PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk Fasilitas Kesehatan.
Ada lima isu penting yeng terkait dengan keselamatan (safety) di Fasilitas Kesehatan yaitu:
keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan
bangunan dan peralatan di Fasilitas Kesehatan yang bisa berdampak terhadap keselamatan
pasien dan petugas, kesehatan lingkungan yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan
dan keselamatan Fasilitas Kesehatan yang terkait dengan kelangsungan hidup Fasilitas
Kesehatan. Kelima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap
Fasilitas Kesehatan.
Pada tahun 2000 Institute of Medicine di Amerika Serikat melaporkan TO ERR IS
HUMAN, Building a Safer Health System. Di Utah dan Colorado ditemukan KTD (Adverse
Event) sebesar 2,9 %, dimana 6,6 % diantaranya meninggal. Sedangkan di New York KTD
adalah sebesar 3,7 % dengan angka kematian 13,6 %. Angka kematian akibat KTD pada
pasien rawat inap di seluruh Amerika berjumlah 33,6 juta pertahun berkisar 44.000-98.000
pertahun. Menurut WHO tahun 2004, mengumpulkan angka- angka penelitian di rumah sakit
diberbagai Negara : Amerika, Inggris, Denmark dan Australia, ditemukan KTD dengan
rentang 3,2-16,6 %. Oleh karena itu diberbagai Negara segera melakukan penelitian dan
mengembangkan Sistem Keselamatan Pasien.
Mengingat keselamatan pasien merupakan fokus utama di Fasilitas Kesehatan dan sering
menjadi tuntutan masyarakat, maka pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit
harus dilakukan. Berdasarkan hal tersebut diatas Fasilitas Kesehatan akan melaksanakan
upaya keselamatan pasien, dimana rumah sakit membuat pedoman keselamatan pasien,
sehingga asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Keselamatan pasien telah menjadi bagian dari kesadaran dan kebutuhan bersama serta
merupakan komitmen global dalam meningkatkan kualitas dan akuntabilitas dalam pelayanan
kesehatan, maka diperlukan gerakan nasional keselamatan pasien yang lebih komprehensif
dengan melibatkan berbagai kalangan. Karena itu diperlukan acuan yang jelas yang jelas
untuk implementasinya.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Memberikan informasi dan acuan bagi Puskesmas Bojong dalam melaksanakan sistem
keselamatan pasien Puskesmas Bojong sehingga tercipta budaya keselamatan pasien dan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
2. Tujuan Khusus
a. Terlaksananya program keselamatan pasien Puskesmas Bojong secara sistematis dan
terarah
b. Terlaksananya sistem pelaporan insiden keselamatan pasien di Puskesmas Bojong
c. Terbangunnya kesadaran seluruh staf Puskesmas Bojong tentang budaya keselamatan
pasien.
C. Sasaran
1. Kepala Puskemas Bojong menerima laporan insiden keselamatan pasien dari Tim
keselamatan pasien
2. Tim mutu menjalankan tugas sebagai Tim Keselamatan Pasien Puskesmas Bojong
3. Kepala unit pelayanan
4. Seluruh staf Puskesmas Bojong
BAB II
WHO menjelaskan secara singkat tentang apa itu keselamatan pasien sebagai berikut:
Patient safety is the absence of perventable harm to a patient during the process of health
care. The discipline of patient safety is the coordinated efforts to prevent harm, caused by the
process of health care itself, from occuring to patients. Over the past ten years, patient safety
has been increasingly recognized as an issue of global importance, but much work remains to
be done. Dari penjelasan tersebut perlu digaris bawahi bahwa intinya keselamatan pasien
terkait dengan asuhan pasien, insiden yang dapat dicegah atau yang seharusnya tidak terjadi,
dan sudah dikategorikan sebagai suatu disiplin.
