Anda di halaman 1dari 60

INFECTION CONTROL

RISK ASSESSMENT
(ICRA)
Costy Pandjaitan, CVRN.,SKM.,MARS.,PhD.,
CP.NLP.,CPLM.,CPRM., CIPP., CPPS., FISQua

Disampaikan pada
Worshop Tata Kelola Mutu
Tanggal 28 -31 Agustus 2023
Hotel Ahmad Yani Banda Aceh
PENDAHULUAN
 Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit
dan fasilitas pelayanan kesehatan merupakan suatu
upaya kegiatan untuk meminimalkan atau mencegah
terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung
dan masyarakat sekitar rumah sakit.
 Pengendalian infeksi harus dilaksanakan oleh semua
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya
 Salah satu program Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI) adalah kegiatan menilai risiko Infeksi
(ICRA).
LATAR
BELAKANG
 Infection Control Risk Assessment (ICRA) adalah suatu
kegiatan dalam rangka  peningkatan mutu pelayanan
rumah sakit untuk menilai dan mengontrol risiko infeksi
di rumah sakit yang dilakukan per unit bagian/instalasi di
rumah sakit. 

 Infection Control Risk Assessment (ICRA) merupakan


suatu sistem pencegahan pengendalian infeksi yang
terukur dengan melihat kontinuitas dan probabilitas
aplikasi program
RISK ASSESMENT
 Suatu proses penilaian untuk menguji sebuah proses secara rinci dan
berurutan, baik kejadian yang aktual maupun yang potensial berisiko
ataupun kegagalan dan suatu yang rentan melalui proses yang logis,
dengan memprioritaskan area yang akan di perbaiki berdasarkan
dampak yang akan di timbulkan baik aktual maupun potensial dari
suatu proses perawatan, pengobatan ataupun service yang diberikan
 Proses untuk membantu organisasi menilai tentang luasnya risiko yang
dihadapi, kemampuan mengontrol frekuensi dan dampak risiko.
 Harus dilakukan oleh seluruh staf dan semua pihak yg terlibat
termasuk pasien dan publik

(TJC 2010)
Infection Prevention Control

Hasil penilaian fasilitas harus digunakan,


untuk menetapkan dan memperbarui IPC,
Infection Prevention
Control kebijakannya dan/atau protokol,
termasuk sistem untuk mencegah,
mengidentifikasi, melaporkan,
menyelidiki, dan mengendalikan infeksi
dan penyakit menular bagi
masyarakat ,staf, dan pengunjung.
Risk Assessments
Penilaian risiko adalah proses untuk mengidentifikasi
potensi bahaya dan menganalisis apa yang bisa terjadi jika
bahaya terjadi

Digunakan di banyak bidang termasuk darurat manajemen,


Risk bisnis, pengendalian infeksi, keselamatan kerja, teknik, dll.
Assessments
Bisa juga disebut atau bagian dari analisis bahaya,
gapanalisis, atau protokol keamanan sistematis lainnya
Risk Assessments
• Proses proaktif
• Dapat digunakan untuk perencanaan strategis
• Mungkin menjadi bagian dari analisis
dampak bisnis
Risk Assessments • Memberikan arahan tentang prioritas
• Membantu pengambilan keputusan untuk
alokasi sumber daya
• Identifikasi potensi bahaya dan atau peluang
untuk mengurangi Risiko
• Evaluasi apakah tindakan pencegahan telah
diambil untuk mencegah bahaya
Infection Control Risk Assessment (ICRA)

• Alat evaluasi untuk pencegahan infeksi


dan program kendali
Infection Control Risk • Mendorong pengambilan keputusan
Assessment (ICRA) untuk pencegahan infeksi dan rencana
pengendalian (strategis)
• Tujuan
• Tujuan yang terukur
• Mengukur ancaman untuk
memprioritaskan rencana aksi
• Identifikasi area fokus
TUJUAN ICRA
Tercapainya perlindungan terhadap pasien, petugas dan
pengunjung rumah sakit dari risiko infeksi.

Tersusunnya data identifikasi dan grading risiko


infeksi di rumah sakit.

Tersedianya acuan penerapan langkah-langkah


penilaian risiko infeksi di rumah sakit.

Tersedianya rencana program pencegahan dan


pengendalian risiko infeksi di seluruh area rumah sakit
PENGERTIAN
Infection Control Risk Assessment (ICRA)

Suatu proses perencanaan pencegahan dan kontrol infeksi, sarana untuk mengembangkan
perencanaan, pola bersama menyusun perencanaan, menjaga fokus surveilans dan aktivitas
program lainnya, serta melaksanakan program pertemuan reguler dan upaya pendanaan (Lardo,
2016).

