Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PROGRAM

MANAJEMEN RESIKO RSGRAHA


HERMINE

RUMAH SAKIT GRAHA HERMINE


Komplek : Ruko Asih Raya No. 06-15 Batu Aji, Batam
Telp. (0778) 363 318, 363 127. Fax. (0778) 363 164 Email :graha_hermine@yahoo.com

0
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rumah sakit dan puskesmas adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan
kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan
penelitian. Potensi bahaya di rumah sakit, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-
bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit, yaitu kecelakaan (peledakan,
kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cedera
lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anestesi, gangguan psikososial, dan
ergonomi. Semua potensi-potensi bahaya tersebut jelas mengancam jiwa bagi kehidupan bagi para
karyawan di rumah sakit, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan rumah sakit.
Rumah sakit mempunyai karakteristik khusus yang dapat meningkatkan peluang
kecelakaan. Misalnya, petugas acapkali menggunakan dan menyerahkan instrumen benda-benda
tajam tanpa melihat atau membiarkan orang lain tahu apa yang sedang mereka lakukan. Ruang kerja
yang terbatas dan kemampuan melihat apa yang sedang terjadi di area operasi bagi sejumlah
anggota tim (perawat instrumen atau asisten) dapat menjadi buruk. Hal ini dapat mempercepat dan
menambah stres kecemasan, kelelahan, frustasi dan kadang-kadang bahkan kemarahan. Pada
akhirnya, paparan atas darah acapkali terjadi tanpa sepengetahuan orang tersebut, biasanya tidak
diketahui hingga sarung tangan dilepaskan pada akhir prosedur yang memperpanjang durasi
paparan. Pada kenyataannya, jari jemari acap kali menjadi tempat goresan kecil dan luka,
meningkatkan risiko infeksi terhadap patogen yang ditularkan lewat darah.
Mengelola risiko harus dilakukan secara komprehensif melalui pendekatan manajemen
risiko sebagaimana terlihat dalam Risk management standard AS/NZS 4360,yang meliputi:
1. Penentuan konteks,
2. Identifikasi risiko
3. Analisa risiko,
4. Evaluasi risiko,
5. Pengendalian risiko,
6. Komunikasi,dan
7. Pemantauan dan tinjauan ulang

Langkah awal mengembangkan manajemen risiko adalah menentukan konteks yang diperluhkan
karena manajemen risiko sangat luas dan bermacam aplikasinya salah satu diantaranya adalah

1
manajemen risiko K3. Untuk manajemen risiko K3 sendiri,juga diperluhkan penentuan konteks
yang akan dikembangkan misalnya menyangkut risiko kesehatan kerja, kebakaran, hygiene,
industry,dan lainnya. Dari konteks tersebut masih dapat dikembangkan lebih lanjut misalnya
manajemen risiko untuk aktivita rumah sakit. Penentuan konteks ini diselaraskan dengan visi dan
misi organisasi serta sasaran yang ingin dicapai. Lebih lanjut ditetepkan pula criteria risiko yang
sesuai bagi organisasi. Setelah  menetapkan konteks manajemen risiko, langkah berikutnya adalah
melakukan identifikan bahaya, analisa dan evaluasi risiko serta menentuhkan langkah atau strategi
pengendalainnya.

1.2. Tujuan
1. Menciptakan cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan karyawan RS, pasien serta pengunjung di RSCM Kirana
2. Meminimalkan kerugian dan dampak yang ditimbulkan akibat kecelakaan dan sakit,
meningkatkan kesempatan/peluang untuk meningkatkan produksi melalui suasana kerja yang
aman, sehat dan nyaman, memotong mata rantai kejadian kerugian akibat kegagalan
3. Mengidentifikasi sumber dari resiko
4. Mengembangkan respon yang harus dilakukan untuk menanggapi resiko
5. Memaparkan mengenai sistem pengorganisasian Manajemen Resiko.
6. Memaparkan mengenai pelaksanaan jadwal kegiatan program Manajemen Resiko

2
BAB II
PENGERTIAN –PENGERTIAN DALAM MANAJEMEN RESIKO

2.1. Risiko
Risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan berdampak pada tujuan
Jenis-jenis risiko dalam pelayanan rumah sakit:
a. Corporate risk:
Kejadian yang akan memberikan dampak negatif terhadap tujuan organisasi
b. Non-clinical (physical) risk
Bahaya potensial akibat lingkungan
c. Clinical risk
Bahaya potensial akibat pelayanan klinis
d. Financial risk
Risiko finansial yang secara negatif akan berdampak pada kemampuan organisasi dalam
mencapai tujuan.

