Disusun Oleh :
2022/2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah Rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sasaran Keselamatan Pasien”.
dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Bapak Sumail,S.Kep.Ns,Sp.Kep.MB selaku dosen dari mata kuliah Keselamatan paien
dan keselamatan kesehatan kerja. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang sasaran keselamatan kerja. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna karena adanya keterbatasan ilmu dan pengalaman yang kami miliki.
Oleh karena itu, semua kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan
senang hati. Kami berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
A. Kesimpulan..............................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................33
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan pasien telah menjadi isu global yang sangat penting dilaksanakan oleh
setiap rumah sakit, dan seharusnya menjadi prioritas utama untuk dilaksanakan dan
hal tersebut terkait dengan mutu dan citra rumah sakit. Pelayanan kesehatan pada
dasarnya adalah menyelamatkan pasien sesuai dengan yang diucapkan Hipocrates
kira-kira 2400 tahun yang lalu, yaitu primum non nocere atau first, do no harm .
Ada 6 sasaran keselamatan pasien yaitu : 1. Sasaran keselamatan pasien ke-1 tentang
ketepatan identifikasi pasien, 2. Sasaran keselamatan pasien ke-2 tentang peningkatan
komunikasi yang efektif, 3. Sasaran keselamatan pasien ke-3 tentang peningkatan
kewaspadaan terhadap high alert drugs, 4. Sasaran keselamatan pasien ke-4 tentang
kepastian tepat-lokasi, tepatp-rosedur, dan tepat-pasien operasi, 5. Sasaran
keselamatan pasien ke-5 tentang pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan, 6. Sasaran keselamatan pasien ke-6 tentang pengurangan risiko pasien
jatuh.
4
B. Rumusan Masalah
Diketahui bahwasanya keselamatan pasien merupakan prioritas utama bagi pelayanan
kesehatan. Oleh sebab akan dibahas beberapa sasaran keselamatan pasien,
diantaranya:
1. Apakah Sasaran Keselamatan pasien IV serta Elemen dari SKP ke – IV ?
2. Apakah Sasaran Keselamatan pasien IV serta Elemen dari SKP ke – V ?
3. Apakah Sasaran Keselamatan pasien IV serta Elemen dari SKP ke – V ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui SKP ke – IV serta bagaimana cara mengurangi dan elemen
yang harus dinilai pada Rumah Sakit.
2. Untuk mengetahui SKP ke – V serta bagaimana cara mengurangi dan elemen yang
harus dinilai pada Rumah Sakit.
3. Untuk mengetahui SKP ke – 6 serta bagaimana cara mengurangi dan elemen yang
harus dinilai pada Rumah Sakit.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS) adalah suatu sistem dimana RS membuat
asuhan pasien lebih aman. Sedangkan menurut penjelasan UU 44/2009 tentang
Rumah Sakit pasal 43 yang dimaksud dengan keselamatan pasien (patient safety)
adalah proses dalam suatu Rumah Sakit yang memberikan pelayanan pasien yang
lebih aman.
Untuk menghindarkan kesalah pahaman akan pengertian dan yang menjadi ranah
keselamatan pasien, maka yang perlu kita garis bawahi adalah bahwa yang termasuk
ke dalam keselamatan pasien adalah segala kesalahan yang terjadi di rumah sakit yang
dilakukan oleh semua profesi yang menangani pasien secara langsung dalam
memberikan asuhannya. Termasuk di dalamnya asesmen risiko, identifikasi, dan
manajemen risiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk
belajar dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta
meminimalisir timbulnya risiko.
6
Adapun tujuan dari keselamatan pasien di rumah sakit adalah agar terciptanya budaya
keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap
pasien dan masyarakat, menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah
sakit dan terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan (Depkes RI,2008)
Setelah keempat jenis insiden di atas dapat dimengerti, maka ada satu kejadian lagi
yang sangat fatal dan penting untuk dilaporkan dalam keselamatan pasien yaitu
kejadian sentinel (sentinel event) yang artinya suatu Kejadian Tidak Diharapkan –
KTD yang mengakibatkan kematian atau cidera yang serius, biasanya dipakai untuk
7
kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima seperti operasi pada
bagian tubuh yang salah.
Setiap insiden dilaporkan secara internal kepada TKPRS (Tim Keselamatan Pasien
Rumah Sakit) dalam waktu paling lambat 2x24 jam sesuai format laporan yang ada.
TKPRS melakukan analisis dan memberikan rekomendasi serta solusi atas insiden
yang dilaporkan. TKPRS melaporkan hasil kegiatannya kepada rumah sakit. Rumah
sakit harus melaporkan insiden, analisis, rekomendasi dan solusi Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD) secara tertulis kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit. Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan
pengkajian dan memberikan umpan balik (feedback) dan solusi atas laporan secara
nasional (Permenkes 1691/Menkes/Per/VIII/2011).
8
Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KKP-RS, PERSI), dan dari Joint
Comission International (JCI).
Sasaran menyoroti bagian – bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan
menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti keahliaan atas
permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem yang baik secara intrinsik adalah untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin
sasaran secara umum difokuskan pada solusi – solusi yang menyeluruh.
Enam sasaran keselamatan pasien adalah tercapainya hal – hal sebagai berikut :
1) Sasaran I : Ketepatan Identifikasi Pasien Standar
2) Sasaran II : Peningkatan Komunikasi Yang Efektif
3) Sasaran III : Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (High – Alert).
4) Sasaran IV : Kepastian Tepat – Lokasi, Tepat – Prosedur, Tepat – Pasien Operasi.
a. Standar SKP 4 :
Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan sebuah proses untuk
memastikan bedah yng benar tempat, benar prosedur dan benar pasien.
b. Standar SKP 4.1:
Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan adanya waktu jeda diruang
operasi segera sebelum dimulainya bedah untuk memastikan bedah yang benar
– tempat, benar – prosedur dan benar – pasien.
c. Sasaran KP 4 dan 4.1 :
Bedah yang salah tempat, salah – prosedur dan salah – pasien merupakan
sesuatu yang secara mengkhawatirkan umum terjadi di rumah sakit. Kesalahan
ini adalah hasil dari komunikasi yang tidak efektif atau tidak memadai antara
anggota tim bedah, kurangnya keterlibatan pasien dalam penandaan tempat,
dan kurangnya prosedur untuk memverifikasi tempat bedah.
Selain itu assesmen pasien yang tidak memadai, rekam medis yang tidak
memadai, budaya yang tidak mendukung komunikasi yang terbuka antara
anggota tim bedah, masalah yang berkaitan dengan tulisan tangan yang tak
terbaca, dan penggunaan singkatan adalah faktor yang sering berkontribusi.
9
Bedah dan prosedur invasif mencakup semua prosedur yang menyelidiki dan /
atau mengobati penyakit dan gangguan dalam tubuh manusia melalui
pemotongan, penghilangan, penggantiaan, atau penyisipan lingkup diagnostik
atau teraupetik.
10
2. Kebijakan Penandaan Lokasi Operasi di RS Dr. Cipto Mangunkusumo,
Jakarta
a) Penandaan dilakukan pada semua kasus termasuk termasuk sisi
(lateral), multiple struktur (contoh: pada jari tangan, jari kaki, lesi) ,
dan multiple level (contoh: tulang belakang) dan dokumentasikan
pada formulir site marking (penandaan operasi), kecuali untuk
organ yang hanya ada 1 didalam tubuh (contoh: tindakan
laparaskopi, appendiktomi, SC, perianal, mukosa)
b) Penandaan pada prosedur untuk organ mata tetap dilakukan dengan
memberikan tanda pada dahi pasien sesuai sisi operasi dan
didokumentasikan pada site marking (penandaan operasi)
c) Pasien yang tidak dilakukan penandaan lokasi operasi / tindakan
infasif yaitu pasien bayi prematur, tindakan pada gigi, pasien luka
bakar, pasien yang menolak dilakukan penandaan, maka penandaan
dilakukan dengan cara memberi tanda pada formulir site marking
(penandaan operasi) (khusus pada gigi dilakukan juga penandaan
pada foto rongen gigi)
d) Penandaan lokasi operasi dengan menuliskan kata “YA“ pada
lokasi yang akan dilakukan operasi.
e) Perlu melibatkan pasien
f) Bahan penadaan harus tidak mudah luntur terkena
air/alkohol/povidon iodin/chlor hexidine
g) Dilakukan oleh dokter bedah yang akan melakukan tindakan
h) Dilakukan pada saat pasien terjaga/sadar jika memungkinkan dan
harus terlihat sampai saat akan disayat.
11
b) Benar dokumentasi (Surat persetujuan Tindakan Kedokteran, peralatan
dan imaging)
Perawat kamar operasi memastikan dokumentasi lengkap dan sesuai
dengan identitas pasien saat melakukan operan dengan perawat
ruangan, seperti surat persetujuan tindakan kedokteran baik bedah
maupun anestesi, formulir kunjungan pra anestesi, surat persetujuan
dilakukan tranfusi darah (bila perlu), formulir transfer pasien dari
ruang rawat ke kamar operasi, hasil pemeriksaan penunjang dan
imaging.
