Anda di halaman 1dari 18

Laporan Problem Based Learning (PBL) 1

“luka paska laparotomi”

Disusun oleh

1. AGUS SAPTO NUGROHO (G1D013083)


2. DUROTUL ALFIYAH (G1D013051)
3. NAUFAL AFADA (G1D013042)
4. ANIS KHAIRUNNISA (G1D013004)
5. ZAQIYAH (G1D013027)
6. NUR MEGAWATI (G1D013008)
7. SRI HANDAYANI (G1D013037)
8. LUKY SETIANINGTYAS (G1D013006)
9. SENNA MAWADATUL FITRI (G1D013009)

KELOMPOK 1
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

PURWOKERTO

2014
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Keamanan dan nyaman, 2 hal yang saling berkaitan dalam hubungan sebab
akibat. Dimana terdapat rasa aman, pastinya akan menimbulkan rasa nyaman. Begitu juga
sebaliknya, kenyamanan hidup akan didapatkan jika rasa aman sudah terpenuhi. Setiap
orang dan bahkan instansi perusahaan, bersedia melakukan apa pun (termasuk membayar
mahal), demi mendapatkan rasa aman dan nyaman ini. Bila tak mampu membeli, mereka
bersedia untuk menyewa ‘keamanan dan kenyamanan”.
Aman berarti terbebas dari bahaya. Rumah sakit sebagai tempat perawatan pasien
menjadi tempat yang perlu diperhatikan dalam hal keamanan pasien. Tempat yang aman
membuat pasien merasa nyaman di rumah sakit. Diperlukan perhatian khusus untuk
menjaga keamanan di rumah sakit. Penyebaran infeksi dirumah sakit sangat mungkin
terjadi. Penyebaran dapat melalui pasien, tenaga kesehatan dan pengunjung. Sehingga
ketiga aspek tersebut harus selalu menjaga keamanan dirinya. Alat-alat kesehatan yang
berkaitan dengan proses perawatan di pasien perlu diperhatikan. Alat-alat yang
digunakan harus steril terbebas dari mikoorganisme. Oleh karena itu, dalam laporan kali
ini akan di bahas mengenai infeksi yang sering terjadi di rumah sakit dan bagaimana cara
untukmengatasi masalah tersebut.
Kasus:
Skenario 1
An. D, 11 tahun, paska laparatomi eksplorasi. Anak terbaring lemah di atas tempat tidur.
Kesadaran : composmentis, anak masih dalam pengaruh anestesi, anak lebih banyak
tidur. TB: 134 cm, BB 26 kg (BB/U=26/36=72%, kesan gizi kurang). Wajah kemerahan,
berkeringat, akral teraba hangat, nadi 125 kali permenit, pernafasan 40 kali permenit.
Anak terpasang sonde dialirkan, produksi hijau 10 cc, terpasang infus. Dekstrose 5% 14
tetes permenit makro, kateter terpasang sejak tanggal 9 maret 2010 dan produksi urin 150
cc/ 5 jam (diuresis 1,15 cc/kgBB/jam), urin jernih kekuningan, anak terpasang selang
epidural untuk pemberian opioid intratekal oleh dokter anestesi. Abdomen datar, agak
distensi namun supel, bising usus lemah. Pada bagian abdomen tampak adanya balutan
luka pemebedahan sepanjang 10 cm, balutan bersih, tidak terdapat rembesan, dan adanya
nyeri tekan di sekitar luka pembedahan.
Skenario 2
Pada hari ketiga perawatan, perawat mngkaji kondisi luka. Tampak luka sepanjang 10
cm, di jahit cutgat 10 buah, dehiscence sepanjang 2 cm, tampak kemerahan, rabaan
hangat, terdapat pus hijau kekuningan. Suhu badan 38.5 C. Akral hangat, berkeringat,
muka kemerahan. Nadi 125 kali permenit, respirasi 40 kali permenit. Selama dirawat
Deni malas makan, setiap kali makan hanya habis setengah porsi. D menyatakan tidak
suka dengan diet dari RS. Ia juga menghindari makanan yang amis( daging,ikan) agar
luka cepat sembuh. Anak mendapatkan terapi metronidazol 3x250 mg. Cefotaksim
2x750 mg.

