Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN ANTARA POST NATAL BREAST CARE DENGAN

TERJADINYA BENDUNGAN ASI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA


(BPS) WILAYAH KERJA PUSKESMAS WURYANTORO WONOGIRI

Sutarni & Herdini Widyaning Pertiwi


Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

ABSTRAK
Salah satu tidak tercapainya ASI eksklusif yaitu bayi tidak mendapat ASI
yang cukup dikarenakan masalah dalam menyusui yang dikarenakan
bendungan ASI. Bendungan ASI disebabkan oleh pengeluaran susu
yang tidak lancar Di Bidan Praktek Swasta (BPS) wilayah Kecamatan
Wuryantoro masih terdapat ibu menyusui yang mengalami bendungan
ASI pada hari ke 3-6 masa nifas, karena sebagian besar ibu belum
mengerti tentang perawatan payudara (breast care).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara post natal


breast care dengan terjadinya bendungan ASI di Bidan Praktek Swasta
(BPS) wilayah kerja Puskesmas Wuryantoro Wonogiri Metode:
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan metode cross
sectional. Populasi adalah seluruh ibu post partum yang ada di BPS
wilayah Puskesmas Wuryantoro Desember 2013 sebanyak 30 orang
dan semuanya dijadikan sampel (total populasi).Variabel bebas adalah
post natal bresat care dan variabel terikat bendungan ASI. Analisis
satistik menggunakan uji Chi-square (X2) dengan tingkat kepercayaan
95% atau α = 0,05.
Hasil penelitian bahwa Post natal breast care di Bidan Praktek Swasta
(BPS) wilayah kerja Puskesmas Wuryantoro Wonogiri termasuk baik
sebesar 43,3%, kategori cukup 33,3% dan kategori kurang 23,3%.
Sebagian besar responden (66,7% tidak mengalami bendungan ASI dan
sisanya 33,3% mengalami bendungan ASI. Hasil uji statistik Chi
2
squarediperoleh X = 11,327 dengan p-value = 0,003 (p<0,05) yang
berarti ada hubungan antara breast care dengan kejadian bendungan
ASI di Bidan Praktek Swasta (BPS) wilayah kerja (p = 0,003).

Dengan demikian ada hubungan antara breast care dengan kejadian


bendungan ASI di Bidan Praktek Swasta (BPS)

Kata kunci : Breast Care, Bendungan Payudara, Ibu Post Partum.

PENDAHULUAN pemeriksaan dokter pada akhir


Hasil Riset Kesehatan Dasar minggu ke-6, biasanya rahim berukuran
(RisKesDas) tahun 2010 menunjukkan lebih kecil dan lebih kencang dari pada ibu
pemberian ASI di Indonesia saat ini yang tidak menyusui. Sebagian ibu tidak
memprihatinkan, presentase bayi yang menyusui bayinya. Masa laktasi
menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan mempunyai tujuan meningkatkan
hanya 15,3%. Hal ini disebabkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan
kesadaran masyarakat dalam mendorong pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun
peningkatan pemberian ASI masih relative secara
rendah (Depkes, 2011). baik dan benar serta anak
mendapatkan kekebalan tubuh secara
Aktivitas menyusui bayi dapat alami (Prasetyono, 2009:14). Masalah
merangsang rahim untuk mengecil yang timbul selama masa

Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 01, Juni 2014 43


menyusui dapat dimulai sejak periode bendungan ASI. Bendungan ASI
antenatal, masa pasca persalinan dini disebabkan oleh pengeluaran susu yang
(nifas atau laktasi) dan masa pasca tidak lancar, karena bayi tidak cukup
persalinan lanjut. Salah satu masalah sering menyusu, produksi meningkat,
menyusui pada masa pasca persalinan terlambat menyusukan, hubungan dengan
dini (masa nifas atau laktasi) adalah bayi (bonding) kurang baik, dan dapat
puting susu nyeri, puting susu lecet, pula karena adanya pembatasan waktu
payudara bengkak, dan mastitis menyusui.
(Ambarwati, 2008:21) Engorgement (Bendungan ASI)
Di Bidan Praktek Swasta (BPS) kebanyakan terjadi pada hari kedua
wilayah Kecamatan Wuryantoro masih sampai hari keempat postpartum.
terdapat ibu menyusui yang mengalami Terjadinya pembengkakan payudara dan
bendungan ASI pada hari ke 3-6 masa secara palpasi teraba keras, kadang
nifas, karena sebagian besar ibu belum terasa nyeri serta seringkali disertai
mengerti tentang perawatan payudara peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak
(breast care). terdapat tanda-tanda kemerahan dan
Dari data Survei Demografi dan demam. Gangguan ini dapat menjadi lebih
Kesehatan Indonesia Tahun 2012 (SDKI parah bila ibu
2012) menunjukkan bahwa sebanyak 27 jarang menyusukan bayinya, akibatnya
% bayi di Indonesia mendapatkan ASI bayi tidak mendapatkan ASI (Sarwono,
eksklusif sampai dengan umur 4-5 bulan. 2008:24).
Sedangkan Riset Kesehatan Dasar Tahun Berdasarkan hasil dari studi
2013 (Riskesdas 2013) mendapatkan pendahuluan tersebut, peneliti tertarik
30,2% bayi 0-6 bulan mendapatkan ASI untuk meneliti adanya “Hubungan Antara
saja pada 24 jam terakhir. Masalah yang Post Natal Breast Care Dengan
tersering dalam Terjadinya Bendungan Asi Di Bidan
menyusui adalah putting susu nyeri/lecet, Praktek Swasta Wilayah Kerja Puskesmas
sekitar 57% dari ibu Wuryantoro Wonogiri”.
menyusui dilaporkan pernah menderita
kelecetan pada putingnya (Soetjiningsih, TINJAUAN PUSTAKA
2012; h.105). Konsep Dasar Nifas (Post Partum)
Berdasarkan survey lapangan di 1. Definisi
BPS Danik Sumawati Desa Wuryantoro Masa nifas adalah masa setelah
Kecamatan Wuryantoro Kabupaten keluarnya plasenta sampai alat alat
Wonogiri 8 Oktober tahun 2013 terhadap reproduksi pulih seperti sebelum hamil
10 orang ibu post partum, didapatkan 6 dan secara normal, masa nifas
orang (60%) tidak berlangsung selama 6 minggu atau 40
mengerti tentang perawatan payudara, hari (Ambarwati, 2009:23). Nifas disebut
dan 4 orang (40%) sudah mengerti juga post partum atau puerpurium adalah
perawatan payudara. Dari 4 masa atau waktu sejak bayi lahir dan
orang yang sudah mengerti perawatan plasenta keluar sampai enam minggu
payudara tidak ada yang disertai dengan pulihnya
mengalami bendungan ASI. Sedangkan kembali organ-organ kandungan
dari 6 orang yang tidak (Rahmawati, 2008:16).
mengerti perawatan payudara terdapat 1 Menurut (Sarwono, 2008:24) masa
orang (16,7%) yang mengalami mulai setelah partus selesai dan berakhir
bendungan ASI. Hal ini setelah kira kira 6 minggu, akan tetapi
disebabkan karena kurangnya informasi seluruh alat genital baru pulih kembali
yang mereka dapatkan, dan diantaranya sebelum ada kehamilan dalam waktu 3
mereka pendidikannya rendah. bulan.
Nifas atau purperium adalah
Salah satu tidak tercapainya ASI periode waktu atau masa dimana organ-
eksklusif yaitu bayi tidak mendapat ASI organ reproduksi kembali pada keadaan
yang cukup dikarenakan masalah dalam tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu
menyusui yang dikarenakan sekitar enam

Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 01, Juni 2014 44


minggu. Masa nifas (purperium) ini dimulai persalinan, ibu masih pasif dan
setelah kelahiran placenta dan berakhir sangat bergantung pada orang
ketika alt- alat kandungan kembali seperti lain, fokus perhatian terhadap
keadaan sebelum hamil. Masa nifas tubuhnya, ibu lebih
berlangsung selama kira- kira enam mengingat pengalaman
minggu (Saifudin, 2005:31) atau dimulai melahirkan dan persalinan yang
setalah partus dan berakhir setelah kira- dialami.
kira enam minggu (Wiknjosastro, b. Fase Taking hold
2007:34). Adalah periode yang
Dan ada juga yang mengatakan berlangsung antara 3 sampai 10
masa nifas (purperium) adalah masa pulih hari setelah melahirkan, pada
kembali, mulai dari persalinan selesai fase ini timbul rasa
sampai alat- alat kandungan kembali khawatirakanketidak
seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini kemampuan dan rasa tanggung
yaitu 6-8 minggu (Manuaba, 2003). Dan jawabnya dalam
ibu nifas adalah seorang perempuan yang merawat bayi, ibu mempunyai
telah melahirkan sampai 6 minggu perasaan sangat
(Sarwono, 2008:28) dapat juga sebutan sensitif sehingga mudah
untuk orang perempuan yang telah tersinggung dan gampang
melahirkan sampai 40 hari. marah.
c. Fase Letting go
2. Tahapan Masa Nifas Adalah periode menerima
Menurut (Ambarwati, 2009:22) tanggung jawab akan peran
masa nifas dibagi dalam 3 tahapan barunya, fase ini berlangsung
diantaranya adalah : sepuluh hari setelah melahirkan,
a. Puerpurium dini ibu sudah mulai menyesuaikan
Kepulihan dimana ibu telah diri dengan ketergantungan
diperbolehkan berdiri dan bayinya, ibu mulai mengerti
berjalan jalan. Dalam agama bahwa bayi butuh disusui
islam dianggap telah bersih dan sehingga siap
boleh bekerja setelah 40 hari. terjaga untuk memenuhi
kebutuhan bayinya.
b. Puerpurium intermedial Adalah
kepulihan menyeluruh alat alat Konsep Dasar Laktasi
genetalia yang lamanya 6 1. Pengertian laktasi
sampai 8 minggu. Laktasi (menyusui) adalah suatu
c. Remote puerpurium cara yang tidak ada duanya dalam
Adalah waktu yang diperlukan memberikan makanan yang ideal bagi
untuk pulih dan sehat sempurna pertumbuhan dan perkembangan bayi
terutama bila selama hamil atau yang sehat serta mempunyai pengaruh
waktu ke waktu persalinan yang biologis dan kejiwaan terhadap ibu
mempunyai komplikasi, waktu dan bayinya. Zat-zat anti infeksi yang
untuk sehat sempurna bisa terkandung dalam ASI membantu
berminggu melindungi bayi terhadap penyakit
minggu, bulanan dan tahunan. (Anggraini Y., 2010;15).
Laktasi, kelenjar mammae telah
disiapkan semenjak kehamilan. Umumnya
3. Perubahan Psikologi Pada Masa produksi ASI baru terjadi hari
Nifas ke dua atau ketiga pasca persalinan.Pada
Menurut(Saleha,2009:18) hari pertama keluar kolostrum cairan
perubahan emosi psikologi masa nifas kuning yang lebih kental dari pada air
dibagi dalam beberapa fase : susu mengandung banyak protein,
a. Fase Taking in albumin, globulin. Putting susu harus
Adalah Terjadi pada satu sampai diperhatikan kebersihannya dan luka
dua hari setelah pecah harus

Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 01, Juni 2014 45


segera diobati karena kerusakan putting 3. Manfaat ASI
susu merupakan port de’ entrée dan Menurut (Anggraini Y., 2010)
dapat menimbulkan mastitis. manfaat ASI sebagai berikut:
a. ASI merupakan sumber
makanan yang mengandung
2. Fisiologi Laktasi nutrisi yang lengkap untuk bayi.
Menurut (Anggraini Y., 2010:15)
pemberian ASI terdapat 2 refleks yang b. ASI dapat meningkatkan daya
berperan sebagai pembentukan dan tahan tubuh bayi yang
pengeluaran air susu,yaitu: mengandung zat antibody
a. Refleks prolaktin sehingga akan jarang sakit.
Setelah seoarang ibu melahirkan c. ASI meningkatkan kekebalan
dan terlepasnya plasenta fungsi tubuh.
korpus luteum berkurang maka d. Menunjang perkembangan
estrogen dan progestinnya kepribadian, dan kecerdasan
berkurang. Dengan adanya emosional.
hisapan bayi pada putting susu e. Mengurangi perdarahan setelah
dan areola akan merangsang melahirkan.
ujung- f. Dengan menyusui maka akan
ujung saraf sensorik, terjadi rasa sayang antara ibu
rangsangan ini dilanjutkan ke dan bayi.
hipotalamus akan menekan g. Melindungi anak dari serangan
pengeluaran faktor-faktor yang elergi.
menghambat sekresi prolaktin
namun sebaliknya. Hormon Konsep Dasar Breast Care
prolaktin yang akan merangsang 1. Pengertian Breast Care
sel-sel alveoli Bagi seorang wanita, payudara
yang berfungsi untuk membuat adalah organ yang sangat penting bagi
susu. kelangsungan perkembangan bayi yang
b. Refleks let down dilahirkannya. Payudara
Bersamaandengan memang secara natural akan
pembentukan prolaktin mengeluarkan ASI begitu ibu melahirkan.
rangsangan yang berasal dari Tetapi bukan berarti seorang ibu tidak
hisapanbayiyang perlu merawat payudaranya. Perawatan
dilanjutakankehipofise payudara adalah suatu cara yang
anterior yang kemudian dilakukan untuk merawat payudara agar
dikeluarkan oksitosin. Melalui air susu keluar dengan lancar.
aliran darah, hormon ini diangkut
menuju uterus yang dapat Merupakan suatu tindakan
menimbulkan kontraksi perawatan payudara yang dilaksanakan,
pada uterus sehingga terjadinya baik oleh pasien maupun dibantu orang
proses involusi. Isapan bayi juga lain yang dilaksanakn mulai hari pertama
merangsang produksi hormon atau kedua setelah melahirkan.
lain yang dinamakan oksitosin, Perawatan
yang membuat sel-sel otot di payudara bertujuan untuk melancarkan
sekitar alveoli berkontraksi, sirkulasi darah dan mencegah
sehingga air susu didorong tersumbatnya aliran susu sehingga
menuju memperlancar pengeluaran ASI, serta
puting payudara. Jadi, semakin menghindari terjadinya pembekakan dan
bayi menghisap, maka semakin kesulitan menyusui, selain itu juga
banyak air susu yang dihasilkan. menjaga kebersihan payudara agar tidak
mudah terkena infeksi (Anggraini Y.,
2010:18).

Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 01, Juni 2014 46


2. Tujuan Perawatan Payudara kedua telapak tangan diantara
Perawatan payudara pasca kedua payudara lakukan
persalinan merupakan kelanjutan pengurutan, dimulai dari arah
perawatan payudara semasa hamil, yang atas lalu arah sisi samping kiri
mempunyai tujuan sebagai berikut : kemudian kearah
kanan, lakukan terus pengurutan
a. Untuk menjaga kebersihan kebawah atau melintang. Lalu
payudara sehingga terhindar kedua tangan dilepas dari
dari infeksi payudara, ulangi gerakan 20-30
b. Untuk mengenyalkan putting kali untuk setiap satu payudara.
susu supaya tidak lecet
c. Untuk menonjolkan putting b. Pengurutan yang kedua
susu Menyokong payudara kiri
d. Menjaga bentuk buah dada dengan tangan kiri, kemudian
tetap bagus dua atau tiga jari tangan kanan
e. Untuk mencegah terjadinya mulai dari pangkal payudara dan
penyumbatan berakhir pada puting susu.
f. Untuk memperbanyak Lakukan tahap mengurut
produksi ASI payudara dengan sisi kelingking
g. Untuk mengetahui adanya dari arah tepi kearah putting
kelainan susu. Lakukan gerakan 20-30
Pelaksanaan perawatan payudara kali.
pasca persalinan dimulai sedini mungkin c. Pengurutan yang ketiga
yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan, hal Menyokongpayudara
ini dilakukan 2 kali dalam sehari (Endrou, dengansatutangan,
2008) sedangkantanganlain
mengurut dan menggenggam
3. Manfaat Perawatan Payudara dari pangkal menuju ke putting
a. Merangsang kelenjar-kelenjar air susu. Langkah gerakan 20-30
susu sehingga produksi ASI kali.
banyak dan lancer d. Pengompresan Alat-alat
b. Dapat mendetaksi kelainan- yang disiapkan:
kelainan payudara secara dini 1) 2 buah baskom sedang
c. Mempersiapkan mental ibu yang masing-masing diisi
untuk menyusui. dengan air hangat dan air
dingin.
4. Pengurutan Payudara 2) 2 buah waslap.
a. Tangan dilicinkan dengan
minyak kelapa / baby oil. Caranya:
b. Pengurutan payudara mulai dari Kompres kedua payudara dengan waslap
pangkal menuju arah putting hangat selama 2 menit, kemudian ganti
susu selama 2 menit (10 kali) dengan kompres dingin selama 1 menit.
untuk masing-masing payudara. Kompres bergantian selama 3 kali
berturut-turut
c. Handuk bersih 1-2 buah. dengan kompres air hangat.
d. Air hangat dan air dingin dalam Menganjurkan ibu untuk memakai BH
baskom. khusus untuk menyusui.
e. Waslap atau sapu tangan dari
handuk. 6. Perawatan puting susu
Puting susu memegang peranan
5. Langkah-langkah pengurutan penting pada saat menyusui. Air susu ibu
payudara: akan keluar dari lubang-lubang pada
a. Pengurutan yang pertama putting susu oleh karena itu putting susu
Licinkan kedua tangan dengan perlu dirawat agar dapat bekerja dengan
minyak tempatkan baik, tidak semua

Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 01, Juni 2014 47


wanita mempunyai putting susu yang putting susu karena akan
menonjol (normal). Ada wanita yang menyebabkan kulit kering dan
mempunyai putting susu dengan bentuk lecet. Pengguna pompa ASI atau
yang mendatar atau masuk kedalam, bekas jarum suntik yang
bentuk putting susu tersebut tetap dapat dipotong ujungnya juga
mengeluarkan ASI jika dirawat dengan dapat digunakan untuk
benar. Langkah-langkah yang perlu mengatasi masalah pada putting
dilakukan untuk merawat putting susu: susu yang terbenam.

