TAHUN 2015
0
BAB I
PENDAHULUAN
Langkah awal mengembangkan manajemen risiko adalah menentukan konteks yang diperluhkan karena
manajemen risiko sangat luas dan bermacam aplikasinya salah satu diantaranya adalah manajemen risiko
1
K3. Untuk manajemen risiko K3 sendiri,juga diperluhkan penentuan konteks yang akan dikembangkan
misalnya menyangkut risiko kesehatan kerja, kebakaran, hygiene, industry,dan lainnya. Dari konteks
tersebut masih dapat dikembangkan lebih lanjut misalnya manajemen risiko untuk aktivita rumah sakit.
Penentuan konteks ini diselaraskan dengan visi dan misi organisasi serta sasaran yang ingin dicapai.
Lebih lanjut ditetepkan pula criteria risiko yang sesuai bagi organisasi. Setelah menetapkan konteks
manajemen risiko, langkah berikutnya adalah melakukan identifikan bahaya, analisa dan evaluasi risiko
serta menentuhkan langkah atau strategi pengendalainnya.
1.2. Tujuan
1. Menciptakan cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan karyawan RS, pasien serta pengunjung di RSCM Kirana
2. Meminimalkan kerugian dan dampak yang ditimbulkan akibat kecelakaan dan sakit, meningkatkan
kesempatan/peluang untuk meningkatkan produksi melalui suasana kerja yang aman, sehat dan
nyaman, memotong mata rantai kejadian kerugian akibat kegagalan
3. Mengidentifikasi sumber dari resiko
4. Mengembangkan respon yang harus dilakukan untuk menanggapi resiko
5. Memaparkan mengenai sistem pengorganisasian Manajemen Resiko.
6. Memaparkan mengenai pelaksanaan jadwal kegiatan program Manajemen Resiko
2
BAB II
PENGERTIAN –PENGERTIAN DALAM MANAJEMEN RESIKO
2.1. Risiko
Risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan berdampak pada tujuan
Jenis-jenis risiko dalam pelayanan rumah sakit:
a. Corporate risk:
Kejadian yang akan memberikan dampak negatif terhadap tujuan organisasi
b. Non-clinical (physical) risk
Bahaya potensial akibat lingkungan
c. Clinical risk
Bahaya potensial akibat pelayanan klinis
d. Financial risk
Risiko finansial yang secara negatif akan berdampak pada kemampuan organisasi dalam
mencapai tujuan.
3
Suatu pendekatan untuk mengenal keadaan yang menempatkan pasien pada suatu risiko dan
tindakan untuk mencegah terjadinya risiko tersebut (Sheenu Jhawar, Mid Stafford General
Hospital, UK)
PRO-ACTIVE
a. Prosedur operasional untuk mengangkat dan mengarahkan isu-isu risiko klinis yang mungkin
terjadi melalui kejelasan tanggung jawab dan kendali pada semua lini pelayanan.
b. Pemahaman terhadap tingkat dan proses pengambilan keputusan sehingga tidak terjadi
tumpang tindih
c. Pendekatan multidisiplin dalam mengelola risiko
d. Pelatihan orientasi bagi karyawan baru, terutama dalam mengoperasikan peralatan
medis/klinis
e. Kebijakan dalam pemeliharaan peralatan yang dikerjakan secara konsisten
1. Kebijakan dalam:fire safety
2. Infectious and non-infectious waste management
3. Infection control
4. Occupational health
f. Audit klinis yang dilaksanakan secara teratur dengan tindak lanjut yang nyata
g. Pengelolaan dokumen rekam medik, pencatatan medik yang akurat dan terjamin ketelusuran
h. Komunikasi dalam tim medis, tim keperawatan terpelihara dengan baik
i. Serah terima dilakukan secara adekuat
j. Adanya komunikasi yang terdokumentasi antara staff dan pasien/keluarga mengena di
keputusan terapi/tindakan klinis
k. Dokumentasi spesifik keadaan-keadaan medis tertentu, misalnya alergi, dsb, pada rekam
medik, yang secara legal ditandatangani
4
Insiden keselamatan pasien adalah Setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan/ berpotensi
mengakibatkan harm (penyakit, cedera, cacat, kematian, dll) pada pasien yang seharusnya tidak
terjadi.