B. Tujuan
1. Skenario 1 bertujuan untuk mengetahui beberapa hal diantaranya:
a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan infeksi
b. Masalah keperawatan
2. Skenario 2 bertujuan untuk mengetahui beberapa hal diantaranya:
a. Faktor penyebab infeksi pada kasus
b. Tanda-tanda infeksi pada kasus
c. Jenis-jenis infeksi
d. Organisme penyebab infeksi
e. Pathway terjadinya infeksi
f. Cara memutus rantai infeksi
g. Faktor budaya mempengaruhi pasien
h. Masalah keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
A. SKENARIO 1
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan infeksi
Ada 3 fakor yang menyebabkan infeksi menurut Davey (2003):
a. Agent
Adalah sumber mikroorganisme yang dapat menimbulkan infeksi.
Agent juga merupakan semua unsur atau elemen hidup maupun tidak
hidup yang kehadirannya atau ketidakhadirannya bila diikuti dengan
kontak yang efektif dengan pejamu (host) yang rentan dalam keadaan
yang memungkinkan akan menjadi stimuli untuk menyebabkan terjadinya
proses infeksi.
b. Host / pejamu yang rentan terhadap infeksi
Pejamu, biasanya berupa manusia atau hewan yang menjadi tempat
terjadinya proses alamiah infeksi. Pejamu memberikan tempat dan
penghidupan kepada suatu patogen.
c. Environment (rute penyebaran mikroorganisme)
Adalah segala sesuatu yang mengelilingi dan juga kondisi di luar
manusia atau hewan yang menyebabkan atau memungkinkan penularan
infeksi. Merupakan faktor ekstrinsik yang cukup penting dalam
menentukan terjadinya proses interaksi antara pejamu dengan unsur
penyebab dalam proses terjadinya infeksi.
2. Masalah keperawatan

Analisa Data Problem/masalah Etiolgi


DS : - RisikoInfeksi Prosedurinvasif
Do : (terpasangkateterselang
1. Terpasanginfus epidural)
2. Terpasangkateter
3. Terpasangselang
epidural
4. Wajahkemerahan
5. Berkeringat
6. Akralterabahangat

Asuhan keperawatan

Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
Risiko Infeksi 1. NOC 1. Membersihkan
berhubungan Risk Control lingkungan klien tepat
dengan adanya setelah pemakaian
prosedur invasif 2. KriteriaEvaluasi 2. Membatasi jumlah
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengunjung
selama 3x24 jam diharapkan risiko infeksi 3. Mengajari pasien untuk
tidak terjadi, dengan criteria hasil sebagai mencuci tangan
berikut : (personal hygiene)
Indikator Sebelumnya Sesud 4. Meyakinkan pasien
ahnya untuk istirahat cukup
Memonitor factor 2 4 5. Pemberian terapi
risiko dari antibiotic
lingkungan 6. Mengajari klien untuk
mengenali tanda dan
gejala infeksi
Memonitor factor 2 4
7. Mengajari klien beserta
risikodariklien
keluarga untuk
meghindari infeksi
Memonitorperuba 2 4
han status
kesehatanklien

Keterangan :
Target angka
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang-kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
B. SKENARIO 2
1. Faktor penyebab infeksi pada kasus
Faktor yang menyebabkan infeksi pada kasus tersebut yaitu teknik bedah
yang buruk, menurut Leaper (1995) dalam Gould (2003), penanganan jaringan
yang kasar, pemakaian diatermi yang berlebihan, dan jahitan yang terlalu kencang
akan memngganggu penyembuhan dan meningkatkan infeksi , selain itu
penggunaan alat-alat bedah yang tidak steril juga dapat menyebabkan infeksi.
Selain karena teknik pembedahan yang buruk, faktor yang menyebabkan infeksi
juga bisa disebakan karenahigiene personal yang buruk. Dalam hal ini, higiene
personal dan lingkungan yang kurang diperhatikan seperti, mencuci tangan yang
bisa menularkan mikoorganisme seperti Stapylococcus aureus.
Faktor penyebab lainnya adalah status gizi pasien yang buruk. Hal ini
berhubungan karena respons peradangan, respons imunologis, dan perbaikan
jaringan semua bergantung pada pasokan protein yang adekuat.

2. Tanda-tanda infeksi pada kasus


Tanda-tanda inflamasi ada 5 menurut Watson (2002) diantaranya:
a. Dolor
Dolor adalah rasa nyeri, nyeri akan terasa pada jaringan yang
mengalami infeksi. Ini terjadi karena sel yang mengalami infeksi bereaksi
mengeluarkan zat tertentu sehingga menimbulkan nyeri . Rasa nyeri
mengisyaratkan bahwa terjadi gangguan atau sesuatu yang tidak normal
[patologis] jadi jangan abaikan rasa nyeri karena mungkin saja itu sesuatu
yang berbahaya.
b. Kalor
Kalor adalah rasa panas, pada daerah yang mengalami infeksi akan
terasa panas. Ini terjadi karena tubuh mengkompensasi aliran darah lebih
banyak ke area yang mengalami infeksi untuk mengirim lebih banyak
antibody dalam memerangi antigen atau penyebab infeksi.
c. Tumor
Tumor dalam konteks gejala infeksi bukanlah sel kanker seperti
yang umum dibicarakan tapi pembengkakan. Pada area yang mengalami
infeksi akan mengalami pembengkakan karena peningkatan permeabilitas
sel dan peningkatan aliran darah.
d. Rubor
Rubor adalah kemerahan, ini terjadi pada area yang mengalami
infeksi karena peningkatan aliran darah ke area tersebut sehingga
menimbulkan warna kemerahan.
e. Fungsio Laesa
Fungsio laesa adalah perubahan fungsi dari jaringan yang
mengalami infeksi. Contohnya jika luka di kaki mengalami infeksi maka
kaki tidak akan berfungsi dengan baik seperti sulit berjalan atau bahkan
tidak bisa berjalan.
Tanda-tanda infeksi pada kasus:
a. Tampak kemerahan (rubor)
b. Rabaan hangat (kalor)
c. Muka kemerahan (rubor)
d. Akral hangat (kalor)

3. Jenis-jenis infeksi
menurut Darmadi (2008) adalah: darmadi.2008.infeksi nosokomial.
Jakarta:salemba medika
a. .Infeksi Virus
Parvovirus
Parvovirus B19 merupakan single stranded DNA yang mengadakan
replikasi pada sel yang berproliferasi cepat. Karena itu, pada perempuan
denga anemia hemolitik infeksi parvovirus dapat menyebabkan aplastik
krisis, tetapi infeksinya sendiri tidak dipengaruhi oleh kehamilan.
Macam-macam Infeksi Virus:
1) Virus Hepatitis B
2) Virus Hepatitis Delta
3) Virus Hepatitis E
b. Infeksi Bakterial
1) Grup A streptokokus
2) Grup B Streptokokus
c. Infeksi Malaria
Infeksi Malaria merupakan salah satu penyakit re-emerging yang
masih menjadi ancaman dan sering menimbulkan wabah. Angka kematian
infeksi mlaria masih tinggi terutama dikawasan timur Indonesian seperti:
papua, NTT dll.
Terdapat 4 jenis spesies plasmodium pada manusia; P.falsiparum,
P.Vivaks, P.ovale dan P.malariae.
d. Demam Tifoid
Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat
terutama di daerah yang sedang berkembang karena erat berhubungan
degan kemiskinan, pengetahuan yang redah,hygiene, da sanitasi jelek.
e. Infeksi menular seksual
1) AIDS adalah sindroma dengan gejala penyakit infeksi oportunistik
atau kanker tertentu akbat menurunnya system kekebalan tubuh
oleh infeksi HIV(Human Immunodeviciency Virus).
2) Gonore merupakan semua infeksi yang disebabkan oleh Nesseria
Gonorrehoeae.N.Gonorrhoeae. Dibawah tampak sebagai
diplokokus berbentuk biji kopi dan bersifat tahan Asam. Kuman
in bersifat Grannegatif tampak diluar dan di dalam leukosit
polomorfnuklear.
3) Sifilis merupakan penyakit infeksi sistemik disebabkan oleh
treponema tallidum yang dapat mengenai seluruh organ tubuh,
mulai dari kulit, mukosa, jantung hingga susunan saraf pusat dan
juga dapat manifestasi di tubuh.
4) Trikomoniasis merupakan penyakit infeksi protozoa yang
disebabkan oleh trikomonas vaginalis (TV).
5) Ulkus Mole
6) Herpes Genetalia merupakan INS virus yang menempati urutan
kedua tersering di dunia dan merupakan penyebab ulkus genetal.
Terserang di egara maju. Organisme penyebab infeksi
Jenis-jenis infeksi menurut Robert & Alvin (1999) adalah:
a. Kolonisasi
Merupakan suatu proses dimana benih mikroorganisme menjadi flora yang
menetap/flora residen. Mikroorganisme bisa tumbuh dan berkembang biak
tetapi tidak dapat menimbulkan penyakit. Infeksi terjadi ketika
mikroorganisme yang menetap tadi sukses menginvasi/menyerang bagian
tubuh host/manusia yang sistem pertahanannya tidak efektif dan patogen
menyebabkan kerusakan jaringan.
b. Infeksi lokal : spesifik dan terbatas pada bagain tubuh dimana
mikroorganisme tinggal.
c. Infeksi sistemik : terjadi bila mikroorganisme menyebar ke bagian tubuh
yang lain dan menimbulkan kerusakan.
d. Bakterimia : terjadi ketika dalam darah ditemukan adanya bakteri
e. Septikemia : multiplikasi bakteri dalam darah sebagai hasil dari infeksi
sistemik
f. Infeksi akut : infeksi yang muncul dalam waktu singkat
g. Infeksi kronik : infeksi yang terjadi secara lambat dalam periode yang
lama (dalam hitungan bulan sampai tahun).
4. Organisme penyebab infeksi menurut Schwartz (2000) ada 4 yaitu:
a. Bakteri
Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan
spesies bakteri dapat menyebabkan penyakit pada tubuh
manusia dan dapat hidup didalamnya, bakteri bisa masuk melalui udara,
air, tanah, makanan, cairandan jaringan tubuh dan benda mati lainnya.
Contohnya Escherichia coli paling banyak dijumpai sebagai penyebab
infeksi saluran kemih. Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan
infeksi baik secara sporadik maupun endemik. Contohnya:
1) Anaerobik Gram-positif, Clostridium yang dapat menyebabkan
gangrene
2) Bakteri gram-positif: Staphylococcus aureus yang menjadi parasit
di kulit dan hidung dapat menyebabkan gangguan pada paru,
pulang, jantung dan infeksi pembuluh darah serta seringkali telah
resisten terhadap antibiotika.
3) Bakteri gram negatif: Enterobacteriacae, contohnya Escherichia
coli, Proteus, Klebsiella, Enterobacter. Pseudomonas sering sekali
ditemukan di air dan penampungan air yang menyebabkan infeksi
di saluran pencernaan dan pasien yang dirawat. Bakteri gram
negatif ini bertanggung jawab sekitar setengah dari semua infeksi
di rumah sakit.
4) Serratia marcescens, dapat menyebabkan infeksi serius pada luka
bekas jahitan, paru, dan peritoneum.
b. Virus
Virus terutama berisi asam nukleat (nucleic acid), karenanya harus
masuk dalam sel hidup untuk diproduksi. Virus lain yang sering
menyebabkan infeksi nosokomial adalah cytomegalovirus, Ebola,
influenza virus, herpes simplex virus, dan varicella-zoster virus, juga dapat
ditularkan.
c. Fungi
Fungi terdiri dari ragi dan jamur
d. Parasit
Parasit hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok parasit
adalah protozoa, cacing dan arthropoda.
5. Pathway terjadinya infeksi menurut Timmreck (2004) yaitu:
Perkembangan infeksi terjadi dalam siklus yang bergantung pada elemen-elemen
dalam rantai infeksi.
Agens Infeksius

Pejamu Reservoar

Portal Masuk Portal Keluar

Cara Penularan

Gambar: Rantai Infeksi


6. Cara memutus rantai infeksi

Cara memutus rantai infeksi menurut Potter dan Perry (2005) yaitu:

a. Kontrol atau eliminasi agens infeksius


Agens infeksius yaitu mikroorganisme termasuk bakteri, virus,
jamur dan protozoa. Kontrol atau eliminasi agens infeksius dapat
dilakukan dengan tiga cara yaitu pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi.
Pada objek kontak dengan material infeksius atau berpotensi infeksius,
objek menjadi terkontaminasi. Jika objek sekali pakai, objek tersebut
dibuang. Objek yang dapat digunakan kembali harus dibersihkan
seluruhnya bahkan didesinfeksi atau disterilisasi sebelum digunakan.
b. Kontrol atau eliminasi reservoar
Reservoar adalah tempat patogen mampu bertahan hidup. Untuk
mengontrol atau menghancurkan reservoar infeksi, perawat membersihkan
cairan tubuh, drainase atau larutan yang dapat menjadi tempat
mikroorganisme. Kontrol infeksi untuk mengurangi reservoar infeksi
dapat dilakukan pula dengan mandi, mengganti balutan yang basah/kotor,
membuang benda-benda yang telah terkontaminasi, membuang
jarum/spuit yang telah digunakan dengan tidak menutup kembali jarum
pada tempat yang tidak tembus tusukan, menjaga unit tempat tidur tetap
bersih dan kering, menjaga agar larutan dalam botol tetap tertutup rapat.
c. Kontrol terhadap portal keluar
Mikroorganisme dapat keluar melalui berbagai tempat seperti kulit,
membran mukosa, traktus respiratorius, traktus urinarius, traktus
gastrointestinal, traktus reproduktif, dan darah. Untuk mengontrol
organisme keluar melalui saluran pernapasan perawat harus menghindari
untuk berbicara langsung menghadap wajah klien atau berbicara, bersin,
atau batuk langsung di atas luka bedah atau area balutan steril. Selain itu,
perawat yang demam ringan namun tetap bekerja harus memakai masker.
Cara lainnya mengontrol keluarnya mikroorganisme adalah penanganan
yang hati-hati terhadap eksudat (misalnya urine, feses, emesis, dan darah),
perawat juga harus memakai sarung tangan sekali pakai bila menangani
eksudat, menggunakan masker, gaun, dan kacamata.
d. Pengendalian penularan
Ada banyak cara penularan mikroorganisme dari reservoar ke
pejamu, yaitu dengan kontak (kontak langsung, tidak langsung, droplet),
udara, peralatan dan vektor. Untuk mencegah penularan mikroorganisme
dapat dilakukan dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan klien, gunakan sarung tangan, gaun, masker dan kacamata.
e. Kontrol portal masuk
Organisme dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute yang sama
dengan yang digunakan untuk keluar. Untuk mengontrol portal masuk
dapat dilakukan dengan menggunakan teknik steril dalam melakukan
prosedur invasif, menggunakan teknik steril saat memajan luka terbuka
atau merawat luka, membuang jarum/spuit yang tidak tertutup pada kotak
tahan tusukan, dan menyediakan peralatan perawatan pribadi bagi masing-
masing pasien.
f. Perlindungan terhadap pejamu yang rentan
Perlindungan terhadap pejamu yang rentan dapat dilakukan dengan
mandi secara teratur, higiene oral yang teratur, menjaga asupan cairan
adekuat dan diet seimbang, mempertahankan integritas kulit dan membran
mukosa klien, serta mendorong imunisasi yang tepat bagi klien anak-anak
atau orang dewasa yang terpapar pada mikroorganisme infeksius tertentu.

7. Faktor budaya mempengaruhi pasien


Salah satu faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah Nutrisi.
Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien
memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral
seperti Fe, Zn. Pasien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status
nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk
meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena supply darah
jaringan adipose tidak adekuat. Karena klien menghindari makanan yang
berprotein maka proses penyembuhan luka menjadi lama.
8. Masalah keperawatan

Kasus 2
Analisis Data Problem/masalah Etiologi
Do : Gangguan Kerusakan Faktor mekanik (mis., gaya
1. Luka sepanjang 10 cm Integritas Jaringan gunting, tekanan, dll)
2. Dehiscence 2 cm
3. Pus hijaukekuningan
4. Suhukulit 38,5 celcius
5. Akralhangat
6. Kemerahan
Ds :
1. Tidak nafsu makan
Asuhan keperawatan
Diagnosa NOC NIC
keperawatan
Gangguan kerusakan NOC 1. Menganjurkan klien
integritas jaringan Tissue Integrity : Skin & Mucous baju yang longgar
kulit berhubungan Membranes
dengan factor 2. Mobilisasi klien
mekanik Kriteria Evaluasi
(pascaoperasi) Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan gangguan 3. Mengobservasi
kerusakan integritas jaringan kulit dapat luka (deminsi,
teratasi, dengan criteria hasil sebagai karakteristik,
berikut : kedalaman, tanda-
indikator Sebelum Sesudah tandainfeksi).
SuhuKulit 2 4
4. Mengajarkankeluargate
ntangperawatanlukame
Integritas 2 4
mberitahuteknikperawa
kulit
tanluka yang steril.

Tidak ada 2 5
tanda infeksi

Menunjukan 2 5
proses
penyembuhan
Keterangan :
Target angka :
1. Parah
2. Agakparah
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak infeksi
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari diskusi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Infeksi adalah proses
invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam tubuh yang menyebabkan sakit
(Potter & Perry, 2005). Dalam Kamus Keperawatan disebutkan bahwa infeksi adalah
invasi dan multiplikasi mikroorganisme dalam jaringan tubuh, khususnya yang
menimbulkan cedera seluler setempat akibat metabolisme kompetitif, toksin, replikasi
intraseluler atau reaksi antigen-antibodi. Munculnya infeksi dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang saling berkaitan dalam rantai infeksi. Adanya patogen tidak berarti bahwa
infeksi akan terjadi. Faktor-faktor yang dapat menyebebkan infeksi ada agen, host, dan
environment. Agen Adalah sumber mikroorganisme yang dapat menimbulkan infeksi.
Host atau pejamu, biasanya berupa manusia atau hewan yang menjadi tempat terjadinya
proses alamiah infeksi. Pejamu memberikan tempat dan penghidupan kepada suatu
patogen. Sedangkan environment adalah segala sesuatu yang mengelilingi dan juga
kondisi di luar manusia atau hewan yang menyebabkan atau memungkinkan penularan
infeksi. Tanda-tanda infeksi pada kasus dolor adalah rasa nyeri, nyeri akan terasa pada
jaringan yang mengalami infeksi. Kalor adalah rasa panas, pada daerah yang mengalami
infeksi akan terasa panas. Tumor dalam konteks gejala infeksi bukanlah sel kanker
seperti yang umum dibicarakan tapi pembengkakan. Rubor adalah kemerahan, ini terjadi
pada area yang mengalami infeksi. Fungsio laesa adalah perubahan fungsi dari jaringan
yang mengalami infeksi. Untuk mikroorganisme yang menyebabkan nyeri ada bakteri,
kuman, virus, dan jamur. Dan untuk melakukan pemutusan rantai infeksi ada tahap
dimulai dari agen, reservoar, portal keluar, cara penularan, portal masuk, dan yang
terakhir ada pejamu yang rentan. Dan masalah keperawatan yang terjadi pada kasus ini
adalah gangguan kerusakan integritas jaringan kulit berhubungan dengan factor mekanik
(pascaoperasi).

B. Daftar Pustaka
Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, J. McCloskey. (2012). Nursing
Interventions Classification (NIC). Fifth Edition. Iowa : Mosby Elsavier.
Davey, P. (2003). At a glance Medicine. Jakarta: Erlangga
Darmadi. (2008). Infeksi nosokomial. Jakarta: Salemba Medika.
Gould, D. & Christine B.(2003). Mikrobiologi Terapan untuk Perawat. Jakarta: EGC
Jhonson,Marion. (2012). Iowa Outcomes Project Nursing Classification (NOC). St. Louis
,Missouri ; Mosby.
NANDA International. (2012). Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications 2012-
2014. Jakarta : EGC
Potter & Perry. (2005). Fundamental of nursing. Jakarta:EGC.
Robert, M. K. & Ann M. Arvin. (1999). Ilmu kesehatan anak. Jakarta:EGC.
Schwartz, S.I. (2000). Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. Jakarta:EGC.
Timmreck, T. C. (2004). Epidemiologi: suatu pengantar. Jakarta: EGC.
Watson, R. (2002). Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai