasien biasanya sangat
kesakitan.
◦ Terjadi dalam fase laten. Dinamakan inersia primer.
◦ Tanda-tanda gawat janin (fetal distress) cepat terjadi.
Perbedaan antara inersia uteri
hipotonis dan hipertonis
HIPOTONIS HIPERTONIS
Kejadian 4% dari persalinan 1% persalinan
Saat terjadi Fase aktif Fase laten
Nyeri Tidak nyeri Nyeri berlebih
Gawat janin (fetal lambat cepat
distress)
Reaksi terhadap Baik Tidak baik
oksitosin
Pengaruh sedatif Sedikit Besar
Inersia uteri dapat menyebabkan
kematian atau kesakitan

Kemungkinan infeksi dan kematian


perinatal bertambah

Penyulit Ibu kehabisan tenaga dan


dehidrasi, ditandai oleh :
• Peningkatan denyut nadi,
• Demam
• Asetonuria
• Nafas cepat
• Meteorismus
• Penurunan turgor
PENUNJANG
kardiotokografi
◦ KRITERIA DIAGNOSIS
◦ Inersia uteri hipotonik:
◦ penggunaan analgesi terlalu cepat, kesempitan panggul, letak defleksi, kelainan
posisi regangan dinding rahim (hidramnion, gemeli), perasaan takut dari ibu

◦ Inersia uteri hipertonik:


◦ Penggunaan obat uterotonika
◦TERAPI
1. Inersia uteri hipotonik
- Bila penyebabnya bukan kelainan panggul dan/ kelainan janin
yang tidak memungkinkan persalinan pervaginam
- Jika ketuban positif, lakukan amniotomi dan pemberian tetes
oksitosin
- Jika ketuban telah pecah dilakukan pemberian tetes oksitosin
- Sebaiknya pemerian drip oksitosin hanya dilakukan di fasilitas
kesehatan yang mampu mengawasi persalinan secara ketat,
karena penyulit yang mungkin terjadi adalah gawat janin atau
ruptur uteri
- Sebelum pemberian oksitosin drip, kandung kencing
dan rektum harus dikosongkan;
- Skor Bishop juga harus ditentukan
Skor Bishop
Faktor 0 1 2 3
Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5-6

Pendataran serviks(%) 0-30 40-50 60-70 >80

Turunnya bagian -3 -2 -1/0 +1/2


terendah (station)
Konsistensi serviks Kaku kenyal Lunak
Arah serviks Ke belakang Tengah- Ke depan
tengah
5 I.U oksitosin dilarutkan ke dalam 500 cc
glukosa 5%, diberikan sebagai infus dengan
kecepatan awal 10tpm

Tetesan dapat dinaikan 10tpm setiap 30


Cara menit sampai diperoleh his yang kekuatan,
frekuensi, dan lamanya memadai

pemberian Bila sudah tercapai ,jumlah tetesan

oksitosin dipertahankan dan tidak dinaikkan lagi

Maksimum 60tpm, meskipun his belum


memadai
Observasi pasien dengan seksama
◦ Lakukan pemantauan KTG bila ada, untuk mendeteksi gawat
janin atau kontraksi uterus yang terlalu kuat
◦ Bila his terlalu kuat dan intervalnya terlalu pendek , misal lebih
dari 50 detik dengan interval 1 menit, infus harus dihentikan
◦ Infus juga dihentikan bila DJJ memburuk ditandai oleh takikardi,
deselerasi lambat atau deselerasi variabel.
◦ Bila pemberian 1 botol belum menunjukkan hasil, dan bila
setelah istirahat 2 jam kualitas his masih jelek, terapi dapat
diteruskan dengan drip pitosin botol ke-2
◦ Bila setelah istirahat his membaik dan persalinan maju , tidak
perlu botol ke-2
◦ Bila sudah diberikan kedua kalinya naum bukaan masih belum
lengkap, dilakukan SC
◦ Bila pada pemberian botol ke2 menunjukkan kemajuan yang
nyata, dapat dipertimbangkan pemberian botol ke3
◦ Pada presentasi bokong atau kehamilan lewat waktu,
maksimum 1 botol
◦ Drip oksitosin tidak boleh diberikan bila ada luka parut di rahim,
seperti bekas SC atau miomektomi
2. Inersia uteri hipertonik
Pengobatan terbak ialah petidin 50mg atau
Diberikan obat tokolitik seperti ritodrin untuk
merelaksasikan dan mengistirahatkan kontraksi rahim
agar timbul his yang normal,
◦ Namun bila his tidak membaik dalam waktu tertentu,
lebih baik dilakukan SC
Induksi dan Augmentasi Persalinan

◦ Induksi dimaksudkan sebagai stimulasi kontraksi sebelum


awitan persalinan spontan, dengan atau tanpa rupture
membrane
◦ Augmentasi merujuk pada stimulasi terhadap kontraksi
spontan yang dianggap tidak adekuat karena kegagalan
dilatasi serviks dan penurunan janin.
◦ Tujuannya untuk menghasilkan aktivitas uterus yang cukup
untuk menghasilkan perubahan serviks dan penurunan janin,
sembari menghindari berkembangnya status janin yang
membahayakan.
Indikasi Induksi Kontraindikasi
◦ Ketuban pecah dini •
◦ Hipertensi gestasional •
◦ Kehamilan lebih bulan •
◦ Hipertensi kronis •
◦ Diabetes •
◦ Ruptur membrane disertai •
korioamnionitis •
◦ Janin mati •