B. Tujuan
C. Dasar Hukum
PENGORGANISASIAN/PENGELOLAAN
Komite mutu memiliki susunan organisasi dan keanggotaan yang dibentuk oleh Direktur
Rumah Sakit dan ditetapkan dengan Surat Keputusan (SK). Dalam susunan organisasi tersebut
komite mutu berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Puskesmas. Dalam rangka
efektifitas dan efisiensi penyelenggraan tata kelola mutu puskesmas, komite lainnya (komite
keselamatan pasien dan komite manajemen risiko) dapat diintegrasikan dengan komite mutu
yaitu dengan membentuk subkomite keselamatan pasien dan subkomite manajemen risiko.
PENASEHAT
KEPALA PUSKESMAS
KETUA
TIM MUTU DAN KESELAMATAN
PASIEN
Keselamatan
Tim Profesi Kerja
Pemantau
Jadwal kegiatan
2023
No Kegiatan Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov Des
1 Membuat menyusun X
pedoman keselamatan
pasaien dan panduan
system pencatatan dan
pelaporan insiden
keselamatan pasien (IKP)
2 Sosialisasi sasaran X
keselamatan pasien
panduan system
pencatatan dan pelaporan
insiden keselamatan
pasien (IKP)
3. Memonitor capaian X x
sasaran keselamatan
pasien
4. Melaksanakan pencatatan X x X x x x x
dan pelaporan sentinel,
KTD, dan KNC
5. Melakukan analisis X x
kejadian KTD dan KNC
6. Melakukan tindak lanjut X x
A. Peran dan Fungsi Tim Mutu Keselamatan Pasien
Dalam melaksnaakan tugas pelaksanaan dan evaluasi keselamatan pasien, Komite Mutu
memiliki fungsi:
1. Penyusunan kebijakan, pedoman dan program kerja terkait keselamatan pasien Puskesmas
Bojong
2. Pemberian masukan dan pertimbangan kepada Kepala Puskesmas Bojong dalam rangka
pengambilan kebijakan keselamatan pasien
3. Pemantauan dan memandu penerapan keselamatan pasien di unit kerja
4. Motivasi, edukasi, konsultasi, pemantauan dan penilaian tentang peneraparan program
keselamatan pasien
5. Pencatatan, analisis dan pelaporan insiden, termasuk melakukan Root cause Analysis
(RCA), dan pemberian solusi untuk meningkatkan keselamatan pasien
6. Pelaporan insiden secara kontinu sesuai dengan ketentuan pertauran perundang- undangan
7. Melaksanakan pelatihan keselamatan pasien,
8. Penyususnan laporan pelaksanaan program keselamatan pasien
A. Keselamatan Pasien adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan pasien lebih
aman. Sistem tersebut meliputi assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya
dilakukan.
B. WHO Patient Safety mendefinisikan : Patient safety is the absence of preventable harm to a
patient during the process of health care.
C. Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cedera, penderitaan, cacat, dan kematian) yang
tidak seharusnya terjadi.
D. Laporan Insiden Keselamatan Pasien adalah laporan tertulis atau suatu sistem untuk
mendokumentasikan insiden yang tidak disengaja dan tidak diharapkan, yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien. Sistem ini juga
mendokumentasikan kejadian-kejadian yang tidak konsisten dengan operasional rutin rumah
sakit atau asuhan pasien.
E. Kejadian Potensial Cedera (KPC) atau “reportable circumstance” adalah kondisi atau situasi
yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden. Contoh: Alat
defibrilator di IGD rusak, ICU yang dalam kondisi jumlah tenaga yang kurang
F. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) atau “Near miss”
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) merupakan terjadinya insiden yang belum sampai terpapar
pada pasien sehingga tidak menyebabkan cedera ke pasien. KNC adalah kejadian yang tidak
diinginkan, namun sudah terjadi kesalahan prosedur, tetapi kesalahan prosedur ini belum
sampai kepada pasien.
G. Kejadian Tidak Cedera (KTC)
Kejadian Tidak Cedera (KTC) merupakan kejadian yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak
timbul cedera. Dalam hal ini sudah terjadi suatu kesalahan medis, namun karena beberapa hal
pasien tidak sampai mengalami cedera. Kejadian Tidak Cedera adalah insiden yang sudah
terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera apapun pada pasien, hal ini dapat terjadi karena
adanya faktor lain seperti keberuntungan atau adanya faktor yang memperingan keadaan
pasien atau kejadian tersebut segera diketahui sehingga tidak sampai mencederai pasien.
