Anda di halaman 1dari 35

Indikator Mutu Pelayanan Kesehatan di Puskesmas

No Usulan Indikator

1 Jumlah bayi yang mendapatkan imunisasi dasar Dit. Surveilans


lengkap

2 Persentase Laporan kewaspadaan dini penyakit potensi Dit. Surveilans


KLB di Puskesmas

3 Persentase terduga TB yang didiagnosis sesuai standar P2ML

4 Angka Keberhasilan Pengobatan TB semua kasus P2ML

5 FKTP menyelenggarakan deteksi dini faktor risiko PTM PTM

6 Persentase penduduk yang memperoleh pelayanan PTM


terpadu (Pandu) PTM sesuai standar

7 Persentase balita gizi buruk yang mendapat pelayanan Gizi


sesuai standar di puskesmas

8 Persentase ibu hamil yang memperoleh pelayanan ANC Kesga


sesuai standar

9 Persentase Ibu hamil yang bersalin di Fasilitas Kesga


Pelayanan Kesehatan

10 Persentase bayi baru lahir yang mendapatkan Kesga


pelayanan neonatal esensial

11 Persentase peningkatan IKS di puskesmas Dit. PKP

12 Kepatuhan Identifikasi Pasien Dit. MAY

13 Kepatuhan petugas melakukan cuci tangan sesuai Dit. MAY


indikasi 5 momen

14 Waktu tunggu pelayanan kefarmasian Dit. MAY


Indikator 1
Persentase bayi (0-11 bulan) yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap

Judul Indikator Persentase bayi (0-11 bulan) yang mendapatkan imunisasi dasar
lengkap

Dasar pemikiran 1. Permenkes Nomor 4 tahun 2019 tentang Standar Teknis


Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan
2. Imunisasi merupakan salah satu program prioritas nasional
Pemerintah. Tujuan imunisasi adalah menurunkan angka
kesakita, kecacatan dan kematian akibat penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi. Hasil Riskesdas menunjukkan
terjadi penurunan cakupan bayi yang di Imunisasi lengkap
tahun 2018, Cakupan bayi dengan Imunisasi tidak lengkap dan
tidak di Imunisasi cenderung terjadi peningkatan.

Dimensi mutu Safety, Efektif, People centered


Tujuan Untuk mengetahui peresentase bayi yang mendapatkan imunisasi
dasar lengkap
Definisi Persentase bayi yang berusia 0-11 bulan dan mendapatkan
operasional imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja puskesmas dalam kurun
waktu 1 tahun meliputi :
Hb0 : 1 kali 1 dosis
BCG : 1 kali 1 dosis
Polio tetes : 4 kali 1 dosis
Inactivated Polio Vaccine (IPV) : 1 kali 1 dosis
DPT-HB-HIB sebanyak 3 kali
Campak dan Rubella
Yang dimaksud bayi 0-11 bulan adalah bayi yang berusia 0
sampai dengan 11 bulan 29 hari atau < dari 12 bulan

Tipe indicator Proses


Satuan Persentase
pengukuran
Numerator Jumlah bayi berusia 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi
HB0, BCG, Polio tetes 4 kali, IPV 1 kali, DPT-HB-HIB 3 kali, dan
Campak Rubella dalam 1 tahun dalam wilayah kerja puskesmas
Denominator Jumlah bayi berusia 0-11 bulan dalam 1 tahun di wilayah kerja
puskesmas

Target 95%
pencapaian
Kriteria Bayi yang telah berusia 9-11 bulan pada tahun tertentu yang
- Inklusi berdomisili/sebagai target layanan dalam wilayah kerja FKTP
telah mendapatkan pelayanan imunisasi HB0, BCG, Polio tetes 4
kali, DPT-HB-HIB 3 kali, dan Campak Rubella
- Bayi yang tidak termasuk dalam target layanan/berdomisi di
tempat lain
- Eksklusi - Bayi berusia 9-11 bulan yang telah dilaporkan IDL di tahun
sebelumnya
- Anak yang memperoleh imunisasi dasar lengkap pada usia >
12 bulan.

Formula (Jumlah bayi berusia 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi


HB0, BCG, Polio tetes 4 kali, DPT-HB-HIB 3 kali, dan Campak
Rubella dalam 1 tahun dalam wilayah kerja FKTP dibagi Jumlah
bayi berusia 11 bulan dalam 1 tahun dalam wilayah kerja FKTP)
dikali 100%
Desain Perhitungan pencatatan pemberian imunisasi berdasarkan jenis
Pengumpulan antigen pada kohort bayi dan atau Buku KIA di setiap tempat
Data pelayanan imunisasi (posyandu, poskesdes, pustu, puskemas dll)
Sumber Data Kohort bayi dan atau buku KIA
Besar Sampel Total populasi bayi usia 11 bulan yang berada dalam wilayah kerja
FKTP
Frekuensi Setiap bulan yang dijumlahkan secara kumulatif untuk 1 tahun
Pengumpulan
Data
Periode waktu Akhir bulan dan akhir tahun untuk perhitungan indikator 1 tahun
Pelaporan
Periode analisa Bulanan
data
Penyajian Data  Run chart  Control chart
 Grafik lain
Instrumen Form Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Imunisasi
Pengambilan
data
Penanggung Penanggung Jawab Program Imunisasi FKTP
Jawab Kepala puskesmas
Indikator 2
Persentase Laporan kewaspadaan dini penyakit potensi KLB di Puskesmas

Judul Indikator Persentase laporan kewaspadaan dini penyakit potensi KLB di


Puskesmas
Dasar pemikiran 1. Permenkes 949 tahun 2004 tentang pedoman penyelenggaraan
SKD KLB
2. Permenkes 1501 tahun 2010 tentang jenis penyakit menular
berpotensi wabah dan upaya penggangulangannya
3. Permenkes 45 tahun 2014 tentang penyelenggaraan surveilans
kesehatan.
4. KLB penyakit dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
kesakitan dan kematian yang besar, yang juga berdampak pada
pariwisata, ekonomi dan sosial, sehingga membutuhkan perhatian
dan penanganan oleh semua pihak terkait. Kejadian-kejadian KLB
perlu dideteksi secara dini dan diikuti tindakan yang cepat dan
tepat, perlu diidentifikasi adanya ancaman KLB beserta kondisi
rentan yang memperbesar risiko terjadinya KLB agar dapat
dilakukan peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan
menghadapi kemungkinan KLB.
5. Kewaspadaan Dini KLB dan Respons merupakan kegiatan deteksi
dini terhadap penyakit dan masalah kesehatan berpotensi KLB
beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya, yang akan diikuti
dengan peningkatan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya-upaya
pencegahan dan tindakan penanggulangan yang cepat dan tepat,
dengan menggunakan teknologi surveilans.
6. Kewaspadaan dini KLB penyakit menular meliputi: penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi (AFP, Tetanus Neonatorum, Diferi,
pertussis, campak, dll), penyakit demam berdarah, malaria,
zoonosis, filariasis, TB, diare, tifoid, kecacingan dan penyakit perut
lainnya, kusta, frambusia, HIV/AIDS, hepatitis, IMS, pneumonia
termasuk ISPA berat.

Dimensi mutu Safety, efektif dan efisien


Tujuan Untuk melakukan deteksi dini terhadap penyakit potensi KLB
Defenisi  Persentase ketepatan dan kelengkapan laporan mingguan (W2)
operasional penyakit potensi KLB pada minggu epidemiologi berjalan (minggu-
sabtu) yang dilaporkan sekali seminggu setiap hari senin/selasa
pada minggu epidemiologi berikutnya.

 Ketepatan adalah jumlah laporan mingguan (W2) penyakit potensi


KLB pada minggu epidemiologi berjalan (minggu-sabtu) yang
dilaporkan sekali seminggu tepat waktu pada hari senin/selasa
pada minggu epidemiologi berikutnya

 Kelengkapan adalah jumlah laporan mingguan (W2) penyakit


potensi KLB pada minggu epidemiologi berjalan (minggu-sabtu)
yang dilaporkan sesuai dengan jumlah minggu epidemiologi

 Minggu epidemiologi adalah perhitungan kalender tahunan yang


dibagi menjadi 52 minggu selama 1 tahun mulai dari bulan januari
sampai dengan desember, yang perhitungan 1 minggu
epidemiologinya dihitung dari hari minggu sampai sabtu.
 contoh pada hari selasa tanggal 1 oktober 2019 puskesmas A
mengirimkan laporan W2 minggu ke 39, jumlah laporan W2 yang
sudah dikirim puskesmas A dari bulan januari 2019 sebanyak 39
laporan dan semua laporan W2 dilaporkan tepat waktu setiap hari
senin/selasa minggu epidemiologi berikutnya. Minggu epidemiologi
berjalan adalah minggu epidemiologi ke 39 sedangkan laporan
dikirimkan pada minggu epidemiologi berikutnya yaitu minggu
epidemiologi ke 40. Tanggal 1 Oktober 2019 adalah minggu
epidemiologi ke 40. Pada Puskesmaa A ketepatan dan kelengkapan
laporan W2 100%.
Tipe indikator Proses
Satuan Persentase
pengukuran
Numerator Jumlah laporan mingguan (W2) penyakit potensi KLB yang telah
dilaporkan puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten/kota tepat dan
lengkap sesuai dengan jumlah minggu epidemiologi berjalan yang
dilaporkan pada minggu epidemiologi beriktnya.
Denomintaor Jumlah laporan mingguan (W2) penyakit potensi KLB yang
seharusnya dilaporkan puskesmas ke dinas kesehatan
kabupaten/kota tepat dan lengkap sesuai dengan jumlah minggu
epidemiologi berjalan yang dilaporkan pada minggu epidemiologi
beriktnya.
Target pencapaian 80%
Kriteria
- Inklusi laporan mingguan (W2) penyakit potensi KLB yang telah dilaporkan
puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten/kota tepat waktu dan
lengkap pada hari senin/selasa minggu epidemiologi berikutnya

- Eksklusi -
Formula Jumlah laporan mingguan (W2) penyakit potensi KLB yang telah
dilaporkan puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten/kota tepat dan
lengkap sesuai dengan jumlah minggu epidemiologi berjalan yang
dilaporkan pada minggu epidemiologi berikutnya dibagi
Jumlah laporan mingguan (W2) penyakit potensi KLB yang
seharusnya dilaporkan puskesmas ke dinas kesehatan
kabupaten/kota tepat dan lengkap sesuai dengan jumlah minggu
epidemiologi berjalan yang dilaporkan pada minggu epidemiologi
beriktnya dikali 100%
Desain Retrospektif
pengumpulan
Sumber data Laporan W2 Puskesmas
Besar sampel Total minggu epidemiologi dari bulan Januari sampai minggu
epidemiologi berjalan
Frekuensi Setiap hari (minggu sd sabtu) pada minggu epidemiologi berjalan
pengumpulan data
Periode waktu Setiap hari senin/selasa minggu epidemiologi berikutnya
pelaporan
Periode Analisa Mingguan
data
Penyajian data Grafik (batang dan garis) , dan table
Instrumen Format laporan W2
pengambilan data
Penanggungjawab Penanggungjawab program surveilans puskesmas
Indikator 3
Persentase terduga TB yang didiagnosis sesuai standar

Judul Indikator Persentase terduga TB yang didiagnosis sesuai standar alur


diagnosis TB
Dasar pemikiran 1. Permenkes Nomor 4 tahun 2019 tentang Standar Teknis
Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
2. Permenkes No. 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan
Tuberkulosis
3. Tuberkolosis (TB) menjadi salah satu program prioritas
nasional Pemerintah. Angka kesakitan TB di Indonesia
masih menduduki peringkat ketiga di dunia (898.000) dan
menjadi tantangan besar untuk mengatasinya. Pengobatan
TB yang tidak sesuai standar akan menyebabkan resistensi
dan berkembang menjadi TB MDR.