Komplikasi
◦ Pelahiran SC

◦ Korioamnionitis
◦ Atonia uteri •

◦ Perdarahan •
postpartum

Pemberian oksitosin iv
Dosis oksitosin
✓1 ampul mengandung 10 unit biasanya dilarutkan ke dalam
1000 mL larutan kristaloid dan diberikan melalui pompa infus.
✓Infus yang biasa digunakan mengandung 10/20 unit, atau
10.000-20.000 mU-dicampur dalam 1000 mL larutan RL.
Campuran ini menghasilkan konsentrasi Oksitosin 10/20 mU/mL,
secara berurutan
Regimen Dosis awal Penaikan dosis Interval (menit)
(mU/menit) (mU/menit)
Rendah 0.5-1.5 1 15-40
2 4,8,12,16,20,25,30 15
Tinggi 4 4 15
4.5 4.5 15-30
6 6 20-40

REGIMEN OKSITOSIN DOSIS RENDAH DAN TINGGI YANG


DIGUNAKAN UNTUK INDUKSI PERSALINAN
Prostaglandin e2
◦ Dinoprostone
◦ Bentuk gel-Prepidil-tersedia dalam suntikan 2.5 ml
untuk pemberian intraserviks berisi 0.5 mg
dinoprostone. Diulangi dalam 6 jam, maks 3 dosis
◦ Ibu posisi terlentang, gel dimasukkan tepat
dibawah os serviks interna. Tetap berbaring

Teknik selama 30 menit. Dosis dapat diulang setiap 6


jam, maks 3 dosis dalam 24 jam.

farmakologis ◦ Akan meningkatkan skor bishop bila digabung


dengan oksitosin
◦ Kontraksi mulai muncul pada jam pertama dan
puncak pada 4 jam pertama
◦ KI : asma, glaucoma, rupture membrane
Prostaglandin e1
◦ Misoprostol-Cytotec
◦ Pemberian pervagina, dosis 25ug, diulang 3-6 jam bila
perlu
◦ KI : post sc
◦ Pemberian per oral dengan dosis 100 ug, diulang 3-6
jam bila perlu
◦ Augmentasi -> misoprostol oral 75 ug yang diberikan
dengan interval 4 jam untuk maks 2 dosis -> aman
◦ Kateter transservikal/foley, Extra-amniotic saline
Teknik infusion (EASI). balon 30 ml yang dimasukkan melalui
os serviks interna -> memberikan tekanan
mekanis ◦ Dilator servikal higroskopik
Stripping membran

◦ Aman dan mengurangi


insiden kehamilan lebih
bulan
◦ Terdapat peningkatan
prostaglandin endogen
serum
◦ Ruptur membrane buatan
◦ Djj dinilai sebelum dan sesudah amniotomy
◦ Tidak terdapat efek samping pada perinatal
◦ Bila disertai dengan oksitosin persalinan lebih
Amniotomi cepat. Tetapi
korioamnionitis
bila dini, meningkatkan

◦ Amniotomi dengan augmentasi oksitosin untuk


persalinan fase aktif yang terhenti ->
mempersingkat 44 menit
PERSALINAN
Persalinan
◦ Merupakan serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup
bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput dari
tubuh ibu.

Bila persalinan ini berlangsung dengan kekuatan ibu


sendiri dan melalui jalan lahir disebut

Persalinan spontan

Sebaliknya, jika persalinan dibantu dengan alat


dan/ atau tenaga dari luar, misalnya ekstraksi
dengan forceps atau dilakukan operasi seksio
sesarea, disebut
Persalinan buatan
Pada umumnya persalinan terjadi jika bayi sudah cukup besar untuk hidup
di luar. Terkadang persalinan tidak dimulai dengan sendirinya. Tetapi baru
berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitosin atau
prostaglandin. Keadaan tersebut disebut
Persalinan
Anjuran
Beberapa Teori
Faktor Penyebab
Mulainya Persalinan
Penurunan Kadar Progesteron
Pengaruh Janin
Oxytocin

Teori Prostaglandin
Keregangan Otot - otot
1. Penurunan Kadar Progesteron

◦ Progesteron ( relaksasi otot rahim)


◦ Estrogen (kerentanan otot rahim)
Saat hamil kadar dalam darah seimbang,
pada akhir kehamilan kadar progesterone 2. Oxytocin
menurun.

Pada akhir kehamilan kadar oxytocin


bertambah, sehingga timbul kontraksi otot
rahim
3. Keregangan Otot-Otot

~ kandung kencing / lambung. Bila dinding


teregang karena isi yang bertambah, maka
timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.

Majunya persalinan → otot-otot makin teregang 4. Pengaruh Janin


→ kerentanan otot-otot.

Hypofise dan kelenjar suprarenal janin.


(Pada anenchepalus kehamilan sering
lebih lama dari biasa)
5. Teori Prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan


oleh desidua, disangka menjadi
salah satu sebab permulaan
persalinan.
◦ *penelitian: Kadar meningkat
pada air ketuban dan darah
perifer ibu hamil sebelum
melahirkan/selama persalinan
3P
FAKTOR PERSALINAN
POWER (Tenaga yang mendorong anak keluar)

PASSAGE (Perubahan pada uterus dan jalan lahir


dalam persalinan)

PASSANGER (Gerakan anak pada persalinan)


POWER
Peningkatan Braxton His persalinan (Tenaga yang
mendorong
Hicks anak keluar)
Sebelum persalinan muncul his Kontraksi fisiologis, tapi bersifat a. HIS
pendahuluan/palsu nyeri. ◦ His adalah “kontraksi
- Bersifat autonom otot-otot Rahim
• Tidak teratur “Berkala” pada persalinan”