Keberuntungan yang terjadi misalnya pasien sebenarnya memiliki alergi terhadap steroid,
namun saat meminum obat steroid tersebut tidak timbul reaksi alergi obat.
H. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) atau “Adverse event”
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan insiden yang mengakibatkan cedera pada
pasien. KTD adalah suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan yang
terjadi pada pasien, kejadian ini dapat dikarenakan seorang petugas medismelakukan suatu
tindakan (commision), dan bukan karena akibat dari kondisi penyakit pasien tersebut. KTD
dalam hal ini memiliki pengertian bahwa walaupun pasien mengalami cedera namun pasien
dapat sembuh ke kondisi semula, tetapi membutuhkan perawatan atau penanganan walaupun
dalam waktu yang lama.
I. Kejadian Sentinel merupakan suatu Kejadian Tidak Diharapkan yang mengakibatkan
kematian, cedera permanen, atau cedera berat yang temporer dan membutuhkan intervensi
untuk mempertahankan kehidupan, baik fisik maupun psikis, yang tidak terkait dengan
perjalanan penyakit atau keadaan pasien. Kejadian sentinel ini merupakan kejadian dimana
kejadian tersebut sangat tidak diharapkan dan tidak dapat diterima, seperti:
a. Operasi pada bagian tubuh yang salah
b. Amputasi pada kaki yang salah, dsb sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.
J. RCA (Root Cause Analysis) adalah : metode evaluasi terstruktur untuk identifikasi akar
masalah dari kejadian yang tidak diharapkan dan tindakan adekuat untuk mencegah kejadian
yang sama terulang kembali.
K. FMEA (Failure Mode & Effect Analysis) adalah metode perbaikan kinerja yang dilakuan
secara proaktif dengan melakukan identifikasi dan mencegah potensi kegagalan sebelum
terjadi yang bertujuan untuk meningkatkan keselamatan pasien.
L. Risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang berdampak negatif terhadap
pencapaian sasaran organisasi
M.Manajemen Risiko (Man Risk) adalah proses yang proaktif dan kontinu meliputi identifikasi,
analisis, evaluasi, pengendalian, informasi komunikasi, pemantauan, dan pelaporan risiko,
termasuk berbagai strategi yang dijalankan untuk mengelola risiko dan potensinya.
N. Risiko Klinis adalah semua isu yang dapat berdampak terhadap pencapaian pelayanan pasien
yang bermutu, aman dan efektif
O. Risiko Non Klinis adalah semua isu yang dapat berdampak terhadap tercapainya tugas
pokok dan kewajiban hukum dari puskesmas Bojong sebagai korporasi
BAB V
Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu ditangani segera di
rumah sakit maka diperlukan standar keselamatan pasien Puskesmas Bojong yang merupakan
acuan bagi Puskesmas Bojong untuk melaksanakan kegiatannya. Standar keselamatan pasien
wajib diterapkan di Puskesmas Bojong dan penilaiannya dilakukan dengan menggunakan
Instrumen Akreditasi Puskesmas Bojong.
Standar keselamatan pasien Puskesmas Bojong tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan peningkatan
keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
1. Standar :
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana dan
hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.
2. Kriteria :
a. Ada Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP).
b. Dokter penanggung jawab pelayanan membuat rencana pelayanan.
c. Dokter penanggung jawab pelayanan memberikan penjelasan secara jelas dan benar
kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau
prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.
1. Standar :
Puskesmas Bojong harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung
jawab pasien dalam asuhan pasien.
2. Kriteria :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien yang
merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di Puskesmas Bojong ada sistem dan
mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien
dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat :
a. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit.