Dimensi mutu Efektif, Efisien, Safety


Tujuan Untuk mengetahui pasien terduga TB dan didiagnosis sesuai
standar alur diagnosis TB
Definisi operasional Jumlah pasien yang terduga TB dan didiagnosis TB sesuai
dengan standar yaitu alur diagnosis TB melalui penegakan
diagnosis yaitu pemeriksaan klinis, pemeriksaan
dahak/sputum atau foto rontgen
Tipe indicator Proses
Satuan pengukuran Persentase
Numerator (pembilang) Jumlah semua terduga TB yang diperiksa sesuai standar
Denominator (penyebut) Jumlah semua terduga TB
Target Pencapaian 100%
Kriteria :
- Inklusi Pasien terduga TB dan yang didiagnosis TB sesuai standar
alur diagnosis TB baik TB
- Eksklusi Pasien yang tidak menderita TB dan atau sudah dinyatakan
sembuh dari TB
Formula Jumlah terduga TB yang didiagnosis sesuai standar alur
diagnosis TB
X 100%
Jumlah semua terduga TB

Desain Pengumpulan Retrospektif


Data
Sumber Data TB 06 (register terduga TB)
TB 05 (Formulir permohonan pemeriksaan bakteriologis TB)
TB 04 (Register laboratorium TB untuk FAsyankes Mikroskopis
dan Xpert/ TCM)
TB 05 dan 04 adalah untuk cross chek TB 06
Besar Sampel Populasi
Frekuensi Pengumpulan Triwulanan, tahunan
Data
Periode Waktu Triwulanan, tahunan
Pelaporan Data
Periode Analisis Data Triwulanan, tahunan
Penyajian Data  Run chart  Control chart
 Grafik lain Tabel

Instrumen Pengambilan Format isian data


Data
Penanggungjawab Penanggung Jawab Program TB di FKTP
Indikator 4
Angka Kesembuhan Pengobatan TB semua kasus

Judul Indikator Angka Kesembuhan Pengobatan TB semua kasus TB baik TB


sensisitif obat maupun resisten obat
Dasar pemikiran 1. Permenkes No. 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan
Tuberkulosis
2. Permenkes Nomor 4 tahun 2019 tentang Standar Teknis
Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
3. Tuberkolosis (TB) menjadi salah satu program prioritas
nasional Pemerintah. Angka kesakitan TB di Indonesia masih
menduduki peringkat ketiga di dunia dan menjadi tantangan
besar untuk mengatasinya. Dengan diketahuinya angka
kesembuhan pengobatan TB maka diharapkan dapat
berdampak pada penurunan angka kesakitan TB. Saat ini
angka kesembuhan pengobatan TB di Indonesia sebesar
37.4%. Dalam proses pengendalian penyakit TB dengan
meningkatnya angka kesembuhan TB diharapkan terjadi
penurunan penularan penyakit TB di masyarakat

Dimensi mutu Efisien, Efektif, Timely, People centered


Tujuan Untuk mengetahui jumlah keberhasilan pengobatan TB semua
kasus dan mengurangi angka penularan penyakit TB
Definisi operasional Angka kesembuhan pengobatan adalah angka yang
menunjukkan persentase semua pasien TB yang sembuh
diantara semua pasien TB yang ditemukan dan diobati.
Sembuh adalah pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan
bakteriologis positif pada awal pengobatan yang hasil
pemeriksaan bakteriologis pada akhir pengobatan menjadi
negative dan pada salah satu pemeriksaan sebelumnya.

Tipe indikator Output


Satuan pengukuran Persentase
Numerator (pembilang) Jumlah semua pasien TB SO dan TB RO yang sembuh
Denominator (penyebut) Jumlah semua kasus TB yang diobati dan dilaporkan
Target Pencapaian 90%.
Kriteria : Inklusi: semua pasien TB dan pasien TB yang dinyatakan
- Inklusi sembuh
Eksklusi: Pasien yang tidak menderita TB
- Eksklusi
Formula Jumlah semua pasien TB SO dan RO yg sembuh
X 100%
Jumlah semua kasus TB yang diobati dan dilaporkan
Desain Pengumpulan Retrospektif
Data
Sumber Data TB 08 (TB SO dan TB RO) (Laporan hasil pengobatan pasien
TB SO dan pasien TB RO)
Besar Sampel Populasi
Frekuensi Pengumpulan Triwulanan, tahunan
Data
Periode Waktu Pelaporan Triwulanan, tahunan
Data
Periode Analisis Data Triwulanan, tahunan
Penyajian Data  Run chart  Control chart
 Grafik lain Tabel dan grafik
Instrumen Pengambilan format isian data
Data
Penanggungjawab Penanggung jawab Program TB di puskesmas
Indikator 5

Puskesmas menyelenggarakan deteksi dini faktor risiko PTM

Judul Indikator Puskesmas menyelenggarakan deteksi dini faktor


risiko PTM
Dasar pemikiran Peningkatan prevalensi Faktor Risiko dan Penyakit
Tidak Menular (PTM) di Indonesia berdasarkan
Riskesdas tahun 2013 dan 2018 menunjukkan bahwa
PTM menjadi ancaman bagi Indonesia. Untuk itu perlu
dilakukan deteksi dini Faktor Risiko di masyarakat
melalui kegiatan di FKTP( Puskesmas), baik kegiatan
diluar gedung (Posbindu) maupun di dalam gedung
sebagai upaya pencegahan dan pegendalian PTM.

Dimensi mutu Efektif, People centered, Safety


Tujuan Untuk mengetahui jumlah penduduk yang mempunyai
faktor risiko PTM di puskesmas dan posbindu
Definisi operasional FKTP menyelenggarakan deteksi dini faktor risiko PTM (
deteksi dini terdiri dari pengukuran BB, TB, IMT, Lingkar
Pinggang, Tekanan Darah dan Pemeriksaan Kadar Gula
Darah, yang dilakukan pada setiap warga negara usia 15
tahun ke atas) Kegiatan deteksi dini dapat dilakukan melalui
Posbindu, PIS-PK atau kegiatan lain di FKTP.
Tipe indicator Proses
Satuan pengukuran Presentase
Numerator (pembilang) Jumlah penduduk > 15 thn yang telah dilakukan
deteksi dini PTM di Posbindu
Denominator Jumlah seluruh penduduk > 15 thn yang berkunjung ke
(penyebut) puskesmas
Target Pencapaian 100%
Kriteria:
- Inklusi Seluruh penduduk > 15 thn yang berkunjung di
posbindu
- Eksklusi Usia dibawah 15 tahun

