Jl. Tanjung Sari No. 481 Tiuh Balak Pasar Kec. Baradatu Kab. Way Kanan
TENTANG
KEBIJAKAN PANDUAN ICRA
MENIMBANG
a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Bunda,
maka diperlukan Panduan ICRA rumah sakit yang bermutu tinggi dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya panduan Direktur Rumah Sakit Bunda
sebagai landasan bagi penyelenggaraan Panduan ICRA di Rumah Sakit
Bunda.
MENGINGAT
1. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tentang Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan
rahmat-Nya, kami dapat menyusun Panduan ICRA dengan lancar.
Adapun maksud penyusunan Panduan ini untuk memenuhi syarat Akreditasi. Rasa
terima kasih kami tidak terkirakan kepada seluruh karyawan Rumah Sakit Bunda dalam
pembuatan Panduan ini, serta semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan Panduan
Kebersihan Tangan ini yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Harapan kami bahwa Panduan Kebersihan Tangan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
untuk menambah Mutu di Rumah Sakit Bunda Way Kanan.
Kami menyadari bahwa Panduan ICRA ini masih jauh dari sempurna dengan
keterbatasan yang kami miliki. Tegur sapa dari pembaca akan kami terima dengan tangan
terbuka demi perbaikan dan penyempurnaan Panduan ICRA ini.
Ditetapkan di Baradatu
Pada tanggal 30 Juni 2018
DIREKTUR RS BUNDA
DEFINISI
Pengertian
Risiko adalah adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat
sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Dalam bidang
asuransi, risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian, di mana jika terjadi
suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian.
Risiko Adalah potensi terjadinya kerugian yang dapat ditimbulkan dari proses kegiatan
saat sekarang atau kejadian dimasa datang
Suatu proses penilaian untuk menguji sebuah proses secara rinci dan berurutan,
baik kejadian yang aktual maupun yang potensial berisiko ataupun kegagalan dan suatu
yang rentan melalui proses yang logis, dengan memprioritaskan area yang akan di
perbaiki berdasarkan dampak yang akan di timbulkan baik aktual maupun potensial dari
suatu proses perawatan, pengobatan ataupun service yang diberikan. Proses untuk
membantu organisasi menilai tentang luasnya risiko yg dihadapi, kemampuan
mengontrol frekuensi dan dampak risiko.
Harus dilakukan oleh seluruh staf dan semua pihak yg terlibat termasuk Pasien
dan Publik dapat terlibat bila memungkinkan
RUANG LINGKUP
Oleh karena itu penilaian risiko infeksi ( infection control risk assessment ) dilakukan
pada :
C. Penentuan Skor
Dalam menentukan skor dan tingkat risiko, digunakan quantitative risk assessment
tool yang terdiri dari kemungkinan terjadinya ( probability ), dampak yang ditimbulkan (
severity ), potensial perubahan yang diharapkan ( potensial respons required ) serta kesiapan
organisasi / rumah sakit ( organizational preparedness ), seperti penjelasan di bawah ini :
Terjadi beberapa kali dalam sehari/ minimal sekali dalam sehari ( ≥1x/ hr )
Terjadi seminggu sekali atau antara seminggu sampai sebulan (1x/ minggu - ≥1x/
bulan )
Terjadi beberapa kali dalam setahun atau minimal terjadi sekali dalam setahun ( . ≥1x/
tahun )
Disaster / bencana
Kematian
Menyebabkan penyakit yang bersifat komunitas/endemik pada karyawan atau
pasien
Menyebabkan terhambatnya pelayanan hingga lebih dari 1 hari
Sebagian proses berhenti
Kerugian keuangan berat – sangat berat.
b. Cacat permanen / kehilangan fungsi tubuh (Score 3):
Insiden infeksi, ketidak patuhan serta masalah keterbatasan fasilitas mengakibatkan :
Cidera tidak serius seperti lecet, luka kecil yang hanya perlu penanganan P3K
Kerugian keuangan sangat ringan
3. Potensial tanggapan yang dibutuhkan ( perubahan dalam perawatan, perlakuan )
a. Tinggi ( Score 4):
Bila kejadian infeksi ataupun masalah sangat sulit untuk ditangani, memerlukan
tanggapan atau respon segera ,memerlukan perhatian sampai ke tingkat direktur ( top
managemen). Masalah memerlukan investigasi dan kajian secara detail ( RCA ).
b. Sedang (2):
Rumah sakit memilki standar (SPO), pedoman atau kebijakan tentang
penatalaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi, tetapi tidak/ belum
disosialisasikan, tidak/ belum diterapkan di tiap-tiap unit, atau ada prasarana
pendukung tetapi tidak lengkap.
c. Baik (1):
Rumah Sakit telah memiliki standar (SPO), pedoman atau kebijakan tentang
penatalaksanaan pencegahan dan pengendalin infeksi, prasarana pendukung yang
memadai dan ada dukungan dari menejemen rumah sakit (direktur).