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
1. Standar :
Puskesmas Bojong menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan dan
menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
2. Kriteria :
a. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat
pasien keluar dari Puskesmas Bojong.
b. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan kelayakan
sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi
antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
c. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk
memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan
rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
d. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat
tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
Standar IV. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
1. Standar :
Puskesmas Bojong harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada,
memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif
insiden, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
2. Kriteria :
a. Setiap Puskesmas Bojong harus melakukan proses perancangan (design) yang baik,
mengacu pada visi, misi, dan tujuan fasilitas pelayanan kesehatan, kebutuhan pasien,
petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-
faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan “Tujuh Langkah menuju
Keselamatan Pasien Puskesmas Bojong”.
b. Puskesmas Bojong melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain terkait dengan :
pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan.
c. Puskesmas Bojong melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua insiden, dan secara
proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
d. Puskesmas Bojong menggunakan semua data dan informasi hasil analisis untuk
menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien
terjamin.
1. Standar :
a. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara
terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan ”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan
Pasien Puskesmas Bojong”.
b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi Kejadian Tidak Diharapkan.
c. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.
d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, dan
meningkatkan kinerja Puskesmas Bojong serta meningkatkan keselamatan pasien.
2. Kriteria :
1. Standar :
a. Puskesmas Bojong memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap
jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas.
b. Puskesmas Bojong menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisipliner dalam pelayanan pasien.
2. Kriteria :
a. Puskesmas Bojong memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baru
yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing.
b. Puskesmas Bojong harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
in-service training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
c. Puskesmas Bojong harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok
(teamwork) guna mendukung pendekatan interdisipliner dan kolaboratif dalam rangka
melayani pasien.
Standar VII. Komunikasi sebagai kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
1. Standar :
a. Puskesmas Bojong merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.
b. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
2. Kriteria :
a. Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk
memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
b. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada.
BAB VI
Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas Bojong adalah sebagai berikut:
Puskesmas Bojong menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil. Langkah
penerapan :
Puskesmas Bojong telah memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang harus dilakukan staf
segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah-langkah pengumpulan fakta harus dilakukan
dan dukungan apa yang harus diberikan kepada staf, pasien dan keluarga
a. Puskesmas Bojong telah memiliki kebijakan dan prosedur yang menjabarkan peran dan
akuntabilitas individual bilamana ada insiden.
b. Puskesmas Bojong telah berupaya menumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari
insiden yang terjadi di rumah sakit.
c. Puskesmas Bojong melakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian
keselamatan pasien.
2. Tingkat Unit Kerja/Tim
a. Pimpinan memastikan semua rekan sekerja merasa mampu untuk berbicara mengenai
kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden.
b. Pimpinan mendemonstrasikan kepada seluruh personil ukuran-ukuran yang dipakai di
Puskesmas Bojong untuk memastikan semua laporan dibuat secara terbuka dan terjadi
proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan/solusi yang tepat.
B. Pimpin dan Dukung Staf Puskesmas Bojong
Rumah Sakit membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan Pasien
di seluruh jajaran Puskesmas Bojong.
Langkah penerapan :
Puskesmas Bojong mengembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta melakukan
identifikasi dan asesmen hal yang potensial bermasalah:
Langkah penerapan :
Langkah penerapan :
Seluruh staf harus mampu untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan
mengapa KTD itu timbul.
Langkah penerapan :
1. Tingkat Puskesmas Bojong:
a. Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden secara tepat, yang
dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab.
b. Mengembangkan kebijakan kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause
Analysis/RCA).
2. Tingkat Unit/Tim :
a. Melakukan pembelajaran di lingkup unit dari analisa insiden keselamatan pasien.
b. Mengidentifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di masa depan dan
membagi pengalaman tersebut secara lebih luas.
G. Cegah Cedera Melalui Implementasi Sistem Keselamatan Pasien
Rumah Sakit menggunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan
perubahan pada sistem pelayanan.