Formula Jumlah penduduk > 15 tahun yang telah


dilakukan deteksi dini PTM di Posbindu
X100%
Jumlah seluruh penduduk > 15 tahun yang
berkunjung ke FKTP

Desain pengumpulan Retrospektif


data
Sumber data Data primer
Besar sampel Populasi (Seluruh penduduk > 15 thn yang berkunjung
di posbindu)
Frekuensi Bulanan
pengumpulan data
Periode waktu Bulanan, Triwulanan, Semester, Tahunan
pelaporan data
Periode analisa data Triwulan, semester dan tahunan
Penyajian data  Run chart  Control chart
 Grafik lain Grafik, diagram
Instrumen Pengambilan Laporan puskesmas
Data
Penanggung Jawab Penanggung jawab program PTM
Indikator 6

Puskesmas yang melaksanakan pelayanan terpadu (Pandu) PTM sesuai


standar

Judul Indikator Puskesmas yang melaksanakan pelayanan


terpadu (Pandu) PTM sesuai standar
Dasar pemikiran Dalam rangka mencegah dan mengendalikan
Penyakit Tidak Menular (PTM) maka
dikembangkan “Pelayanan Terpadu PTM (PANDU
PTM) yang merupakan upaya pencegahan,
pengendalian dan tatalaksana terintegrasi
Hipertensi dan Diabetes melitus serta PTM lainnya
yang dilaksanakan secara komprehensif dan
terintegrasi dengan pendekatan faktor risiko,
menggunakan CARTA prediksi faktor risiko WHO
SEAR B melalui Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP).
Pelaksanaan PANDU PTM di Puskesmas adalah
pelayanan yang mengutamakan “Patient Centered”
, yaitu pengembangan pelayanan kesehatan
dengan pendekatan faktor risiko yang dimiliki
pasien dan melakukan tatalaksana sesuai dengan
faktor risiko yang dimiliki serta melibatkan pasien
untuk aktif mengendalikan faktor risiko yang
dimilikinya.
Dimensi mutu efektif, patient center care, safety
Tujuan Untuk mencegah dan mengendalikan penyakit
tidak menular secara terpadu sesuai standar
Definisi operasional Puskesmas yang melaksanakan pelayanan
terpadu (PANDU) PTM adalah FKTP yang
melaksanakan pelayanan terpadu PTM sesuai
standar yang meliputi pelayanan deteksi dini,
monitoring faktor risiko PTM serta pelayanan
terpadu PTM komprehensif yang dititik beratkan
pada upaya promotive, preventif di Puskesmas
yang mengacu pada PPK I, Pedoman Pelayanan
Terpadu (PANDU) PTM serta penggunaan kartu
prediksi risiko PTM pada warga negara usia 15
tahun ke atas.
Jumlah penduduk yang berusia > 15 tahun yang
memperoleh pelayanan terpadu PTM yang
merupakan kegiatan penemuan dan penanganan
kasus PTM dan manajemen faktor risiko (FR) PTM
di puskesmas dan posbindu secara terpadu
meliputi :
1. Wawancara factor risiko PTM (perilaku
merokok, kurang konsumsi sayur buah, kurang
aktivitas fisik, konsumsi alkohol berlebih)
2. Pengukuran antropometri (BB, TB, LP)
3. Pemeriksaan fisik antara lain pengukuran
Tekanan Darah, Tes penglihatan, Tes tajam
pendengaran serta pemeriksaan IVA,
SADANIS bagi wanita usia 30-50 tahun yang
sudah aktif secara seksual dan lain-lain).
Pemeriksaan penunjang (kadar gula darah
sewaktu, Kolesterol total)
4. Penetapan prediksi risiko terjadinya penyakit
kardioserebrovaskular mengguanakan Carta
untuk usia 40 tahun ke atas atau usia 40 tahun
ke bawah dengan 3 faktor risiko
5. Penetapan Kriteria Rujukan
6. Tatalaksana dan Konseling
(Pedoman PANDU PTM dan Pedoman
Manajemen PTM)
Tipe indikator Proses
Satuan pengukuran Persentase
Numerator (pembilang) Jumlah penduduk > 15 thn yang memiliki faktor
risiko PTM dan telah mendapatkan pandu PTM di
puskesmas
Denominator Jumlah seluruh penduduk > 15 thn yang memiliki
(penyebut) faktor risiko PTM yang berkunjung ke puskesmas
Target Pencapaian 100%

Kriteria: Seluruh penduduk > 15 thn yang memiliki faktor


- Inklusi risiko PTM dan telah mendapatkan Pandu PTM di
puskesmas
- Eksklusi Usia dibawah 15 tahun
Wanita dibawah 30 tahun dan diatas 50 tahun
untuk deteksi dini kanker leher Rahim
Formula Jumlah penduduk > 15 tahun yang memiliki faktor
risiko dan telah mendapatkan pandu PTM di
puskesmas
X 100%
Jumlah seluruh penduduk > 15 tahun yang
memiliki factor risiko PTM yang berkunjung ke
puskesmas
Desain pengumpulan Retrospektif
data
Sumber data Data primer
Besar sampel Populasi (Seluruh penduduk > 15 thn yang
memiliki factor risiko PTM dan telah mendapatkan
Pandu PTM di puskemas)
Frekuensi Bulanan
pengumpulan data
Periode waktu Bulanan
pelaporan data
Periode analisa data Bulanan, triwulan, semester dan tahunan
Penyajian data  Run chart  Control chart
 Grafik lain
Instrumen Pengambilan Laporan puskesmas
Data
Penanggung Jawab Tim PANDU PTM dan Penanggung jawab program
PTM di FKTP
Indikator 7