E. Analisa Risiko
Berdasarkan beberapa hasil penilaian risiko infeksi di atas, maka dapat dilakukan
analisa sebagai berikut :
Kegiatan PPI di RS Kartika Husada Jatiasih selama tahun 2017 dikelola oleh
Komite PPI dengan pelaksana harian adalah 1 orang perawat PPI (IPCN) yang purna
waktu, sesuai dengan Kebijakan Kementerian Kesehatan tentang Pedoman Menejerial
PPI di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya yaitu setiap 100-150
tempat tidur harus memiliki 1 orang IPCN.
Mengingat cakupan kegiatan PPI yang sangat luas mencakup hampir seluruh
kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan dan perawatan pasien di rumah sakit,
sehingga perlu dilakukan focus program berdasarkan prioritas risiko yang ditetapkan oleh
komite PPI RS Kartika Husada Jatiasih
Peran tenaga IPCLN yang ada di setiap unit yang telah mendapat pelatihan PPI
dasar belum maksimal karena IPCLN juga harus mengerjakan tugas utamanya dalam
Pada staf RS Kartika Husada Jatiasih telah dilakukan pelatihan PPI (inhouse
training) yang diselenggarakan oleh diklat RS Kartika Husada Jatiasih setiap tahunnya,
namun dalam praktek sehari – hari kepatuhan staf dalam mengaplikasikan kewaspadaan
standar masih belum optimal karena ketidak tahuan ataupun ketidakmauan staf. Sehingga
memerlukan monitoring dan evaluasi yang berkesinambungan dari petugas IPCN.
Petugas kebersihan (CS) juga perlu mendapat pelatihan lebih intensive tentang
pembersihan lingkungan dan alat serta monitoring secara berkesinambungan, untuk
menekan laju transmisi kuman MDRO terutama di area beresiko tinggi seperti ICU,
bangsal perawatan dan kamar operasi.
Program surveilans perlu dilakukan revisi pada bagian difinisi operasional untuk
lebih mempertajam data yang akan diperoleh sehingga menggambarkan mutu pelayanan
yang sesungguhnya. Kegiatan audit, edukasi perlu ditingkatkan lagi agar data yang
diperoleh lebih aktual dan tajam, serta unit yang terkait mendapatkan sosialisasi tentang
hasil kegiatan tersebut.
(Rencana Anggaran Biaya) rumah sakit untuk mendukung kegiatan PPI seperti
sarana kebersihan tangan, alat pelindung diri, edukasi staf dan pelatihan IPCN serta
kegiatan lainnya.
4. Mesin (Machine)
Kebutuhan mesin untuk mendukung pengendalian infeksi seperti mesin ventilator,
mesin cuci untuk laundry, mesin washer dan dryer untuk di CSSD juga diperlukan.
Termasuk pula penambahan fasilitas pendukung ventilasi udara di kamar operasi gawat
darurat.
F. Kesimpulan
1. Penyusunan Program PPI RS didasarkan pada pengkajian risiko infeksi yang dilakukan
pada akhir tahun 2017 , dengan acuan masalah yang didapatkan pada tahun 2017
2. Setiap risiko infeksi harus dilakukan pengkajian, analisa dan tindak lanjut dengan sebaik
baiknya untuk mencegah penularan infeksi.
3. Pengkajian risiko infeksi RS menetapkan kejadian infeksi kuman multi drug resisten
(MDR) sebagai masalah paling prioritas untuk segera ditangani dibandingkan risiko
lainnya.
4. Melihat dampak dari permasalahan atau risiko yang ada , maka dukungan dari
managemen rumah sakit sangat dibutuhkan demi berjalannya program pencegahan dan
pengendalian infeksi di tahun 2017 dan tahun mendatang.
TATA LAKSANA
Harus dilakukan oleh seluruh staf dan semua pihak yg terlibat termasuk Pasien dan
Publik dapat terlibat bila memungkinkan
Untuk mencegah dan mengurangi risiko terjadinya HAIs pada pasien, petugas
dan pengunjung di rumah sakit dengan cara :
2. Melakukan penilaian terhadap masalah yang ada agar dapat ditindak lanjuti
berdasarkan hasil penilaian skala prioritas.
Risk Assesment
External
Terkait pasien
Terkait petugas
Terkait prosedur
Peralatan
Lingkungan
Pengobatan
Sumber daya
Risiko External
1. Pasien
a. Karakteristik pasien
Perempuan, anak-anak
Perawatan akut pada pasien dewasa
Populasi kebutuhan khusus
Perawatan jangka panjang
Rehabilitasi
• status imunologi
• penyakit yg berhubungan dengan isu-isu gaya hidup
• manula yang sakit cendrung akan mengalami perubahan
pola pikir dan kemudian sakit-sakitan
2. Risiko terkait peralatan
Instrumen bedah
Prostesa
Pemrosesan alat sekali pakai
Pembungkusan kembali alat
Peralatan yang dipakai
3. Risiko terhadap petugas kesehatan
Kebiasaan kesehatan perorangan.
Budaya keyakinan tentang penyakit menular
Pemahaman tentang pencegahan dan penularan penyakit
Tingkat kepatuhan dalam mencegah infeksi (HH, pemakaian APD,
penanganan peralatan pasien, tehnik isolasi, dll)
2 Maybe Kadang
(Frekuensi 3-4
x/tahun )
• Kehilangan fungsi
motorik/sensorik/ psikologis atau
intelektual (irreversibel), tdk
berhubungan dng penyakit
SKOR :
LEVEL/BANDS TINDAKAN
• Pengangkatan plafon untuk inspeksi visual ( terbatas untuk 1 ubin per 5m2);
• pengecatan (tetapi bukan pengamplasan);
• Instalansi penutup dinding
• Pekerjaan listrik; Pekerjaan pipa saluran air yang ringan;
• Kegiatan apa saja yang tidak menghasilkan debu atau perlu memotong dinding
atau akses ke langit-langit, selain untuk pemeriksaan visual.
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada, instalasi pemasangan kabel telepon dan
komputer, akses ke ruang chase, memotong dinding atau langit-langit di mana
migrasi debu dapat dikendalikan.
LANGKAH 2
LANGKAH 3
LEVEL
RESIKO
TIPE A TIPE B TIPE C TIPE D
AKTIFITAS
KONSTRUKSI
GRUP 1 Kelas I Kelas II Kelas II Kelas III/IV
GRUP 2 Kelas I Kelas II Kelas II Kelas IV
GRUP 3 Kelas I Kelas II Kelas III/IV Kelas IV
GRUP 4 Kelas II Kelas III/IV Kelas III/IV Kelas IV
LANGKAH 4
KELAS Menyediakan sarana aktif untuk mencegah debu terbang ke dalam atmosfer.
II Segel pintu yang tidak terpakai dengan lakban.
Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang tertutup rapat sebelum
dipindahkan.
Pel basah dan/atau vakum dengan alat vacuum dengan filter HEPA.
Tempatkan keset di pintu masuk dan keluar dari area kerja, dan diganti atau
dibersihkan ketika sudah tidak efektif.
Isolasi sistem HVAC pada lokasi tempat berlangsungnya pekerjaan.
Pembersihan area kerja dan permukaan horizontal pada penyelesaian
proyek.
tekanan
• Pel basah atau vakum dua kali per 8 jam pada kegiatan konstruksi, atau
sebagaimana diharuskan untuk meminimalkan pelacakan.
HEPA
• Tempatkan keset di pintu masuk dan keluar dari area kerja, dan diganti
atau dibersihkan ketika sudah tidak efektif.
tekanan
• Segel lubang, pipa, saluran, atau tusukan untuk mencegah migrasi debu
• Buat ruang serambi/anteroom dan pastikan semua personil untuk melewati
ruangan ini. Pel basah atau vacuum dengan HEPA setiap hari.
area kerja.
• Material barier harus diseka, divacum dengan HEPA atau disemprot air
sebelum dibuang.
• Tempatkan keset di pintu masuk dan keluar dari area kerja, dan diganti
atau dibersihkan ketika sudah tidak efektif.
• Pel basah seluruh area keras dengan disinfektan setelah proyek selesai.
• Vacuum seluruh area berkarpet dengan HEPA seletah proyek
• Bersihkan area kerja dan permukaan horizontal pada penyelesaian proyek.
Area Renovasi :
Tanggal pemantauan :
KELAS III
(…………………………………….)
No Izin:
Supervisor: Telepon:
Persyaratan Tambahan:
________________ _____________
Pengecualian/Tambahan terhadap
izin ini tercantum pada memorandum
yang dilampirkan.
Tanggal/Waktu Survey
Area
Proyek
Tanggal: Tanggal:
KRITERIA YA TIDAK NA
A. Apakah konstruksi dapat mempengaruhi akses keluar dari area
perawatan yang berbatasan dengan lokasi pembangunan?
Tangga/Time of
Survey
Facility Engineer
Area supervisi
Proyek
Ka. IPSRS_____________________________________Tanggal____________________
Petugas K3____________________________________Tanggal____________________