Jenis-jenis insiden:
A. KPC (KONDISI POTENSIAL CEDERA / REPORTABLE CIRCUMSTANCE)
Suatu kondisi / situasi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi
insiden.
Contoh:
• ICU yang sangat sibuk tetapi jumlah staf selalu kurang.
• Penempatan defibrillator standby di IGD ternyata rusak dan tidak dapat digunakan.
5
Kejadian sentinel merupakan suatu kejadian (KTD) tidak diantisipasi yang dapat mengakibatkan
kematian atau suatu kejadian yang mangakibatkan kehilangan fungsi permanen, dimana kejadian
tersebut tidak berhubungan dengan riwayat alamiah penyakit yang mendasari atau penyakit penyerta.
Kejadian sentinel merupakan kejadian yang membutuhkan investigasi dan respon segera.
RE-ACTIVE
a. Komplain dari pasien dan karyawan ditangani segera dan optimal, dan dibuktikan dengan
“consent” dari semua pihak yang terkait
b. Tinjauan terhadap morbiditas dan mortalitas dilakukan untuk mengenal faktor-faktor yang dapat
dicegah, dan menjamin bahwa pelayanan yang terbaik diberikan
c. Jika terjadi tuntutan, dilakukan pendekatan untuk mengenal akar masalah (root cause) dan
dilakukan dengan pendekatan budaya tidak menyalahkan
d. Adanya mekanisme untuk melaporkan terjadi adverse incident baik klinis maupun non klinis,
termasuk kejadian near miss, dan dicatat dalam risk register untuk audit dan analisis.
BAB III
PENGORGANISASIAN
6
3.1. VISI
”Menjadi pemeran utama untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui layanan
kesehatan mata berbasis academic health system”
3.2. MISI
”Menyelenggarakan dan memajukan layanan kesehatan mata berbasis academic health system
melalui dukungan dan stimulasi terhadap pendidikan serta riset, sehingga Departemen IK Mata
FKUI/RSCM menjadi pusat oftalmologi yang mampu bersaing secara global, dan menjadi
pemeran utama kemitraan lintas sektor nasional dalam rangka mengadvokasi tanggung jawab
sosial berkaitan dengan kesehatan mata komprehensif bagi masyarakat”
3.3. NILAI
Tata Nilai RSCM Kirana adalah
─ Profesionalisme
─ Integritas
─ Kepedulian
─ Penyempurnaan berkesinambungan
─ Belajar dan Mendidik
Koordinator Penelitian7
dan Pengembangan
Tugas Penanggung Jawab Mutu
8
c. Memprioritaskan Resiko
d. Membuat Investigasi Kejadian yang Tidak Diharapkan (KTD)
e. Melakukan analisa dan pelaporan
BAB IV
PROGRAM MANAJEMEN RESIKO
9
3.1 Manajemen Resiko yang berkaitan dengan Patient Safety
a. Pelaporan Insiden
b. Identifikasi Resiko
c. Risk Grading Matrix
d. Investigasi Kejadian yang Tidak Diharapkan dibagi dua yaitu:
1. Investigasi Sederhana
2. Investigasi Komprehensif (RCA)
e. Analisis modus kegagalan dan dampak (FMEA)
Kerangka Kerja
Menetapkan lingkup
Manajemen Resiko
Identifikasi Resiko
Monitoring,
Komunikasi
audit
dan
dan
Konsultasi
Tinjauan
pd Analisis Resiko (review)
stakeholders
Dukungan
internal
Evaluasi Resiko
Ya/Tidak
Tindakan /treatment
terhadap resiko
T
i
n
d
a
k
a
n
/
t
r
10 e
a
t
Penjadwalan Manajemen Resiko yang berkaitan dengan Patient Safety
4 Investigasi Sederhana 12
11
3.2 Manajemen Resiko yang berkaitan dengan pengendalian infeksi Nosokomial
MATRIX
KONTROL RESIKO
ACUAN SUMBER CONTROL
EFEK DARI
AREA IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA UU/PP PENGENDALIAN PENGENDALIAN PIC
BAHAYA
BAHAYA BAHAYA K P SR YANG DILAKUKAN RESIKO YANG
SAAT INI DIBUTUHKAN
Rawat 1. Pemeriksaan Biological Infeksi Penularan 2 5 10 Cuci Tangan 6 langkah Monitoring Pemakaian Ka.