• Nyeri perut bawah dan lipat • Lama: 45-75 detik


paha • Kekuatan: 35 mmHg (klinis:
• Tidak nyeri memancar dari apakah jari kita dapat
pinggang ke perut bawah menekan ke dalam dinding
• Kontraksi pendek dan tidak Rahim)
tambah kuat (bila berjalan) • Interval:
• Tidak ada pengaruh - Awal persalinan : 1x10 menit
terhadap cervix - Kala II : 1x2 menit
b. Tenaga Mengejan
Tenaga yang mendorong anak keluar selain his terutama disebabkan oleh kontraksi
otot-otot dinding perut yang menyebabkan peninggian tekanan intraabdominal.
Kepala sampai pada dasar panggul → reflex : menutup glottis, kontraksi otot-otot perut.
*hanya dapat berhasil kalau pembukaan lengkap dan paling efektif sewaktu kontraksi
Rahim.
PASSAGE
(Perubahan pada uterus dan
jalan lahir dalam persalinan)

Uterus saat hamil:


◦ Segmen atas Rahim dibentuk oleh
corpus uteri
◦ Segmen bawah Rahim dibentuk
oleh isthmus uteri

Saat persalinan:
◦ Segmen atas Rahim: aktif
(kontraksi, dinding bertambah
tebal, mendorong anak keluar)
◦ Segmen bawah Rahim: pasif
(meregang; relaksasi dilatasi,
dinding semakin tipis)
Sifat khas kontraksi otot
Rahim:
• Retraksi (lebih
pendek)
• Kontraksi tidak sama
kuatnya
Segmen bawah Rahim
pada:
A. Permulaan persalinan
B. Pembukaan lengkap
◦ Perubahan bentuk Rahim
Pada setiap kontraksi sumbu panjang Rahim
bertambah panjang, sedangkan ukuran melintang
berkurang
◦ Kontraksi otot ligament rotundum
Ligamen rotundum mengandung otot polos. Jika uterus
kontraksi, otot-otot ligament rotundum ikut kontraksi
sehingga ligament rotundum menjadi pendek.
Dengan adanya kontraksi dari ligament rotundum
fundus uteri tertambat. Sehingga waktu kontraksi
fundus tak dapat naik ke atas.
Perubahan pada cervix (pembukaan cervix,
biasanya didahului oleh pendataran cervix)
◦ Pendataran cervix
Pemendekan dari canalis cericalis, yang semula
berupa sebuah saluran yang panjangnya 1-
2cm, menjadi 1 lubang saja dengan pinggir
yang tipis.
◦ Pembukaan cervix
Pembesaran dari os.externeum yang tadinya
berupa suatu lubang dengan diameter
beberapa millimeter menjadi lubang yang
dapat dilalui anak (10 cm).

Pendataran dan
pembukaan cervix pada
primigravida
PASSANGER
(Gerakan-gerakan anak
pada persalinan)
◦ Yang paling umum dijumpai:
◦ Presentasi belakang kepala, masuk pintu atas
panggul dengan sutura sagittalis melintang (posisi UUK
kiri melintang)
◦ Toucher:
◦ Sutura sagittalis teraba melintang kira-kira di tengah
jalan lahir.
◦ UUK terdapat kiri melintang,
◦ UUB teraba kanan melintang.
Anak dan terutama bagian depan
anak akan melakukan gerakan-
gerakan tertentu:
Gerakan-gerakan utama
ialah:
1. Engagement
2. Turunnya kepala
3. Fleksi
4. Putaran paksi dalam
5. Extensi
6. Putaran paksi luar
7. Expulsi
Turunnya
kepala
Masuknya kepala ke dalam Majunya kepala:
pintu atas panggul:
Disebabkan,
◦ Sutura sagittalis melintang dan
fleksi yang ringan
• Tekanan cairan
intrauterine
◦ Pada pintu atas panggul
biasanya kepala dalam
• Tekanan langsung
asynclitismus posterior yang
oleh fundus pada
ringan
bokong
• Kekuatan mengejan
• Melurusnya badan
anak oleh
perubahan bentuk
rahim
Fleksi

◦ Disebabkan karena anak didorong maju dan mendapat


tahanan dari pintu atas panggul, cervix, dinding panggul
atau dasar panggul.
◦ Keuntungan: ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan
lahir; d suboccipito bregmatica (9,5 cm) menggantikan d
suboccipito frontalis (11cm)
Putaran Paksi
Dalam
◦ Pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan
memutar ke depan bawah symphysis.
◦ UUK yang memutar kedepan ke bawah symphysis.
Extensi / defleksi
kepala
◦ Disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan
dan atas, sehingga kepala harus mengadakan extensi untuk melaluinya
Putaran Paksi
Luar

◦ Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah punggung anak untuk
menghilangkann torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. “putaran
restitusi = balasan”
Expulsi
◦ Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphysis dan menjadi hypomochlion untuk
kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir
searah dengan paksi jalan lahir.
*
◦ Jika UUK kanan melintang, maka jalan
persalinan sama, hanya UUK sekarang
memutar ke kanan searah dengan jarum jam.
◦ Putaran paksi luar terjadi ke arah tuber
ishiadicum sebelah kanan
JALANNYA
PERSALINAN
SECARA KLINIS
Tanda –Tanda Bahwa Persalinan
Sudah Dekat
◦ Ibu merasa keadaannya lebih enteng
(lightening), sesak berkurang Peningkatan Braxton Hicks
◦ Berjalan lebih sukar, perasaan nyeri Sebelum persalinan muncul his
pada anggota gerak bawah pendahuluan/palsu
◦ Beser kencing (pollakisuria)
• Tidak teratur
• Nyeri perut bawah dan lipat paha
Turunnya Rahim karena masuknya
• Tidak nyeri memancar dari pinggang ke
kepala kedalam rongga panggul.
perut bawah
• Kontraksi pendek dan tidak tambah kuat
(bila berjalan)
• Tidak ada pengaruh terhadap cervix
Tanda-Tanda Persalinan
His
Persalinan

Lendir berdarah dari


jalan lahir (show)

Keluarnya cairan
banyak dengan
sekonyong-
konyong dari jalan
lahir
1. His Persalinan

Kontraksi fisiologis, tapi bersifat nyeri.


