Anda di halaman 1dari 19

TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN DI LINGKUNGAN RSUD PURUK CAHU

Kerangka Peraturan Direktur RSUD PURUK CAHU, terdiri dari:


A. JUDUL
B. PEMBUKAAN
1. Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa.
2. Jabatan Pembentuk Peraturan Direktur RSUD Puruk Cahu
3. Konsiderans.
4. Dasar Hukum.
5. Diktum.
C. BATANG TUBUH
1. Ketentuan Umum.
2. Materi Pokok yang Diatur.
3. Ketentuan Peralihan (jika diperlukan).
4. Ketentuan Penutup.
D. PENUTUP
E. LAMPIRAN (jika diperlukan)

Penjelasan:

A. JUDUL
1. Judul peraturan dibuat secara singkat dan mencerminkan isi peraturan.
2. Judul peraturan menggunakan bahasa Indonesia baku;
3. Judul peraturan tidak menggunakan istilah asing. Apabila harus menggunakan istilah asing,
maka dicari padanan kata dalam bahasa Indonesia baku.
4. Tidak diperkenankan terdapat singkatan atau akronim dalam Judul peraturan.
5. Judulditulis seluruhnya dengan huruf kapital yang diletakkan di tengah marjin tanpa diakhiri
tanda baca.

Contoh Judul:

PERATURAN

DIREKTUR RSUD PURUK CAHU

NOMOR 1 TAHUN 2019


TENTANG

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS

B. PEMBUKAAN
1. Pembukaan Peraturan Direktur RSUD PURUK CAHU memuat:

a. Jabatan Pembentuk Peraturan;


b. Konsiderans;
c. Dasar Hukum;
d. Memutuskan;
e. Menetapkan; dan
f. Nama Peraturan Direktur RSUD PURUK CAHU .
2. Di bawah nama Peraturan dicantumkan jabatan pembentuk Peraturan yang seluruhnya ditulis
dengan huruf kapital, yang diletakkan di tengah marjin dan diakhiri dengan tanca baca koma (,).

1
Contoh:

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PURUK CAHU,


3. Konsiderans

a) Konsiderans diawali dengan kata Menimbang, yang dicantumkan setelah nama jabatan dan
diletakkan sebelah kiri marjin. Huruf awal ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda baca titik dua (:).
b) Konsiderans memuat uraian singkat mengenai pokok-pokok pikiran yang menjadi latar
belakang dan alasan pembuatan Peraturan.
c) Jika konsiderans memuat lebih dari satu pokok pikiran, maka tiap pokok pikiran harus
dirumuskan dalam rangkaian kalimat yang merupakan satu kesatuan pengertian.
d) Tiap-tiap pokok pikiran diawali dengan huruf abjad dan dirumuskan dalam satu kalimat
utuh yang diawali dengan kata "bahwa" yang ditulis dengan huruf kecil dan diakhiri dengan
tanda baca titik koma (;)
1) Contoh HANYA MEMUAT 1 (SATU) konsiderans:
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 58 Peraturan Bupati
Murung Raya Nomor 60 Tahun 2018 tentang Sistem Pengendalian Intern SOPD,
perlu menetapkan Peraturan Direktur RSUD Puruk Cahu tentang …;

2) Contoh konsiderans LEBIH DARI 1 (SATU):


Menimbang : a.bahwa …;

b. bahwa …;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Direktur RSUD Puruk Cahu tentang …;

4. Dasar Hukum

a. Dasar hukum diawali dengan kata Mengingat yang ditulis sejajar dengan
Menimbang.
b. Huruf awal kata Mengingat ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda baca titik dua ( : ).
c. Dasar hukum memuat dasar kewenangan pembuatan Peraturan dan memuat
peraturan perundang-undangan yang memerintahkan pembuatan Peraturan
tersebut atau yang mempunyai kaitan langsung dengan materi yang akan diatur.
d. Peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai dasar hukum hanya
peraturan perundang-undangan yang tingkatannya sama atau lebih tinggi.
e. Peraturan Direktur RSUD PURUK CAHU yang akan dicabut dengan Peraturan
yang akan ditetapkan, tidak dicantumkan sebagai dasar hukum.
f. Undang-undang, Peraturan Pemerintah yang dijadikan dasar hukum perlu
dilengkapi dengan pencantuman Lembaran Negara dan Tambahan Lembaran
Negara yang diletakkan di antara tanda kurung ( ).

2
g. Jika jumlah peraturan perundang-undangan yang dijadikan dasar hukum lebih
dari satu, maka urutan pencantuman perlu memperhatikan tata urutan hirarki dan
diurutkan secara kronologis berdasarkan saat pengeluarannya.
h. Jika dasar hukum memuat lebih dari satu peraturan perundang-undangan, maka
tiap dasar hukum diawali dengan angka Arab 1, 2, dan seterusnya yang diakhiri
dengan tanda baca titik koma (;).