Pesentase balita gizi buruk yang mendapat pelayanan sesuai standar di


puskesmas

Judul Indikator Persentase balita gizi buruk yang mendapat


pelayanan sesuai standar di puskesmas
Dasar pemikiran 1. Peraturan Presiden RI Nomor 42 Tahun
2013 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi
2. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun
2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23
Tahun 2014 tentang Upaya Perbaikan
Gizi Masyarakat.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25
Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan
Anak.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41
Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi
Seimbang.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39
Tahun 2016 tentang Pedoman
Penyelenggaraaan Program Indonesia
Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
7. Permenkes Nomor 4 tahun 2019 tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar Pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
8. Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk
pada Balita, kemkes, 2019
9. SDGs butir kedua menyebutkan
pentingnya “mengakhiri kelaparan,
mencapai ketahanan pangan dan
perbaikan gizi serta menggalakkan
pertanian yang berkelanjutan.
10. Wasting merupakan salah satu penyebab
yang meningkatkan risiko terjadinya
stunting.
11. Stunting merupakan salah satu program
prioritas nasional dan masih menjadi
masalah kesehatan karena memiliki
dampak jangka panjang dan panjang
berupa gangguan tumbuh kembang,
termasuk gangguan kognitif, kesakitan,
risiko penyakit degenerative di kemudian
hari dan kematian.
12. Berdasarkan Riskesdas 2013 dan 2018
prevalensi gizi buruk sebesar 5.3% dan
3.5%
Dimensi mutu Patient centered, efektif, adil
Tujuan Untuk mengetahui penatalaksanaan gizi buruk
pada balita
Definisi operasional Tatalaksana balita dengan BB/PB atau BB/TB
kurang dari -3 SD, LiLA < 11,5 cm (balita 6 – 59
bulan), atau edema bilateral yang bersifat pitting
(tidak kembali setelah ditekan) sesuai standar
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk pada
Balita.

Tipe indikator Proses


Satuan pengukuran Persentase
Numerator (pembilang) Jumlah kasus balita gizi buruk yang mendapat
pelayanan sesuai standar di wilayah kerja
puskesmas
Denominator Jumlah kasus balita gizi buruk yang ditemukan
(penyebut) di wilayah kerja puskesmas
Target Pencapaian 100%
Kriteria: Balita gizi buruk yaitu balita yang memenuhi
- Inklusi kriteria dengan BB/PB atau BB/TB kurang dari -
3 SD, LiLA < 11,5 cm (balita 6 – 59 bulan), atau
edema bilateral yang bersifat pitting (tidak
kembali setelah ditekan)

- Eksklusi balita dengan BB/PB atau BB/ TB > -3 SD

Formula Jumlah kasus balita gizi buruk yang


mendapat pelayanan sesuai standar
di wilayah kerja puskesmas X 100%
Jumlah kasus balita gizi buruk yang
ditemukan di wilayah kerja puskesmas
Desain pengumpulan Retrospektif
data
Sumber data Sistem informasi gizi terpadu
Besar sampel Seluruh balita gizi buruk yang ditemukan di
wilayah puskesmas
Frekuensi Setiap saat termasuk hasil investigasi kejadian
pengumpulan data luar biasa (KLB) gizi buruk
Periode waktu Bulanan
pelaporan data
Periode analisa data Bulanan
Penyajian data  Run chart  Control chart
 Grafik lain
Instrumen Pengambilan Laporan kasus setiap saat dan rekapitulasi
Data dilakukan setiap bulan
Penanggung Jawab Penanggung jawab program gizi
Indikator 8
Persentase ibu hamil yang memperoleh pelayanan ANC sesuai standar

Judul Indikator Persentase ibu hamil yang memperoleh pelayanan


ANC sesuai standar
Dasar pemikiran  Hasil SUPAS 2015 menyebutkan Angka Kematian
Ibu (AKI) 305/100.000 kelahiran hidup (KH)
sedangkan target pada RPJMN 2014 adalah
183/100.000 KH dan pada akhir SDGs 2030
adalah 131/100.000 KH.
 Penyebab utama kematian ibu adalah eklampsi,
perdarahan, infeksi dan penyakit non obstetri yang
seharusnya dapat dideteksi sejak awal kehamilan.
 Jika ibu hamil mendapatkan pelayanan ANC
sesuai standar, maka risiko pada kehamilan dapat
sejak awal diketahui dan dilakukan tata laksana,
sehingga faktor risiko dapat dikurangi agar tidak
terjadi komplikasi.
 ANC sangat penting dilakukan untuk
kelangsungan hidup baik bagi ibu maupun bayi
serta bayi dapat lahir sehat, berkualitas dan
tercegah dari risiko stunting
Dimensi mutu Efektif, Safety, people centered
Tujuan Penurunan angka kematian ibu di Indonesia
Definisi operasional Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan ANC
sesuai standar meliputi :
1. Timbang Berat badan dan tinggi badan
2. Ukur tekanan darah
3. Nilai status gizi (ukur LILA)
4. Ukur tinggi fundus uteri
5. Tentukan prsentasi janin dan denyut jantung janin
6. Skring status imunisasi dan berikan suntikan
tetanus toksoid (TT) bila diperlukan.
7. Beri tablet tambah darah
8. Pemeriksaan laboratorium
9. Tatalaksana
10. Temu wicara
Tipe indikator Proses
Satuan pengukuran Persentase
Numerator (pembilang) Jumlah ibu hamil yang mendapatkan
pelayanan ANC sesuai standar
Denominator (penyebut) Jumlah ibu hamil yang ada di wilayah kerja
puskesmas
Target Pencapaian 100%
Kriteria: Alt 1 - Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan paling
sedikit 6 kali selama kehamilannya dengan
- Inklusi
distribusi waktu 2 kali pada trimester ke-1, 1
kali pada trimester ke-2, dan 3 kali pada
trimester ke-3) disuatu wilayah kerja
Puskesmas pada tahun tertentu

Alt 2 - Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan paling


sedikit 4 kali selama kehamilannya dengan
distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1
kali pada trimester ke-2, dan 2 kali pada
trimester ke-3) disuatu wilayah kerja
Puskesmas pada tahun tertentu
Catatan : kuisioner akan ditambahkan
- Eksklusi Alt 1 - Ibu hamil yang tidak mendapatkan pelayanan
selama 6 kali selama kehamilannya
Alt 2 - Ibu hamil yang tidak mendapatkan pelayanan
selama 4 kali selama kehamilannya