- Bersifat autonom
“Berkala”
• Lama: 45-75 detik
• Kekuatan: 35 mmHg (klinis: apakah jari kita
dapat menekan ke dalam dinding Rahim)
• Interval:
- Awal persalinan : 1x10 menit
- Kala II : 1x2 menit HIS ADEKUAT
(PPK Obgin, RSHS, FK Unpad)

Kontraksi 3 kali dalam 10 menit


Lamanya 40-60 detik
Tekanan intrauterine 40-60mg
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir
2. Keluarnya
dari canalis cervicalis keluar disertai sedikit Lendir
darah.
Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena
Berdarah dari
lepasnya selaput janin pada bagian bawah
Rahim sehingga beberapa capiller terputus.
Jalan Lahir
(show)
3. Keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-
konyong dari jalan lahir

Terjadi jika ketuban pecah atau selaput janin robek.

Biasanya pecah kalau


Tetapi kadang ketuban
pembukaan lengkap
pecah pada pembukaan
atau hampir lengkap dan
kecil, malahan terkadang
dalam hal ini keluarnya
selaput janin robek
cairan merupakan tanda
sebelum persalinan
yang lambat sekali
Kala Persalinan
Kala I / Kala II /
Kala III / Uri
Pembukaan Pengeluaran
• Dimulai dari his • Dimulai dari • Dimulai dari
persalinan pembukaan lahirnya bayi
pertama lengkap sampai
sampai sampai lahirnya
pembukaan lahirnya bayi plasenta
cervix menjadi
lengkap

*Setelah plasenta lahir mulailah masa nifas


(puerpureum) *Dalam klinik, diakui adanya kala IV ialah masa 1 jam setelah plasenta
lahir.
Merupakan 1 jam pertama dari masa nifas, tetapi dari segi praktis
sebaiknya dimasukan dalam persalinan karena pada masa ini sering
timbul perdarahan.
KALA I
◦ Lambat laun his bertambah kuat:
Interval lebih pendek, kontraksi lebih kuat dan lama. Lendir berdarah bertambah
banyak.

◦ Untuk menilai lancarnya persalinan, kemajuan yang normal ialah:

“Penambahan pembukaan 1 cm sejam bagi primigravida dan 2 cm bagi multigravida”


Tapi sesungguhnya kemajuan pembukaan tidak sama rata tetapi kita mengenal 2 fase:
a. Fase latent
Pembukaan sangat lambat ialah dari 0 sampai 3 cm mengambil waktu +- 8 jam
b. Fase aktif
Pembukaan lebih cepat:
1. Fase akselerasi (percepatan) dari pembukaan 3-4 cm ; 2 jam
2. Fase kemajuan maksimal dari pembukaan 4-9 cm; 2 jam
3. Fase decelerasi dari pembukaan 9-10 cm; 2 jam
MEAN LABOR CURVE
Bagi multipara fase latent
mengambil waktu 5-6 jam
sedangkan persalinan
selanjutnya hanya
membutuhkan satu jam.
KALA II
◦ His menjadi lebih kuat: kontraksi selama 50-100 detik, datangnya tiap 2-3 menit
◦ Pasien mulai mengejan
◦ Tanda bahwa kepala sudah sampai dasar panggul: perineum menonjol, vulva
menganga, rectum terbuka
◦ Saat his kepala nampak/keluar vulva, surut jika his berhenti.
◦ Dengan extensi lahirlah UUB, dahi, dan mulut. Terjadi putaran paksi luar. Pada his
berikutnya bahu lahir, bahu belakang dulu kemudian bahu depan, disusul seluruh
badan anak dengan fleksi lateral, sesuai paksi jalan lahir
◦ Lamanya kala II pada primi +- 50 menit, pada multi +- 20menit
KALA III
◦ Setelah anak lahir his berhenti sebentar, tetapi setelah beberapa menit timbul lagi.
(disebut his pelepasan uri)
◦ Setelah anak lahir: uterus teraba keras, segmen atas lebar karena mengandung
plasenta, fundus uteri teraba sedikit di bawah pusat.
◦ Tanda-tanda pelepasan plasenta:
- Uterus menjadi bundar
- Perdarahan (sekonyong-konyong dan agak banyak)
- Memanjangnya tali pusat yang lahir
- Naiknya fundus uteri
◦ Lamanya kala uri +- 8,5 menit, dan
pelepasan plasenta hanya memakan
waktu 2-3 menit

