Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH SASARAN KESELAMATAN PASIEN

Dosen Pengampu : Sumail,S.Kep.Ns,Sp.Kep.MB

Mata Kuliah : Keselamatan pasien dan keselamatan kesehatan kerja

Disusun Oleh :

CINDY KIRANA ZAHRANI SASMITA (211601007)

PRODI S1 KEPERAWATAN (A)

STIKES PEMKAB JOMBANG

2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah Rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sasaran Keselamatan Pasien”.
dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Bapak Sumail,S.Kep.Ns,Sp.Kep.MB selaku dosen dari mata kuliah Keselamatan paien
dan keselamatan kesehatan kerja. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang sasaran keselamatan kerja. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna karena adanya keterbatasan ilmu dan pengalaman yang kami miliki.
Oleh karena itu, semua kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan
senang hati. Kami berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukan.

Jombang,19 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................3

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..........................................................................................4


B. Rumusan Masalah....................................................................................................5
C. Tujuan......................................................................................................................5

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Tujuan Keselamatan Pasien............................................................ 6


B. Insiden Keselamatan Pasien dan Jenisnya ..............................................................7
C. Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit .............................................................8
D. Sasaran Keselamatan Pasien....................................................................................8
E. Peran Perawat dalam Keselamatan Pasien (Patient Safety).....................................30

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................33

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan pasien telah menjadi isu global yang sangat penting dilaksanakan oleh
setiap rumah sakit, dan seharusnya menjadi prioritas utama untuk dilaksanakan dan
hal tersebut terkait dengan mutu dan citra rumah sakit. Pelayanan kesehatan pada
dasarnya adalah menyelamatkan pasien sesuai dengan yang diucapkan Hipocrates
kira-kira 2400 tahun yang lalu, yaitu primum non nocere atau first, do no harm .

Dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan kesehatan khususnya


di rumah sakit, sehingga membuat semakin kompleks prosedur pelayanan
kesehatannya dan berpotensi terjadinya KTD (kejadian tidak diharapkan) atau adverse
event ( Depkes, 2008). Mengingat pentingnya masalah keselamatan pasien yang harus
ditangani segera di rumah sakit di Indonesia maka diperlukan regulasi tentang
keselamatan pasien. Dengan diterbitkannya peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)
nomor 1691 pada tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien di rumah sakit, mendorong
upaya pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien.

Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) juga mengembangkan standar akreditasi


rumah sakit yang mengadopsi badan akreditasi internasional JCI (Joint Commission
International) sehingga terbit standar Akreditasi Rumah Sakit versi 2012
menggantikan standar akreditasi rumah sakit yang lama. Salah satu standar akreditasi
rumah sakit versi 2012 tersebut menyebutkan tentang Sasaran Keselamatan Pasien
(SKP) yang mengadopsi international patient safety goals (IPSG).

Ada 6 sasaran keselamatan pasien yaitu : 1. Sasaran keselamatan pasien ke-1 tentang
ketepatan identifikasi pasien, 2. Sasaran keselamatan pasien ke-2 tentang peningkatan
komunikasi yang efektif, 3. Sasaran keselamatan pasien ke-3 tentang peningkatan
kewaspadaan terhadap high alert drugs, 4. Sasaran keselamatan pasien ke-4 tentang
kepastian tepat-lokasi, tepatp-rosedur, dan tepat-pasien operasi, 5. Sasaran
keselamatan pasien ke-5 tentang pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan, 6. Sasaran keselamatan pasien ke-6 tentang pengurangan risiko pasien
jatuh.

4
B. Rumusan Masalah
Diketahui bahwasanya keselamatan pasien merupakan prioritas utama bagi pelayanan
kesehatan. Oleh sebab akan dibahas beberapa sasaran keselamatan pasien,
diantaranya:
1. Apakah Sasaran Keselamatan pasien IV serta Elemen dari SKP ke – IV ?
2. Apakah Sasaran Keselamatan pasien IV serta Elemen dari SKP ke – V ?
3. Apakah Sasaran Keselamatan pasien IV serta Elemen dari SKP ke – V ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui SKP ke – IV serta bagaimana cara mengurangi dan elemen
yang harus dinilai pada Rumah Sakit.
2. Untuk mengetahui SKP ke – V serta bagaimana cara mengurangi dan elemen yang
harus dinilai pada Rumah Sakit.
3. Untuk mengetahui SKP ke – 6 serta bagaimana cara mengurangi dan elemen yang
harus dinilai pada Rumah Sakit.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Tujuan Keselamatan Pasien


Menurut The national patient safety (2003), keselamatan pasien adalah proses yang
dijalankan oleh organisasi yang bertujuan membuat layanan kepada pasien menjadi
lebih aman. Proses tersebut mencakup pengkajian risiko, identifikasi dan pengelolaan
risiko pasien, pelaporan dan analisa insiden, dan kemampuan belajar dari suatu
kejadian, menindaklanjuti suatu kejadian, dan menerapkan solusi untuk
meminimalkan risiko berulangnya kejadian serupa.

Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS) adalah suatu sistem dimana RS membuat
asuhan pasien lebih aman. Sedangkan menurut penjelasan UU 44/2009 tentang
Rumah Sakit pasal 43 yang dimaksud dengan keselamatan pasien (patient safety)
adalah proses dalam suatu Rumah Sakit yang memberikan pelayanan pasien yang
lebih aman.

Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit/KKP-RS (2008) mendefinisikan bahwa


keselamatan (safety) adalah bebas dari bahaya atau risiko (hazard). Keselamatan
pasien (Patient safety) adalah pasien bebas dari harm/cedera yang tidak seharusnya
terjadi atau bebas dari harm yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik, sosial,
psikologi, cacat, kematian dan lain-lain), terkait dengan pelayanan kesehatan.

Untuk menghindarkan kesalah pahaman akan pengertian dan yang menjadi ranah
keselamatan pasien, maka yang perlu kita garis bawahi adalah bahwa yang termasuk
ke dalam keselamatan pasien adalah segala kesalahan yang terjadi di rumah sakit yang
dilakukan oleh semua profesi yang menangani pasien secara langsung dalam
memberikan asuhannya. Termasuk di dalamnya asesmen risiko, identifikasi, dan
manajemen risiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk
belajar dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta
meminimalisir timbulnya risiko.

6
Adapun tujuan dari keselamatan pasien di rumah sakit adalah agar terciptanya budaya
keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap
pasien dan masyarakat, menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah
sakit dan terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan (Depkes RI,2008)

B. Insiden Keselamatan Pasien dan Jenisnya


Insiden Keselamatan Pasien (IKP) atau Patient Safety Incident adalah setiap kejadian
atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm yaitu
seperti penyakit, cedera, cacat, atau bahkan kematian yang tidak seharusnya terjadi.

Adapun jenis – jenis insiden dalam keselamatan pasien adalah :


a. Kondisi Potensial Cidera - KPC (A reportable circumtance) adalah situasi yang
sangat berpotensi untuk menimbulkan cidera tetapi belum terjadi cidera dan
kondisi atau situasi ini termasuk yang perlu untuk dilaporkan contohnya ruangan
ICU yang sangat sibuk tetapi jumlah personil selalu kurang (understaffed),
penempatan defibrilator di IGD ternyata diketahui bahwa alat tersebut rusak,
walaupun belum diperlukan.
b. Kejadian Nyaris Cidera – KNC (A near Miss) adalah terjadinya insiden yang
belum sampai terpapar atau terkena pasien, contohnya unit transfusi darah sudah
terpasang pada pasien yang salah tetapi kesalahan tersebut segera diketahui
sebelum transfusi dimulai sehingga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan,
c. Kejadian Tidak Cidera – KTC (A No Harm Incident) adalah suatu insiden yang
sudah terpapar ke pasien tetapi tidak timbul cidera, contohnya darah transfusi
yang salah sudah dialirkan tetapi tidak timbul gejala inkompatibiltas.
d. Kejadian Tidak Diharapkan – KTD (A Harmful incident/adverse event) adalah
insiden yang mengakibatkan cidera pada pasien, contohnya transfusi yang salah
mengakibatkan pasien meninggal karena reaksi hemolysis.

Setelah keempat jenis insiden di atas dapat dimengerti, maka ada satu kejadian lagi
yang sangat fatal dan penting untuk dilaporkan dalam keselamatan pasien yaitu
kejadian sentinel (sentinel event) yang artinya suatu Kejadian Tidak Diharapkan –
KTD yang mengakibatkan kematian atau cidera yang serius, biasanya dipakai untuk

7
kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima seperti operasi pada
bagian tubuh yang salah.

Setiap insiden dilaporkan secara internal kepada TKPRS (Tim Keselamatan Pasien
Rumah Sakit) dalam waktu paling lambat 2x24 jam sesuai format laporan yang ada.
TKPRS melakukan analisis dan memberikan rekomendasi serta solusi atas insiden
yang dilaporkan. TKPRS melaporkan hasil kegiatannya kepada rumah sakit. Rumah
sakit harus melaporkan insiden, analisis, rekomendasi dan solusi Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD) secara tertulis kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit. Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan
pengkajian dan memberikan umpan balik (feedback) dan solusi atas laporan secara
nasional (Permenkes 1691/Menkes/Per/VIII/2011).

C. Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit


Setiap rumah sakit wajib menerapkan Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Standar ini disusun merujuk pada “Hospital Patient Safety Standards” yang
dikeluarkan oleh “Joint Comission on Accreditation of Health Organizations, Illionis,
USA, tahun 2002 dan di Indonesia sudah dijadikan Permenkes
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang keselamatan pasien rumah sakit. Dalam
penerapannya, standar ini akan dinilai menggunankan Instrumen Akreditasi Rumah
Sakit.Adapun standar tersebut adalah sebagai berikut :
a. Hak Pasien
b. Mendidik pasien dan keluarga
c. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
d. Penggunaaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

D. Sasaran Keselamatan Pasien


Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit
yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini
mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari World Health
Organization (WHO) Patient Safety (2007) yang digunakan juga oleh Komite

8
Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KKP-RS, PERSI), dan dari Joint
Comission International (JCI).

Sasaran menyoroti bagian – bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan
menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti keahliaan atas
permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem yang baik secara intrinsik adalah untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin
sasaran secara umum difokuskan pada solusi – solusi yang menyeluruh.
Enam sasaran keselamatan pasien adalah tercapainya hal – hal sebagai berikut :
1) Sasaran I : Ketepatan Identifikasi Pasien Standar
2) Sasaran II : Peningkatan Komunikasi Yang Efektif
3) Sasaran III : Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (High – Alert).
4) Sasaran IV : Kepastian Tepat – Lokasi, Tepat – Prosedur, Tepat – Pasien Operasi.
a. Standar SKP 4 :
Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan sebuah proses untuk
memastikan bedah yng benar tempat, benar prosedur dan benar pasien.
b. Standar SKP 4.1:
Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan adanya waktu jeda diruang
operasi segera sebelum dimulainya bedah untuk memastikan bedah yang benar
– tempat, benar – prosedur dan benar – pasien.
c. Sasaran KP 4 dan 4.1 :
Bedah yang salah tempat, salah – prosedur dan salah – pasien merupakan
sesuatu yang secara mengkhawatirkan umum terjadi di rumah sakit. Kesalahan
ini adalah hasil dari komunikasi yang tidak efektif atau tidak memadai antara
anggota tim bedah, kurangnya keterlibatan pasien dalam penandaan tempat,
dan kurangnya prosedur untuk memverifikasi tempat bedah.
Selain itu assesmen pasien yang tidak memadai, rekam medis yang tidak
memadai, budaya yang tidak mendukung komunikasi yang terbuka antara
anggota tim bedah, masalah yang berkaitan dengan tulisan tangan yang tak
terbaca, dan penggunaan singkatan adalah faktor yang sering berkontribusi.

9
Bedah dan prosedur invasif mencakup semua prosedur yang menyelidiki dan /
atau mengobati penyakit dan gangguan dalam tubuh manusia melalui
pemotongan, penghilangan, penggantiaan, atau penyisipan lingkup diagnostik
atau teraupetik.

Organisasi perlu untuk mengidentifikasi semua area didalam rumah sakit


dimana prosedur bedah dan invasif terjadi; misalnya, laboratorium katerisasi
jantung, departemen intervensi radiologi, laboratorium gastrointestinal, dan
sejenisnya.

