BAB 1
HAL 31 & 32
.................... . Tidak semua perilaku adalah politikal /menurut faham politik , tetapi
hal itu mendatangkan politikal dimana hal itu / semua perilaku berusaha untuk
memanage atau mengontrol maksud, norma dan perilaku tenaga kerja dalam suatu
organisasi.
Pengaruh politikal, seperti beberapa perilaku lain dalam organisasi, tidak dapat
beroperasi dalam kevakuman. Semua orang bertanggung-jawab kepada tindakan
mereka. Tanggung-Jawab ke orang lain dapat mempunyai suatu dampak substansiil
pada tindakan mereka, termasuk perilaku pengaruh politikal. Politik tidak “ jelek “ ;
ini adalah fakta bila hidup dalam kebanyakan organisasi.
Para manager boleh mengadakan tenaga kerja berdasar pada pengaruh politis.
Walaupun, pada suatu ketika, mereka boleh katakan bahwa orang yang menyewa "
cocok" lebih baik di organisasi, definisi " cocok" mungkin yang politis mendasarkan
kepada siapa para manajer berpikir mereka dapat mempengaruhi atau mengendalikan.
Jika mereka mengadakan cukup tenaga kerja yang cocok sesuai cetakan mereka,
kemudian mereka dapat menciptakan suatu powerfull/kekuasaan dgn dasar politis di
organisasi itu. Tidak mungkin hal ini merupakan situasi yang terbaik untuk organisasi,
dan konsekwensi perilaku seperti itu akan segera menjadi nyata.
Di dalam posisi yang berikutnya yang disebelah kanannya , unit sumber daya
manusia akan meneliti data itu. Kecenderungan dan Grafik boleh dikembangkan.
Interpretive paragrap akan tertulis dan implikasi akan ditunjukkan pada penutupan
pabrik.
Tentu saja, yang perlu diingat bahwa kita sedang mendiskusikan keputusan
stategik yang mempunyai suatu sumber daya manusia yang berdampak utama . Dalam
keputusan itu yang dengan keras keputusan sumber daya manusia-seperti bagaimana
cara terbaik mengurus suatu rencana upah atau bagaimana cara menyediakan suatu
devisi sumber daya manusia-sumber daya manusia berlatih dipekerjakan di dalam
unit. Wakil ketua sumber daya manusia( atau apapun juga seseorang yang disebut
kepala sumber daya manusia) mempunyai kekuasaan lini untuk mengatur unit itu.
Ambil contoh yang sebelumnya selangkah lebih lanjut, mengira unit sumber
daya manusia diberi tidak hanya suatu peran staff untuk main di dalam meranking
suatu keputusan yang penutupan-pabrik, tetapi satu baris peran. Dengan kata lain, unit
sumber daya manusia akan berbagi di dalam baris otoritas untuk keputusan
penutupan-pabrik itu. Vice-president sumber daya manusia mempunyai" suara" akan
membawa sebanyak beban sebagai suara vice-president's pabrikasi. Di sini, otoritas
yang menyangkut unit sumber daya manusia adalah tidak lagi staff tetapi garis. Ia
jarang dalam pengambilan keputusan strategis tetapi terjadi adakalanya dia ikut.
Bagaimanapun, dengan terus meningkatkan tanggung jawab dan otoritas yang sedang
diberikan kepada unit sumber daya manusia, mengarahkan kekuasaan lini diatas
keputusan strategis akan mungkin menjadi lebih umum. Sesungguhnya, suatu studi
terbaru menunjukkan bahwa 76 persen para manajer sumber daya manusia mensurvei
percaya bahwa yang dimainkan adalah suatu peran strategis di dalam pembuatan garis
dasar keputusan untuk perusahaan. Lima puluh-tiga persen para manajer di dalam
perusahaan yang sama ini setuju dengan penilaian ini. Di dalam sektor jasa kesehatan
dan pemerintah, persentase tertinggi sekitar 85 persen para manajer sumber daya
manusia percaya mereka mempunyai otoritas untuk membuat keputusan yang
mendukung garis dasar.
Bab 2
Hal 59
From NEDI NUGRAH DOMINANTO
……….. . Teknik yang digunakan tergantung pada informasi yang dicari. Survei
adalah suatu jalan/cara untuk mengukur efek pada kelompok besar; pengamatan dan
wawancara dapat digunakan untuk suatu analisa menyeluruh ttg kelompok lebih kecil.
Informasi yang yang diperoleh mungkin dibandingkan terhadap informasi dari luar
sumber atau riset internal.
Hasil Audit