Suatu pengkajian multidisiplin, yang prosesnya didokumentasikan untuk mengidentifikasi


secara proaktif dan mengurangi resiko dari infeksi yang bisa terjadi selama kegiatan
konstruksi. (APIC report,2000)

Menurut definisi APIC (Association for Professionals In Infection Control and Epidemiology),ICRA
merupakan suatu perencanaan proses dan bernilai penting dalam menetapkan program dan pengembangan
kontrol infeksi
Jenis Penilaian Risiko IPC

Penilaian Risiko Tahunan Sesuai kebutuhan


Penilaian Risiko

• Konstruksi
 Program pencegahan dan
• Layanan Baru
pengendalian infeksi
• Praktek perubahan
 TB
• Untuk pengembangan kebijakan
 Pengelolaan Air
& prosedur
Siapa yang melakukan ICRA HAIs

Multidisiplin
Komite PPI
dan Ruangan
yang
bersangktan
WAKTU PELAKSANAAN ICRA HAIs

Setiap tahun akhir


bulan dengan merujuk
ke data sebelumnya
CARA MELAKSANAKAN/IMPLEMENTASI ICRA
HAIs

Risk
Priorities IPC PLAN
Assessment
PROSES PENILAIAN RISIKO

1. Bentuk tim untuk melakukan penilaian risiko.


2. Identifikasi faktor risiko potensial di setiap kategori berikut:
 Komunitas dan populasi dilayani
 Berpotensi terkena infeksi spesifik
 Praktik pengobatan dan perawatan
 Pembersihan, desinfeksi, dan penanganan instrumen dan perangkat
medis
 Lingkungan perawatan
 Manajemen darurat
 Orang lain yang diidentifikasi oleh organisasi
PROSES PENILAIAN RISIKO
3. Menilai setiap faktor risiko potensial berdasarkan hal-hal berikut:
a. Probabilitas kejadian / kondisi yang terjadi ditentukan dengan mengevaluasi
risiko dari potensi ancaman yang sebenarnya terjadi Informasi mengenai data
historis, data surveilans infeksi, ruang lingkup layanan yang disediakan oleh
fasilitas, dan lingkungan area sekitarnya.
b. Potensi dampak kejadia / kondisi terhadap pasien dan personel, ditentukan
dengan mengevaluasi potensi pasien sakit, cedera, infeksi, kematian,
kebutuhan masuk ke fasilitas rawat inap; potensi penyakit personel, cedera,
infeksi, kekurangan; berpotensi memengaruhi kemampuan organisasi untuk
berfungsi / tetap terbuka; dan tingkat dampak klinis dan finansial.
c. Kesiapan organisasi untuk menghadapi kejadian / kondisi ditentukan dengan
mempertimbangkan kebijakan dan prosedur yang sudah ada, pengalaman dan
tanggapan staf terhadap situasi aktual, serta layanan dan peralatan yang
tersedia.
PROSES PENILAIAN
RISIKO
4. Setelah skor risiko ditetapkan dalam tiga kelompok penilaian,
jumlahkan jumlah di setiap kelompok untuk memberikan tingkat
risiko numerik untuk setiap peristiwa / kondisi.
 
5. Rangking acara / kondisi dari skor tertinggi hingga terendah dalam
tabel yang tersedia. Pilih risiko dengan skor tertinggi sebagai fokus
prioritas untuk mengembangkan
.
CATATAN: Beberapa acara / ketentuan dengan skor lebih rendah
dapat dipilih karena merupakan persyaratan akreditasi atau peraturan.

Penilaian risiko dan Rencana ISPC harus ditinjau dan disetujui oleh komite jaminan
kualitas dan peningkatan kinerja organisasi (atau komite lain yang ditunjuk).
Penilaian risiko dan Rencana ISPC harus ditinjau setiap tahun (dan lebih cepat jika
keadaan berubah).
Risk Matrix Grading

Risiko sebagai suatu fungsi dari Probabilitas (Change,likelihood)


dari suatu kejadian yang tidak diinginkan dan tingkat keparahan
/ besarnya dampak dari kejadian tersebut

Skor Risiko =
Nilai Probabilitas X Nilai Risiko/Dampak X Nilai Sistem yang ada
20
PENENTUAN SKOR RISIKO
SKOR RISIKO =
Nilai Probabilitas X Nilai Risiko/Dampak X Nilai Sistem yang ada