◦ Perdarahan dalam kala uri +- 250 cc


KALA IV
• Pengawasan perdarahan post partum:
Masih membutuhkan
pengawasan intensif karena Yang harus diawasi ialah
perdarahan e.c atonia uteri 1. Cek kelengkapan plasenta
masih mengancam. 2. Darah yang keluar dari jalan lhir
3. Fundus uteri: darah dari cavum uteri tidak dapat mengalir karena
terhalang bekuan darah.
4. Kontraksi Rahim: Perdarahan ec atonia uteri hanya mungkin kalau
konsistensi Rahim lunak. Jika ada perdarahan sedangkan kontraksi
baik,maka perdarahan itu disebabkan perlukaan
5. Keadaan umum ibu
6. Pengobatan perdarahan post partum:
- Massage Rahim
- Suntik Pitocin dan methergin
- Pemberian infus
RUPTURA PERINEI
◦ Sebab-sebab rupture perinei:
- Kepala anak terlalu cepat lahir
- Anak besar
- Persalinan buatan
- Arcus pubis sempit
- Vagina sempit
- Perineum yang kaku
- Posisi occipito posterior
◦ Kerusakan pada dasar panggul ini jika tidak dijahit dengan baik
menyebabkan dukungan untuk alat-alat kandungan dalam tidak
sempurna, sehingga uterus turun “prolapsus uteri”

◦ Selain melemahkan dasar panggul, ruptura perinei menyebabkan


incontinentia alvi; karena hubungan antara vagina dan rectum,
kemungkinan infeksi alat kandungan besar.
Episiotomi adalah incise dari perineum untuk
memudahkan persalinan dan mencegah rupture
perinei totalis
◦ Maksud tujuan episiotomi:
1. Membuat luka yang lurus dengan pinggir tajam
Episiotomi 2.
(lebih mudah dijahit dan sembuh sempurna)
Mengurangi tekanan pada kepala anak
3. Mempersingkat kala II
4. Episiotomi lateralis dan mediolateralis mengurangi
kemungkinan rupture perinei totalis
4 macam episiotomi:
1. Medialis dibuat garis tengah
2. Mediolateralis dari garis tengah
kesamping menjauhi anus
3. Episiotomi lateralis, 1-2 cm dia atas
commisura posterior ke samping
4. Episiotomi sekunder: kalau kita
melihat rupture perinei yang
spontan atau episiotomy medialis
yang melibar sehingga menjadi
rupture perinei totalis, maka kita
gunting ke samp
MEDIOLATERALIS MEDIALIS SEKUNDER

- Anak besar Anak premature Jika penilaian kita


- Posisi occipito salah
posterior atau letak
defleksi
- Forceps yang sulit
(tengah)
- Perineum pendek

Saat membuat episiotomy ialah waktu kepala


tampak d 2-3 cm
FAKTOR-FAKTOR
PROGNOSA
KEHAMILAN
1.Paritas
Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap memberikan
tahanan yang lebih kecil. Juga dasar panggul seorang multipara tidak memberikan
tahanan banyak terhadap kemajuan anak.
2. Cervix yang kaku (tahanan besar dan dapat memperpanjang persalinan)
3. Usia Penderita (terlalu muda/tua)
4. Interval (jangka waktu) antara persalinan
Jika interval melebihi 10 tahun, maka kehamilan dan persalinan menyerupai kehamilan dan
persalinan pada primi tua. (penyulit: persalinan lama, plasenta previa dan solusio plasenta)
5.Besarnya anak
APN
Asuhan Persalinan Normal
Dan
Perawatan Neonatal Esensial Pada Saat Lahir
Persalinan dan kelahiran dikatakan normal jika:
◦ Usia kehamilan cukup bulan (37-42 minggu)

◦ Persalinan terjadi spontan

◦ Presentasi belakang kepala

◦ Berlangsung tidak lebih dari 18 jam

◦ Tidak ada komplikasi pada ibu maupun janin


1. Kala I
Tatalaksana

➢Beri dukungan dan dengarkan keluhan ibu

➢Jika ibu tampak gelisah/kesakitan:


✓ Biarkan ia berganti posisi sesuai keinginan, tapi jika di tempat tidur
sarankan untuk miring kiri.

✓ Biarkan ia berjalan atau beraktivitas ringan sesuai kesanggupannya

✓Anjurkan suami atau keluarga memjiat punggung atau membasuh


muka ibu

✓Ajari teknik bernapas

➢Jaga privasi ibu. Gunakan tirai penutup dan tidak


menghadirkan orang lain tanpa seizin ibu.
➢Izinkan ibu untuk mandi atau membasuh kemaluannya setelah
buang air kecil/besar

➢Jaga kondisi ruangan sejuk. Untuk mencegah kehilangan panas


pada bayi baru lahir, suhu ruangan minimal 25 C dan semua
pintu serta jendela harus tertutup.

➢Beri minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi.

➢Sarankan ibu berkemih sesering mungkin.

➢Pantau parameter berikut secara rutin dengan menggunakan


partograf
➢Pasang infus intravena untuk pasien dengan:
✓Kehamilan lebih dari 5
✓Hemoglobin ≤9 g/dl atau hematokrit ≤27%
✓Riwayat gangguan perdarahan
✓Sungsang
✓Kehamilan ganda
✓Hipertensi
✓Persalinan lama

➢Isi dan letakkan partograf di samping tempat tidur atau di dekat


pasien

➢ Lakukan pemeriksaan kardiotokografi jika memungkinkan

➢Persiapkan rujukan jika terjadi komplikasi


Perihal Yang Baiknya Tidak
Dilakukan Selama Persalinan
➢Kateterisasi kandung kemih rutin: dapat meningkatkan risiko infeksi
saluran kemih. Lakukan hanya jika ada indikasi.
➢Posisi terlentang: dapat mengurangi detak jantung dan penurunan
aliran darah uterus sehingga kontraksi melemah
➢Mendorong abdomen: menyakitkan bagi ibu, meningkatkan risiko
ruptura uteri
➢Mengedan sebelum pembukaan serviks lengkap: dapat
menyebabkan edema dan/atau laserasi serviks
➢Enema
➢Pencukuran rambut pubis
➢Membersihkan vagina dengan antiseptik selama persalinan
Kala II, III, dan IV
Tatalaksana pada kala II, III, dan IV tergabung dalam 58 langkah APN yaitu:

a. Mengenali tanda dan gejala kala dua

1. Memeriksa tanda berikut:


• Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

• Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/ atau vaginanya.