Jalan/ Pasien Nosokomial Langsung Kontak S dan 5 moment APD Poliklinik Ruangan
Poliklinik Pasien SPO untuk cuci tangan SPO Audit Pemakaian
dan SPO 5 moment APD Poliklinik
Ruang 1. Melakukan Biological Infeksi Terpapar Cairan 5 5 25 Pemakaian APD Kamar Monitoring pemakaian Ka.
Tindakan Tindakan Invasif Nosokomial tubuh pasien B Tindakan APD Ruang Tindakan Ruangan
kepada pasien Penyediaan APD di SPO Audit Pemakaian
ruang tindakan APD
SPO tertusuk jarum Monitoring Penyediaan
2. Melakukan APD di ruang tindakan
terapi dengan Tertusuk/ Teriris Pemeriksaan Kuman dan
suntikan Instrumen Tajam 5 3 15 jenis kuman di ruang
B rawat inap
Monitoring dan
penanganan pegawai
tertusuk jarum secara
tuntas
Rawat Inap 1. Pemeriksaan Biological Infeksi Penularan 2 5 10 Cuci Tangan 6 langkah Monitoring Pemakaian Ka.
Pasien Nosokomial Langsung Kontak S dan 5 moment APD Poliklinik Ruangan
Pasien SPO untuk cuci tangan SPO Audit Pemakaian
dan SPO 5 moment APD Poliklinik
2. Melakukan Biological Infeksi Terpapar Cairan 5 5 25 Pemakaian APD Kamar Monitoring pemakaian
12
terapi dengan Nosokomial tubuh pasien B Tindakan APD Ruang Tindakan
suntikan Tertusuk/ Teriris Penyediaan APD di SPO Audit Pemakaian
Instrumen Tajam ruang tindakan APD
SPO tertusuk jarum Monitoring Penyediaan
APD di ruang tindakan
Monitoring dan
penanganan pegawai
tertusuk jarum secara
tuntas
3. Memandikan Biological Infeksi Penularan Kontak 3 5 15 Pemakaian APD Rawat Monitoring pemakaian
pasien Nosokomial Langsung B Inap APD rawat inap
Terpapar cairan Penyediaan APD di SPO Audit Pemakaian
tubuh rawat inap APD
Penyediaan APD di rawat
inap
4. Membersihkan Biological Infeksi Terpapar cairan 3 5 15 Pemakaian APD Rawat SPO Pembersihan linen
linen dan Nosokomial tubuh B Inap dan tempat tidur
tempat tidur Monitoring pemakaian
pasien APD Rawat Inap
5. Melakukan Biological Infeksi Penularan melalui 3 5 15 Pemakaian APD Rawat SPO Cleaning Lingkungan
Cleaning Nosokomial udara B Inap Pasien
Lingkungan Penularan dengan Monitoring pemakaian
Pasien kontak langsung APD Rawat Inap
lingkungan Pemeriksaan Kuman dan
pasien yang jenis kuman di ruang
tercemar rawat inap
Kamar 1. Melakukan Biological Infeksi Penularan 2 5 10 Cuci Tangan 6 langkah Monitoring Pemakaian Ka.