Program prioritas berdasarkan nilai terbesar


RISK MATRIX GRADING

 Sering digunakan
 Untuk memetakan risiko terhadap probabilitas, dampak dan sistem yg ada

Risk Matrik efektif


 Mudah digunakan dan dimengerti
 Mempunyai deskripsi detail dan definitif
 Menerangkan bagaimana risiko dapat di mitigasi pada tingkat yang bisa ditolerir
FORM PENGKAJIAN RISIKO

• Probability / Kemungkinan terjadi


• Impact, dan Dampak
• Current Systems / Sistem kelanjuan
• Item tambahan boleh ditambahkan jika
diperlukan
PENILAIAN PROBABILITAS/FREKUENSI

TK Deskripsi Kejadian
Risk
1 Never Tidak pernah

2 Rare Jarang (Frekuensi 1-2 x /tahun)

3 Maybe Kadang (Frekuensi 3- 4 x/tahun)

4 likely Agak sering (Frekuensi 4-6 x/tahun)

5 Expect it Sering (Frekuensi > 6 – 12 x /tahun


PENILAIAN DAMPAK /RISIKO
TK Deskripsi Dampak
RIKS
1 Minimal clinical • Tidak ada cedera

2 Moderate clinical • Cedera ringan , mis luka lecet


• Dapat diatasi dng P3K
3 Prolonged length of • Cedera sedang, mis : luka robek
stay • Berkurangnya fungsi motorik/sensorik/psikologis atau intelektual
(reversibel. Tdk berhubungan dng penyakit
• Setiap kasus yg meperpanjang perawatan

4 Temporer loss of • Cedera luas/berat, mis : cacat, lumpuh


function • Kehilangan fungsi motorik/sensorik/ psikologis atau intelektual
(ireversibel), tdk berhubungan dng penyakit

5 Katatropik Kematian yg tdk berhubungan dng perjalanan penyakit


SISTEM YANG ADA

TK RIKS Deskripsi Kegiatan


1 Solid Peraturan ada, fasilitas ada, dilaksanakan

2 Good Peraturan ada, fasilitas ada, tidak selalu dilaksanakan

3 Fair Peraturan ada, fasilitas ada, tidak dilaksanakan

4 Poor Peraturan ada, fasilitas tidak ada, tidak dilaksanakan

5 None Tidak ada peraturan


Kajian risiko Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Potential Probability Risk/Impact (Health, Financial, Current Sco
Risks/ Legal, Regulatory) Systems/Preparedness re
Problems 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1

Expect it Lik Ma Rar Ne Loss of Seriou


s
Prolong
ed
Moderat Mini no Poo Fair Go Soli
ely ybe e ver life/ e mal ne r od d
Loss Length
limb (functi of Clinical/ Clinic
Functio on/ stay al/
n/ financi financial finan
financial al/ cial
legal

Standard Precaution
Lack of Hand
Hygiene

Lack of
respiratory
Hygiene/cough
Etiquette

Lack of safety
injection
From Risks to Priorities to Plan

Risk
Assessment Priorities IC Plan
PENILAIAN RISIKO

 Belum Tersedia pintu penerimaan barang kotor dengan


pendistribusian barang steril
 Belum Tersedia sarana untuk cuci Tangan
 Kurangnya Kepatuhan menggunakan APD pada saat
Pembersihan alat
 Proses pembersiihan ruang CSSD tidak optimal
PRIORITAS RENCANA TINDAK LANJUT

No Jenis Skor Prioritas


Kelopok risiko

1 Belum Tersedia sarana untuk cuci 36 1


tangan

2 Kurangnya Kepatuhan 27 2
menggunakan APD pada saat
Pembersihan alat

3 Belum Tersedia pintu penerimaan 27 3


barang kotor dengan
pendistribusian barang steril
RENCANA TINDAK LANJUT (ACTION PLAN)
No Kegiatan Tujuan Strategik Penanggung Waktu Hasil yang
jawab diharapkan

1 Menyediakan sarana Tersedianya Membuat surat Komite PPI Satu bulan Sarana
untuk cuci tangan sarana usulan ke Kebersihan
Kebersihan manajemen Tangan tersdia
pembuatan sarana
tangan dalam satu
cuci tangan
bulan

2 Meningkatkan Tercapainya Sosialisasi Komite PPI Satu bulan Kepatuhan


Kepatuhan Kepatuhan kembali Penggunaan
menggunakan APD Menggunakan pentingnya APD
pada saat APD pada saat Menggunakan mencapai 100
Pembersihan alat Pembersihan APD saat %
alat Pembersihan
alat
ICRA RENOVASI
PCRA (Pra-Construction Risk Assessment)

Penilaian risiko pra-konstruksi (PCRA) adalah salah satu alat paling penting
dan paling kurang dimanfaatkan yang tersedia untuk fasilitas perawatan
kesehatan yang mempertimbangkan proyek konstruksi.