Pendekatan yang dilakukan di rumah sakit untuk memastikan bedah yang


benar – tempat, benar – prosedur, dan benar – pasien berlaku untuk semua
area rumah sakit dimana ada prosedur bedah invasif dan terjadi. Praktek
berbasis bukti dijelaskan di Protokol Universal Komisi Bersama untuk
mencegah bedah yang salah – tempat, salah – prosedur, dan salah – pasien.

Untuk mengurangi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan seperti yang


tersebut diatas, maka dibentuklah Joint Commision’s Universal Protokol.
Protokol Universal tersebut, antara lain:
a. Penandaan lokasi operasi.
1. Dokter melakukan penandaan lokasi operasi / prosedur di ruang rawat
dengan skin marker atau spidol 70 dengan melibatkan pasien. Paling
lambat penandaan dilakukan di ruang persiapan.

Gambar 1. Cara penulisan penandaan operasi

10
2. Kebijakan Penandaan Lokasi Operasi di RS Dr. Cipto Mangunkusumo,
Jakarta
a) Penandaan dilakukan pada semua kasus termasuk termasuk sisi
(lateral), multiple struktur (contoh: pada jari tangan, jari kaki, lesi) ,
dan multiple level (contoh: tulang belakang) dan dokumentasikan
pada formulir site marking (penandaan operasi), kecuali untuk
organ yang hanya ada 1 didalam tubuh (contoh: tindakan
laparaskopi, appendiktomi, SC, perianal, mukosa)
b) Penandaan pada prosedur untuk organ mata tetap dilakukan dengan
memberikan tanda pada dahi pasien sesuai sisi operasi dan
didokumentasikan pada site marking (penandaan operasi)
c) Pasien yang tidak dilakukan penandaan lokasi operasi / tindakan
infasif yaitu pasien bayi prematur, tindakan pada gigi, pasien luka
bakar, pasien yang menolak dilakukan penandaan, maka penandaan
dilakukan dengan cara memberi tanda pada formulir site marking
(penandaan operasi) (khusus pada gigi dilakukan juga penandaan
pada foto rongen gigi)
d) Penandaan lokasi operasi dengan menuliskan kata “YA“ pada
lokasi yang akan dilakukan operasi.
e) Perlu melibatkan pasien
f) Bahan penadaan harus tidak mudah luntur terkena
air/alkohol/povidon iodin/chlor hexidine
g) Dilakukan oleh dokter bedah yang akan melakukan tindakan
h) Dilakukan pada saat pasien terjaga/sadar jika memungkinkan dan
harus terlihat sampai saat akan disayat.

b. Verifikasi pra operasi


Perawat melakukan verifikasi pra operasi / prosedur terhadap:
a) Benar sisi / lokasi operasi , benar prosedur operasi dan benar pasien.
Perawat kamar operasi memastikan bahwa pasien yang dikirim ke
kamar operasi merupakan pasien yang benar, dengan tindakan operasi
yang tepat, dan dengan penandaan operasi yang benar sesuai dengan
prosedur operasi.

11
b) Benar dokumentasi (Surat persetujuan Tindakan Kedokteran, peralatan
dan imaging)
Perawat kamar operasi memastikan dokumentasi lengkap dan sesuai
dengan identitas pasien saat melakukan operan dengan perawat
ruangan, seperti surat persetujuan tindakan kedokteran baik bedah
maupun anestesi, formulir kunjungan pra anestesi, surat persetujuan
dilakukan tranfusi darah (bila perlu), formulir transfer pasien dari
ruang rawat ke kamar operasi, hasil pemeriksaan penunjang dan
imaging.

c) Peralatan/implan yang dibutuhkan


Perawat kamar operasi memastikan kelengkapan peralatan dan implan
yang mungkin dibutuhkan selama operasi.