• Perineum menonjol dan menipis.

• Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.


b. Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial.
• Klem, gunting, benang tali pusat, penghisap lendir steril/DTT siap dalam wadahnya

• Semua pakaian, handuk, selimut dan kain untuk bayi dalam kondisi bersih dan hangat

• Timbangan, pita ukur, stetoskop bayi, dan termometer dalam kondisi baik dan bersih

• Patahkan ampul oksitosin 10 unit dan tempatkan spuit steril sekali pakai di dalam partus set/wadah DTT

• Untuk resusitasi: tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk atau kain bersih dan kering, alat penghisap lendir,
lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm diatas tubuh bayi.

• Persiapan bila terjadi kegawatdaruratan pada ibu: cairan kristaloid, set infus
3. Kenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih, sepatu tertutup
kedap air, tutup kepala, masker, dan kacamata.

4. Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan lalu cuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih kemudian keringkan dengan handuk atau
tisu bersih.

5. Pakai sarung tangan steril/DTT untuk pemeriksaan dalam.

6. Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin
10 unit dan letakkan kembali spuit tersebut di partus set/ wadah DTT
atau steril tanpa mengontaminasi spuit.
c. Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik

7. Bersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang dengan kapas atau kasa yang

dibasahi air DTT.

8. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah

lengkap. Lakukan amniotomi bila selaput ketuban belum pecah, dengan syarat: kepala

sudah masuk ke dalam panggul dan tali pusat tidak teraba.

9. Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan yang masih memakai

sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan sarung tangan dalam

keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua

tangan setelahnya.

10. 10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) segera setelah kontraksi berakhir untuk

memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160 kali/ menit). Ambil tindakan

yang sesuai jika DJJ tidak normal.


d. Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses Bimbingan
Meneran
11. Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.

12. Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran

13.Bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan dia


merasa nyaman.

14.Anjurkan ibu untuk cukup minum.

15.Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan


yang kuat untuk meneran.

16.Perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai.

17.Nilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.


Segera hubungi dokter spesialis obstetri dan ginekologi jika bayi belum atau tidak
akan segara lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran (untuk multigravida) atau 60
menit (1 jam) meneran (untuk multigravida). Jika dokter spesialis obstetri dan
gineklogi tidak adad, segera persiapkan rujukan.
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman,

jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

e. Mempersiapkan Pertolongan Kelahiran Bayi

15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan handuk

bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.

17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.

18. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
f. Membantu Lahirnya Kepala

19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering, sementara
tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala.

• Anjurkan ibu meneran sambil bernapas cepat dan dangkal.

20. Periksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi.
21. Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
g. Membantu Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.
g. Membantu Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.
h. Membantu Lahirnya Badan dan Tungkai

23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada di bawah ke arah perineum ibu

untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah.

◦ Gunakan tangan yang berada di atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.

24. Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan penelusuran tangan yang berada di atas

ke punggung, bokong, tungkai dan kaki bayi.

• Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang masing-masing mata kaki

dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)


I. Penanganan Bayi Baru Lahir

25. Lakukan penilaian selintas dan jawablah tiga pertanyaan berikut untuk
menilai apakah ada asfiksia bayi:
• Apakah kehamilan cukup bulan?

• Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?

• Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?


26. Bila tidak ada tanda asfiksia, lanjutkan manajemen bayi baru lahir normal.
Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu

• Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya KECUALI
BAGIAN TANGAN TANPA MEMBERSIHKAN VERNIKS.

◦ Ganti handuk basah dengan handuk yang kering

◦ Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas dada atau perut ibu

◦ Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi lain dalam
uterus (hamil tunggal).
Manajemen Aktif Kala III

28.Beritahukan kepada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin untuk membantu
uterus berkontraksi baik.

29.Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikan oksitosin 10 unitIM di sepertiga
paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin!)

Jika tidak ada oksitosin :


• Rangsang putting payudara ibu dan minta ibu menyusui
untuk menghasilkan oksitosin ilmiah
• Beri ergometrin 0,2mg IM. Namun tidak dibolehkan pada
pasien preeklampsia, eklampsia, dan hipertensi karena
dapat memicu terjadinya penyakit serebrovascular
30. Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat pada

sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus) bayi (kecuali pada asfiksia neonatus, lakukan

sesegera mungkin). Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat ke arah distal

(ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama.

31. Potong dan ikat tali pusat.

◦ Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian gunting tali pusat di

antara 2 klem tersebut (sambil lindungi perut bayi).

◦ Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian lingkarkan kembali benang

ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan simpul kunci.

◦ Lepaskan klem dan masukkan dalam larutan klorin 0,5%.


32. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi
dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel dengan baik di dinding dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi
berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting
payudara ibu.

33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan pasang topi pada
kepala bayi.
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva

35. Letakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di tepi atas
simfisis dan tegangkan tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus ke arah dorso-kranial secara hati-hati,
seperti gambar berikut, untuk mencegah terjadinya inversio uteri.
Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40
detik, hentikan penegangan tali
pusat dan tunggu hingga timbul
kontraksi berikutnya dan ulangi
prosedur diatas
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta
terlepas, lalu minta ibu meneran sambil menarik tali pusat dengan arah
sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir
dengan tetap melakukan tekanan dorso-kranial, seperti gambar berikut.

• Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak


sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
• Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
✓Beri dosis ulangan oksitosin 10 unitIM

✓Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh

✓Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan

✓Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya

✓Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi
lahir

✓Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual.


38. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan.

• Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jarijari tangan atau
klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.

39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus
dengan meletakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras).

◦ Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik
melakukan rangsangan taktil/ masase.
I. Menilai Perdarahan

40. Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu


maupun janin dan pastikan bahwa selaputnya lengkap dan
utuh.

41. Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan


lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan
aktif.
j. Melakukan Asuhan Pasca Persalinan (Kala IV)

42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam

43. Mulai IMD dengan memberi cukup waktu untuk melakukan kontak kulit

ibu-bayi (di dada ibu minimal 1 jam).

• Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai menyusu

• Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini

dalam waktu 60-90 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung pada

menit ke-45-60, dan berlangsung selama 10-20 menit. Bayi cukup

menyusu dari satu payudara.


• Tunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya dan biarkan bayi
berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.

• Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam atau sebelum
bayi menyusu, usahakan ibu dan bayi dipindah bersama dengan
mempertahankan kontak kulit ibu dan bayi.

• Jika bayi belum menemukan puting ibu - IMD dalam waktu 1 jam,

posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit

dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya.


◦ Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, pindahkan ibu ke

ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan asuhan

perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian vitamin K1,

salep mata) dan kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu.

◦ Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga

kehangatannya.
◦ Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari

pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh,

buka pakaiannya kemudian telungkupkan kembali di dada ibu

dan selimuti keduanya sampai bayi hangat kembali.

◦ Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus

selalu dalam jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga bayi

bisa menyusu sesering keinginannya.


42. Setelah kontak kulit ibu-bayi dan IMD selesai:

◦ Timbang dan ukur bayi.

◦ Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1% atau antibiotika lain).

◦ Suntikkan vitamin K1 1 mg (0,5 mL untuk sediaan 2 mg/mL) IM di paha kiri anterolateral


bayi.

◦ Pastikan suhu tubuh bayi normal (36,5 – 37,5oC).

◦ Berikan gelang pengenal pada bayi yang berisi informasi nama ayah, ibu, waktu lahir, jenis
kelamin, dan tanda lahir jika ada.

◦ Lakukan pemeriksaan untuk melihat adanya cacat bawaan (bibir sumbing/langitan sumbing,
atresia ani, defek dinding perut) dan tanda-tanda bahaya pada bayi.
45. Satu jam setelah pemberian vitamin K1, berikan suntikan imunisasi

hepatitis B di paha kanan anterolateral bayi.

• Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan.

• Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di

dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pecegahan perdarahan pervaginam:
• Setiap 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin.

• Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascasalin.

• Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascasalin.

• Lakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri jika uterus tidak berkontraksi dengan

baik.
47.Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi,

mewaspadai tanda bahaya pada ibu, serta kapan harus memanggil

bantuan medis.

48.Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

49.Periksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih ibu setiap 15

menit selama 1 jam pertama pascasalin dan setiap 30 menit selama jam

kedua pascasalin.

• Periksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pascasalin.

• Lakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal


50.Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas

dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5 – 37,50C).

• Tunda proses memandikan bayi yang baru saja lahir hingga minimal 24 jam

setelah suhu stabil.

51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah

didekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.

53. Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah.
Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

54. Pastikan ibu merasa nyaman.

• Bantu ibu memberikan ASI.

• Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.

56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan

bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10

menit.

57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian

keringkan dengan tisu atau handuk yang kering dan bersih.

58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan

asuhan kala IV.


PARTOGRAF
Partograf
• Informasi klinik tentang
kemajuan persalinan, asuhan,
pengenalan penyulit dan
membuat keputusan klinik

◦ Alat yang dipakai untuk memantau kemajuan persalinan, keadaan ibu dan

kesejahteraan janin.
Partograf
• Membantu petugas kesehatan mengambil keputusan secara
Tujuan cepat dalam pelaksanaan persalinan

• Pada pembukaan 4 ( fase aktif)


Dimulai

• Pada pasien yang akan dilakukan seksio sesarea, seperti pada


Tidak perdarahan antepartum, gawat janin, dan malpresentasi.
dilakukan
Komponen grafik memusatkan perhatian pada pembukaan menurut
waktu yang terbagi 2:
1. Fase laten persalinan dimulai sejak awal persalinan sampai pembukaan
rnencapai 3 cm dengan penipisan bertahap dari serviks dan biasanya
berlangsung tidak lebih dari 8 jam.

2. Fase aktif berlangsung dari 3-10 cm (pembukaan lengkap) dengan


kecepatan 1 cm/jam bagi primi dan 2 cm/jam bagi multipara. fase ini
ditempuh dalam 7 jam.
Pada fase ini terdapat 2 garis yaitu:
1. Garis waspada (alert line)
• Garis lurus dari pembukaan 4 cm sampai dengan 10 cm, sesuai kecepatan
pembukaan 1 cm/jam, sehingga ditempuh 7 jam.
• Pembukaan bergeser ke kanan garis ini (kemajuan lambat )
• kemungkinan dilakukan tindakan

2. Garis bertindak (action line)


• Berupa garis lurus yang sejajar dengan garis waspada dan berada 4cm di sebelah
kanan garis waspada
• Bila persalinan lancar maka Pembukaan berada di garis atau sebelah kiri garis
bertindak
• Bila melewati garis ini, diperlukan penilaian yang lebih saksama
1. Denyut jantung janin (1 jam)
2. Air ketuban → warna air ketuban setiap