Contoh:
Mengingat : 1. Undang-Undang …;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor KEP-06.00.00-
286/K/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Perwakilan Menteri Kesehatan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 11 Tahun 2013 tentang Perubahan
Ketujuh atas Peraturan Kesehatan Nomor KEP-06.00.00-
286/K/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Perwakilan Menteri Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 332);
5. Memutuskan

Kata MEMUTUSKAN ditulis seluruhnya dengan huruf kapital, tanpa spasi antar huruf dan diakhiri
dengan tanda baca titik dua (:) serta diletakkan di tengah marjin.

6. Menetapkan

a) Kata Menetapkan dicantumkan sesudah MEMUTUSKAN yang letaknya disejajarkan ke


bawah dengan kata Menimbang dan Mengingat.
b) Huruf awal kata Menetapkan ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanca baca titik
dua (:).

7. Nama Peraturan

Nama yang tercantum dalam judul Peraturan dicantumkan lagi setelah kata Menetapkan yang
didahului dengan pencantuman jenis Peraturan tanpa menyebutkan nomor dan tahun, seluruhnya
ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik (.).

Contoh:
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RSUD PURUK CAHU
TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWASAN
KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN.

C. BATANG TUBUH
1. Batang tubuh Peraturan yang bersifat mengatur memuat semua substansi (materi)
Peraturan yang dirumuskan dalam pasal-pasal.
2. Pasal merupakan satuan aturan yang memuat satu norma dan dirumuskan dalam satu
kalimat yang disusun secara singkat, jelas, dan lugas.
3. Pasal diberi nomor urut dengan angka Arab dan huruf awal kata Pasal ditulis dengan
huruf kapital.
4. Pasal dapat dirinci dalam beberapa ayat, yang masing-masing ayat diberi nomor urut
dengan angka Arab yang ditulis di antara tanda baca kurung ( ) tanpa diakhiri tanda
baca titik (.)

3
5. Satu ayat hendaknya hanya memuat satu norma yang dirumuskan dalam satu kalimat
utuh.
6. Materi Peraturan lebih baik dirumuskan dalam banyak pasal yang singkat dan jelas
daripada ke dalam beberapa pasal yang masing-masing pasal memuat banyak ayat,
kecuali yang menjadi isi pasal itu merupakan satu rangkaian yang tidak dapat
dipisahkan
7. Pada umumnya materi dalam batang tubuh dikelompokkan ke dalam:
a) Ketentuan Umum.
b) Materi Pokok yang Diatur.
c) Ketentuan Peralihan (jika diperlukan).
d) Ketentuan Penutup.
8. Ketentuan Umum

a. Ketentuan umum diletakkan dalam bab ke satu atau dalam pasal satu.
b. Ketentuan umum dapat memuat lebih dari satu pasal.
c. Ketentuan umum berisi:
 Batasan pengertian atau definisi
 Singkatan atau akronim yang digunakan dalam Peraturan
 Hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal-pasal berikutnya.
d. Jika ketentuan umum berisi batasan pengertian, definisi, singkatan, atau akronim
lebih dari satu, maka masing-masing uraiannya diberi nomor urut dengan angka
Arab.
e. Kata atau istilah yang dimuat dalam ketentuan umum hanyalah kata atau istilah
yang terdapat di dalam pasal-pasal selanjutnya
f. Jika kata atau istilah hanya digunakan satu kali namun kata atau istilah itu
diperlukan pengertiannya, maka kata atau istilah itu diberi definisi pada pasal awal
yang bersangkutan.

9. Materi Pokok yang Diatur:


a. Materi pokok yang diatur ditempatkan langsung setelah bab Ketentuan Umum atau
Pasal (-Pasal) ketentuan umum jika tidak ada pengelompokan dalam bab.
b. Pembagian lebih lanjut kelompok materi ini didasarkan pada luasnya materi pokok
yang bersangkutan.
c. Materi yang diatur dalam Peraturan Direktur RSUD PURUK CAHU merupakan
materi limpahan dari peraturan yang lebih tinggi tingkatannya.
10. Ketentuan Sanksi Administratif (jika diperlukan)

a. Apabila dalam Peraturan Direktur RSUD PURUK CAHU terdapat sanksi


administratif dirumuskan menjadi satu pasal dengan norma yang memberikan
sanksi administratif apabila terjadi pelanggaran atas norma tersebut.
b. Jika norma yang memberikan sanksi administratif terdapat lebih dari satu pasal,
sanksi administratif dirumuskan dalam pasal terakhir dari pasal tersebut.
c. Sanksi administratif dapat berupa antara lain pencabutan izin, pembubaran,
pengawasan, pemberhentian sementara, atau denda administratif.
11. Ketentuan Peralihan (jika diperlukan)

a. ketentuan peralihan memuat penyesuaian keadaan yang sudah ada pada saat
Peraturan baru itu mulai berlaku agar Peraturan tersebut dapat berjalan lancar dan
tidak menimbulkan ketidakpastian.
b. Ketentuan peralihan ditempatkan di antara pasal yang mengatur sanksi
administratif dan pasal penutup.
c. Pada saat suatu Peraturan dinyatakan berlaku, pada Peraturan tersebut perlu diatur
hubungan hukum dan akibat hukum yang terjadi baik sebelum, pada saat, maupun
sesudah Peraturan yang baru tersebut mulai berlaku atau segala tindakan hukum
yang sedang berlangsung atau belum selesai pada saat Peraturan yang baru

4
dinyatakan berlaku, untuk menyatakan bahwa tindakan hukum tersebut tunduk
pada ketentuan Peraturan yang baru.
d. Hindari rumusan dalam ketentuan peralihan ini yang isinya memuat perubahan
dian-diam atas ketentuan Peraturan yang lain.
e. Perubahan ketentuan suatu Peraturan hendaknya dimuat dalam pengertian pada
ketentuan umum atau dilakukan dengan membentuk Peraturan perubahan.