Seringkali PCRA diselesaikan sesaat sebelum kontraktor melakukan


pekerjaan dan hanya menjelaskan persyaratan pengendalian infeksi.

Implementasi PCRA yang tidak lengkap atau tidak efektif dapat


meningkatkan biaya konstruksi dan membahayakan pasien, staf, dan
pengunjung
PCRA untuk pembongkaran, konstruksi/bangunan, renovasi
gedung di rumah sakit yang meliputi

Identifikasi tipe/jenis konstruksi Indenfitikasi kelompok risiko


kegiatan proyek dengan kriteria pasien

Matrix pengendalian infeksi


Proyeksikan untuk antara kelompok risiko pasien
menetapkan kelas/tingkat dengan type kontruksi kegiatan
infeksi

Tindak pengendalian infeksi


berdasarkan tingkat/kelas infeksi
dan monitoring pelaksanaan
PENILAIAN RISIKO PRA-KONSTRUKSI
(PCRA) Pencegahan Infeksi
(ICRA)
1
Bahaya lain Kualitas Udara
1 1

Layanan darurat 1 1 Kebisingan

Keamanan 1 Getaran
1
berbahaya

1 1
1 Bahan Berbahaya
Keamanan
Utilitas
Ada lima aspek utama yang harus dipertimbangan dalam PCRA

1 Asbestos

Akses
pekerja 2

Perlindungan
3 terhadap
peralatan di RS
Keamanan dan
kenyamanan 4
pasien, petugas,
pengunjung dan Pengendalian debu dan
masy sekitar RS infeksi, karena partikel debu
5 mengandung jamur (missal:
Aspergillus spp.) yang dapat
menyebabkan infeksi
Aspergillosis
LANGKAH-LANGKAH PCRA :
ICRA KONSTRUKSI/RENOVASI

Pra Bangunan Intra Bangunan Post Bangunan


& Renvasi & Renvasi & Renvasi
1. Pra Renovasi & Bangunan

Sebelum renovasi & membangun ada rapat


1 koordinasi antara bagian Tehnik, Komite
PPIRS, K3RS dan Unit Sanitasi dan vendor

2 Komite PPIRS melakukan pengkajian risiko dan


membuat izin renovasi

Sebelum pelaksanaan renovasi dan pembangunan Komite PPIRS,


3 K3RS dan Unit Sanitasi Lingkungan memberikan edukasi kepada
pihak perencana dan pelaksana proyek.
Langkah Ke-1:
Identifikasi Tipe Aktivitas Konstruksi (Tipe A-D)
Langkah Ke-1:
Identifikasi Tipe Aktivitas Konstruksi (Tipe A-D)
Langkah Ke-2 :
Identifikasi Kelompok Pasien yang berisiko di sekitar kegiatan
Bangunan dan renovasi
Langkah Ke-2 :
Identifikasi Kelompok Pasien yang berisiko di sekitar kegiatan
Bangunan dan renovasi
Langkah Ke-3 :
Menentukan Level/Kelas ICRA Renovasi & Bangunan
Ditentukan berdasarkan tabel antara Tipe Aktivitas Konstruksi dan Kelompok Pasien Berisiko
Kelompok Pasien Berisiko Tipe A Tipe B Tipe C Tipe D

Risiko Rendah I II II III/IV

Risiko Sedang I II III IV

Risiko Tinggi I II III/IV IV

Risiko Sangat Tinggi II III/IV III/IV IV

Note: Infection Control approval will be required when the Construction Activity and Risk Level indicate that Class III or Class IV
control procedures are necessary.
Langkah Ke-1:
Identifikasi Tipe Aktivitas Konstruksi (Tipe A-D)
• Tipe A • Tipe B