Bedah pemeriksaan Nosokomial Langsung Kontak S dan 5 moment APD Poliklinik Ruangan
pasien Pasien SPO untuk cuci tangan SPO Audit Pemakaian
dan SPO 5 moment APD Poliklinik
2. Melakukan Biological Infeksi Terpapar cairan 5 5 25 Pemakaian APD Kamar Monitoring dan
tindakan Nosokomial tubuh B Bedah penanganan pegawai
operasi pasien Tertusuk /teriris 5 3 15 Penyediaan APD di tertusuk jarum secara
instrument B Kamar Bedah tuntas
operasi Monitoring Pemakaian
Pasien tertular APD
infeksi dari 5 2 10 SPO tertusuk jarum
pasien lain S Cuci Tangan 6 langkah
dan 5 moment
SPO untuk cuci tangan
dan SPO 5 moment
3. Melakukan Biological Infeksi Terpapar cairan 5 5 25 Pemakaian APD Kamar
cleaning ruang Nosokomial tubuh B Bedah
operasi Terkontaminasi 3 3 9 Penyediaan APD di
13
lingkungan yang S Kamar Bedah
tercemar Monitoring Pemakaian
APD
Cuci Tangan 6 langkah
dan 5 moment
SPO untuk cuci tangan
dan SPO 5 moment
4. Melakukan Biological Infeksi Terpapar cairan 5 5 25 Pemakaian APD Kamar SPO Pengelolaan Linen
pengelolaan Nosokomial tubuh B Bedah Infeksius
linen kotor Terkontaminasi 5 2 10 Penyediaan APD di Monitoring pengemasan
ruang operasi linen infeksius S Kamar Bedah linen infeksius dan
Monitoring Pemakaian transfer linen infeksius
APD
Cuci Tangan 6 langkah
dan 5 moment
SPO untuk cuci tangan
dan SPO 5 moment
5. Melakukan Biological Infeksi Terpapar sampah 5 5 25 Pemakaian APD Kamar SPO Pengelolaan sampah
pengelolaan Nosokomial infeksius B Bedah Infeksius
sampah ruang 5 2 10 Penyediaan APD di Monitoring pembuangan
operasi S Kamar Bedah sampah infeksius dan
Monitoring Pemakaian transfer sampah infeksius
APD
Cuci Tangan 6 langkah
dan 5 moment
SPO untuk cuci tangan
dan SPO 5 moment
6. Melakukan Biological Infeksi Tertusuk /teriris 5 3 15 Pembuangan sampah Monitoring penanganan
pembuangan Nosokomial sampah benda B dengan bio safe limbah benda tajam
sampah benda tajam SPO penanganan
tajam ruang limbah benda tajam
operasi
7. Melakukan Biological Infeksi Terpapar cairan 5 5 25 Pemakaian APD Kamar Monitoring Pemakaian
monitoring Nosokomial tubuh B Bedah APD
pasien post Pasien tertular 5 2 10 Penyediaan APD di Di RR
operasi di infeksi dari S Kamar Bedah Audit Cuci Tangan 6
ruang RR pasien lain Cuci Tangan 6 langkah langkah dan 5 moment
dan 5 moment
SPO untuk cuci tangan
dan SPO 5 moment
CSSD 1. Proses pemilahan Biologikal Infeksi Teriris atau 5 5 25 Pemakaian APD CSSD Monitoring Pemakaian Ka.