2.2. Risk Management


Pengertian Manajemen Resiko
a. Risk management merupakan salah satu komponen penting dari clinical governance
b. Risk Management merupakan proses mengenal, mengevaluasi, mengendalikan,
meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh (NHS)
c. Manajemen risiko merupakan metoda penanganan sistematis formal dimana
dikonsentrasikan pada pengientifikasian dan pengontrolan peristiwa atau kejadian yang
memiliki kemungkinan perubahan yang tidak diinginkan.
d. Upaya menanggulangi semua risiko yang mungkin terjadi di sebuah organisasi
perusahaan ataupun yang lainnya, diperlukan sebuah proses yang dinamakan sebagai
manajemen risiko

Elemen struktur dari manajemen risiko


a. Authority : siapa yang bertanggung jawab
b. Visibility : manager maupun program-programnya
c. Communication
d. Coordination

3
e. Accountability
2.3. Clinical Risk Management
Suatu pendekatan untuk mengenal keadaan yang menempatkan pasien pada suatu risiko dan
tindakan untuk mencegah terjadinya risiko tersebut (Sheenu Jhawar, Mid Stafford General
Hospital, UK)

PRO-ACTIVE
a. Prosedur operasional untuk mengangkat dan mengarahkan isu-isu risiko klinis yang
mungkin terjadi melalui kejelasan tanggung jawab dan kendali pada semua lini
pelayanan.
b. Pemahaman terhadap tingkat dan proses pengambilan keputusan sehingga tidak terjadi
tumpang tindih
c. Pendekatan multidisiplin dalam mengelola risiko
d. Pelatihan orientasi bagi karyawan baru, terutama dalam mengoperasikan peralatan
medis/klinis
e. Kebijakan dalam pemeliharaan peralatan yang dikerjakan secara konsisten
1. Kebijakan dalam:fire safety
2. Infectious and non-infectious waste management
3. Infection control
4. Occupational health
f. Audit klinis yang dilaksanakan secara teratur dengan tindak lanjut yang nyata
g. Pengelolaan dokumen rekam medik, pencatatan medik yang akurat dan terjamin
ketelusuran
h. Komunikasi dalam tim medis, tim keperawatan terpelihara dengan baik
i. Serah terima dilakukan secara adekuat
j. Adanya komunikasi yang terdokumentasi antara staff dan pasien/keluarga mengena di
keputusan terapi/tindakan klinis
k. Dokumentasi spesifik keadaan-keadaan medis tertentu, misalnya alergi, dsb, pada rekam
medik, yang secara legal ditandatangani

Insiden keselamatan pasien


Insiden keselamatan pasien adalah Setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan/
berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cedera, cacat, kematian, dll) pada pasien yang
seharusnya tidak terjadi.

4
Jenis-jenis insiden:
A. KPC (KONDISI POTENSIAL CEDERA / REPORTABLE CIRCUMSTANCE)
Suatu kondisi / situasi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum
terjadi insiden.
Contoh:
• ICU yang sangat sibuk tetapi jumlah staf selalu kurang.
• Penempatan defibrillator standby di IGD ternyata rusak dan tidak dapat digunakan.
 
B. KNC ( NEAR MISS / KEJADIAN NYARIS CEDERA)
 Terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien.
Contoh:
• Unit transfusi darah sudah siap dipasang pada pasien yang salah, namun kesalahan tersebut
diketahui sebelum transfusi dimulai.

C. KTC (KEJADIAN TIDAK CEDERA/ NO HARM INCIDENT)


 Suatu kejadian insiden yang sudah terpapar ke pasien tetapi tidak menimbulkan cedera.
Contoh:
• Darah transfusi yang salah sudah dialirkan ke pasien tetapi tidak timbul cedera/ gejala
inkompatibilitas pada pasien tersebut.
 
D. KTD (KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN/ ADVERSE EVENT)
 Suatu kejadian insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien
Contoh:
• Transfusi yang salah mengakibatkan pasien meninggal karena reaksi hemolisis.

Kejadian Sentinel (Sentinel Event)


Kejadian sentinel merupakan suatu kejadian (KTD) tidak diantisipasi yang dapat mengakibatkan
kematian atau suatu kejadian yang mangakibatkan kehilangan fungsi permanen, dimana kejadian
tersebut tidak berhubungan dengan riwayat alamiah penyakit yang mendasari atau penyakit
penyerta. Kejadian sentinel merupakan kejadian yang membutuhkan investigasi dan respon
segera.

5
Kejadian sentinel termasuk:
a. Kematian yang tidak terduga, termasuk, namun tidak terbatas pada:
• Kematian yang tidak berkaitan dengan alamiah penyakit pasien atau kondisi
yang mendasari (contohnya seperti, kematian karena infeksi pos-operatif atau hospital-
acquired pulmonary embolism).
• Kematian janin cukup bulan.
• Bunuh diri.
b. Hilangnya fungsi utama secara permanen yang tidak disebabkan oleh penyakit pasien atau
kondisi yang mendasarinya
c. Salah sisi, salah prosedur, dan salah pasien operasi.
d. Penularan penyakit berbahaya, atau penyakit karena transfusi darah atau produk
darah, atau penularan penyakit akibat transplantasi organ atau jaringan yang terkontaminasi.
e. Penculikan bayi atau bayi dipulangkan dengan orangtua yang salah.
f. Pemerkosaan, kekerasan dalam pekerjaan seperti penyerangan (yang
mengakibatkan kematian atau kehilangan fungsi); atau pembunuhan pasien, pegawai, dokter,
mahasiswa kedokteran, trainee, pengunjung, atau vendor ketika berada di lingkungan rumah
sakit.

RE-ACTIVE
a. Komplain dari pasien dan karyawan ditangani segera dan optimal, dan dibuktikan dengan
“consent” dari semua pihak yang terkait
b. Tinjauan terhadap morbiditas dan mortalitas dilakukan untuk mengenal faktor-faktor yang
dapat dicegah, dan menjamin bahwa pelayanan yang terbaik diberikan
c. Jika terjadi tuntutan, dilakukan pendekatan untuk mengenal akar masalah (root cause) dan
dilakukan dengan pendekatan budaya tidak menyalahkan
d. Adanya mekanisme untuk melaporkan terjadi adverse incident baik klinis maupun non klinis,
termasuk kejadian near miss, dan dicatat dalam risk register untuk audit dan analisis

6
BAB III
PENCAPAIAN PROGRAM MANAJEMEN RESIKO
SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2018

3.1 Manajemen Resiko yang berkaitan dengan Patient Safety

No Kegiatan Vol MAR APR KET

1 Pelaporan Insiden 12 8 Terlampir


2 Identifikasi dan Register Resiko 2 Ya Terlampir
3 Risk Grading Matrix 2 Ya Terlampir
4 Investigasi Sederhana 12 Terlampir
5 Investigasi Komprehensif (RCA) 3 1 Terlampir
6 Analisis modus kegagalan dan 1 1
dampak (FMEA)

3.2 Manajemen Resiko yang berkaitan dengan pengendalian infeksi Nosokomial

No Kegiatan Vol MAR APR KET

1 Monitoring Pemakaian APD


1. Poliklinik 1
2. Ruang Tindakan 1 Na Na
3. Rawat Inap 1
4. RR 1
5. CSSD 1

2 Monitoring Penyediaan APD 1 100% 100%


di ruang tindakan

3 Monitoring dan penanganan 1 Na Na Tidak ada kasus pegawai


pegawai tertusuk jarum secara tertusuk jarum
tuntas

4 Monitoring pengemasan linen 1 Na Na Dibawah Unit Laundry


infeksius dan transfer linen
infeksius
5 Monitoring pembuangan 1 1714 1976

7
sampah infeksius dan transfer Kg Kg
sampah infeksius
6 Monitoring penanganan 1 Na Na Langsung ditangani oleh
limbah benda tajam Unit USL Pusat

7 Penyusunan SPO :

1. SPO Audit Pemakaian 1


APD di Ruang Tindakan
2. SPO Audit Pemakaian
APD Poliklinik 1
3. SPO Audit Pemakaian
APD di Rawat Inap 1
4. SPO Cleaning Lingkungan
Pasien 1
5. SPO Pembersihan linen
dan tempat tidur 1
6. SPO Pengelolaan Linen
Infeksius 1
7. SPO Pengelolaan sampah
Infeksius 1

8 Penyediaan APD di rawat inap 1 100% 100%

10 Audit Cuci Tangan 6 langkah 1 72%


dan 5 moment

3.3 Manajemen Resiko yang berkaitan dengan pengendalian infeksi Nosokomial

No Kegiatan Vol MAR APR PIC

1 Monitoring menggunakan Apron dan Kaca 1


Google dan Sepatu Boot ,

2 Penyusunan SOP:
a. Pemilahan Instrument 1
b. Pencucian Alat Instrument 1
c. Penggunaan Bahan Desinfektan 1
d. Dekontaminasi Instrument 1
e. Bahan Desinfektan Untuk 1
Dekontaminasi
f. Penggunaan Mesin Drying 1
g. Evakuasi Kebakaran 3 1
3 Penyediaan Apar 35 35 35

4 Penyediaan P3K 3 3 3

8
5 Pembelian kunci ruang penyimpanan 1 1 1

Batam, 28 Maret 2019


Pj Manajemen Resiko
RS Graha Hermine

Vebrianti, Amd

Anda mungkin juga menyukai