ISU PENELITIAN
Dalam penelitian organisasi mengenai power dan proses pengaruh telah banyak
mendapatkan perhatian peneliti. Banyak studi yang berfokus pada penelitian mengenai perilaku
atau social power (Brass & Burkhardt, 1993; Ibarra, 1993; Wilson, 1995). Social power dapat
didefinisikan sebagai kekuatan yang mendasari pertukaran sosial di mana seseorang memiliki
kendali atas perilaku atau hasil lain dalam dependent position (Blau, 1964; Simon, 1957; Thibaut
& Kelley, 1959).
French dan Raven (1959) mengemukakan rerangka teori yang mengidentifikasi lima
bentuk social power (reward, coercive, legitimate, expert dan reference) yang menjadi subjek
dalam berbagai penelitian organisasi. Dengan menggunakan tipologi teori perspektif French dan
Raven, penelitian yang berfokus pada social power menunjukkan bentuk reaksi perilaku dari
dependent person. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Hinkin & Schriesheim(1989);
Schriesheim, Hinkin, & Podsakoff (1991) mengenai lima bentuk social power memiliki
hubungan dengan kepuasan bawahan dan komitmen organisasi. Namun kontras dengan
penelitian kecil yang dilakukan yang mengarahkan bahwa pemahaman mengenai proses sosial
yang pada gilirannya berhubungan dengan power holders dan dependen person. Penelitian ini
mencoba untuk mengembangkan kerangka teoretis yang mencakup pertimbangan dinamika
hubungan pertukaran yang terjadi dalam hubungan antara power holders dan bawahan.
KERANGKA TEORI
Power and social exchange : A justice perspective
. Hubungan social power terjadi secara alamiah, ketika orang-orang dengan tingkat
potensial power yang berbeda harus berinteraksi untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut
Blau (1964) pertukaran social power terjadi bukan berdasarkan pada perhitungan transaksi
ekonomi namun lebih tergantung pada keyakinan individu dari waktu ke waktu, dalam
hubungannya dengan pemenuhan kewajiban di masa yang akan datang yang tidak spesifik.
Ketika orang bereaksi terhadap kekuasaan pihak yang berwenang, mereka menilai
apakah kekuasaan tersebut dapat menguntungkan kepentingan mereka secara langsung, yang
digambarkan dalam bentuk rasa hormat, martabat, dan keadilan (Tyler , 1990; Tyler & Lind,
1992). Dengan memperluas bentuk social power yang dikemukakan oleh French dan Raven,
dapat dikatakan bahwa sebagai pengawas yang menggunakan berbagai basis kekuasaan,
bawahan akan membentuk persepsi evaluatif mengenai perilaku power holders yang mungkin
menjadi faktor penting dalam menentukan reaksi bawahan selanjutnya.
Tyler dan Lind (1992) berpendapat bahwa kekhawatiran akan niat power holders
menyebabkan karyawan untuk mengkaji interaksi dengan power holders untuk membuktikan
bahwa atasan bertindak secara etis dan rasa hormat yang ditunjukkan kepada power holders
sejalan dengan kepentingan karyawan. Peneliti mengusulkan bahwa keadilan prosedural
merupakan indikator penting ketika perbedaan kekuasaan merupakan unsur yang menentukan
hubungan antara pihak-pihak yang terlibat. Keadilan prosedural mengarah pada keadilan yang
dirasakan terhadap prosedur pengambilan keputusan dan kualitas perlakuan interpersonal yang
diterima dari pembuat keputusan.
Aspek relasional lebih baik digunakan oleh atasan dibandingkan dengan aspek
instrumental ketika membuat upaya pengaruh dengan mengguakan basis social power, karena
aspek relasional lebih berkaitan dengan pertukaran sosial antara atasan dan bawahan
dibandingkan dengan hasil pertukaran. Dua perspektif proses relasional yang dapat digunakan
untuk memahami peran prosedural keadilan yang berhubungan dengan social power. Pertama,
perspektif nilai-nilai kelompok (Lind & Tyler, 1988) yang menunjukkan bahwa individu
terutama memperhatikan hubungan sosial jangka panjang dengan menggunakan prosedur
kewenangan. Bawahan akan memperoleh perasaan harga diri yang positif untuk tingkat yang
pengawas yang menunjukkan kapasitas kemampuan atasan yang memperlakukan bawahan
dengan rasa hormat dan memungkinkan mereka untuk terlibat dalam masalah pekerjaan.
Perspektif kedua berfokus pada keadilan interaksional, perlakuan interpersonal (Bies, 1987; Bies
& Moag, 1986; Tyler & Bies, 1990). Dengan memperluas perilaku sosial, seperti
memperlakukan orang dengan pertimbangan dan hormat, berkomunikasi dengan tulus, dan
cukup menjelaskan keputusan akan mendorong keadilan persepsi positif.
Relevansi keadilan prosedural dapat dilihat dengan memahami hubungan antara atasan ’
Social power dan bawahan’ dengan menggunakan hasil potensial dari persepsi bawahan yang
berhubungan dengan power atasan . Perspektif instrumental ( self-interest model Lind & Tyler,
1988) menggambarkan penilaian keadilan didasarkan pada seberapa baik prosedur yang
melayani kepentingan eksternal. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kekuatan sosial dapat
mempengaruhi persepsi keadilan prosedural jika dikaitkan dengan persepsi positif
bawahan. Hasil evaluasi keadilan prosedural secara positif mempengaruhi penilaian, yang
kemudian mempengaruhi penerimaan keputusan (lihat Lind, Kulik, Ambrose, & Taman,
sebagaimana dikutip di Tyler & Lind, 1992). Dengan demikian, bawahan menghubungkan
kemampuan atasan dalam menggunakan power untuk merasa bahwa atasan berperilaku adil
terhadap mereka.
Dalam penelitian tidak hana dijelaskan melalui variabel moderasi namun juga dapat dijelaskan
secara langsung yang dapat dilihat dari model penelitian yang dibentuk
MODEL PENELITIAN