Formula Jumlah ibu hamil yg mendapatkan


pelayanan sesuai standar x 100%
Jumlah seluruh sasaran ibu hamil
Desain pengumpulan Retrospektif
data
Sumber data Kohort Ibu, Buku KIA, Kartu Ibu
Besar sampel Jumlah ibu hamil yang berada di wilayah kerja
puskesmas
Frekuensi pengumpulan Bulanan, Triwulanan
data
Periode waktu pelaporan bulanan, triwulan
data
Periode analisa data Per bulan, per triwulan
Penyajian data  Run chart  Control chart
 Grafik lain Run chart
Control chart
Diagram lain
Instrumen Pengambilan Kohort
Data
Penanggung Jawab Penanggung Jawab Program KIA
Indikator 9

Persentase Ibu hamil yang bersalin di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Judul Indikator Persentase ibu hamil yang bersalin di fasyankes


Dasar pemikiran 1. Permenkes Nomor 4 tahun 2019 tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
2. PP 47 tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
3. Angka kematian ibu hamil masih menjadi masalah
utama di Indonesia yaitu AKI : 30/100.000 KH
(Riskesdas 2018) masih lebih tinggi dibandingkan
dengan target MDGs 5 tahun 2015 yaitu 102/100.000
penduduk
4. Hasil SUPAS 2015 menyebutkan Angka Kematian Ibu
(AKI) 305/100.000 kelahiran hidup (KH) sedangkan
target pada RPJMN 2014 adalah 183/100.000 KH dan
pada akhir SDGs 2030 adalah 131/100.000 KH.
5. Waktu terjadinya kematian ibu tertinggi adalah saat
persalinan sampai dengan 24 jam pasca salin.
6. Peristiwa persalinan adalah suatu hal yang alami
namun mempunyai risiko yang sangat tinggi karena
setiap kehamilan dan persalinan berisiko.
7. Komplikasi dapat terjadi sewaktu-waktu saat
persalinan, oleh karena itu ibu harus bersalin di fasilitas
pelayanan kesehatan yang memenuhi standar baik
SDM (persalinan ditolong oleh tim), sarana, prasarana,
obat dan alat.
8. Melalui persalinan di fasilitas kesehatan diharapkan ibu
mendapatkan pertolongan persalinan sesuai standar
sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi dan
kematian ibu dan bayi.

Dimensi mutu Efektif, Safety, people centered


Tujuan Penurunan angka kematian ibu di Indonesia
Definisi operasional Jumlah ibu hamil yang bersalin di fasilitas pelayanan
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas

Tipe indikator Proses


Satuan pengukuran Persentase
Numerator (pembilang) Jumlah ibu hamil yang bersalin di fasilitas pelayanan
kesehatan
Denominator (penyebut) Jumlah seluruh ibu bersalin
Target Pencapaian 100%
Kriteria: ibu hamil yang bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan
- Inklusi

- Eksklusi Ibu hamil yang bersalin berasal dari wilayah kerja Puskesmas

Formula Jumlah ibu hamil yg bersalin


di fasyankes x 100%
Jumlah ibu bersalin
Desain pengumpulan Retrospektif
data
Sumber data Kohort, Buku KIA, Kartu Ibu
Besar sampel Semua sasaran ibu bersalin di wilayah kerja puskesmas
Frekuensi pengumpulan Bulanan, Triwulanan
data
Periode waktu pelaporan Bulan
data
Periode analisa data Bulanan, Triwulanan
Penyajian data  Run chart  Control chart
 Grafik lain Tabel, Grafik
Instrumen Pengambilan Kohort
Data
Penanggung Jawab Penanggung Jawab Program KIA
Indikator 10

Persentase bayi baru lahir yang mendapatkan pelayanan neonatal esensial

Judul Indikator Persentase bayi baru lahir yang mendapatkan


pelayanan neonatal esensial
Dasar pemikiran 1. Permenkes Nomor 4 tahun 2019 tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
2. Pedoman Teknis FKTP tentang Pelayanan
Kesehatan Neonatal Essensial
3. Angka Kematian Neonatal di Indonesia
berdasarkan SDKI tahun 2017 adalah 15/1000
Kelahiran Hidup dimana ¾ kematian neonatal
terjadi pada minggu pertama dan 40% meninggal
dalam 24 jam pertama.
4. Target AKN pada RPJMN 2024 adalah 11/1000
KH dan target SDGs 2030 adalah 8,6/1000 KH
5. AKI & AKN berkaitan dengan kualitas ANC,
persalinan dan tatalaksana ibu & bayi pasca
persalinan (nifas)
Dimensi mutu Safety, Patient Centered Care, Efektif
Tujuan Penurunan angka kematian neonatal dan peningkatan
kualitas hidup bayi ANC
Definisi operasional Jumlah bayi baru baru lahir yang mendapatkan
pelayanan neonatal essensial sesuai standar meliputi:
A. pelayanan pada saat lahir (0 – 6 jam), terdiri dari:
1. Perawatan neonatal 0-30 detik
2. Perawatan neonatal 30 detik – 90 menit
3. Perawatan neonatal 90 menit – 6 jam
Pelayanan sesuai standar meliputi :
1. Menjaga bayi tetap hangat
2. Isap lendir dari mulut dan hidung ( hanya jika perlu )
3. Keringkan
4. Pemantauan tanda bahaya
5. Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi
apapun, kira-kira 2 menit* setelah lahir
6. Lakukan Inisiasi Menyusu Dini
7. Beri suntikan vitamin K1 1 mg itramuskular, di paha
kiri anterolateral setelah Inisiasi Menyusu Dini
8. Beri salep mata antibiotika pada kedua mata
9. Pemeriksaan fisis
10. Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 mL intramuskular, di
paha
B. pelayanan setelah lahir (6 jam – 28 hari) terdiri dari:
1. Kunjungan Neonatal 1 (6 – 48 jam)
2. Kunjungan Neonatal 2 (3 hari – 7 hari)
3. Kunjungan Neonatal 3 (8 hari – 28 hari)
Pelayanan sesuai standar meliputi :
1. Menjaga bayi tetap hangat
2. Pelayanan Manajemen Terpadu bayi Muda
(MTBM)
3. Bimbingan pemberian ASI dan memantau
kecukupan ASI
Tipe indicator Proses
Satuan pengukuran Persentase
Numerator (pembilang) Jumlah bayi baru lahir yang mendapatkan pelayanan
neonatal essensial sesuai standard
Denominator (penyebut) Jumlah bayi baru lahir di wilayah kerja puskesmas
Target Pencapaian 100%
Kriteria: Bayi baru lahir yang mendapatkan pelayanan neonatal
- Inklusi essensial sesuai standard