Pencatatan U
melakukan pemeriksaan vagina :
: selaput Utuh

kondisi ibu J : selaput pecah, air ketuban Jernih

dan janin
M : air ketuban bercampur Mekonium
D : air ketuban bercampur Darah
T : Tidak ada cairan ketuban
Frekuensi bunyi jantung janin

Waktu terbaik untuk


Bunyi jantung janin dicatat
mendengarkan bunyi
pada bagian atas
jantung janin adalah
partograf setiap setengah
segera setelah fase
jam dan satu kotak
terkuat his lewat, dan
menggambarkan
didengarkan selama 1
setengah jam
menit.
Bunyi jantung janin dikatakan
abnormal bila:
Bunyi >160 kali/menit (takikardi) dan <120
kali/menit (bradikardi)
• Keadaan ini dapat merupakan indikasi adanya gawat janin

Bunyi jantung janin 100 kali/menit atau kurang,

• menunjukkan adanya gawat janin berat dan harus segera


diterminasi
Perubahan bentuk kepala janin
(molding/molase)
0 : sutura teraba jelas
1 : sutura (pertemuan dua tulang kepala) tidak teraba
2 : tulang kepala tumpang tindih tetapi masih bisa dipisahkan
3 : tulang kepala tumpang tindih tetapi tidak bisa dipisahkan

• Pembukaan mulut rahim (serviks) : dinilai setiap 4 jam dan


diberi tanda silang
• dilakukan pada grafik di bagian tengah partograf yang
sepanjang sisi kirinya terdapat angka 0-10 pada setiap
kotak. Setiap kotak menunjukkan pembukaan 1 cm
• Penurunan kepala : mengacu pada bagian
kepala yang teraba pada pemeriksaan
abdomen/luar diatas simfisis pubis (menurut
per5an), dicatat dan diberi tanda (o) pada
setiap pemeriksaan dalam.

Penurunan 5/5 4/5 3/5 2/5 1/5 0/5


Abdomen S
S
S
P e ri ks a lu ar

S
S
PAP O S
O
O
Rongga O
O
Panggul O

Sinsiput Sinsiput Sinsiput Sinsiput


Sama Kepala
tinggi mudah teraba teraba
sekali tidak
oksiput teraba oksiput oksiput
diatas teraba
mudah oksiput sedikit tidak
PAP lagi
teraba teraba teraba teraba
Pe ri k s a

Bidang HI H I-II H II H III+ H III-IV H IV


d a la m

Hodge

Stasiun -5 -3 -1 +1 +3 +5
◦ Waktu : menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien
terpantau,
◦ catat jam sesungguhnya
◦ Kontraksi : catat jam pada setiap fase laten, dan fase aktif, lakukan palpasi untuk
menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-tiap kontraksi dalam
hitungan detik:
✓ Kurang dari 20 detik
✓ Antara 20-40 detik
✓ Lebih dari 40 detik
◦ Pengamatan his dilakukan setiap 1 jam dalam fase laten dan setiap ½ jam dalam fase
aktif, dengan mengamati frekuensi (jumlah his/10 menit) dan lamanya (detik) dari
permulaan his terasa pada palpasi perut sampai hilang
◦ His dicatat pada partograf di bawah garis waktu sesuai dengan penulisan waktu pada
partograf, yaitu pada 5 kotak kosong melintang sepanjang partograf yang sisi kirinya
tertulis 'his/10 menit'.
◦ Satu kotak menggambarkan satu his, dan bila ada 2 his dalam 10 menit, maka ada 2 kotak
yang diarsir.
• Oksitosin : jika memakai oksitosin, catatlah
banyaknya oksitosin pervolume cairan infus dan tetesan
permenit
• Obat yang diberikan : catat semua obat lain yang
diberikan
• Nadi : catat setiap 30-60 menit dan tandai
dengan sebuah titik besar (.)
• Tekanan darah: catat setiap 2 jam
• Protein, aseton, dan volume urin : catat setiap ibu
berkemih
Pencataan lembar belakang

1. Data dasar
• Mulai dari tanggal persalinan berlangsung hingga pendamping pada saat merujuk.

2. Kala I
• Berisi pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada,
masalah-masalah yang dihadapi, penatalaksanaan, dan hasil dari
penatalaksanaan tersebut

3. Kala II
• terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah
penyerta, penatalaksanaan, dan hasilnya
4. Kala III
• lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, pemijatan fundus,
plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir dalam waktu lebih dari 30 menit, laserasi,
atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan, dan hasilnya

5. Bayi baru lahir


• berisi informasi mengenai berat dan panjang lahir, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi,
pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan terpilih, dan hasilnya

6. Kala IV
• Pemantauan tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung kemih
(kosong/isi), dan perdarahan pascapersalinan. dilakukan setiap 15 menit pada 1 jam
pertama setelah melahirkan dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya
LEMBAR
DEPAN
LEMBAR
BELAKANG
TERIMAKASIH
Wassalamualaikum wr.wb
Semoga bermanfaat…

SOURCE:
◦ Cuningham. 2012. Obstetri williams. Edisi 23, volume 1. Jakarta : EGC
◦ Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi FK Unpad Edisi 3
◦ Obstetri Fisiologi Ilmu Kesehatan Reproduksi FK Unpad Edisi 2
◦ Panduan Praktik Klinik (PPK) Obstetri Ginekologi 2018 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung FK-Unpad
◦ Buku saku pelayanankesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan. Edisi 1, 2013.
Kemenkes Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai