Anda di halaman 1dari 34

PANDUAN ICRA

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK


MUTIARA BUNDA MALANG

KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH


SAKIT
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK MUTIARA BUNDA MALANG
2017

1
S U R A T K E P U T US A N
Nomor :3/SK/PPI/MB/I/2019
tentang
PANDUAN ICRA
RUMAH SAKIT IBU& ANAK MUTIARA BUNDA

Direktur Rumah Sakit Ibu & Anak Mutiara Bunda


Menimbang : 1. bahwa untuk meningkatkan mutu pencegahan dan
pengendalian infeksi di Rumah Sakit Ibu & Anak
Mutiara Bunda, perlu diatur disusun Panduan ICRA di
Rumah Sakit Ibu & Anak Mutiara Bunda;
2. bahwa sehubungan dengan hal tersebut diatas, perlu
ditetapkan Keputusan tentang ICRA Rumah Sakit Ibu
& Anak Mutiara Bunda.
Mengingat : 1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit;
2. Permenkes No. 382/Menkes/III/2007 tentang tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan lainnya.
3. SK Direktur RSIA Mutiara Bunda No. 047/MB/X/2008
tentang Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Rumah Sakit Ibu & Anak Mutiara Bunda;

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Keputusan Direktur tentang Panduan icra RSIA Mutiara
Bunda
sebagaimana terlampir dalam Keputusan ini;
Kedua : Panduan ICRA digunakan sebagai acuan dalam upaya
pencegahan dan pengendalian infeksi di lingkungan Rumah
Sakit Mutiara Bunda;
Ketiga : Ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
ketetapan ini

Malang, 1 Januar 2019


Rumah Sakit Ibu&Anak
Mutiara Bunda
Direktur,

dr. Himawan Loekito

2
3
BAB I
DEFINISI PENILAIAN RISIKO ( RISK ASSESSMENT )

A. Pengertian
Risiko adalah adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat
terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang
akan datang. Dalam bidang asuransi, risiko dapat diartikan sebagai suatu
keadaan ketidakpastian, di mana jika terjadi suatu keadaan yang tidak
dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian.
Risiko Adalah potensi terjadinya kerugian yang dapat ditimbulkan dari
proses kegiatan saat sekarang atau kejadian dimasa datang
Suatu proses penilaian untuk menguji sebuah proses secara rinci
dan berurutan, baik kejadian yang aktual maupun yang potensial berisiko
ataupun kegagalan dan suatu yang rentan melalui proses yang logis,
dengan memprioritaskan area yang akan di perbaiki berdasarkan dampak
yang akan di timbulkan baik aktual maupun potensial dari suatu proses
perawatan, pengobatan ataupun service yang diberikan. Proses untuk
membantu organisasi menilai tentang luasnya risiko yg dihadapi,
kemampuan mengontrol frekuensi dan dampak risiko.
Harus dilakukan oleh seluruh staf dan semua pihak yg terlibat termasuk
Pasien dan Publik dapat terlibat bila memungkinkan
ICRA adalah proses multidisiplin yang berfokus pada pengurangan
infeksi, pendokumentasian bahwa dengan mempertimbangkan populasi
pasien, fasilitas dan program yang berfokus pada :
• Pengurangan risiko infeksi,
• Tahapan perencanaan fasilitas, desain, konstruksi,
Renovasi, pemeliharaan fasilitas, dan
• Pengetahuan tentang infeksi, agen infeksi, dan
lingkungan perawatan, yang memungkinkan
organisasi untuk mengantisipasi dampak potensial.

4
BAB II
RUANG LINGKUP PENILAIAN RISIKO

A. Menentukan Risiko atau Sasaran


Setiap kegiatan yang dilakukan berdampak atau berisiko menimbulkan
penularan infeksi ke pasien, antar pasien, ke petugas, atau antar petugas serta
lingkungan.

Oleh karena itu penilaian risiko infeksi ( infection control risk


3assessment ) dilakukan pada :

a. Seluruh fasilitas rumah sakit ( facility wide ), contohnya


pengadaan fasilitas kebersihan tangan.

b. Instalasi atau bangsal perawatan ( ward or department based ) ,


contohnya area penyiapan makanan, linen kamar operasi, area
kamar operasi, CSSD

c. Individu / perseorangan ( Individual ), contohnya Infeksi saluran


Kemih pada pasien yang menggunakan kateter

B. Menyusun Daftar Risiko ( Risk Register )

C. Penentuan Skor

Dalam menentukan skor dan tingkat risiko, digunakan quantitative risk


assessment tool yang terdiri dari kemungkinan terjadinya ( probability ),
dampak yang ditimbulkan ( severity ), potensial perubahan yang diharapkan (
potensial respons required ) serta kesiapan organisasi / rumah sakit (
organizational preparedness ), seperti penjelasan di bawah ini :
1. Kemungkinan terjadinya ( probability ):
a. Tinggi (Score 4):
Kekerapan hampir pasti / sangat mungkin akan terjadi /hampir
dipastikan akan terjadi pada semua kesempatan.

5
Terjadi beberapa kali dalam sehari/ minimal sekali dalam sehari ( ≥1x/
hr )
b. Sedang (Score 3):
Mungkin akan terjadi atau bukan sesuatu hal yang aneh untuk terjadi (
50 – 50 kesempatan)
Terjadi seminggu sekali atau antara seminggu sampai sebulan (1x/
minggu - ≥1x/ bulan )
c. Rendah ( Score 2):
Kecil kemungkinannya untuk terjadi / sesuatu yang kebetulan .
Terjadi beberapa kali dalam setahun atau minimal terjadi sekali dalam
setahun ( . ≥1x/ tahun )
d. Tidak ada (Score 1):
Belum pernah terjadi sebelumnya di manapun / merupakan sesuatu
yang tidak mungkin untuk terjadi.
2. Dampak / potensial keparahan ( severity )
a. Ancaman hidup ( Score 4):
Insiden infeksi, ketidak patuhan serta masalah keterbatasan fasilitas
mengakibatkan:
 Disaster / bencana
 Kematian
 Menyebabkan penyakit yang bersifat komunitas/endemik pada
karyawan atau pasien
 Menyebabkan terhambatnya pelayanan hingga lebih dari 1 hari
 Sebagian proses berhenti
 Kerugian keuangan berat – sangat berat.
b. Cacat permanen / kehilangan fungsi tubuh (Score 3):
Insiden infeksi, ketidak patuhan serta masalah keterbatasan fasilitas
mengakibatkan :
 Memperberat atau menambah penyakit pada beberapa pasien
atau karyawan

6
 Menyebabkan penyakit yang bersifat permanen atau kronis
(HIV / AIDS, hepatitis, keganasan, tuli, gangguan fungsi organ
menetap).
 Menyebabkan cidera serius seperti cacat atau kehilangan
anggota tubuh permanen
 Menyebabkan terhambatnya pelayanan lebih dari 30 menit
hingga 1 hari
 Perawatan sangat serius / prolonged length of stay
 Kerugian keuangan sedang – berat.
c. Cacat sementara (Score 2):
Insiden infeksi, ketidak patuhan serta masalah keterbatasan fasilitas
mengakibatkan :
 Menyebabkan kecacatan dalam kurun waktu tertentu atau
penyakit yang memerlukan perawatan medis lebih dari 7 hari
dan dapat disembuhkan.
 Menyebabkan terhambatnya pelayanan kurang dari 30 menit
 Kerugian keuangan ringan - sedang
d. Tidak ada ( Score 1):
Insiden infeksi, ketidak patuhan serta masalah keterbatasan fasilitas
tidak mengakibatkan dampak yang fatal , seperti :
 Cidera tidak serius seperti lecet, luka kecil yang hanya perlu
penanganan P3K
 Kerugian keuangan sangat ringan

3. Potensial tanggapan yang dibutuhkan ( perubahan dalam perawatan,


perlakuan )
a. Tinggi ( Score 4):
Bila kejadian infeksi ataupun masalah sangat sulit untuk ditangani,
memerlukan tanggapan atau respon segera ,memerlukan perhatian

7
sampai ke tingkat direktur ( top managemen). Masalah memerlukan
investigasi dan kajian secara detail ( RCA ).
b. Sedang ( Score 3):
Bila kejadian infeksi ataupun masalah perlu ditangani segera serta
membutuhkan tanggapan dari middle - top mangemen dan perlu
mendapat pengawasan/monitoring. Masalah memerlukan investigasi
sederhana.
c. Rendah ( Score 2):
Bila kejadian infeksi ataupun masalah memerlukan tindaklanjut,
dengan melakukan investigasi sederhana dan penanganannya cukup
dengan melaksanakan prosedur rutin.
d. Tidak perlu ( Score 1):
Bila kejadian infeksi atau masalah dapat dengan mudah ditangani, dan
ditindaklanjuti serta tingkat keberhasilannya tinggi.
4. Kesiapan rumah sakit / unit.
a. Rendah (3):
Rumah Sakit tidak/belum memiliki standar (SPO), pedoman atau
kebijakan tentang penatalaksanaan pencegahan dan pengendalin
infeksi serta tidak ada prasarana pendukung untuk menerapkan
pencegahan dan pengendalian infeksi.
b. Sedang (2):
Rumah sakit memilki standar (SPO), pedoman atau kebijakan tentang
penatalaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi, tetapi tidak/
belum disosialisasikan, tidak/ belum diterapkan di tiap-tiap unit, atau
ada prasarana pendukung tetapi tidak lengkap.
c. Baik (1):
Rumah Sakit telah memiliki standar (SPO), pedoman atau kebijakan
tentang penatalaksanaan pencegahan dan pengendalin infeksi,
prasarana pendukung yang memadai dan ada dukungan dari
menejemen rumah sakit (direktur).

8
D. Menetukan Prioritas Masalah

Daftar risiko di atas merupakan acuan dalam menyusun fokus program PPI
tahunan, berdasarkan tinggi rendahnya skor.

E. Analisa Risiko
Berdasarkan beberapa hasil penilaian risiko infeksi di atas, maka dapat
dilakukan analisa sebagai berikut :

1. Sumber Daya Manusia (Man)


Kegiatan PPI di Rumah sakit ibu dan anak mutiara bunda Malang
selama tahun 2017 dikelola oleh Komite PPI dengan pelaksana harian
adalah 1 orang perawat PPI (IPCN) yang purna waktu, sesuai dengan
Kebijakan Kementerian Kesehatan tentang Pedoman Menejerial PPI di
Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya yaitu setiap 100-
150 tempat tidur harus memiliki 1 orang IPCN.
Mengingat cakupan kegiatan PPI yang sangat luas mencakup
hampir seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan dan
perawatan pasien di rumah sakit, sehingga perlu dilakukan focus program
berdasarkan prioritas risiko yang ditetapkan oleh komite PPI Rumah sakit
ibu dan anak mutiara bunda Malang .
Peran tenaga IPCLN yang ada di setiap unit yang telah mendapat
pelatihan PPI dasar belum maksimal karena IPCLN juga harus
mengerjakan tugas utamanya dalam mengelola pasien di unitnya masing-
masing. Diharapkan IPCLN berkoordinasi dengan Kepala Ruangan dan
bekerjasama dengan IPCN dalam pelaksanaan program PPI di setiap unit.
Pada staf Rumah sakit ibu dan anak mutiara bunda Malang telah
dilakukan pelatihan PPI (inhouse training) yang diselenggarakan oleh
diklat Rumah sakit ibu dan anak mutiara bunda Malang setiap tahunnya,
namun dalam praktek sehari – hari kepatuhan staf dalam mengaplikasikan
kewaspadaan standar masih belum optimal karena ketidak tahuan ataupun

9
ketidakmauan staf. Sehingga memerlukan monitoring dan evaluasi yang
berkesinambungan dari petugas IPCN.
Petugas kebersihan (CS) juga perlu mendapat pelatihan lebih
intensive tentang pembersihan lingkungan dan alat serta monitoring secara
berkesinambungan, untuk menekan laju transmisi kuman MDRO terutama
di area beresiko tinggi seperti ICU, bangsal perawatan dan kamar operasi.

2. Kebijakan dan prosedur (Method)


Kebijakan dan prosedur yang terkait tentang PPI sudah ada dan
beberapa diantaranya perlu mendapat revisi atau dibuatkan yang baru
sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, seperti SPO surveilans HAIs,
pemantauan alat single use reuse, pemantauan bundle HAIs, managemen
data, dll. Serta perlu diadakan sosialisasi tentang SPO tersebut.
Program surveilans perlu dilakukan revisi pada bagian difinisi
operasional untuk lebih mempertajam data yang akan diperoleh sehingga
menggambarkan mutu pelayanan yang sesungguhnya. Kegiatan audit,
edukasi perlu ditingkatkan lagi agar data yang diperoleh lebih aktual dan
tajam, serta unit yang terkait mendapatkan sosialisasi tentang hasil
kegiatan tersebut.
Kebijakan yang mengatur tentang renovasi dan rekonstruksi
bangunan di area Rumah sakit ibu dan anak mutiara bunda Malang juga
perlu disosialisasikan ulang kepada vendor ataupun pihak ketiga yang
melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pemeliharaan gedung ,
renovasi ataupun rekonsturksi bangunan.

3. Alat dan peralatan (Materials)


Peralatan yang digunakan untuk lebih mendekatkan program PPI
kepada petugas, pasien dan pengunjung seperti leaflet, poster, spanduk,
atau text reading sudah ada tetapi perlu diperbanyak dan penempatannya
disesuaikan dengan kebutuhan. Namun peralatan yang mendukung
pelayanan pasien dan berhubungan dengan pengendalian infeksi seperti set

10
rawat luka, instrument bedah serta alat pendukung kebersihan perlu
ditambah jumlah dan jenisnya.

4. Sumber daya Keuangan (Money)


Cakupan kegiatan PPI tahun 2017 telah dibuat dalam RAB
(Rencana Anggaran Biaya) rumah sakit untuk mendukung kegiatan PPI
seperti sarana kebersihan tangan, alat pelindung diri, edukasi staf dan
pelatihan IPCN serta kegiatan lainnya.

5. Mesin (Machine)
Kebutuhan mesin untuk mendukung pengendalian infeksi seperti
mesin ventilator, mesin cuci untuk laundry, mesin washer dan dryer untuk
di CSSD juga diperlukan. Termasuk pula penambahan fasilitas pendukung
ventilasi udara di kamar operasi gawat darurat.

F. Kesimpulan
1. Penyusunan Program PPI RS didasarkan pada pengkajian risiko infeksi
yang dilakukan pada akhir tahun 2017 , dengan acuan masalah yang
didapatkan pada tahun 2017
2. Setiap risiko infeksi harus dilakukan pengkajian, analisa dan tindak lanjut
dengan sebaik baiknya untuk mencegah penularan infeksi.
3. Pengkajian risiko infeksi RS menetapkan kejadian infeksi kuman multi
drug resisten (MDR) sebagai masalah paling prioritas untuk segera
ditangani dibandingkan risiko lainnya.
4. Melihat dampak dari permasalahan atau risiko yang ada , maka dukungan
dari managemen rumah sakit sangat dibutuhkan demi berjalannya program
pencegahan dan pengendalian infeksi di tahun 2017 dan tahun mendatang.

11
BAB III
TATALAKSANA PENILAIAN RISIKO INFEKSI

A. Penilaian Risiko Infeksi HAIs


Suatu proses penilaian untuk menguji sebuah proses secara rinci
dan berurutan, baik kejadian yang aktual maupun yang potensial
berisiko ataupun kegagalan dan suatu yang rentan melalui proses yang
logis, dengan memprioritaskan area yang akan di perbaiki berdasarkan
dampak yang akan di timbulkan baik aktual maupun potensial dari
suatu proses perawatan, pengobatan ataupun service yang diberikan
Proses untuk membantu organisasi menilai tentang luasnya risiko yg
dihadapi, kemampuan mengontrol frekuensi dan dampak risiko.”
Harus dilakukan oleh seluruh staf dan semua pihak yg terlibat
termasuk Pasien dan Publik dapat terlibat bila memungkinkan
Untuk mencegah dan mengurangi risiko terjadinya HAIs pada
pasien, petugas dan pengunjung di rumah sakit dengan cara :
1. Mencegah dan mengontrol frekuensi dan dampak risiko terhadap :
a. Paparan kuman patogen melalui petugas, pasien dan pengunjung
b. Penularan melalui tindakan /prosedur invasif yang dilakukan
baik melalui peralatan, tehnik pemasangan, ataupun perawatan
terhadap risiko infeksi (HAIs).
2. Melakukan penilaian terhadap masalah yang ada agar dapat ditindak
lanjuti berdasarkan hasil penilaian skala prioritas.

12
Infection Control Program
Risk Assesment
External
 Terkait dengan komunitas
 Terkait dengan bencana
 Persyaratan peraturan dan akreditasi
Internal
 Terkait pasien
 Terkait petugas
 Terkait prosedur
 Peralatan
 Lingkungan
 Pengobatan
 Sumber daya
Risiko External
 Bencana alam : tornado, banjir, gempa, dll
 Kecelakaan massal : pesawat, bus, dll
 Kejadian KLB dikomunitas yg berhubungan dengan penyakit
menular :
1. Influenza, meningitis
2. Penyakit lain yg berhubungan dengan kontaminasi pada makanan,
air seperti hep A dan salmonella
Risiko Internal
1. Pasien
a. Karakteristik pasien
 Perempuan, anak-anak
 Perawatan akut pada pasien dewasa
 Populasi kebutuhan khusus
 Perawatan jangka panjang
 Rehabilitasi

13
b. Usia pasien :
- Anak-anak, dewasa dan lansia
• status imunologi
• penyakit yg berhubungan dengan isu-isu
gaya hidup
• manula yang sakit cendrung akan
mengalami perubahan pola pikir dan
kemudian sakit-sakitan
2. Risiko terkait peralatan
Pembersihan, desinfektan dan sterilisasi untuk proses peralatan :
 Instrumen bedah
 Prostesa
 Pemrosesan alat sekali pakai
 Pembungkusan kembali alat
 Peralatan yang dipakai
3. Risiko terhadap petugas kesehatan
 Kebiasaan kesehatan perorangan.
 Budaya keyakinan tentang penyakit menular
 Pemahaman tentang pencegahan dan penularan penyakit
 Tingkat kepatuhan dalam mencegah infeksi (HH,
pemakaian APD, penanganan peralatan pasien, tehnik
isolasi, dll)
 Skrening yg tidak adekuat terhadap penyakit menular
 Kejadian Needle Stick Injury

14
PENILAIAN PROBABILITAS/FREKUENSI

TINGKAT Deskripsi Frekuensi kejadian


RIsK

0 Never Tidak pernah

1 Rare Jarang (Frekuensi 1- 2


x/tahun)

2 Maybe Kadang (Frekuensi 3-4


x/tahun )

3 likely Agak sering (


Frekuensi 4-6 x/tahun )

4 Expect it Sering ( Frekuensi > 6 -


12 x/tahun )

PENILAIAN DAMPAK RISIKO

TINGKAT Deskripsi Dampak


RIKS

1 Minimal clinical Tidak ada cedera

2 Moderate clinical • Cedera ringan , mis luka lecet

• Dapat diatasi dng P3K

3 Prolonged length of • Cedera sedang, mis : luka robek


stay
• Berkurangnya fungsi
motorik/sensorik/psikologis atau
intelektual (reversibel ). Tdk
berhubungan dg penyakit

• Setiap kasus yg meperpanjang

15
perawatan

4 Temporer loss of • Cedera luas/berat, mis : cacat, lumpuh


function
• Kehilangan fungsi motorik/sensorik/
psikologis atau intelektual (irreversibel),
tdk berhubungan dng penyakit

5 Katatropik Kematian yg tdk berhubungan dg


perjalanan penyakit

Sistem yang ada

TK RISK Deskripsi Kegiatan

1 Solid Peraturan ada, fasilitas ada, dilaksanakan

2 Good Peraturan ada, fasilitas ada, tidak selalu


dilaksanakan

3 Fair Peraturan ada, fasilitas ada, tidak dilaksanakan

4 Poor Peraturan yang ada, fasilitas tidak ada, tidak


dilaksanakan

5 None Tidak ada peraturan

16
SKOR :
Nilai Probabilitas X Nilai Risiko/Dampak X Nilai
Sistem yang ada
Untuk kasus yang membutuhkan penanganan segera
Tindakan sesuai Tingkat & Band Risiko

LEVEL/BANDS TINDAKAN

EKSTREM Risiko ekstrem, dilakukan RCA paling lama 45 hari,

(SANGAT membutuhkan tindakan segera, perhatian sampai


ke Direktur RS : perlu pengkajian yang sangat
TINGGI)
dalam

HIGH Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari,

(TINGGI) kaji dng detail & perlu tindakan segera, serta


membutuhkan tindakan top manajemen : perlu
penanganan segera

MODERATE Risiko sedang dilakukan investigasi sederhana

(SEDANG) paling lama 2 minggu. Manajer/pimpinan klinis


sebaiknnya menilai dampak terhadap bahaya &
kelola risiko : menggunakan monitoring / audit
spesifik

LOW Risiko rendah

(RENDAH) dilakukan
investigasi
sederhana paling
lama 1 minggu
diselesaikan dng
prosedur rutin

17
B. Penilaian Risiko (ICRA) Rekonstruksi Bangunan
Adalah penilaian yang dilakukan terhadap kontrol infeksi oleh komite PPI bila
ada rencana perbaikan, renovasi, dan pembangunan baru atau pembangunan
kembali bangunan yang ada di rumah sakit, yang memungkinkan terjadinya
infeksi bagi pasien, bekerja dan orang yang beraktivitas di rumah sakit.
Rekomendasi dari komit e PPI Sangat di perlukan untuk mencegah terjadinya
infeksi .

LANGKAH 1
Tipe kegiatan renovasi
Tipe PEMERIKSAAN DAN KEGIATAN PEMELIHARAAN UMUM
A Termasuk namun tidak terbatas pada:
• Pengangkatan plafon untuk inspeksi visual ( terbatas untuk 1 ubin
per 5m2);
• pengecatan (tetapi bukan pengamplasan);
• Instalansi penutup dinding
• Pekerjaan listrik; Pekerjaan pipa saluran air yang ringan;
• Kegiatan apa saja yang tidak menghasilkan debu atau perlu
memotong dinding atau akses ke langit-langit, selain untuk
pemeriksaan visual.

Tipe B SKALA KECIL, KEGIATAN JANGKA PENDEK, YANG


MENGHASILKAN DEBU SEDIKIT
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada, instalasi pemasangan kabel
telepon dan komputer, akses ke ruang chase, memotong dinding atau
langit-langit di mana migrasi debu dapat dikendalikan.
Tipe KERJA APAPUN YANG MENGHASILKAN DEBU SEDANG
C ATAU TINGKAT TINGGI

Termasuk, tetapi tidak terbatas pada:


• Pembongkaran atau pengangkatan komponen bangunan built-in

18
atau rakitan,
• Pengamplasan dinding untuk mengecat atau memasang lapisan
dinding,
• Pengangkatan lapisan lantai/wallpaper, plafon, dan casework
• Konstruksi dinding baru,
• Pekerjaan ringan saluran dan listrik di plafon
• Kegiatan perkabelan yang banyak.
Tipe PENGHANCURAN BESAR DAN PROYEK KONSTRUKSI
D Termasuk, tetapi tidak terbatas pada, penghancuran berat, penghapusan
sistem plafon yang lengkap, dan konstruksi baru.

LANGKAH 2
IDENTIFIKASI PENGENDALIAN RISIKO INFEKSI BERDASARKAN
LOKASI
KELOMPOK KELOMPOK 2 KELOMPOK KELOMPOK 4
1 SEDANG 3 TINGGI
RENDAH SEDANG
TINGGI
- Area kantor - Perawatan pasien dan - UGD - Unit Onkologi
- Tanpa tidak tercakup dalam - Radiology - Terapi Radiasi
pasien/ area Grup 3 atau 4 - Recovery - Area klinis
resiko rendah - Laundry Rooms - Chemo Infusion
yang tidak - Cafeteria - Ruang - Transplant
terdaftar - Dietary Maternitas / VK - Pharmacy
dimanapun - Manajemen Material - High Admixture -
- PT/OT/Speech Dependency Ruang bersih
- Unit - Kamar Operasi
Penerimaan/Pemulangan - Kamar bayi - Departemen
- MRI - Pediatrik Proses Sterilisasi
- Obat-obatan nuklir - Lab - Kateterisasi

19
- Echocardiography Microbiologi Jantung
- Laboratorium tidak - Unit sub-akut - Kamar prosedur
spesifik seperti Grup 3 jangka panjang invasif pasien
- Koridor Umum (yang - Farmasi rawat jalan
dilewati pasien, suplai, - Dialisis - Area Anastessi
dan linen) - Endoskopi & pompa jantung
- Area - Newborn
Bronchoskopi Intensive Care
Unit (NICU)
- Semua
Intensive Care
Unit

LANGKAH 3
MATRIKS AKTIFITAS KONSTRUKSI
LEVEL
RESIKO
TIPE A TIPE B TIPE C TIPE D
AKTIFITAS
KONSTRUKSI
GRUP 1 Kelas I Kelas II Kelas II Kelas III/IV
GRUP 2 Kelas I Kelas II Kelas II Kelas IV
GRUP 3 Kelas I Kelas II Kelas III/IV Kelas IV
GRUP 4 Kelas II Kelas III/IV Kelas III/IV Kelas IV

LANGKAH 4
PEDOMAN PENCEGAHAN DARI INFEKSI KONTROL
KELAS • Melaksanakan pekerjaan dengan metode yang meminimalkan
I debu dari lokasi konstruksi.
• Mengganti plafon yang dilepaskan untuk inspeksi visual
sesegera mungkin.

20
KELAS  Menyediakan sarana aktif untuk mencegah debu terbang ke
II dalam atmosfer.
 Segel pintu yang tidak terpakai dengan lakban.
 Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang tertutup rapat
sebelum dipindahkan.
 Pel basah dan/atau vakum dengan alat vacuum dengan filter
HEPA.
 Tempatkan keset di pintu masuk dan keluar dari area kerja, dan
diganti atau dibersihkan ketika sudah tidak efektif.
 Isolasi sistem HVAC pada lokasi tempat berlangsungnya
pekerjaan.
 Pembersihan area kerja dan permukaan horizontal pada
penyelesaian
proyek.
KELAS • Isolasi sistem HVAC pada lokasi tempat berlangsungnya
III pekerjaan untuk mencegah kontaminasi sistem saluran.
• Lengkapi semua barier konstruksi sebelum konstruksi dimulai.
• Pertahankan tekanan udara negatif di lokasi kerja
menggunakan unit ventilasi dengan filter HEPA atau metode
lain untuk mempertahankan
tekanan
negatif. Keamanan publik akan memonitor tekanan udara.
• Jangan menghilangkan barier dari area kerja sampai proyek
selesai dibersihkan secara menyeluruh.
• Pel basah atau vakum dua kali per 8 jam pada kegiatan
konstruksi, atau sebagaimana diharuskan untuk meminimalkan
pelacakan.
• Buang material barier dengan hati-hati untuk meminimalkan
penyebaran kotoran dan debris yang terkait dengan konstruksi.
Material barier harus diseka basah, divacum dengan

21
HEPA atau disemprot air sebelum dibuang.
• Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang tertutup
rapat sebelum dipindahkan
• Tempatkan keset di pintu masuk dan keluar dari area kerja, dan
diganti atau dibersihkan ketika sudah tidak efektif.
• Bersihkan area kerja dan permukaan horizontal pada
penyelesaian proyek.
KELAS • Isolasi sistem HVAC pada lokasi tempat berlangsungnya
IV pekerjaan untuk
mencegah kontaminasi sistem saluran.
• Lengkapi semua barier konstruksi sebelum konstruksi dimulai.
• Pertahankan tekanan udara negatif di lokasi kerja
menggunakan unit
ventilasi dengan filter HEPA atau metode lain untuk
mempertahankan
tekanan
negatif. Keselamatan publik akan memonitor tekanan udara.
• Segel lubang, pipa, saluran, atau tusukan untuk mencegah
migrasi debu
• Buat ruang serambi/anteroom dan pastikan semua personil
untuk melewati
ruangan ini. Pel basah atau vacuum dengan HEPA setiap hari.
• Selama pembongkaran, untuk kerja yang menghasilkan debu
atau pekerjaan di langit-langit, sepatu sekali pakai baju harus
dipakai dan dibuang di Serambi/anteroom ketika
meninggalkan area kerja.
• Jangan menghilangkan barier dari area kerja sampai proyek
selesai dibersihkan secara menyeluruh.
• Buang material barier dengan hati-hati untuk meminimalkan
penyebaran kotoran dan debris yang terkait dengan konstruksi
• Material barier harus diseka, divacum dengan HEPA atau

22
disemprot air sebelum dibuang.
• Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang tertutup
rapat sebelum dipindahkan
• Tempatkan keset di pintu masuk dan keluar dari area kerja, dan
diganti atau dibersihkan ketika sudah tidak efektif.
• Pertahankan lokasi kerja tetap bersih dengan menyapu dan
membersihkan debris setiap hari.
• Pel basah seluruh area keras dengan disinfektan setelah proyek
selesai.
• Vacuum seluruh area berkarpet dengan HEPA seletah proyek
• Bersihkan area kerja dan permukaan horizontal pada
penyelesaian proyek.

23
FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI
BANGUNAN

Area Renovasi :
Tanggal pemantauan :
KELAS III
NO KEGIATAN YA TIDAK NA KETERANGAN

1 Mengisolasi sistem HVAC


di area kerja untuk
mencegah kontaminasi
sistem saluran.

2 Siapkan pembatas area


kerja atau terapkan metode
kontrol kubus (menutup
area kerja dengan plastik
dan menyegel dengan
vakum HEPA untuk
menyedot debu keluar)
sebelum konstruksi
dimulai.

3 Menjaga tekanan udara


negatif dalam tempat kerja
dengan menggunakan unit
penyaringan udara HEPA.

4 Letakkan limbah kontruksi


dalam wadah yang tertutup
rapat sebelum dibuang.

5 Tutup wadah atau gerobak


transportasi limbah.

24
KELAS IV
NO KEGIATAN YA TIDAK NA KETERANGAN

1 Mengisolasi sistem HVAC


di area kerja untuk
mencegah kontaminasi
sistem saluran.

2 Siapkan pembatas area


kerja atau terapkan metode
kontrol kubus (menutup
area kerja dengan plastik
dan menyegel dengan
vakum HEPA untuk
menyedot debu keluar)
sebelum konstruksi
dimulai.

3 Menjaga tekanan udara


negatif dalam tempat kerja
dengan menggunakan unit
penyaringan udara HEPA.

4 Menyegel lubang, pipa,


dan saluran.

5 Membuat anteroom dan


mewajibkan semua
personel untuk melewati
ruangan ini sehingga
mereka dapat disedot
menggunakan vacuum

25
cleaner HEPA sebelum
meninggalkan tempat
kerja atau mereka bisa
memakai pakaian kerja
yang lepas setiap kali
mereka meninggalkan
tempat kerja.

6 Semua personil memasuki


tempat kerja diwajibkan
untuk memakai penutup
sepatu. Sepatu harus
diganti setiap kali keluar
dari area kerja.

Petugas yang mengobservasi

(…………………………………….)

Izin Konstruksi Pengendalian Infeksi


No Izin:
Lokasi Konstruksi: Tanggal Mulai Proyek:
Koordinator Proyek: Perkiraan Durasi:
Kontraktor Kerja Tanggal Izin Kadaluarsa:
Supervisor: Telepon:

YA TIDAK AKTIVITAS KONSTRUKSI YA TIDAK KELOMPOK

26
RISIKO
PENGENDALI
AN INFEKSI

TIPE A: Inspeksi, aktivitas non- KELOMPOK 1:


invasif Risiko Rendah

TIPE B: Skala kecil, durasi KELOMPOK 2:


singkat, tingkat sedang sampai Risiko Sedang
tinggi

TIPE C: Aktivitas menghasilkan GROUP 3:


debu tingkat sedang sampai Risiko Medium /
tinggi, memerlukan lebih dari 1 Tinggi
shift kerja untuk penyelesaian

V TIPE D: Durasi lama dan V GROUP 4:


aktivitas konstruksi Risiko Paling
membutuhkan shift kerja yang Tinggi
berturutan.
KELAS I 1. Melaksanakan kerja dengan metode yang meminimalkan debu dari
lokasi konstruksi.
2. Mengganti plafon yang dilepaskan untuk inspeksi sesegera mungkin.
3. Pembongkaran minor untuk perombakan ulang.
KELAS 1. Menyediakan sarana aktif untuk mencegah debu terbang ke atmosfer.
II 2. Basahi permukaan kerja untuk mengontrol debu saat pemotongan.
3. Segel pintu yang tidak terpakai dengan lakban.
4. Tutup dan segel ventilasi udara.
5. Seka permukaan dengan pembersih/disinfektan.
6. Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang tertutup rapat
sebelum dipindahkan.
7. Pel basah dan/atau vakum dengan alat vacuum dengan filter HEPA
sebelum meninggalkan area kerja.
8. Tempatkan keset di pintu masuk dan keluar area kerja.

27
9. Isolasi sistem HVAC pada lokasi tempat berlangsungnya pekerjaan;
kembalikan seperti semula saat pekerjaan selesai.

KELAS 1. Dapatkan izin pengendalian infeksi sebelum konstruksi dimulai.


III 2. Isolasi sistem HVAC pada lokasi tempat berlangsungnya pekerjaan
Tanggal untuk mencegah kontaminasi sistem saluran.
3. Lengkapi semua barier kritis atau implementasikan metode
pengontrolan kubus sebelum konstruksi dimulai.
4. Pertahankan tekanan udara negatif di lokasi kerja menggunakan unit
Paraf filtrasi udara dengan filter HEPA.
5. Jangan menghilangkan barier dari area kerja sampai proyek selesai dan
diperiksa oleh Pencegahan dan Pengendalian Infeksi serta dibersihkan
secara menyeluruh oleh Layanan Lingkungan.
6. Vakum area kerja dengan alat vakum dengan filter HEPA.
7. Pel basah dengan pembersih/disinfektan.
8. Buang material barier dengan hati-hati untuk meminimalkan
penyebaran kotoran dan debris yang terkait dengan konstruksi.
9. Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang tertutup rapat
sebelum dipindahkan.
10. Tutupi tempat sampah atau troli yang dipakai untuk transportasi. Plester
penutupnya.
11. Setelah selesai, kembalikan sistem HVAC seperti semula pada lokasi
pekerjaan.

KELAS 1. Dapatkan izin pengendalian infeksi sebelum konstruksi dimulai.


IV 2. Isolasi sistem HVAC pada lokasi tempat berlangsungnya pekerjaan
untuk mencegah kontaminasi sistem saluran.

28
3. Lengkapi semua barier kritis atau implementasikan metode
Tanggal
pengontrolan kubus sebelum konstruksi dimulai.
4. Pertahankan tekanan udara negatif di lokasi kerja menggunakan unit
filtrasi udara dengan filter HEPA.
Paraf 5. Segel lubang, pipa, saluran, atau tusukan dengan benar.
6. Buat ruang serambi/anteroom dan pastikan semua personil untuk
melewati ruangan ini sehingga mereka dapat divakum menggunakan
alat vakum dengan filter HEPA sebelum meninggalkan area kerja atau
mereka dapat memakai baju kerja dari kain atau kertas yang dilepaskan
setiap kali meninggalkan area kerja.
7. Semua personil yang memasukki area kerja diwajibkan untuk memakai
penutup sepatu.
8. Jangan menghilangkan barier dari area kerja sampai proyek selesai dan
diperiksa oleh Pencegahan dan Pengendalian Infeksi serta dibersihkan
secara menyeluruh oleh Layanan Lingkungan.
9. Vakum area kerja dengan alat vakum dengan filter HEPA.
10. Pel basah dengan disinfektan.
11. Buang material barier dengan hati-hati untuk meminimalkan
penyebaran kotoran dan debris yang terkait dengan konstruksi.
12. Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang tertutup rapat
sebelum dipindahkan.
13. Tutupi tempat sampah atau troli yang dipakai untuk transportasi. Plester
penutupnya.
14. Setelah selesai, kembalikan sistem HVAC seperti semula pada lokasi
pekerjaan.

Persyaratan Tambahan:

Pimpinan Proyek Komite PPIRS/ IPCN

29
________________ _____________
Tanggal Paraf Tanggal Paraf
Pengecualian/Tambahan terhadap
izin ini tercantum pada memorandum
yang dilampirkan.

Izin diminta oleh: Izin disahkan oleh:

Tanggal: Tanggal:

Tanggal/Waktu Survey

Area

Proyek

CHECK LIST PRE KONSTRUKSI


KRITERIA YA TIDAK NA
A. Apakah konstruksi dapat mempengaruhi akses keluar dari area perawatan yang
berbatasan dengan lokasi pembangunan?

B. Apakah terdapat salah satu dari bahaya lingkungan di bawah ini?

1) Asbes
2) Bahan kimia berbahaya
3) Ruang sempit

30
KRITERIA YA TIDAK NA
j4) Lainnya (misalnya masalah pengendalian infeksi)
C. Apakah salah satu dari sistem berikut ini dapat berdampak buruk?
1) Alarm Kebakaran
2) Sprinkler/Penyemprot air
3) Listrik
4) Air Domestik
5) Oksigen
6) Limbah
7) Heating Ventilation Air Conditioner ( HVAC )
D. Pengendalian Infeksi

Melakukan edukasi kepada manajer, staf medis, petugas kesehatan lingkungan, dan
staf lain tentang risiko pasien immuno-supresi terhadap debu konstruksi.

1) Kontraktor diberikan salinan, pengelolaan bahan berbahaya, definisi kode darurat , dan
dokumentasi lainnya yang harus dikaji untuk mengurangi risiko cedera dan penyakit
pada karyawan.
2) Dokumen tersebut dikaji bersama kontraktor beserta pertanyaan dan jawabannya.

3) Pengkajian lokasi dan metode pemasangan barrier debu sementara

4) Menilai efisiensi yang berkaitan dengan kemampuan penghambat debu (dust barriers)
terhadap pencegahan keluarnya partikulat udara.
5) Menilai efektifitas ventilasi aliran udara negatif dan sistem filtrasi

6) Terdapat peralatan untuk menangkap partikulat seperti vakum dan peralatan HEPA
yang sesuai dengan urutan kerja.
7) Evaluasi rencana pembersihan dan pengendalian

8) Pengkajian dan evaluasi pola kontrol sirkulasi dan lalu lintas


9) Pengkajian pembatasan / larangan untuk kegiatan konstruksi / pembongkaran dengan
kontraktor.
10) Terdapat exhaust fan dan berfungsi dengan baik.

11) Terdapat unit filtrasi HEPA di daerah perawatan pasien yang berdekatan dengan area
konstruksi dan berfungsi dengan baik.

12) Tersedianya ruang isolasi yang memadai.


13) Pembahasan permasalahan rumah tangga

14) Matras rekat yang tersedia di lokasi.


E. Keselamatan Jiwa
1) Apakah ada jalan keluar yang disetujui diblokir?

31
KRITERIA YA TIDAK NA
2) Apakah lalu lintas ke Emergency Room diblokir? Jika ya, apakah itu kembali dialihkan?
3) Apakah renovasi mempengaruhi area yang digunakan?
4) Apakah modifikasi signifikan terjadi untuk asap atau api dinding penghalang?
5) Apakah proyek menambahkan selain struktur yang ada?

Ka. IPSRS _____________________________________ Tanggal ____________________

Ka. KPPI_______________________________________ Tanggal____________________

Bag. Sanitasi ___________________________________ Tanggal ____________________

Petugas K3 ______________________________________ Tanggal ____________________

CHECK LIST POST KONSTRUKSI

Tangga/Time of Survey

Facility Engineer

Area supervisi

Proyek

32
Kegiatan YA Tdk Ket
A. Penyelesaian Proyek

1) Pembilasan sistem air utama untuk membersihkan debu pada pipa


2) Pembersihan zona konstruksi sebelum memindahkan barrier konstruksi .
3) Pemeriksaan jamur dan lumut. Bila ditemukan lakukan pembersihan.
4) Verifikasi parameter ventilasi pada area baru sesuai kebutuhan.
5) Jangan menerima apabila terdapat kekurangan ventilasi terutama di daerah
perawatan khusus.
6) Bersihkan atau ganti filter HVAC sesuai prosedur penahanan debu yang
7) Pindahkan barrier dan bersihkan daerah dari semua debu yang dihasilkan
tepat.
selama pekerjaan / proyek.
8) Pastikan bahwa keseimbangan tekanan udara di kamar operasi dan
lingkungan sekitarnya dapat dicapai sebelum ruangan digunakan.
9) Kondisi ruang sesuai indikasi terutama di kamar operasi dan lingkungan
sekitarnya, pastikan bahwa spesifikasi teknis sesuai yang disyaratkan.
B. Apakah system berikut ini diuji dan berfungsi baik?
1) Alarm kebakaran – lepaskan penutup detektor & lakukan pengujian dari
2) Sprinkler/Penyemprot
panel kontrol air - terhubung ke saluran utama dan betekanan
3) Listrik – pengujian switch/tombol dan pengontrolan
cukup
4) Sumber air buka, dan cek suhu
5) Gas Medis
6) Limbah – hilangkan sumbatan
7) HVAC - pemasangan filter, menghilangkan penyumbatan, uji
C. Lingkungantekanan
keseimbangan
1) Bersihkan puing-puing, peralatan, perlengkapan, & bahan-bahan
2) Vacuum & bersihkan permukaan di semua area konstruksi untuk
bangunan
D. Isolation barriers
menghilangkan debu
1) Pelindung harus di lap basah, disedot dengan hepa, atau diberi uap air sebelum
dibongkar
2) Pelindung harus dipindahkan dengan hati-hati untuk meminimalkan penyebaran
kotoran & puing-puing

E. Pengendalian infeksi
Tinjau indikasi untuk melakukan kultur lingkungan dengan satker terkait.

Periksa daerah konstruksi setelah pembersihan akhir dan menyetujui penggunaannya

F. Keamanan Kebakaran
Tersedianya peralatan pemadam kebakaran
G. Keselamatan Jiwa

33
Kegiatan YA Tdk Ket
1) Pintu keluar & rute ke UGD dibuat kembali

2) Penempatan tanda pintu keluar dengan tepat

Ka. IPSRS_____________________________________Tanggal____________________
Petugas K3____________________________________Tanggal____________________

34

Anda mungkin juga menyukai