Inspeksi dan aktifitas non-invasive Skala kecil, durasi aktivitas pendek yang
dapat menghasilkan debu minimal
• Termasuk, tapi tidak terbatas pada :
• Termasuk, tapi tidak terbatas pada :
a. mengangkat papan langit-langit untuk
inspeksi visual terbatas pada papan per 50 a. instalasi telepon dan kabel computer
square feet. b. akses untuk ke ruangan
b. pengecatan (tetapi bukan melakukan c. memotong dinding atau langit-langit
plesteran) dimana migrasi debu dapat dikontrol
c. dinding penghalang, pekerjaan jaringan
listrik, pompa minor, dan aktivitas yang
tidak menghasilkan debu atau membutuhkan
pemotongan dinding atau akses ke langit-
langit dibandingkan dengan untuk inspeksi
visual.
• Tipe C • Tipe D

Aktivitas yang menghasilkan debu dari tingkat moderat Penghancuran mayor dan proyek
sampai tinggi atau membutuhkan penghancuran atau bangunan
pemusnahan komponen kerangka gedung • Termasuk, tapi tidak terbatas pada :
• Termasuk, tapi tidak terbatas pada :
a. aktivitas yang membutuhkan
a. melakukan plesteran dinding untuk dicat atau pelapisan kerja shift yang berkelanjutan
dinding
b. membutuhkan penghancuran
b. mengangkat penutup lantai, papan langit-langit, dan papan besar atau pengangkatan system
penghalang kabel yang lengkap
c. konstruksi dinding baru c. konstruksi baru
d. membuat akses kerja minor atau pekerjaan listrik di atas
langit-langit
e. aktivitas kabel mayor
f. pekerjaan yang tidak bisa diselesaikan dalam satu shift
Langkah Ke-2 :
Identifikasi Kelompok Pasien yang Berisiko di sekitar kegiatan
konstruksi
Risiko Rendah Risiko Sedang Risiko Tinggi Risiko Sangat Tinggi

Area Kantor Cardiologi CCU Setiap area yang merawat


pasien dengan
Echocardiography UGD imunokompromise

Endoscopy Persalinan Unit Luka Bakar

Kedokteran Nuklir Laboratorium (specimen) Cathlab Jantung

Terapi fisik Perawatan Bayi Baru Lahir ISP

Radiologi/MRI Poli Bedah ICU

Terapi Respiratori Pediatrik Unit Penyakit Dalam


Langkah Ke-3 :
Menentukan Level/Kelas ICRA Renovasi

• Ditentukan berdasarkan tabel antara Tipe Aktivitas Konstruksi dan


Kelompok Pasien Berisiko
Kelompok Pasien Berisiko Tipe A Tipe B Tipe C Tipe D

Risiko Rendah I II II III/IV


Risiko Sedang I II III IV
Risiko Tinggi I II III/IV IV
Risiko Sangat Tinggi II III/IV III/IV IV

Note: Infection Control approval will be required when the Construction Activity
and Risk Level indicate that Class III or Class IV control procedures are necessary.
Rekomendasi Tim PPI
berdasarkan Kelas ICRA Renovasi
Kelas I

Selama Pekerjaan Konstruksi Setelah Pekerjaan Selesai

• Lakukan pekerjaan dengan • Bersihkan Area setiap


metode yang dapat selesai pekerjaan.
meminimalisir debu dari
aktivitas konstruksi.
• Segera
mengganti/menggeser papan
langit-langit yang salah
posisi selama inspeksi visual
Steps 1-3 Adapted with permission V Kennedy, B Barnard, St Luke Episcopal Hospital, Houston TX; C Fine CA
Steps 4-14 Adapted with permission Fairview University Medical Center Minneapolis MN Forms modified /updated;
provided courtesy of Judene Bartley, ECSI Inc. Beverly Hills MI 2002. Jbartley@ameritech.net Updated, 2009.
Kelas II
• Selama Pekerjaan Konstruksi • Setelah Pekerjaan Selesai

• Melakukan metode yang aktif untuk • Bersihkan permukaan kerja dengan


mencegah debu beterbangan dari desinfektan
tempatnya ke udara. • Kumpulkan limbah konstruksi dengan
• Semprotan air ke permukaan kerja untuk container yang tertutup rapat sebelum
mengontrol debu pada saat memotong dibawa/dikirim
• Tutup pintu yang tidak dipakai dengan • Lakukan pengepelan basah dan atau
vacuum dengan vacuum HEPA filter
selotip.
sebelum meninggalkan area kerja
• Memblok dan menutup ventilasi udara. • Hentikan isolasi system HVAC pada
• Letakkan keset di pintu masuk dan pintu area kerja
keluar dari area konstruksi.
• Lepaskan atau lakukan isolasi system
HVAC di area kerja.
Kelas III
• Selama Pekerjaan Konstruksi • Setelah Pekerjaan Selesai