Gambar 2. Contoh formulir yang dapat digunakan untuk verifikasi benar pasien, benar
prosedur operasi, benar lokasi operasi

12
c. Time out
a) Seluruh anggota tim operasi melakukan komunikasi secara verbal dan
mendokumentasikan prosedur time out sesaat sebelum
operasi/prosedur dengan menggunakan ceklis keselamatan
operasi/prosedur.

b) Formulir keselamatan operasi terdiri dari Sign in, Time out, dan Sign
out menurut WHO, 2009:
c) Sign in (dilakukan sesaat sebelum induksi anestesi
Yang harus dilakukan saat sign in antara lain:
1. Identifikasi pasien, prosedur, lokasi operasi dan persetujuan
operasi
2. Mesin anestesi dan obat-obatan lengkap
3. Pulse oksimetri terpasang dan berfungsi dengan baik
4. Pastikan ada alergi / tidak
5. Kemungkinan kesulitan jalan nafas atau aspirasi
6. Resiko kehilangan darah ≥ 500 cc
7. Pastikan implant tersedia

d) Time out (dilakukan sesaat sebelum insisi)


1. Konfirmasi seluruh anggota tim meliputi nama dan peran masing–
masing
2. Konfirmasi kembali nama pasien, prosedur operasi dan lokasi
operasi
3. Antibiotik sudah diberikn dalam 30-60 menit sebelumnya
4. Antisipasi kejadian kritis
 Dr bedah: berapa lama kemungkinan operasi, hala-hal yang
mungkin terjadi selama operasi, dan kemungkinan kehilangan
darah
 Dr anestesi: kemungkinan hal-hal khusus yang harus
diperhatikan dalam proses anestesi
 Perawat bedah: sterilitas dan kemungkinan instrumen
tambahan

e) Sign Out (dilakukan sesaat sebelum keluar dari kamar operasi)

13
Perawat melakukan konfirmasi secara verbal, bersama dokter bedah
dan anestesi mengenai:
1. Nama prosedur yang telah dilakukan
2. Memastikan hitungan kasa, jarum dan alat/hemostat harus lengkap
3. Specimen telah diberi label dengan tepat
4. Masalah peralatan yang harus ditangani
5. Memastikan implan terpasang baik dan berfungsi dengan baik
6. Dokumentasi intra operasi harus lengkap, antara lain: laporan
bedah, clinical pathway dan request pasca bedah
7. Dokter menginformasikan kepada perawat mengenai hal–hal yang
harus diperhatikan pasien berada di ruang recovery dan
manajemen pasien.

Gambar 3. Bentuk ceklis keselamatan pasien berdasarkan WHO 2009


The Swiss Cheese Theory

14
Menurut Fernando J. Kim, dkk, Current issues in patient safety in surgery : a review,
pssjournal.biomedcentral, 2015

Berdasarkan gambar swiss cheese diatas, tampak bahwa di gambar :


a) Dinyatakan bahwa ketika terjadi kesalahan pada saat penandaan posisi
operasi/site marking, kemudian di kamar operasi tidak dilakukan proses time
out, maka pasien akan menerima tindakan operasi pada posisi yang salah,
sedangkan pada gambar.

b) Dinyatakan bahwa ketika terjadi kesalahan pada saat penandaan posisi


operasi / site marking, kemudian di kamar operasi dilakukan proses time out,
maka kesalahan tindakan operasi dengan posisi yang salah dapat dicegah,
sehingga pasien menerima operasi yang benar.

d. Elemen Penilaian Sasaran IV :


1. Rumah sakit menggunakan tanda yang langsung dikenali untuk prosedur –
tempat bedah dan invasif yang konsisten diseluruh rumah sakit.
2. Prosedur – penandaan tempat bedah dan invasif dilakukan oleh orang
yang melakukan prosedur dan melibatkan pasien dalam proses penandaan.
3. Rumah sakit menggunakan daftar cek atau proses lain untuk
mendokumentasikan, sebelum prosedur, bahwa persetujuan yang
diinformasi sesuai prosedur; bahwa tempat yang benar, prosedur yang
benar, dan pasien yang benar telah diidentifikasi; dan bahwa semua
15
dokumen dan teknologi medis yang diperlukan tersedia, benar, dan
fungsional.

e. Elemen Penilaian Sasaran IV. 1:


1. Seluruh anggota tim bedah melakukan dan mendokumentasikan prosedur
waktu jeda diarea dimana operasi / prosedur invasif akan dilakukan, tepat
sebelum memulai operasi / prosedur invasif.
2. Komponen waktu jeda termasuk identifikasi pasien yang benar, sisi dan
tempat yang benar, kesepakatan prosedur yang harus dilakukan, dan
konfirmasi bahwa proses verifikasi telah selesai.
3. Ketika operasi dilakukan, termasuk prosedur medis dan gigi dilakukan
dalam pengaturan selain ruang operasi, rumah sakit menggunakan proses
yang seragam untuk memastikan tempat yang benar, prosedur yang benar,
dan pasien yang benar.
5) Sasaran V : Mengurangi Resiko Infeksi Yang Berhubungan Dengan Perawatan
Kesehatan.
a. Standar SKP 5
Rumah sakit mengadopsi dan menerapkan pedoman kebersihan tangan
berbasis bukti untuk mengurangi resiko infeksi terkait perawatan kesehatan.
b. Sasaran KP 5:
Pencegahan dan pengendalian infeksi menantang dalam sebagian besar setting
perawatan kesehatan, dan peningkatan tingkat infeksi terkait perawatan
kesehatan merupakan perhatian utama bagi pasien dan praktisi kesehatan.
Infeksi yang lazim terjadi dalam semua setting layanan kesehatan adalah
infeksi kateter terkait saluran kemih, infeksi aliran darah, dan pneumonia
(sering dikaitkan dengan ventilasi mekanik).

Hal penting dalam upaya penghilang infeksi ini dan yang lainnya adalah
menjaga kesehatan tangan. Pedoman kebersihan tangan yang diterima secara
internasional dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Rumah sakit mengadopsi dan menerapkan pedoman kebersihan tangan


berbasis bukti yang saat ini tersedia. Pedoman kebersihan tangan ditempatkan
di area – area yang tepat, dan staf dididik prosedur mencuci tangan dan

16
menghilangkan kuman di tangan yang tepat. Sabun, disinfektan, dan handuk
atau alat pengering diletakkan diarea dimana prosedur mencuci tangan dan
menjaga kebersihan tangan dari kuman diharuskan.

c. Elemen Penilaian SKP 5 :


1. Rumah Sakit telah mengadopsi pedoman kebersihan tangan berbasis bukti
yang saat ini diterbitkan.
2. Rumah sakit menerapkan program kebersihan tangan yang efektif
diseluruh rumah sakit.
3. Prosedur mencuci tangan dan menjaga kebersihan tangan dari kuman
digunakan sesuai dengan pedoman kebersihan tangan di seluruh rumah
sakit.

Berikut lampiran Pencegahan Pengendalian Infeksi :

Gambar diatas merupakan langkah cuci tangan menurut standart WHO dan
momen dalam cuci tangan.

17
Gambar diatas merupakan Formulir Surveilans PPI di RSUD Johar Baru.

6) Sasaran VI : mengurangi Resiko Bahaya Pasien Akibat Jatuh.


a. Standar SKP 6:
Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan sebuah proses untuk
mengurangi resiko bahaya yang terjadi pada pasien akibat jatuh.
b. Sasaran KP 6:
Banyak luka di rumah sakit yang terjadi baik pada pasien rawat inap maupun
rawat jalan disebabkan oleh jatuh. Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan
penderita atau saksi mata yang melibatkan kejadian mengakibatkan seseorang
mendadak terbaring, terduduk di lantai/tempat yang lebih rendah, dengan atau
tambah kehilangan kesadaran atau luka. ( Reuben, 1996 )

Resiko jatuh terkait dengan pasien, situasi, dan / atau lokasi. Resiko yang
terkait dengan pasien termasuk riwayat jatuh, obat yang diguanakan, konsumsi
alkohol, gangguan jalan atau keseimbangan, tunanetra, perubahan status
mental, dan sejenisnya. Pasien yang sejak awal dinilai memiliki resiko rendah

18
untuk jatuh bisa tiba – tiba menjadi memiliki resiko yang tinggi. Alasannya
meliputi, tapi tidak terbatas pada, operasi dan / atau anestesi, perubahan
kondisi pasien yang mendadak, dan penyesuaian dengan obat.