14
Instrument Nosokomial Tertusuk B Penyediaan APD di APD Ruangan
Instrument CSSD Di CSSD
menyebabkan Cuci Tangan 6 langkah Audit Cuci Tangan 6
terinfeksi kuman dan 5 moment langkah dan 5 moment
melalui darah SPO untuk cuci tangan
dan SPO 5 moment
15
tertusuk jarum secara tuntas
7 Penyusunan SPO :
1
1. SPO Audit Pemakaian APD di Ruang 1
Tindakan 1
2. SPO Audit Pemakaian APD Poliklinik 1
3. SPO Audit Pemakaian APD di Rawat 1
Inap 1
4. SPO Cleaning Lingkungan Pasien 1
5. SPO Pembersihan linen dan tempat 1
tidur 1
6. SPO Pengelolaan Linen Infeksius
7. SPO Pengelolaan sampah Infeksius 1
1
16
3.3 Manajemen Resiko fasilitas dan lingkungan Rumah Sakit
1. Ruang 1. Proses Fisikal Teriris atau Pendarahan 1 4 M PerMenkes No. Menggunakan Menggunakan Zr.
Pencucian pemilahan Tertusuk dan Luka 749a/Men handskun Apron dan Kaca NUR
dan Instrument Instrument Tusuk Google dan AWIN
Dekontamina Sepatu Boot , AH
si Ruang PPPK
CSSD Bedah
Mata
17
SOP Pemilahan
Instrument
Memakai
Terinfeksi PerMenkes No. Handskun, Masker Menggunakan
Biologikal Kuman Infeksi Kuman 1 4 M 749a/Men dan Topi Apron dan Kaca
2. Proses Pendarahan
Pencucian Tertusuk dan dan Luka Baju Ruang Google dan
Instrument Fisikal Teriris Tusuk Operasi Sepatu Boot
SOP Pemilahan
Instrument Instrument
Memakai
PerMenkes No. Handskun, Masker Menggunakan
Biologikal Infeksi Infeksi Kuman 1 4 M 749a/Men dan Topi Apron Kaca Mata
Memakai Sikat Google dan
Kes/ XII / 1989 Untuk Cuci Sepatu Boot
Baju Ruang SOP Pencucuian
Operasi Alat Instrument
Kerusakan Memakai
Ringan Organ PerMenkes No. Handskun, Masker Menggunakan
Kimia Iritasi Mata Mata 1 4 M 749a/Men dan Topi Apron Kaca Mata
Baju Ruang Google dan
dan Kulit Dan Kulit Kes/ XII / 1989 Operasi Sepatu Boot
SOP Penggunaan
Bahan
Desinfektan
3. Proses
Dekontaminasi Kerusakan
Alat Kimia Iritasi Mata Sedang Organ
Memakai
PerMenaker No. Handskun, Masker Menggunakan
Instrument dan Kulit Mata dan Kulit 2 5 H 03/Men/ dan Topi Apron Kaca Mata
Baju Ruang Google dan
tahun 1998. Operasi Sepatu Boot
SOP
Dekontaminasi
Instrument
SOP Bahan
DesInfektan
18
Untuk
Memakai
4. Proses PerMenkes No. Handskun, Masker Menggunakan
Pengeringan Fisikal Terlalu Panas Combustio 1 3 R 749a/Men dan Topi Apron Kaca Mata
Google dan
Meledak Combustio Kes/ XII / 1989 Sepatu Boot
SOP Penggunaan
Kebakaran Mesin Drying
Penyediaan Apar
Penyediaan P3k
SOP Evakuasi
Kebakaran
kunci ruang
penyimpanan.
PENJADWALAN KONTROL RESIKO
2 Penyusunan SOP:
a. Pemilahan Instrument 1
b. Pencucian Alat Instrument 1
c. Penggunaan Bahan Desinfektan 1
d. Dekontaminasi Instrument 1
e. Bahan Desinfektan Untuk 1
Dekontaminasi
f. Penggunaan Mesin Drying 1
g. Evakuasi Kebakaran 7 area
3 Penyediaan Apar 14
4 Penyediaan P3K 14
5 Pembelian kunci ruang penyimpanan. 1
19
3.4 Sasaran
1. 100%Insiden ditindaklanjuti
2. 0% Kejadian Sentinel
3. 0% Accident Kecelakaan Kerja
1. Evaluasi Bulanan
2. Evaluasi Tri wulan
3. Evaluasi Semester
4. Laporan
20
BAB V
PENUTUP
Program Manajemen Resiko Departemen Medik Mata RSCM Kirana ini dijadikan sebagai acuan
pelaksanaan kegiatan program manajemen resiko yang berupa penjadwalan kegiatan yang berkaitan
dengan patient safety, infeksi nosokomial dan Kontrol resiko di unit Mutu Departemen Medik Mata
RSCM Kirana, dengan tujuan tercapainya sertifikasi Internasional JCI, ISO dan Akreditasi Pendidikan
Mata Internasional.
Dengan dilaksanakannya Program Manajemen Resiko ini dengan baik dan benar maka diharapkan
akan terwujud tercapainya tujuan sesuai target, tercapainya 100% seluruh proses dalam program
Manajemen Resiko.
Mengetahui,
Kepala Departemen Medik Mata Koordinator Penelitian dan Pengembangan
RSCM Kirana RSCM Kirana
21
LAMPIRAN
22