a. Setiap pagi dan sore sebelum Bendungan ASI


mandi putting susu (daerah 1. Pengertian
areola mamae), satu payudara Bendungan ASI (Engorgement)
diolesi dengan adalah penyempitan pada duktus
minyak kelapa sekurang laktiferus, sehingga sisa ASI terkumpul
kurangnya 3-5 menit. pada system duktus yang
b. Jika putting susu normal, mengakibatkan terjadinya
lakukan perawatan dengan pembekakan (Sarwono, 2008:38).
oleskan minyak pada ibu jari dan Bendungan ASI adalah
telunjuk lalu letakkan keduanya pembendungan ASI karena penyempitan
pada putting susu dengan duktus laktiferus atau oleh kelenjar-
gerakan memutar dan ditarik- kelenjar yang tidak dikosongkan dengan
tarik selama 30 kali putaran sempurna atau karena kelainan pada
untuk kedua putting susu. puting susu, payudara yang membengkak
ini yang sering terjadi biasanya terjadi
c. Jika puting susu datar atau sesudah melahirkan pada hari ketiga atau
masuk kedalam lakukan tahapan ke empat (Bahiyatun, 2008:25).
berikut:
1) Letakkan kedua ibu jari Bendungan ASI adalah
disebelah kiri dan kanan menumpuknya ASI didalam payudara bila
putting susu, kemudian tidak dikeluarkan saat ASI terbentuk,
tekan dan hentakkan maka volume ASI dalam payudara akan
kearah luar menjahui melebihi kapasitas
putting susu secara alveoli untuk menyimpan ASI. Bendungan
perlahan. ASI terjadi sejak hari ketiga
2) Letakkan kedua ibu jari sampai hari keenam setelah persalinan,
diatas dan dibawah putting ketika ASI secara normal dihasilkan,
susu lalu tekan serta payudara menjadi sangat penuh (WHO,
hentakkan kearah 2003). Hal ini bersifat fisiologis dan
putting susu secara dengan penghisapan yang efektif dan
perlahan. pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh
3) Kemudian untuk masing- tersebut terisi sangat penuh dengan ASI
masing putting digosok dan cairan jaringan. Aliran vena dan
dengan handuk kasar limfotik
agarkotoran-kotoran tersumbat, aliran susu menjadi terhambat
yangmelekatpada dan tekanan pada saluran ASI dan alveoli
putting susu dapat terlepas. meningkat. Payudara
yang terbendung membesar,
d. Payudara dipijat untuk mencoba membengkak, dan sangat nyeri. Payudara
mengeluarkan ASI. dapat terlihat mengkilat dan edema
Lakukan langkah-langkah dengan daerah eritema difus. Putting susu
perawatan diatas 4-5 kali pada teregang menjadi rata, ASI tidak mengalir
pagi dan sore hari, dengan mudah, dan bayi mengenyut
sebaiknya tidak menggunakan untuk menghisap ASI
alkohol atau sabun untuk
membersihkan

Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 01, Juni 2014 48


2. Gejala c. Perlekatan kurang baik Banyak
Gejala bendungan air susu adalah ibu merasa lebih
terjadinya pembengkakan payudara dan mudah untuk menyusui bayinya
secara palpasi teraba keras, kadang pada satu sisi
terasa nyeri serta seringkali disertai payudara dibandingkan dengan
peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak payudara yang lain (WHO,
terdapat tanda-tanda kemerahan dan 2005).
demam. (Sarwono, 2008:38). d. Produksi ASI yang meningkat
Apabila ASI berlebihan, sampai
keluar memancar
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi maka sebelum menyusui
Bendungan ASI sebaiknya ASI dikeluarkan
Menurut (Sarwono, 2008:38) terlebih dahulu untuk
bendungan ASI disebabkan oleh menghindari bayi tersedak
pengeluaran air susu yang tidak lancar, dan menghilangkan bendungan
karena bayi tidak cukup sering atau memacu produksi ASI saat
menyusu, produksi meningkat, terlambat ibu sakit dan
menyusukan, hubungan dengan bayi tidak dapat langsung menyusui
(bonding) kurang baik, dan dapat pula bayinya (Suradi, 2004).
karena adanya pembatasan waktu
menyusui. e. Payudara yang tidak
a. Faktor frekuensi menyusui dikosongkan seluruhnya
Bahwa insiden bendungan Bila tidak dikeluarkan saat ASI
payudara dapat dikurangi hingga terbentuk, maka volume ASI
setengahnya bila bayi disusui dalam payudara akan melebihi
tanpa batas. Sejumlah penelitian kapasitas alveoli
lainnya mengamati bahwa bila untuk penyimpanannya sehingga
waktu untuk menyusui dijadwal bila situasi ini tidak di
lebih sering atasi,makaakan
terjadi bendungan yang sering menyebabkan bendungan dan
diikuti dengan mastitis dan mastitis dalam waktu singkat,
kegagalan laktasi (WHO, dan mempengaruhi kelanjutan
2003).Menyusuiyang produksi ASI dalam jangka
dijadwal akan berakibat kurang panjang (WHO, 2005).
baik karena isapan bayi sangat f. Pakaian yang ketat
berpengaruh BH yang ketat juga bias
pada rangsangan ASI menyebabkan segmental
selanjutnya (Suradi, 2005:33). engorgement (Soetjiningsih,
b. Menyusu Yang Buruk 2005:40).Selamamasa
Pentingnyakenyutan bayi yang menyusuisebaiknyaibu
baik pada payudara untuk menggunakan kutang(BH) yang
mengeluarkan ASI yang efektif. dapat menyangga payudara,
Kenyutan yang buruk tetapi tidak terlalu ketat (Suradi,
sebagai penyebab pengeluaran 2005:29)
ASI yang tidak efisien saat ini
dianggap sebagai faktor 4. Dampak Bendungan ASI
predisposisi utama mastitis. Statis pada pembuluh limfe akan
Selain itu, nyeri mengakibatkan tekanan intraduktal yang
puttingsusuakan akan mempengaruhi berbagai segmen
menyebabkan ibu menghindar pada payudara, sehingga tekanan seluruh
untuk menyusui payudara meningkat, akibatnya payudara
pada payudara yang sakit sering terasa penuh, tegang, dan nyeri
dan karena itulah (WHO, 2003), walaupun tidak disertai
terbentuknya statis ASI dan dengan demam (Suradi, 2004). Terlihat
bendungan ASI (WHO, 2005). kalang

Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 01, Juni 2014 49


payudara lebih lebar sehingga sukar menggunakan metode botol
dihisap oleh bayi. Bendungan ASI yang panas.
tidak disusukan secara adekuat akhinya i. Ibu meminta kepada
terjadi mastitis. anggota keluarga untuk
memposisikan mulut bayi agar
5. Penanganan Bendungan ASI dia dapat menyusu dengan baik.
Menurut (Prasetyono Sunar, Jika tidak seperti itu, payudara
2009:39) cara menangani bendungan ASI terasa perih atau saluran air
adalah sebagai berikut : susu tersumbat.
a. Massage payudara dan ASI j. Ibu mengganti BH yang sudah
diperas dengan tangan sebelum tidak nyaman digunakan dengan
menyusui. BH yang lembut.
b. Kompres dingin untuk
mengurangi statis pembuluh Menurut (Sarwono, 2008:40) penanganan
vena dan mengurangi nyeri. bendungan air susu dilakukan dengan
Bisadilakukandengan pemakaian kutang untuk penyangga
kompres panas untuk payudara dan pemberian analgetika,
melancarkan aliran darah dianjurkan menyusui segera dan lebih
payudara. sering, kompres hangat, air susu
c. Memijat payudara yang sakit dikeluarkan dengan pompa dan dilakukan
sehari dua kali kearah putting pemijatan (masase) serta perawatan
susu, dengan menggunakan payudara. Kalau perlu diberi supresi
baby oil atau minyak kelapa laktasi untuk sementara (2 – 3 hari) agar
murni untuk melemaskan dan bendungan terkurangi dan memungkinkan
membuat daerah sekitar air susu dikeluarkan dengan pijatan.
payudara tidak kaku Keadaan ini pada umumnya akan
(Suryoprajogo, 2009:43). menurun dalam berapa hari dan bayi
d. Jangan tidur dengan posisi dapat menyusu dengan normal.
menekan payudara, ini biasa
membuatpayudara
bertambah sakit (Suryoprajogo,
2009:43). 6. Kriteria Penilaian Bendungan ASI
e. Ibu harus dibantu memperbaiki Payudara membengkak, kulitnya
kenyutan pada payudara oleh menjadi kencang, mengkilap, dan merah,
bayinya. Untuk memperbaiki serta pembuluh darah merah adalah
pengeluaran ASI dan mencegah fenomena umum yang
luka pada putting susu. dinamakan pembesaran (engorgement).
Hal ini akan hilang dengan sendirinya
f. Ibu harus didorong menyusui dalam tempo 24 hingga 48 jam.
sesering mungkin dan selama
bayi menghendaki tanpa batas. Bila tanda pembesaran ditandai
dengan nyeri, putting rata, atau ASI tidak
g. Bila hisapan bayi tidak cukup keluar maka akan terjadi bendungan ASI.
untuk mengurangi rasa penuh Kulit payudara mengkilat, merah dan
dan kencang pada payudara bengkak belum masuk ke bendungan ASI,
atau bila susu tertarik sampai tapi bila terdapat tanda nyeri, atau putting
rata sehingga bayi sulit rata, atau ASI tidak keluar akan terjadi
mengenyut ibu harus memeras bendungan ASI (Seri Dokumen MNH
ASI-nya. No.5)
h. Pemerasan dapat di lakukan
dengan tangan atau dengan
pompa, bila payudara sangat METODE PENELITIAN
nyeri,jalanlainuntuk Dalam penelitian ini rancangan
memerasASIadalah desain yang digunakan adalah analitik

Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 01, Juni 2014 50


dengan metode cross sectional (43,3%). Data pekerjaan
(Nursalam, 2008:36). responden selengkapnya dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut.
HASIL PENELITIAN
1. Karakteristik responden Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu di Bidan
Praktek Swasta (BPS) wilayah kerja Puskesmas
Karakteristik responden dalam Wuryantoro Wonogiri
penelitian ini antara lain umur, pendidikan No Pekerjaan Jumlah Persentase
dan jenis pekerjaan. Adapun hasil (%)
penelitian dapat dilihat pada tabel di 1 Swasta 5 16,7
bawah ini. 2 Pedagang 4 13,3
3 Petani 8 26,7
a. Umur 4 IRT 13 43,3
Berdasarkan data hasil penelitian dari Jumlah 30 100
30 responden didapatkan bahwa Sumber: Data rimer yang diolah
rata-rata umur responden 27,03
tahun, termuda adalah 19 tahun,
2. Analisis Univariat
tertua 36 tahun. Data selengkapnya
a. Breast Care
dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Breast Care di Bidan Praktek Swasta
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur Ibu di Bidan (BPS) wilayah kerja Puskesmas Wuryantoro
Praktek Swasta (BPS) wilayah kerja Puskesmas Wonogiri
Wuryantoro Wonogiri No Breast care Jumlah Persentase
No Umur Ibu Jumlah Persentase (%)
(%) 1 Kurang 7 23,3
1 < 20 Tahun 5 16,7 2 Cukup 10 33,3
2 20-35 Tahun 22 73,3 3 Baik 13 43,3
3 >35 Tahun 3 10 Jumlah 30 100
Jumlah 30 100
Sumber: Data rimer yang diolah
Dari tabel 4. di atas dapat diketahui bahwa
Dari tabel 1 di atas dapat diketahui dari paling banyak breast care responden
responden yang diteliti bahwa sebagaian termasuk baik sebanyak 13 orang
besar responden berumur antara 20 – 35 (43,3%), kategori cukup 10 orang (33,3%)
tahun sebanyak 22 orang (73,3%). dan breast care kategori kurang sebanyak
7 orang (23,3%).
b. Pendidikan
b. Bendungan ASI
Pendidikan responden mayoritas
adalah SLTP yaitu sebanyak 13 Data bendungan ASI selengkapnya
orang (43,3%). Data pendidikan dapat dilihat pada tabel sebagai
responden selengkapnya dapat berikut
dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Kejadian Bendungan ASI di Bidan
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu di Praktek Swasta (BPS) wilayah kerja Puskesmas
Bidan Praktek Swasta (BPS) wilayah kerja Wuryantoro Wonogiri
Puskesmas Wuryantoro Wonogiri
No Bendungan Jumlah Persentase
No Pendidikan Jumlah Persentase
ASI (%)
(%)
1 SD 8 26,7 1 Ya 10 33,3
2 SLTP 13 43,3 2 Tidak 20 66,7
3 SLTA 8 26,7 Jumlah 30 100
4 PT/Akademi 1 3,3
Jumlah 30 100
Sumber: Data rimer yang diolah Tabel 5. di atas menunjukkan bahwa
sebagian besar responden yaitu 20 ibu
c. Pekerjaan (66,7%) tidak mengalami bendungan ASI
Pekerjaan responden mayoritas dan 10 responden (33,3%) mengalami
adalah sebagai ibu rumah tangga bendungan ASI.
(IRT) yaitu sebanyak 13 orang

Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 01, Juni 2014 51


3. Analisis Bivariat
Hubungan antara Breast Care dengan Kejadian Bendungan ASI dapat dilihat dari
tabulasi silang di bawah ini.

Tabel 6. Tabulasi Silang antara Breast Care dengan Kejadian Bendungan ASI
Bendungan ASI Total
No Breast Care Ya Tidak
n % n % n %
1 Baik 2 15,4 11 84,6 13 100
2 Cukup 2 20 8 80 10 100
3 Kurang 6 85,7 1 14,3 7 100
Total 10 33,3 20 66,7 30 100

Sumber : Data primer

Berdasarkan tabel 6. di atas dapat terjadi setelah orang melakukan


dilihat bahwa dari 13 responden dengan penginderaan terhadap suatu objek
breast care baik yang mengalami tertentu.
bendungan ASI hanya 2 responden Berdasarkan tabel 3 di atas dapat
(15,4%) dan sebanyak 11 responden diketahui bahwa sebagaian besar
(84,6%) tidak mengalami bendungan ASI. responden (73,3%) berumur antara 20 –
Dari 10 responden dengan breast care 35 tahun. Semakin banyak usia seseorang
cukup terdapat 2 responden (20%) yang semakin banyak pula
mengalami bendungan ASI dan 8 pengalaman yang diperolehnya.
responden (80%) tidak mengalami Semakin cukup umur, tingkat kematangan
bendungan ASI. Sedangkan dari 7 dan kekuatan seseorang akan lebih
responden dengan breast care kurang matang dalam berfikir dan bekerja.
terdapat 6 Semakin tua usia seseorang makin
responden (85,7%) mengalami konstruktif dalam menerima informasi
bendungan ASI dan yang 1 yang didapat sehingga semakin banyak
responden(14,3%) tidak mengalami pengetahuan yang dimiliki (Nursalam dan
bendungan ASI. Pariani, 2001). Umur 20-25 tahun ini
Hasil uji statistik Chi square untuk termasuk dalam
mengetahui hubungan antara breast care kategori dewasa sehingga berpengaruh
dengan kejadian bendungan ASI pada kemampuan fisik dan berfikir
diperoleh nilai X2 = 11,327 dengan p-value seseorang sudah maksimal atau sudah
= 0,003 (p<0,05) yang berarti ada cukup matang. Hal ini
hubungan antara breast care dengan kemungkinan terjadi karena pengalaman
kejadian bendungan ASI di Bidan Praktek dan pengetahuan ibu tentang cara
Swasta (BPS) wilayah kerja Puskesmas perwatan payudara kurang.
Wuryantoro Wonogiri.
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui
PEMBAHASAN bahwa tingkat pendidikan responden
1. Post Natal Breast Care mayoritas berpendidikan SLTP yaitu
Hasil penelitian (Tabel 6) ini 43,3%. responden yang berpendidikan
menunjukkan bahwa responden paling SLTA dan SD sama yaitu masing-masing
banyak melakukan breast care dengan sebanyak 8 orang (26,7%), dan
baik yaitu sebanyak 13 orang (43,3%), responden dengan
kategori cukup 10 orang tingkat pendidikan perguruan
(33,3%) dan breast care kategori kurang tinggi/akademi sebanyak 1 orang (3,3%).
sebanyak 7 orang (23,3%). Hal ini Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh
disebabkan karena perilaku tersebut Kuncoroningrat yang dikutip oleh
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara Nursalam (2001). Semakin tinggi
lain yaitu usia, pendidikan, dan pekerjaan pendidikan seseorang maka semakin
dan pengetahuan. Menurut (Notoatmodjo, mudah dalam memberikan pengarahan
2005) pengetahuan merupakan hasil dari untuk menjadi yang baik. Jadi, SD
tahu dan ini merupakan pendidikan awal

Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 01, Juni 2014 52


yang berpengaruh pada pengetahuan Hasil penelitian ini menunjukkan
sehingga informasi yang diterima tidak bahwa ada hubungan antara breast care
dapat diserap secara maksimal. dengan kejadian bendungan ASI di Bidan
Praktek Swasta (BPS) wilayah kerja
Berdasarkan tabel 5 diketahui Puskesmas Wuryantoro Wonogiri, hal ini
bahwa mayoritas (43,3%) pekerjaan dibuktikan dari hasil uji statistik
responden adalah sebagai ibu rumah Chi square untuk mengetahui hubungan
tangga (IRT) atau tidak bekerja Pekerjaan antara breast care dengan kejadian
umumnya kegiatan yang menyita waktu, bendungan ASI diperoleh nilai X 2 = 11,327
makin giat seseorang bekerja makin besar dengan p-value = 0,003 (p<0,05). Dari 13
kemungkinan mendapatkan informasi responden dengan breast care baik yang
yang didapat, sedikit tingkat pengetahuan mengalami bendungan ASI hanya 2
yang dimiliki (Nursalam dan Pariani, responden (15,4%) dan sebanyak 11
2001). Ibu tidak bekerja akan kurang responden
mendapatkan informasi dari pihak lain. (84,6%) tidak mengalami bendungan ASI.
Dari penelitian didapatkan sebagian besar Dari 10 responden dengan breast care
ibu tidak bekerja sehingga informasi dan cukup terdapat 2 responden (20%) yang
pengetahuan ibu tentang perawatan mengalami bendungan ASI dan 8
payudara kurang. responden (80%) tidak
mengalami bendungan ASI. Sedangkan
dari 7 responden dengan breast care
2. Bendungan ASI kurang terdapat 6
Hasil penelitian (Tabel 7) responden (85,7%) mengalami
menunjukkan bahwa bahwa sebagian bendungan ASI dan yang 1
besar responden yaitu 20 ibu (66,7%) responden(14,3%) tidak mengalami
tidak mengalami bendungan ASI dan 10 bendungan ASI
responden (33,3%) mengalami Ibu harus tetap mengerti cara
bendungan ASI (Tabel 7) perawatan yang baik dan benar.
Menurut Handajani (2006) Perawatan payudara meupakan upaya
Bendungan ASI atau engoregement of the untuk merangsang sekresi hormone
breast adalah menumpuknya ASI didalam oksitosin untuk menghasilkan ASI sedini
payudara. Menurut WHO (2003) Produksi mungkin dan memegang peranan penting
ASI merupakan suatu dalam menghadapi masalah menyusui.
proses yang berkesinambungan sehingga Tehnik pemijatan dan rangsangan pada
bila tidak dikeluarkan saat ASI terbentuk, putting susu yang dilakukan pada
maka volume ASI dalam payudara akan perawatan
melebihi kapasitas alveoli untuk payudara merupakan latihan semacam
menyimpan ASI, bila tidak diatasi kondisi efek hisapan bayi sebagai pemicu
ini dapat menyebabkan bendungan ASI. pengeluaran ASI (Tamboyang, 2001).
Bendungan ASI terjadi sejak hari ketiga
sampai hari keenam persalinan, ketika Menurut (WHO, 2003) Produksi ASI
ASI secara normal dihasilkan, payudara merupakan suatu proses yang
menjadi sangat penuh. Payudara yang berkesinambungan sehingga bila tidak
terbendung membesar, membengkak, dan dikeluarkan saat ASI terbentuk, maka
sangat volume ASI bila tidak diatasi kondisi ini
nyeri. Payudara dapat terlihat mengkilat dapat menyebabkan bendungan ASI.
dan edema dengan daerah eritema difus. Bendungan ASI terjadi sejak hari ketiga
Putting susu teregang menjadi rata, ASI sampai keenam setelah persalinan, ketika
tidak mengalir dengan mudah, dan bayi ASI secara normal dihasilkan, payudara
sulit mengenyut untuk menghisap ASI. menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat
fisiologis dan dengan hisapan yang efektif
dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa
3. Hubungan antara post natal breast penuh tersebut disebabkan oleh payudara
care dengan kejadian bendungan ASI sangat penuh dengan ASI dan cairan

Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 01, Juni 2014 53


jaringan. Aliran vena dan limfotik Hal ini karena ibu yang salah dalam
tersumbat, aliran susu menjadi menyusui, sehingga puting susu menjadi
sterhambat dan tekanan pada saluran ASI lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada
dan alveoli meningkat. Payudara saat bayi menyusu, akhirnaya ibu tidak
yang terbendung membesar, mau menyusui bayinya dan terjadi
membengkak, dan sangat nyeri. Payudara bendungan ASI. Dan terdapat ibu yang
dapat terlihat mengkilat dan edema produksi ASInya berlebihan dan
dengan daerah eritema difus. Putting susu payudaranya tidak dikosongkan, sisa ASI
teregang menjadi rata, ASI tidak mengalir di dalam payudara tersebut yang
dengan mudah. menimbulkan bendungan ASI. Sedangkan
Dari 13 responden dengan breast dari 7 responden dengan breast care
care baik tetapi ada yang mengalami kurang terdapat 1 responden (14,3%)
bendungan ASI yaitu 2 responden tidak
(15,4%). Hal ini disebabkan 1 responden mengalami bendungan ASI dikarenakan
puting susu tidak menonjol (puting susu ibu sesering mungkin menyusui bayinya
yang terbenam) sehingga akan sehingga buah dada betul-betul kosong
menyulitkan bayi dalam menyusu.karena dan tidak terjadi bendungan ASI.
bayi tidak dapat menghisap puting dan
areola, bayi tidak mau menyusu dan Cara yang terbaik untuk menjamin
akibatnya terjadi bendungan ASI. Dan pengeluaran air susu ibu ialah bagaimana
yang 1 responden puting susunya mengusahakan agar setiap kali menyusui
buah dada betul-betul kosong, karena
panjang sehingga menimbulkan kesulitan pengosongan buah dada dengan waktu
pada saat bayi menyusu karena bayi tidak tertentu itu merangsang kelenjar buah
dapat menghisap areola dan merangsang dada untuk membuat susu lebih banyak.
sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI Sebab-sebab buah dada akan terisap
akibatnya ASI tertahan dan minimbulkan habis antara lain disebabkan bayi lemah,
bendungan ASI. Dari 11 yang tidak putting susu lecet, produksi susu
terdapat bendungan ASI disebabkan berlebihan. Dalam hal buah dada belum
karena cara menyusui yang benar yaitu kosong betul sehabis menyusui, biasanya
puting susu sampai areola masuk ke harus dikosongkan dengan jalan
mulut bayi dan kedua payudara disusukan memompa atau mengurut. Susu yang
semua. diperas itu boleh diberikan pada bayi
(Indiarti, 2007).
Dari 10 responden dengan breast
care cukup terdapat 2 responden (20%) Gerakan pada perawatan payudara
yang mengalami bendungan ASI dan 8 bermanfaat melancarkan reflek
responden (80%) tidak mengalami pengeluaran ASI. Serta tak ada salahnya
bendungan ASI. Hal ini disebabkan untuk membersihkan puting dengan air
karena masa laktasi, terjadi peningkatan hangat setiap habis mandi untuk menjaga
produksi ASI (produksi ASI berlebihan), kebersihannya dan hindari penggunaan
bayi sudah kenyang dan selesai menyusu sabun yang bisa membuat bagian puting
tetapi payudara tidak dikosongkan, maka kering, karena jika kering menyebabkan
masih terdapat sisa ASI didalam lapisan puting mengelupas dan muncul
payudara, sisa ASI tersebut yang rasa sakit ketika menyusui. Terakhir yang
tak kalah penting,
menimbulkan bendungan ASI. Penyebab
lain adalah karena ibu tidak menyusukan mencegah bendungan pada payudara
bayi sesering mungkin atau jika bayi tidak (Pramitasari dan Saryono, 2008).
aktif menghisap maka akan menimbulkan
bendungan ASI. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Nur
Dari 7 responden dengan breast Sholichah (2011) yang meneliti tentang
care kurang terdapat 6 responden Hubungan Perawatan Payudara Pada Ibu
(85,7%) mengalami bendungan ASI. Postpartum dengan Kelancaran

Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 01, Juni 2014 54


Pengeluaran ASI di Desa Karang Duren masyarakat mengenai pentingnya
Kecamatan Tengaran Kabupaten perawatan payudara bagi ibu
Semarang yang hasilnya menyatakan menyusui dengan cara
bahwa ada hubungan antara perawatan memberikan motivasi melalui
payudara pada ibu post penyuluhan kepada ibu nifas saat
partum dengan kelancaran pengeluaran hamil sampai masa nifas.
ASI di Desa Karangduren Kecamatan 4. Bagi Peneliti
Tengaran Kabupaten Semarang dengan p Perlunya meneliti faktor-faktor lain
= 0,007. yang belum diteliti oleh peneliti
berkaitan dengan kelancaran
PENUTUP pengeluaran ASI seperti makanan
Kesimpulan dan gizi ibu saat menyusui, kondisi
Berdasrkan uraian di atas dapat psikis, faktor istirahat, faktor isapan
disimpulkan bahwa semakin baik post anak sehingga dapat lebih terbukti
natal breast care maka semakin kecil serta perlu diadakan
resiko terjadi bendungan ASI pada saat penelitian di tempat yang berbeda
nifas. dengan judul yang sama.
1. Post natal breast care di Bidan
Praktek Swasta (BPS) wilayah kerja
Puskesmas Wuryantoro Wonogiri DAFTAR PUSTAKA
termasuk baik sebesar 43,3%. Anggraini Y, 2010. Asuhan Kebidanan
2. Sebagian besar responden (66,7%) Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka
tidak mengalami bendungan ASI dan Rihama.
sisanya 33,3% mengalami Ambarwati, E. 2009. Asuhan Kebidanan
bendungan ASI. Nifas. Yogjakarta : Mitra
3. Ada hubungan antara breast care Cendikia.
dengan kejadian bendungan ASI di Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian
Bidan Praktek Swasta (BPS) Suatu Pendekatan Praktik.
wilayah kerja Puskesmas Wuryantoro Jakarta: Rineka Cipta.
(p = 0,003). Bahiyatun. 2009. Buku AjarAsuhan
Kebidanan Nifas Normal. Jakarta
Saran : EGC.
1. Bagi Dinas Kesehatan khususnya Departemen Kesehatan RI, Angka
Puskesmas Kematian Ibu. Jakarta, 2010.
Menyediakan pantum atau alat Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,
peraga untuk mempermudah Profil Kesehatan Provinsi Jawa
memberi penyuluhan cara perawatan Tengah.Semarang, 2010.
payudara dengan baik dan benar. Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri,
Profil Kesehatan Kabupaten
2. Bagi Masyarakat/ibu menyusui Wonogigi. Wonogiri, 2012.
Kepada masyarakat terutama ibu Endrou, 2008. Tips perawatan
menyusui hendaknya melakukan payudara.
perawatanpayudarauntuk http.//www.bergaul.com/pages/
meningkatkan kelancaran blog/
pengeluaran ASI dan mengikuti showblog.php?blogid=4017
penyuluhan serta anjuran dari tenaga Hidayat. 2007. Metodologi Penelitian.
kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
3. Bagi Tenaga Kesehatan/Bidan Untuk H. Sibuea, 2003. Roblema ibu
mempersiapkan ibu nifas pada saat menyusui.
menyusui diperlukan http//www.pdfqueen.com/html/
suatu usaha yang baik, diharapkan /.
bidan desa dan Manuaba. 2008. Kapita Selekta
tenaga kesehatan lainya diharapkan Penatalaksanaan Rutin Obstetri
agar ikut serta Ginekologi EGC: Jakarta.
meningkatkankesadaran

Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 01, Juni 2014 55


Notoatmodjo, S. 2008. Metodologi Bina Pustaka Sarwono
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Prawirohardjo.
Rineka Cipta. Saryono dan Pramitasari. 2008.
Perawatan Payudara Dilengkapi
Pramitasari RD, Saryono. 2009. dengan Deteksi Dini Terhadap
Perawatan Payudara. Penyakit Payudara. Jogjakarta:
Yogyakarta : Mitra Cendekia. Mitra Cendekia Press.
Prasetyo, D. 2005. Buku Pintar ASI Soetijiningsih 2012, Tumbuh Kembang
Eksklusif. Yogyakarta : Diva Press. Anak, EGC, Jakarta.
Rahmawati A, Widyasih H, Suherni. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
2008. Perawatan Masa Nifas. Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Yogyakarta : Fitramaya. Bandung : Alfabeta.
Riyanto, Agus. 2009. Pengolahan dan Suradi, R. 2004. Manajemen Laktasi.
Analisis Data Kesehatan. Cetakan Kedua. Jakarta.
Yogyakarta : Nuha Medika. Suryoprajogo, 2009. Keajaiban
Saifudin, AB. 2003. Buku Acuan Nasional Menyusui, Jogyakarta: Keyworld
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Edisi 3. Ilmu
Neonatal. Jakarta: kebidanan. Jakarta: YBPSP.
YBPSP World Health Organization, 2003.
Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Mastitis, Causes and Management,
Masa Nifas . Jakarta: Salemba Jakarta: Widya Medika
Medika.
Sarwono Prawirohardjo, 2008. Ilmu
Kebidanan. Jakarta : Yayasan

Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 01, Juni 2014 56

Anda mungkin juga menyukai