Contoh Ketentuan Peralihan:


1) PP Nomor 74 Tahun 2005 tentang Perubahan Nama Kabupaten Murung Raya
Menjadi Kabupaten Mura Emas.

Pasal 4
Lambang Daerah Kabupaten Murung Raya tetap berlaku sampai ditetapkannya
Lambang Daerah Kabupaten Murung Raya dengan Peraturan Daerah.

2) PP Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah.

BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 30

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku perjanjian penerusan hibah atau
perjanjian Hibah Daerah yang telah dilakukan sebelum berlakunya Peraturan
Pemerintah ini, tetap berlaku sampai dengan berakhirnya perjanjian.

12. Ketentuan Penutup:

a. Ketentuan penutup diletakkan pada pasal terakhir.


b. Pada umumnya ketentuan penutup memuat ketentuan mengenai:
· Penunjukan organ atau alat perlengkapan yang melaksanakan
Peraturan;
· Pernyataan tidak berlaku, penarikan, atau pencabutan Peraturan
yang telah ada;
· Nama singkat apabila judul Peraturan terlalu panjang;
· Saat mulai berlakunya Peraturan.
c. Ketentuan penutup dapat memuat pelaksanaan Peraturan yang bersifat:

· Menjalankan, misalnya penunjukan pejabat tertentu yang diberi kewenangan


untuk memberikan izin, mengangkat pegawai dan lain-lain;
· Mengatur, misalnya pendelegasian kewenangan kepada pejabat dibawahnya
untuk membuat Peraturan lain yang pada hakekatnya merupakan
pelaksanaan lebih lanjut dari Peraturan tersebut.
·
d. Pada dasarnya tiap Peraturan mulai berlaku pada saat Peraturan tersebut ditetapkan.
e. Jika terdapat penyimpangan terhadap saat berlakunya Peraturan yang bersangkutan
pada saat ditetapkan, hendaknya dinyatakan secara tegas kapan Peraturan itu akan
diberlakukan.
f. Hindari penggunaan rumusan "Peraturan ini berlaku efektif atau diterapkan pada
tanggal …".

5
D. PENUTUP
1. Penutup merupakan bagian akhir Peraturan, yang memuat penandatanganan
penetapan/pengundangan Peraturan.
2. Penandatanganan penetapan/pengundangan Peraturan memuat:
a. tempat dan tanggal penetapan;

b. nama jabatan;

c. tanda tangan pejabat;


d. nama lengkap pejabat yang menandatangani.
3. Rumusan tempat dan tanggal penetapan/pengundangan diletakkan di sebelah kanan
bawah.

4. Setelah kata tempat dan tanggal tidak perlu diberi tanda baca titik dua (:)

5. Nama jabatan dan nama pejabat ditulis dengan huruf kapital yang diletakkan secara
simetris di sebelah kanan di bawah tanggal penetapan/pengundangan.

6. Nama pejabat tidak perlu gelar dan NIP.

7. Pada akhir nama jabatan diberi tanda baca koma (,).

1) Contoh Penutup dalam Penetapan:


Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal …

Direktur RSUD Puruk Cahu,

Marthin Maha

2) Contoh Penutup dalam Pengundangan:


Diundangkan di Puruk Cahu
pada tanggal …

Direktur RSUD Puruk Cahu,

Marthin Maha

Diundangkan di Puruk Cahu


pada tanggal …

Kabag Tata Usaha RSUD Puruk Cahu

6
Lenny Tiana, SP
BERITA RSUD Puruk Cahu TAHUN … NOMOR …

Hal-hal Khusus
1. Suatu Peraturan dapat disertai lampiran jika diperlukan.
a. Materi Peraturan dalam bentuk lampiran, apabila:

· Materi Peraturan yang diatur menghendaki uraian yang agak bebas atau panjang
lebar;

· Materi yang diatur berbentuk blanko, peta, gambar, denah, berita acara, atau materi-
materi lain yang tidak mungkin dirumuskan dalam bentuk pasal.

b. Nama lampiran diberi nomor urut angka Arab dilengkapi dengan nomor dan tanggal
Peraturan yang ditulis sebelah kanan atas dengan huruf kapital.

c. Penutup lampiran diletakkan di sebelah kanana bawah setelah isi lampiran, yang memuat:
· Nama jabatan, yang ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca
koma (,);

· Tanda tangan pejabat;

· Nama lengkap pejabat yang menandatangani Peraturan, ditulis dengan huruf


kapital tanpa gelar dan pangkat atau NIP.