Penyebab Jatuh

No Penyebab jatuh Keterangan

1 Kecelakaaan Kecelakaan murni ( terantuk, terpeleset dll)


Interaksi antara bahaya lingkungan dan faktor yang
meningkatkan kerentanan

2 Sinkop Hilang kesadaran mendadak


Drop Attack Kelemahan tungkai bawah mendadak yang menyebabkan
jatuh tanpa kehilangan kesadaran

3 Dizziness dan/atau Penyakit vestibular, penyakit sistem saraf pusat


vertigo

4 Hipotensi Hipovolemia dan kardiak output yang rendah, disfungsi


ortostatik otonom, gangguan aliran darah balik vena, tirah baring
lama, hipotensi akibat obat-obatan, hipotensi
postprandial.

5 Obat-obatan Diuretik, antihipertensi, antidepresi golongan trisiklik,


sedatif, antipsikotik, hipoglikemia, alcohol

6 Proses penyakit Berbagai penyakit akut


Kardiovaskular :aritmia, penyakit katup jantung
( stenosis aorta), sinkop dan karotid.
Neurologis : TIA, stroke akut, gangguan kejang, penyakit
parkinson, spondilosis lumbar atau servikal ( dengan
kompresi pada korda spinalis atau cabang saraf ),
penyakit cerebelum, hidrocephalus tekanan normal
( gangguan gaya berjalan ), lesi sistem saraf

19
pusat( tumor, hematom subdural )

7 Idiopatik Tidak ada penyebab yang dapat diindentifikasi

Kriterian yang didokuemtasikan mengidentifikasi jenis pasien yang dianggap


beresiko tinggi untuk jatuh. Dalam konteks populasi yang dilayani, layanan
yang disediakan, dan fasilitas yang dimilik, rumah sakit harus mengevaluasi
kasus pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi resiko jatuh dan
resiko cidera jika jatuh terjadi.

Sebuah program untuk mengurangi kasus jatuh melibatkan asesmen resiko dan
asesmen ulang secara berkala populasi pasien tertentu dan / atau lingkungan
dimana perawatan dan layanan disediakan (seperti yang dilakukan selama tour
keamanan berkala). Rumah sakit memiliki tanggung jawab untuk
mengidentifikasi lokasi (seperti unit terapi fisik), situasi (seperti pasien yang
datang dengan ambulans, pemindahan pasien dari kursi roda atau kereta, atau
penggunaan alat untuk mengangkat pasien), dan jenis pasien (sepertipasien
yang memiliki gangguan berjalan atau keseimbangan, tunanetra, perubahan
status mental, dan sejenisnya) yang beresiko tinggi untuk jatuh.

20
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Keselamatan pasien (Patient safety) adalah pasien bebas dari harm/cedera yang tidak
seharusnya terjadi atau bebas dari harm yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera
fisik, sosial, psikologi, cacat, kematian dan lain-lain), terkait dengan pelayanan
kesehatan.

Pada makalah sudah dijelaskan bahwasanya terdapat 6 sasaran keselamatan pasien


yaitu diantaranya : 1. Ketepatan identifikasi pasien, 2. Peningkatan komunikasi yang
efektif, 3. Peningkatan kewaspadaan terhadap high alert drugs, 4. Kepastian tepat-
lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-pasien operasi, 5. Pengurangan risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan, 6. Pengurangan risiko pasien jatuh.

Perawat dituntut untuk dapat menghindari apa yang dapat menyebabkan suatu
kejadian pada pasien. Oleh sebab itu setiap Rumah Sakit harus menerapkan 6 Sasaran
Keselamatan Pasien sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Adapun tujuan dari keselamatan pasien di rumah sakit adalah agar terciptanya budaya
keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap
pasien dan masyarakat, menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah
sakit dan terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Agency for Healthcare Research and Quality. Patient Safety Primers: Medication
Errors. 2012

Sri,Nining,.”Pengetahuan Penerapan Keselamatan Pasien(Patient Safety),


Jurnal.uym.ac.id,diakses pada 21 Maret 2023, https://scholar.google.com/scholar?
start=60&q=sasaran+keselamatan+pasien.

Winda,Sari.,”Implementasi Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah Sakit”,osf.io,


diakses pada 21 Maret 2023, https://scholar.google.com/scholar?
start=80&q=sasaran+keselamatan+pasien

22

Anda mungkin juga menyukai