Gambar 2. Contoh formulir yang dapat digunakan untuk verifikasi benar pasien, benar
prosedur operasi, benar lokasi operasi
12
c. Time out
a) Seluruh anggota tim operasi melakukan komunikasi secara verbal dan
mendokumentasikan prosedur time out sesaat sebelum
operasi/prosedur dengan menggunakan ceklis keselamatan
operasi/prosedur.
b) Formulir keselamatan operasi terdiri dari Sign in, Time out, dan Sign
out menurut WHO, 2009:
c) Sign in (dilakukan sesaat sebelum induksi anestesi
Yang harus dilakukan saat sign in antara lain:
1. Identifikasi pasien, prosedur, lokasi operasi dan persetujuan
operasi
2. Mesin anestesi dan obat-obatan lengkap
3. Pulse oksimetri terpasang dan berfungsi dengan baik
4. Pastikan ada alergi / tidak
5. Kemungkinan kesulitan jalan nafas atau aspirasi
6. Resiko kehilangan darah ≥ 500 cc
7. Pastikan implant tersedia
13
Perawat melakukan konfirmasi secara verbal, bersama dokter bedah
dan anestesi mengenai:
1. Nama prosedur yang telah dilakukan
2. Memastikan hitungan kasa, jarum dan alat/hemostat harus lengkap
3. Specimen telah diberi label dengan tepat
4. Masalah peralatan yang harus ditangani
5. Memastikan implan terpasang baik dan berfungsi dengan baik
6. Dokumentasi intra operasi harus lengkap, antara lain: laporan
bedah, clinical pathway dan request pasca bedah
7. Dokter menginformasikan kepada perawat mengenai hal–hal yang
harus diperhatikan pasien berada di ruang recovery dan
manajemen pasien.
14
Menurut Fernando J. Kim, dkk, Current issues in patient safety in surgery : a review,
pssjournal.biomedcentral, 2015
Hal penting dalam upaya penghilang infeksi ini dan yang lainnya adalah
menjaga kesehatan tangan. Pedoman kebersihan tangan yang diterima secara
internasional dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
16
menghilangkan kuman di tangan yang tepat. Sabun, disinfektan, dan handuk
atau alat pengering diletakkan diarea dimana prosedur mencuci tangan dan
menjaga kebersihan tangan dari kuman diharuskan.
Gambar diatas merupakan langkah cuci tangan menurut standart WHO dan
momen dalam cuci tangan.
17
Gambar diatas merupakan Formulir Surveilans PPI di RSUD Johar Baru.
Resiko jatuh terkait dengan pasien, situasi, dan / atau lokasi. Resiko yang
terkait dengan pasien termasuk riwayat jatuh, obat yang diguanakan, konsumsi
alkohol, gangguan jalan atau keseimbangan, tunanetra, perubahan status
mental, dan sejenisnya. Pasien yang sejak awal dinilai memiliki resiko rendah
18
untuk jatuh bisa tiba – tiba menjadi memiliki resiko yang tinggi. Alasannya
meliputi, tapi tidak terbatas pada, operasi dan / atau anestesi, perubahan
kondisi pasien yang mendadak, dan penyesuaian dengan obat.
Penyebab Jatuh
19
pusat( tumor, hematom subdural )
Sebuah program untuk mengurangi kasus jatuh melibatkan asesmen resiko dan
asesmen ulang secara berkala populasi pasien tertentu dan / atau lingkungan
dimana perawatan dan layanan disediakan (seperti yang dilakukan selama tour
keamanan berkala). Rumah sakit memiliki tanggung jawab untuk
mengidentifikasi lokasi (seperti unit terapi fisik), situasi (seperti pasien yang
datang dengan ambulans, pemindahan pasien dari kursi roda atau kereta, atau
penggunaan alat untuk mengangkat pasien), dan jenis pasien (sepertipasien
yang memiliki gangguan berjalan atau keseimbangan, tunanetra, perubahan
status mental, dan sejenisnya) yang beresiko tinggi untuk jatuh.
20
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Keselamatan pasien (Patient safety) adalah pasien bebas dari harm/cedera yang tidak
seharusnya terjadi atau bebas dari harm yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera
fisik, sosial, psikologi, cacat, kematian dan lain-lain), terkait dengan pelayanan
kesehatan.
Perawat dituntut untuk dapat menghindari apa yang dapat menyebabkan suatu
kejadian pada pasien. Oleh sebab itu setiap Rumah Sakit harus menerapkan 6 Sasaran
Keselamatan Pasien sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Adapun tujuan dari keselamatan pasien di rumah sakit adalah agar terciptanya budaya
keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap
pasien dan masyarakat, menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah
sakit dan terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Agency for Healthcare Research and Quality. Patient Safety Primers: Medication
Errors. 2012
22