2. Pencabutan

a. Jika Peraturan Direktur RSUD PURUK CAHU diganti dengan Peraturan yang baru, maka
Peraturan yang lama harus dicabut dengan tegas.

b. Pencabutan Peraturan hendaknya tidak dirumuskan secara umum, tetapi harus


menyebutkan dengan tegas Peraturan mana yang dicabut.

c. Peraturan pencabutan cukup memuat dua pasal, yang ditulis dengan angka Arab, yaitu:

· Pasal 1 yang memuat ketentuan yang menyatakan bahwa Peraturan itu dicabut;

· Pasal 2 yang memuat ketentuan tentang saat mulai berlakunya Peraturan


pencabutan yang bersangkutan.

d. Judul Peraturan pencabutan ditambahkan kada PENCABUTAN di depan nama Peraturan


yang dicabut.

Contoh Pencabutan:
PERATURAN

KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN


REPUBLIK INDONESIA

NOMOR … TAHUN ….
TENTANG
PENCABUTAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN
PEMBANGUNAN NOMOR … TAHUN … TENTANG …

3. Perubahan

7
a. pengertian perubahan terhadap Peraturan dapat berupa penambahan, penyisipan,
penghapusan atau penggantian sebagian materi Peraturan.
b. Peraturan perubahan cukup memuat dua pasal, yang ditulis dengan angka Romawi, yaitu:
· Pasal I yang memuat judul Peraturan yang diubah dan memuat materi atau norma
yang diubah;

· Pasal II yang memuat ketentuan tentang saat mulai berlakunya Peraturan perubahan
yang bersangkutan.
c. Pada nama Peraturan perubahan ditambah frasa PERUBAHAN ATAS di depan judul
Peraturan yang diubah.

d. Apabila perubahan itu lebih dari satu kali, maka di antara kata PERUBAHAN dan kata
ATAS disisipkan bilangan tingkat yang menunjukkan tingkat perubahan tersebut tanpa
merinci perubahan sebelumnya.
1) Contoh Perubahan PERTAMA:

PERATURAN
KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

REPUBLIK INDONESIA
NOMOR … TAHUN ….

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN

KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR … TAHUN … TENTANG …

2) Contoh Perubahan LEBIH DARI SATU KALI:


PERATURAN

KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN


REPUBLIK INDONESIA

NOMOR … TAHUN ….

TENTANG

PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN


KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR …
TAHUN … TENTANG …

4. Pendelegasian Wewenang
a. Peraturan yang bersifat pengaturan dapat mendelegasikan kewenangan mengatur
lebih lanjut kepada Peraturan yang lebih rendah atau kepada pejabat tertentu.
b. Setiap pendelegasian kewenangan harus menyebut dengan tegas ruang lingkup
materi yang diatur.

c. Hindarkan pendelegasian yang bersifat blanko atau yang disebut "delegasi blanko".

8
misalnya:
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan ini akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Direktur RSUD PURUK CAHU .

5. Pada hakekatnya Peraturan Kepala ini hanya ditetapkan/diundangkan oleh Direktur


RSUD PURUK CAHU :

a. Memuat kebijakan RSUD PURUK CAHU atau merupakan pelaksanaan dari


peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
b. Bersifat umum, abstrak, dan pada umumnya berlaku terus menerus.

I. KEPUTUSAN YANG BERSIFAT PENGATURAN

A. Kerangka Keputusan Direktur RSUD PURUK CAHU , terdiri dari:


1. Judul
2. Pembukaan
3. Batang Tubuh
4. Penutup
B. Judul:
1. Setiap Keputusan Direktur RSUD PURUK CAHU diberi judul
2. Judul keputusan memuat keterangan mengenai kode jenis, nomor, kode jabatan dan
konseptor, tahun penetapan, dan nama keputusan.
3. Nama keputusan dibuat secara singkat dan mencerminkan isi keputusan
4. Judul ditulis seluruhnya dengan huruf kapital yang diletakkan di tengah marjin tanpa
diakhiri tanda baca

Contoh:

KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD PURUK CAHU


NOMOR 881/…./RSUD
TENTANG
ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMITE PPI

C. Pembukaan:
1. Pembukaan Keputusan Direktur RSUD PURUK CAHU memuat:
a. Jabatan Pembentuk Keputusan;
b. Konsiderans;
c. Dasar Hukum;
d. Memutuskan;
e. Menetapkan;

9
f. Nama Keputusan Direktur RSUD PURUK CAHU .
2. Di bawah nama keputusan dicantumkan jabatan pembentuk keputusan yang seluruhnya
ditulis dengan huruf kapital, yang diletakkan di tengah marjin dan diakhiri dengan tanca
baca koma (,)

Contoh:

KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

3. Konsiderans
a. Konsiderans diawali dengan kata Menimbang, yang dicantumkan setelah nama
jabatan dan diletakkan sebelah kiri marjin. Huruf awal ditulis dengan huruf kapital
dan diakhiri dengan tanda baca titik dua (:).
b. Konsiderans memuat uraian singkat mengenai pokok-pokok pikiran yang menjadi
latar belakang dan alasan pembuatan keputusan.
c. Jika konsiderans memuat lebih dari satu pokok pikiran, maka tiap pokok pikiran
harus dirumuskan dalam rangkaian kalimat yang merupakan satu kesatuan
pengertian.
d. Tiap-tiap pokok pikiran diawali dengan huruf abjad dan dirumuskan dalam satu
kalimat utuh yang diawali dengan kata "bahwa" yang ditulis dengan huruf kecil dan
diakhiri dengan tanda baca titik koma (;)

Contoh:
Menimbang: a. bahwa....;
b. bahwa....;dst

e. Jika konsiderans memuat lebih dari satu pokok pikiran, maka rumusan butir pokok
pikiran yang terakhir berbunyi sebagai berikut:

Menimbang: bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam


huruf a dan b, perlu menetapkan Keputusan Direktur RSUD Puruk Cahu tentang
…;

4. Dasar Hukum
a. Dasar hukum diawali dengan kata Mengingat yang ditulis sejajar dengan
Menimbang.
b. Huruf awal kata Mengingat ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda
baca titik dua ( : )
c. Dasar hukum memuat dasar kewenangan pembuatan keputusan dan memuat
peraturan perundang-undangan yang memerintahkan pembuatan keputusan
tersebut atau yang mempunyai kaitan langsung dengan materi yang akan diatur.
d. Peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai dasar hukum hanya
peraturan perundang-undangan yang tingkatannya sama atau lebih tinggi.
e. Keputusan Direktur RSUD PURUK CAHU yang akan dicabut dengan keputusan
yang akan ditetapkan, tidak dicantumkan sebagai dasar hukum.

10
f. Undang-undang, Peraturan Pemerintah yang dijadikan dasar hukum perlu
dilengkapi dengan pencantuman Lembaran Negara dan Tambahan Lembaran Negara
yang diletakkan di antara tanda kurung ( )
g. Jika jumlah peraturan perundang-undangan yang dijadikan dasar hukum lebih dari
satu, maka urutan pencantuman perlu memperhatikan tata urutan hirarki dan
diurutkan secara kronologis berdasarkan saat pengeluarannya.
h. Jika dasar hukum memuat lebih dari satu peraturan perundang-undangan, maka
tiap dasar hukum diawali dengan angka Arab 1, 2, dan seterusnya yang diakhiri
dengan tanda baca titik koma (;)

Contoh:
Mengingat: 1. ....;
2. ....;dst

i. Ketetapan MPR tidak digunakan sebagai dasar hukum, kecuali secara tegas
memerintahkan pembentukan peraturan perundang-undangan yang dimaksud.
5. Memutuskan
Kata MEMUTUSKAN ditulis seluruhnya dengan huruf kapital, tanpa spasi antar huruf
dan diakhiri dengan tanda baca titik dua (:) serta diletakkan di tengah marjin
6. Menetapkan

a) Kata Menetapkan dicantumkan sesudah MEMUTUSKAN yang letaknya


disejajarkan ke bawah dengan kata Menimbang dan Mengingat.
b) Huruf awal kata Menetapkan ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanca baca titik dua (:).

7. Nama Keputusan
Nama yang tercantum dalam judul keputusan dicantumkan lagi setelah kata
Menetapkan yang didahului dengan pencantuman jenis keputusan tanpa menyebutkan
nomor dan tahun, seluruhnya ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda
baca titik (.).

D. Batang Tubuh
1. Batang tubuh keputusan yang bersifat mengatur memuat semua substansi (materi)
keputusan yang dirumuskan dalam pasal-pasal.
2. Pasal merupakan satuan aturan yang memuat satu norma dan dirumuskan dalam satu
kalimat yang disusun secara singkat, jelas, dan lugas.
3. Pasal diberi nomor urut dengan angka Arab dan huruf awal kata Pasal ditulis dengan
huruf kapital.
4. Pasal dapat dirinci dalam beberapa ayat, yang masing-masing ayat diberi nomor urut
dengan angka Arab yang ditulis di antara tanda baca kurung ( ) tanpa diakhiri tanda baca
titik (.)
5. Satu ayat hendaknya hanya memuat satu norma yang dirumuskan dalam satu kalimat
utuh.