• Cabut atau lakukan isolasi system • Jangan melepaskan penghalang dari


HVAC pada area yang sedang area kerja sampai proyek yang selesai
dikerjakan untuk mencegah kontaminasi telah diinspeksi oleh K3RS dan
dari system saluran. PPIRS dan secara keseluruhan telah
dibersihkan oleh USL.
• Lengkapi semua Penghalang kritikal,
seperti lembaran penutup, triplek, • Lepaskan pembatas material secara
plastic, untuk menutup area dari area hati-hati untuk meminimalisasi
non kerja atau melakukan implementasi penyebaran debu dan debris sisa-sisa
dengan metode control cube (kereta konstruksi.
dorongan dengan penutup plastic dan
penghubung tertutup pada area kerja
dengan vakum HEPA untuk melakukan
vakum sampai ke pintu keluar)sebelum
konstruksi dimulai.
Kelas III

• Selama Pekerjaan Konstruksi • Setelah Pekerjaan Selesai

• Jaga tekanan negative udara • Vakum area kerja dengan vakum


dalam area kerja menggunakan HEPA filter.
HEPA yang dilengkapi dengan
unit filtrasi udara.
• Area dilakukan pengepelan
basah dengan desinfektan.
• pengiriman atau kereta. Tutup
rapat dengan selotip kecuali
sudah ada penutupnya. • Hentikan isolasi sistem HVAC
pada area yang sedang
dikerjakan
Kelas IV
• Selama Pekerjaan Konstruksi • Setelah Pekerjaan Selesai

• Lakukan isolasi sistem HVAC pada area


dimana sedang dikerjakan untuk mencegah • Lepaskan pembatas material dengan
kontaminasi sistem saluran. hati-hati untuk meminimalisasi
penyebaran debu dan debris sisia-sisa
konstruksi.
• Berikan penghalang yang lengkap, seperti
sheetrock/lembaran penutup, triplek, plastic,
untuk menutup area kerja dari area non kerja • Kumpulkan limbah konstruksi dengan
atau melakukan implementasi metode container yang tertutup rapat sebelum
control cube (kereta dorongan dengan dikirim.
penutup plastic dan penghubung tertutup
pada area kerja dengan vakum HEPA untuk
melakukan vakum sampai ke pintu
keluar)sebelum konstruksi dimulai.
Kelas IV

• Selama Pekerjaan Konstruksi • Setelah Pekerjaan Selesai

• Jaga tekanan negative udara • Tutup sambungan/reseptakel


dalam area kerja menggunakan pengiriman atau kereta. Tutup
HEPA yang dilengkapi dengan rapat dengan selotip kecuali
unit filtrasi udara. sudah ada penutupnya.

• Tutup lubang, pipa-pipa, • Vakum area kerja dengan vakum


sambungan-sambungan, dan HEPA filter
bolongan-bolongan dengan benar
Kelas IV
• Selama Pekerjaan Konstruksi • Setelah Pekerjaan Selesai

• Dirikan/Buat anteroom dan anjurkan semua • Area dilakukan pengepelan basah


petugas untuk melewati ruangan ini sehingga dengan desinfektan
mereka bisa divakum terlebih dahulu
menggunakan pembersih vakum HEPA sebelum
meninggalkan area kerja atau mereka dapat
memakai baju pelindung atau penutup tubuh yang • Hentikan isolasi sistem HVAC pada
dapat dilepas setiap saat mereka meninggalkan area yang sedang dikerjakan
area kerja.
• Setiap petugas yang memasuki area kerja harus
memakai pelindung alas kaki/sepatu. Pelindung
sepatu harus diganti setiap petugas keluar dari
area kerja.
• Jangan melepaskan penghalang dari area kerja
sampai proyek yang selesai telah diinspeksi oleh
K3RS dan PPIRS dan secara keseluruhan telah
dibersihkan oleh USL
KESIMPULAN

● Tiap organisasi harus melakukan pengkajian risiko infeksi yang spesifik.


Penilaian ini disusun untuk merancang prioritas program PPI RS
● Sekali prioritas teridentifikasi, sasaran, tujuan dan strategi dipakai untuk
merancang rencana program PPI RS
● Proses penilaian risiko dilakukan terus menerus, dengan perubahan fokus
setiap tahun
● Laporan perkembangannya dapat melacak dan laporkan prioritas dan
keberhasilan program PPI RS

Anda mungkin juga menyukai