- Eksklusi Bayi baru lahir yang tidak termasuk dalam target layanan
di wilayah kerja puskesmas
Formula Jumlah bayi baru lahir yang mendapatkan pelayanan
neonatal essensial sesuai standar x 100%
Jumlah bayi baru lahir di wilayah kerja puskesmas
Desain pengumpulan data Retrospektif
Sumber data Kohort, buku KIA
Besar sampel 100%
Frekuensi pengumpulan Harian, bulanan
data
Periode waktu pelaporan Bulanan, triwulanan
data
Periode analisa data Bulanan, triwulanan
Penyajian data  Run chart  Control chart
 Grafik lain Run Chart

Instrumen Pengambilan Kohort, buku KIA


Data
Penanggung Jawab Penanggung jawab KIA
Indikator 11

Peningkatan Indikator Keluarga Sehat (IKS) di Puskesmas

Judul Indikator Peningkatan IKS di Puskesmas


Dasar pemikiran 1. Permenkes No. 39 tahun 2016 tentang
Pedoman Penyelenggaraan PIS-PK
2. Permenkes Nomor 4 tahun 2019 tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar Pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
3. Pedoman Monitoring Evaluasi PIS-PK
4. Pendekatan keluarga sebagai salah satu
cara Puskesmas untuk meningkatkan
jangkauan sasaran dan
mendekatkan/meningkatkan akses
pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya
dengan mendatangi keluarga. Puskesmas
tidak hanya menyelenggarakan pelayanan
kesehatan di dalam gedung, melainkan
juga keluar gedung dengan mengunjungi
keluarga di wilayah kerjanya.
5. Tujuan Pendekatan Keluarga:
a. Mengintegrasikan seluruh program di
Puskesmas
b. Meningkatkan akses keluarga terhadap
pelayanan kesehatan yang
komprehensif
c. Mendukung pencapaian SPM Kab/Kota
dan Prov
d. Mendukung pelaksanaan JKN
e. Mendukung tercapainya Program
Indonesia Sehat

Dimensi mutu Tangible, safety, efisien, efektif


Tujuan Mengukur upaya intervensi lanjut yang telah
dilakukan Puskesmas dalam meningkatkan
status kesehatan keluarga dan wilayah
Definisi operasional Jumlah peningkatan indeks keluarga sehat
(IKS) tingkat Puskesmas yang disandingkan
dengan IKS tiga bulan sebelumnya
Tipe indikator Output
Satuan pengukuran Absolut
Numerator (pembilang) -
Denominator (penyebut) -
Target Pencapaian Peningkatan IKS Puskesmas
Kriteria: IKS keluarga dan wilayah (RT, RT,
- Inklusi desa/kelurahan) yang ada di wilayah kerja
Ppuskesmas
- Eksklusi IKS keluarga dan wilayah (RT, RT,
desa/kelurahan) yang bukan berada di
wilayah kerja Puskesmas
Formula Nilai IKS saat ini dikurangi dibagi IKS tahun
tiga bulan sebelumnya
Desain pengumpulan data Kohort
Sumber data Data Primer
Besar sampel 100% dari keluarga yang telah dikunjungi dan
diintervensi awal di wilayah kerja Puskesmas
Frekuensi pengumpulan Bulanan
data
Periode waktu pelaporan Tahunan
data
Periode analisa data triwulan
Penyajian data Grafik batang
Instrumen Pengambilan Profil Kesehatan Keluarga dan
Data Aplikasi/Dashboard Keluarga Sehat
Penanggung Jawab Kepala Puskesmas
Indikator 12

Kepatuhan Identifikasi Pasien

Judul Indikator Kepatuhan Identifikasi Pasien


Dasar pemikiran Ketepatan identifikasi pasien merupakan sasaran
keselamatan pasien yang pertama. Ketepatan identifikasi
menjadi sangat penting untuk menjamin keselamatan pasien
selama proses pelayanan dan mencegah insiden
keselamatan pasien. Untuk menjamin kepatuhan identifikasi
maka diperlukan indikator yang mengukur dan memonitor
tingkat kepatuhan pemberi pelayanan dalam melakukan
proses identifikasi. Sehingga pemberi pelayanan akan
menjadikan identifikasi sebagai proses rutin dalam proses
pelayanan pasien.
Dimensi Mutu Keselamatan Pasien
Tujuan Meningkatkan kepatuhan pemberi layanan dalam
melaksanakan proses identifikasi pasien dalam pelayanan.
Definisi Operasional 1. Identifikasi pasien secara benar adalah proses
mencocokkan identitas pasien menggunakan minimal
dua dari tiga identitas yang tercantum pada gelang, label
atau bentuk alat identifikasi lainnya sebelum memberikan
pelayanan dan sesuai dengan regulasi yang berlaku di
puskesmas.
2. Proses identifikasi pasien oleh petugas dilakukan secara
aktif dengan visual dan atau verbal.
3. Peluang adalah indikasi dilakukan identifikasi pasien
secara benar pada saat :
a. Pendaftaran
b. Pemberian obat
c. Penyerahan hasil laboratorium

Jenis Indikator Proses


Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (pembilang) Jumlah proses identifikasi pasien yang dilakukan secara
benar
Denominator Jumlah total peluang yang di observasi
(penyebut)
Target Pencapaian 100%
Kriteria:
- Inklusi Semua pasien yang mendapatkan pelayanan di puskesmas.

- Eksklusi Tidak ada ekslusi


Formula
Jumlah pasien yang diidentifikasi secara benar
𝑋 100%
Jumlah pasien

Desain Pengumpulan Survey harian (concurrent)


data
Sumber data Data primer
Instrumen Pengambilan Formulir Observasi
Data
Besar sampel populasi atau sampel minimal sesuai dengan referensi
Frekuensi pengumpulan Harian
data
Periode Pelaporan data Bulanan
Periode analisis data Triwulan
Penyajian data  Run chart  Control Chart
 Grafik lain
Penanggung Jawab Ketua Tim Keselamatan Pasien
Indikator 13
Kepatuhan petugas melakukan cuci tangan sesuai indikasi cuci tangan 5
momen.