11
6. Materi keputusan lebih baik dirumuskan dalam banyak pasal yang singkat dan jelas
daripada ke dalam beberapa pasal yang masing-masing pasal memuat banyak ayat,
kecuali yang menjadi isi pasal itu merupakan satu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan
7. Pada umumnya materi dalam batang tubuh dikelompokkan ke dalam:
a. Ketentuan Umum
b. Materi Pokok yang Diatur
c. Ketentuan Sanksi Administratif (jika diperlukan)
d. Ketentuan Peralihan (jika diperlukan)
e. Ketentuap Penutup
8. Ketentuan Umum
a. Ketentuan umum diletakkan dalam bab ke satu atau dalam pasal satu.
b. Ketentuan umum dapat memuat lebih dari satu pasal.
c. Ketentuan umum berisi:
 Batasan pengertian atau definisi
 Singkatan atau akronim yang digunakan dalam keputusan
 Hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal-pasal berikutnya.
d. Jika ketentuan umum berisi batasan pengertian, definisi, singkatan, atau akronim
lebih dari satu, maka masing-masing uraiannya diberi nomor urut dengan angka
Arab.
e. Kata atau istilah yang dimuat dalam ketentuan umum hanyalah kata atau istilah yang
terdapat di dalam pasal-pasal selanjutnya.
f. Jika kata atau istilah hanya digunakan satu kali namun kata atau istilah itu diperlukan
pengertiannya, maka kata atau istilah itu diberi definisi pada pasal awal yang
bersangkutan.
9. Materi Pokok yang Diatur:
a. Materi pokok yang diatur ditempatkan langsung setelah bab Ketentuan Umum atau
pasal (-pasal) ketentuan umum jika tidak ada pengelompokan dalam bab.
b. Pembagian lebih lanjut kelompok materi ini didasarkan pada luasnya materi pokok
yang bersangkutan.
c. Materi yang diatur dalam keputusan Direktur RSUD PURUK CAHU merupakan
materi limpahan dari peraturan yang lebih tinggi tingkatannya.
10. Ketentuan Sanksi Administratif (jika diperlukan)
a. Apabila dalam keputusan Direktur RSUD PURUK CAHU terdapat sanksi
administratif dirumuskan menjadi satu pasal dengan norma yang memberikan sanksi
administratif apabila terjadi pelanggaran atas norma tersebut.
b. Jika norma yang memberikan sanksi administratif terdapat lebih dari satu pasal,
sanksi administratif dirumuskan dalam pasal terakhir dari pasal tersebut.
c. Sanksi administratif dapat berupa antara lain pencabutan izin, pembubaran,
pengawasan, pemberhentian sementara, atau denda administratif.
11. Ketentuan Peralihan (jika diperlukan)
a. ketentuan peralihan memuat penyesuaian keadaan yang sudah ada pada saat
keputusan baru itu mulai berlaku agar keputusan tersebut dapat berjalan lancar dan
tidak menimbulkan ketidakpastian.
b. Ketentuan peralihan ditempatkan di antara pasal yang mengatur sanksi administratif
dan pasal penutup.

12
c. Pada saat suatu keputusan dinyatakan berlaku, pada keputusan tersebut perlu diatur
hubungan hukum dan akibat hukum yang terjadi baik sebelum, pada saat, maupun
sesudah keputusan yang baru tersebut mulai berlaku atau segala tindakan hukum
yang sedang berlangsung atau belum selesai pada saat keputusan yang baru
dinyatakan berlaku, untuk menyatakan bahwa tindakan hukum tersebut tunduk
pada ketentuan keputusan yang baru.
d. Hindari rumusan dalam ketentuan peralihan ini yang isinya memuat perubahan dian-
diam atas ketentuan keputusan yang lain.
e. Perubahan ketentuan suatu keputusan hendaknya dimuat dalam pengertian pada
ketentuan umum atau dilakukan dengan membentuk keputusan perubahan.
12. Ketentuan Penutup:
a. Ketentuan penutup diletakkan pada pasal terakhir.
b. Pada umumnya ketentuan penutup memuat ketentuan mengenai:
 Penunjukan organ atau alat perlengkapan yang melaksanakan keputusan;
 Pernyataan tidak berlaku, penarikan, atau pencabutan keputusan yang telah ada;
 Nama singkat apabila judul keputusan terlalu panjang;
 Saat mulai berlakunya keputusan.
c. Ketentuan penutup dapat memuat pelaksanaan keputusan yang bersifat:
 Menjalankan, misalnya penunjukan pejabat tertentu yang diberi kewenangan
untuk memberikan izin, mengangkat pegawai dan lain-lain;
 Mengatur, misalnya pendelegasian kewenangan kepada pejabat dibawahnya
untuk membuat keputusan lain yang pada hakekatnya merupakan pelaksanaan
lebih lanjut dari keputusan tersebut.
d. Pada dasarnya tiap keputusan mulai berlaku pada saat keputusan tersebut
ditetapkan.
e. Jika terdapat penyimpangan terhadap saat berlakunya keputusan yang bersangkutan
pada saat ditetapkan, hendaknya dinyatakan secara tegas kapan keputusan itu akan
diberlakukan.
f. Hindari penggunaan rumusan "Keputusan ini berlaku efektif atau diterapkan pada
tanggal …".
E. Penutup
1. Penutup merupakan bagian akhir keputusan, yang memuat penandatanganan penetapan
keputusan.
2. Penandatanganan penetapan keputusan memuat:
a. tempat dan tanggal penetapan;
b. nama jabatan;
c. tanda tangan pejabat;
d. nama lengkap pejabat yang menandatangani.
3. Rumusan tempat dan tanggal penetapan diletakkan di sebelah kanan bawah.
4. Setelah kata tempat dan tanggal tidak perlu diberi tanda baca titik dua (:)
5. Nama jabatan dan nama pejabat ditulis dengan huruf kapital yang diletakkan secara
simetris di sebelah kanan di bawah tanggal penetapan.
6. Nama pejabat tidak perlu gelar dan NIP.
7. Pada akhir nama jabatan diberi tanda baca koma (,)

Contoh:

13
Ditetapkan di Puruk Cahu
pada tanggal.........

DIREKTUR RSUD PURUK CAHU

tanda tangan
NAMA

F. Hal-hal Khusus
1. Suatu keputusan dapat disertai lampiran jika diperlukan.
a. Materi keputusan dalam bentuk lampiran, apabila:
 Materi keputusan yang diatur menghendaki uraian yang agak bebas atau panjang
lebar;
 Materi yang diatur berbentuk blanko, peta, gambar, denah, berita acara, atau
materi-materi lain yang tidak mungkin dirumuskan dalam bentuk pasal.
b. Nama lampiran diberi nomor urut angka Arab dilengkapi dengan nomor dan tanggal
keputusan yang ditulis sebelah kanan atas dengan huruf kapital.
c. Penutup lampiran diletakkan di sebelah kanana bawah setelah isi lampiran, yang
memuat:
 Nama jabatan, yang ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca
koma (,);
 Tanda tangan pejabat;
 Nama lengkap pejabat yang menandatangani keputusan, ditulis dengan huruf
kapital tanpa gelar dan pangkat atau NIP.
2. Pencabutan

a. Jika keputusan Direktur RSUD PURUK CAHU diganti dengan keputusan yang
baru, maka keputusan yang lama harus dicabut dengan tegas.
b. Pencabutan keputusan hendaknya tidak dirumuskan secara umum, tetapi harus
menyebutkan dengan tegas keputusan mana yang dicabut.
c. Keputusan pencabutan cukup memuat dua pasal, yang ditulis dengan angka
Arab, yaitu:

 Pasal 1 yang memuat ketentuan yang menyatakan bahwa keputusan itu dicabut;
 Pasal 2 yang memuat ketentuan tentang saat mulai berlakunya keputusan
pencabutan yang bersangkutan.

d. Judul keputusan pencabutan ditambahkan kada PENCABUTAN di depan nama


keputusan yang dicabut.
i. Perubahan
1. pengertian perubahan terhadap keputusan dapat berupa penambahan, penyisipan,
penghapusan atau penggantian sebagian materi keputusan.
2. Keputusan perubahan cukup memuat dua pasal, yang ditulis dengan angka Romawi,
yaitu:

14
a. Pasal I yang memuat judul keputusan yang diubah dan memuat materi atau
norma yang diubah;
b. Pasal II yang memuat ketentuan tentang saat mulai berlakunya keputusan
perubahan yang bersangkutan.
3. Pada nama keputusan perubahan ditambah frasa PERUBAHAN ATAS di depan
judul keputusan yang diubah.
4. Apabila perubahan itu lebih dari satu kali, maka di antara kata PERUBAHAN dan
kata ATAS disisipkan bilangan tingkat yang menunjukkan tingkat perubahan
tersebut tanpa merinci perubahan sebelumnya.
ii. Pendelegasian Wewenang
1. Keputusan yang bersifat pengaturan dapat mendelegasikan kewenangan mengatur
lebih lanjut kepada keputusan yang lebih rendah atau kepada pejabat tertentu.
2. Setiap pendelegasian kewenangan harus menyebut dengan tegas ruang lingkup
materi yang diatur.
3. Hindarkan pendelegasian yang bersifat blanko atau yang disebut "delegasi blanko".
misalnya:
Hal-hal yang belum diatur dalam keputusan ini akan diatur lebih lanjut dengan
keputusan Direktur RSUD PURUK CAHU
iii. Pada hakekatnya keputusan yang bersifat pengaturan ini hanya ditetapkan oleh Direktur
RSUD PURUK CAHU :
1. Memuat kebijakan RSUD PURUK CAHU atau merupakan pelaksanaan dari
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
2. Bersifat umum, abstrak, dan pada umumnya berlaku terus menerus.
e. KEPUTUSAN YANG BERSIFAT PENETAPAN

a. Kerangka dan isi keputusan yang bersifat penetapan pada dasarnya sama dengan kerangka
dan isi keputusan yang bersifat pengaturan, kecuali:
i. Sebelum konsiderans Menimbang dapat diawali dengan kata Membaca yang diletakkan
pada marjin kiri dengan huruf kapital pada awal kata dan diakhiri dengan tanda baca titik
dua (:).
1. Konsiderans Membaca pada umumnya memuat surat yang berisi permohonan atau
usulan dari seseorang, instansi, atau pihak lain kepada RSUD PURUK CAHU .
2. Apabila terdapat lebih dari satu surat, maka urutan pencantuman didasarkan pada
tanggal yang lebih dahulu dan penulisannya di awali dengan huruf abjad a, b, dan
seterusnya dan diakhiri dengan tanda baca titik koma (;).
ii. Setelah dasar hukum Mengingat dapat dicantumkan konsiderans Memperhatikan yang
diletakkan pada marjin kiri dengan huruf kapital pada awal kata dan diakhiri dengan
tanda baca titik dua (:).
1. Konsiderans Memperhatikan memuat surat atau hal yang bukan peraturan
perundang-undangan tetapi perlu diperhatikan dalam pembuatan suatu keputusan.
Misalnya Instruksi Presiden, Surat Menteri, Surat Edaran, Daftar Isian Proyek, dan
sebagainya.

15
2. Apabila terdapat lebih dari satu surat atau hal yang perlu diperhatikan, maka urutan
pencantumannya didasarkan pada urutan hirarki siapa yang mengeluarkan surat
tersebut dan disusun secara kronologis berdasarkan saat pengeluarannya.
3. Penulisan diawali dengan angka Arab 1, 2, dan seterusnya yng diakhiri dengan tanda
baca titik koma (;)
iii. Setelah kata Menetapkan, judul keputusan tidak perlu ditulis/dicantumkan.
iv. Materi keputusan dikelompokkan dalam diktum PERTAMA, KEDUA, dan seterusnya
bukan dalam bentuk pasal-pasal.
1. Diktum tersebut ditulis dengan huruf kapital, ditempatkan sejajar di bawah kata
Menetapkan dan diakhiri dengan tanda baca titik dua (:).
2. Pada umumnya materi dalam keputusan ini bersifat konkrit, individual, dan final
yang berlaku untuk suatu periode tertentu.
3. Urutan materi yang ditetapkan dalam diktum mencerminkan urutan yang logis
antara diktum-diktumnya.
v. Setelah diktum terakhir yang berisi saat mulai berlakunya keputusan ini dapat
dicantumkan perintah penyampaian salinan dan petikan. Istilah yang dipakai bukan
tembusan.
1. Salinan dan petikan dicantumkan setelah atau di bawah diktum terakhir, apabila
materi keputusan tersebut merupakan hal yang terkait dengan para pihak yang
tercantum dalam salinan.
2. Salinan dan petikan dicantumkan setelah atau di bawah tanda tangan, apabila materi
keputusan tersebut hanya sekedar untuk diketahui para pihak yang tercantum dalam
salinan.
b. Keputusan yang bersifat penetapan ini dapat ditandatangani oleh Pimpinan Organisasi Eselon
III atas nama Direktur RSUD PURUK CAHU sesuai kewenangannya. Pimpinan Unit Eselon
III yang dimaksud disini adalah Pejabat yang secara struktural bertanggung jawab langsung
kepada Direktur RSUD PURUK CAHU .

Daftar Regulasi Yang Masih Aktif Dan Sering Digunakan Dalam SK Direktur RSUD Puruk Cahu:

1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten


Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten
Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten Barito Timur di Provinsi Kalimantan

16
Tengah (Lembaran Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4180);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara
RepublikIndonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pembangunan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4421);
5. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4431);
6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063);
7. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5072);
8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 5234);
9. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5494);
10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 24,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5657);
11. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4431);
12. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063);
13. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5072);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4502);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran

17
Negara Republik Indonesia Nomor 4502) sebagiamana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5340);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 Tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah ( Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
17. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 109/PMK.05/2007 tentang Pembentukan Dewan
Pengawas Badan Layanan Umum;
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah;
19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 10 Tahun 2014 tentang Dewan Pengawas Rumah Sakit
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 360);
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum
Daerah (Berita Negera Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036);
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah;
22. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
23. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 Tentang
Rekam Medis
24. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290/Menkes/Per/III/2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran;
25. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1438/Menkes/Per/IX/2010 Tentang
Standar Pelayanan Kedokteran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 464)
26. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 755/Menkes/Per/IV/2011 tentang
Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit;
27. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang
Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran;
28. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2013 Tentang Komite
Keperawatan Rumah Sakit (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1053)
29. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi Dan
Perizinan Rumah Sakit (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1221)
30. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 Tentang Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 38).
31. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
49)
32. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 308)
33. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2017 tentang Akreditasi Rumah Sakit (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1023)
34. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban
Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien;

18
35. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2018 Tentang Komite Etik
Dan Hukum Rumah Sakit (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1291)
36. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan Layanan Umum Daerah;
37. Peraturan Daerah Kabupaten Murung Raya Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah
Daerah Yang Menjadi Kewenangan Daerah Kabupaten Murung Raya (Lembaran Daerah
Kabupaten Murung Raya Tahun 2008 Nomor 58);
38. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum
Daerah Puruk Cahu (Lembaran Daerah Kabupaten Murung Raya Tahun 2008 Nomor 63);
39. Peraturan Bupati Murung Raya Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Puruk Cahu;
40. Peraturan Bupati Murung Raya Nomor 39 Tahun 2018 tentang Pembina dan Pengawas pada
Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Puruk Cahu;
41. Peraturan Bupati Murung Raya Nomor 40 Tahun 2018 tentang Peraturan Internal Rumah Sakit
(Hospital Bylaws)

PENCABUTAN REGULASI

1. PERMENKES 755/2011, Pasal 20 mencabut:

 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 772/MENKES/SK/VI/2002 tentang Pedoman


Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By Laws) sepanjang mengenai pengaturan staf
medis;
 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit
Medis;
 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 631/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman
Penyusunan Peraturan Internal Staf Medis;

1.

19

Anda mungkin juga menyukai