Judul Indikator Kepatuhan petugas melakukan cuci tangan sesuai indikasi


cuci tangan 5 monen
Dasar pemikiran Hubungan antara cuci tangan dengan infeksi dan kematian
pasien sudah diketahui sejak awal gerakan kepedulian
terhadap mutu pelayanan kesehatan dimulai. Ignaz
Semmelweis (1847) dapat menunjukkan hubungan antara
cuci tangan dengan angka kematian ibu setelah melahirkan.
Untuk itu Puskesmas harus memperhatikan kepatuhan
seluruh pemberi pelayanan dalam melakukan cuci tangan
sesuai dengan ketentuan WHO.
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan Mengukur kepatuhan pemberi layanan kesehatan sebagai
dasar untuk memperbaiki dan meningkatkan kepatuhan
agar dapat menjamin keselamatan pasien dengan cara
mengurangi risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
Definisi Operasional Kebersihan tangan (hand hygiene) adalah segala usaha
yang dilakukan untuk membersihkan kotoran yang secara
kasat mata terlihat dan pengangkatan mikroorganisme yang
tinggal sementara di tangan dengan menggunakan sabun
dan air mengalir (hand wash) atau dengan cairan berbasis
alkohol (handrub) dalam 6 langkah.
Audit kebersihan tangan adalah prosedur penilaian
kepatuhan petugas melakukan kebersihan tangan sesuai 5
indikasi dari WHO yaitu sebelum kontak dengan pasien,
setelah kontak dengan pasien, sebelum melakukan tindakan
invasif dan aseptik, setelah kontak dengan cairan tubuh, dan
setelah kontak dengan lingkungan dengan menjalankan 6
tahap teknik melakukan kebersihan tangan.
Indikasi kebersihan tangan:
1. Sebelum kontak dengan pasien, yaitu sebelum masuk
ruangan perawatan pasien.
2. Sesudah Kontak dengan pasien meliputi menyentuh
tubuh pasien, baju atau pakaian.
3. Sebelum melakukan Prosedur aseptik contoh: tindakan
transfusi, perawatan luka, pemasangan kateter urin,
suctioning, perawatan daerah tindakan invasif.
4. Setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien
seperti muntah, darah, nanah, urin, feces, produksi
drain, dan lain-lain.
5. Setelah menyentuh lingkungan meliputi: menyentuh
tempat tidur pasien, linen yang terpasang di tempat
tidur, alat-alat di sekitar pasien atau peralatan lain yang
digunakan pasien, kertas/lembar untuk menulis yang
ada di sekitar pasien.

Petugas yang dinilai adalah semua petugas yang bertugas


di ruangan (dokter, perawat, peserta didik, pekarya, cleaning
service).
Total kebersihan tangan adalah jumlah kebersihan tangan
yang dilakukan (Hand rub (HR) dan Handwash (HW).
Peluang kebersihan tangan adalah Indikasi cuci tangan
sesuai lima kondisi (five moments) yang diwajibkan cuci
tangan
Sessi adalah Lama waktu untuk observasi yang dihitung
sejak mulai sampai selesai

Tipe Indikator Proses


Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (pembilang) Jumlah petugas yang patuh melakukan cuci tangan sesuai
indikasi cuci tangan 5 momen
Denominator (penyebut) Petugas yang memberikan asuhan klinis
Target Pencapaian ≥ 80% (gradasi
Kriteria: Semua peluang kebersihan tangan
- Inklusi
- Eksklusi
Formula Jumlah petugas yang patuh melakukan cuci tangan sesuai indikasi cuci tangan 5 momen
x10
petugas (dr, bidan, perawat) yang memberikan asuhan klinis

Desain Pengumpulan Survey harian (concurrent)


Data
Sumber data Sumber data primer yaitu catatan hasil observasi
Instrumen Pengambilan Formulir KKT
Data
Besar Sampel Besar sampel: 200 peluang dalam 1 periode yang dibagi
dalam beberapa lokasi
Frekuensi pengumpulan Harian
data
Periode pelaporan data Bulanan
Periode analisis Triwulan
Rencana Analisis Data  Run chart  Control chart
 Grafik lain (pie chart/bar chart)
Penanggung Jawab Ketua Tim Mutu
Indikator 14

Waktu Tunggu di pelayanan kefarmasian

Judul Indikator Kecepatan waktu tanggap pelayanan kefarmasian


Dasar pemikiran Puskesmas berkewajiban memberikan pelayanan kesehatan
yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan
mengutamakan keselamatan pasien sesuai dengan standar
pelayanan Puskesmas.
Dimensi Mutu Safety, efektif, Patient-centered
Tujuan Tergambarnya kecepatan Puskesmas dalam merespon
pelayanan kefarmasian di puskesmas
Definisi Operasional Kecepatan waktu tanggap pelayanan kefarmasian adalah
rentang waktu puskesmas memberikan suatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien.
Jenis Indikator Proses
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (pembilang) Jumlah pelayanan kefarmasian yang ditanggapi dan
ditindaklanjuti sesuai waktu yang ditetapkan
Denominator Jumlah pelayanan kefarmasian
(penyebut)
Target Pencapaian > 80%
Kriteria: Semua pelayanan kefarmasian yang ditanggapi dan
- Inklusi ditindaklanjuti
- Eksklusi
Formula Jumlah pelayanan kefarmasian ditanggapi dan ditindaklanjuti
sesuai waktu yang ditetapkan
𝑥 100%
Jumlah pelayanan kefarmasian

Desain Pengumpulan Retrospektif


Data
Sumber data Data sekunder dari rekam medis
Instrumen
Pengambilan Data Formulir laporan pelayanan kefarmasian
Besar sampel populasi atau sampel minimal sesuai dengan referensi
Frekuensi Bulanan
pengumpulan data
Periode Pelaporan Bulanan
data
Periode analisa Triwulan
Penyajian data  Run chart  Control chart Grafik lain
Penanggung Jawab Penanggung Jawab Farmasi Puskesmas

Anda mungkin juga menyukai