Langkah penerapan :
1. Tingkat Puskesmas Bojong:
a. Menggunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan,
asesmen risiko, investigasi insiden, dan audit serta analisis, untuk menentukan solusi.
b. Melakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang direncanakan.
c. Memonitor dampak dari perubahan-perubahan tersebut.
d. Mengimplementasikan solusi yang sudah dikembangkan eksternal/oleh Puskesmas Bojong
lain.
2. Tingkat Unit/Tim :
a. Melibatkan personil dalam mengembangkan cara asuhan pasien menjadi lebih baik dan
lebih aman.
b. Telah kembali perubahan-perubahan yang telah dibuat untuk memastikan kelanjutannya.
c. Memastikan seluruh personil menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang
insiden yang dilaporkan.
BAB VII
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.
Langkah Penerapan:
1. Puskesmas mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang diterbitkan
dan sudah diterima secara umum (al. Dari WHO Patient Safety).
2. Puskesmas menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan secara
berkelanjutan risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko pasien dari cedera
karena jatuh
Langkah Penerapan:
1. Puskesmas menerapkan proses asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan asesmen
ulang terhadap pasien bila diinsikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada hasil
asesmen dianggap berisiko.
BAB VIII
A. Definisi
Insiden Keselamatan Pasien (IKP) merupakan suatu kejadian yang tidak disengaja ketika
memberikan asuhan kepada pasien (Care Management Problem/CMP) atau kondisi yang
berhubungan dengan lingkungan di Puskesmas termasuk infrastruktur, sarana prasarana (Service
Delivery Problem/SDP), yang dapat berpotensi atau telah menyebabkan bahaya bagi pasien.
Laporan insdien keselamatan pasien adalah laporan tertulis atau suatu sistem untuk
mendokumentasikan insiden yang tidak disengaja dan tidak diharapkan, yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien. Sistem ini juga
mendokumentasikan kejadian-kejadian yang tidak konsisten dengan operasional rutin rumah
sakit atau asuhan pasien.
Cedera permanen adalah dampak yang dialami pasien yang bersifat irreversibel akibat
insiden yang dialaminya misalnya kecacatan, kelumpuhan, kebutaan, tuli dan lain- lainnya.
Cedera berat yang bersifat sementara adalah cedera yang bersifat kritis dan dapat mengancam
nyawa yang berlangsung dalam suatu kurun waktu tanpa terjadi cedera permanen/gejala sisa,
namun kondisi tersebut mengharuskan pemindahan pasien ke tingkat perawatan yang lebih
tinggi/pengawasan pasien untuk jangka waktu yang lama, pemindahan pasien ke tingkat
perawatan yang lebih tinggi karena adanya kondisi yang mengancam nyawa, atau penambahan
operasi besar, tindakan, atau tata laksana untuk menanggulangi kondisi tersebut.
Grade biru :Investigasi sederhana oleh atasan langsung, dengan kurun waktu tidak
melebihi 7 (tujuh) hari
Grade hijau :Investigasi sederhana oleh atasan langsung, dengan kurun waktu tidak
melebihi 14 (empat belas) hari
Grade kuning :Investigasi komprehensif/Analisis akar masalah/RCA oleh Tim KPRS,
dengan kurun waktu 45 (empat puluh lima) hari
f. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil investigasi dan laporan
insiden dilaporkan ke Tim mutu keselamatan pasien
g. Tim KP akan menganalisa kembali hasil investigasi dan laporan insiden untuk menentukan
apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan (RCA) dengan melakukan Regrading.
h. Untuk grade kuning/merah, tim KP akan melakukan analisis akar masalah/Root Cause
Analysis (RCA)
i. Setelah melakukan RCA, Tim KP akan membuat laporan dan rekomendasi untuk
perbaikan serta “Pembelajaran” berupa: petunjuk untuk mencegah kejadian yang sama
terulang kembali.
j. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada kepala puskesmas
k. Rekomendasi untuk “Perbaikan dan Pembelajaran” diberikan umpan balik kepada unit
kerja terkait serta sosialisasi kepada seluruh unit di puskesmas
l. Unit kerja membuat analisa dan trend kejadian di satuan kerjanya masing- masing
m. Monitoring dan evaluasi perbaikan oleh tim mutu keselamatan pasien
2. Mekanisme Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien ke KNKP – Komite Nasional Keselamatan
Pasien (Eksternal)
Untuk kejadian Sentinel Laporan hasil investigasi sederhana/analisis akar masalah/RCA yang
terjadi pada pasien dan telah mendapatkan rekomendasi dan solusi oleh Tim KP
(internal)/kepala Puskesmas. Laporan dilakukan dengan melakukan entry data dikirim ke
KNKP melalui aplikasi mutu fasyankes (http://mutufasyankes.kemkes.go.id) dengan
menggunakan username dan password puskesmas untuk menjamin kerahasiaan sumber
informasi.
D. Analisis Matriks Grading Risiko
Penilaian matriks grading risiko adalah suatu metode analisa kualitatif untuk menentukan derajat
risiko austu insiden berdasarkan dampak dan probabilitasnya.
1. Dampak (Consequences)
Penilaian dampak/akibat suatu insiden adalah seberapa berat akibat yang dialami pasien mulai
dari tidak ada cedera sampai meninggal (tabel 1)
2. Probabilitas / Frekuensi / Likelihood
Penilaian tingkat probabilitas / frekuensi risiko adalah seberapa seringnya insiden tersebut
terjadi (tabel 2)
Tabel 1.
Penilaian Dampak Klinis / Konsekuensi / Severity
Tingkat
Risik o Deskripsi Dampak
Tabel 2.
Penilaian Probabilitas / Frekuensi
Tingkat
Ris iko
Setelah nilai dampak dan probabilitas diketahui, dimasukkan dalam Tabel Matriks Grading
Risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari warna bands risiko.
1. Skor Risiko
Tabel 3.
Matriks Grading Risiko
Tidak
signifikan
Probability Minor Moderat Mayor Katastropik
Sangat sering
terjadi Moderate Moderate Tinggi Ekstrem Ekstrem
(tiap
minggu /
bulan)
5
Sering Moderate Moderate Tinggi Ekstrem Ekstrem
terjadi
( beberapa
kali / tahun )
4
Mungkin Rendah Moderate Tinggi Ekstrem Ekstrem
terjadi
( 1- 2tahun /
kali )
3
Jarang Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrem
terjadi
( 2-5 tahun /
kali )
2
Sangat
jarang Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrem
terjadi
Tabel 4.
Tindakan sesuai Tingkat dan Bands Risiko
BAB IX
A. Membentuk Tim Keselamatan Pasien Puskesmas Bojong yang ditetapkan oleh Kepala
Puskesmas sebagai pelaksana kegiatan keselamatan pasien
B. Menerapkan Standar Keselamatan Pasien
C. Mengupayakan pemenuhan Sasaran Keselamatan Pasien
D. Melaksanakan sistem pelaporan insiden yang dilakukan di internal Puskesmas Bojong dan
kepada Komite Keselamatan Pasien Puskesmas Bojong.
Kewenangan dan tanggung jawab untuk menerapkan keselamatan pasien dan upaya
perbaikan pelayanan kesehatan sebagai prioritas strategik ada pada para pimpinan Puskesmas
Bojong dan harus dimulai dari para pimpinan di Puskesmas Bojong. Untuk itu para pimpinan
Puskesmas Bojong wajib melaksanakan kegiatan-kegiatan keselamatan pasien, antara lain:
BAB X
BAB XI
BAB XII
PENUTUP
Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan di puskesmas
bojong maka pelaksanaan kegiatan keselamatan pasien puskesmas bojong sangatlah penting.
Melalui kegiatan ini diharapkan terjadi penekanan/penurunan insiden sehingga dapat lebih
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh puskesmas
bojong. Pedoman keselamatan pasien merupakan never ending proses, karena itu diperlukan
budaya termasuk motivasi yang tinggi untuk bersedia melaksanakan program keselamatan pasien
secara berkesinambungan dan berkelanjutan.
Sistem pelaporan insiden di puskesmas bojong merupakan awal proses analisis dan
investigasi insiden. bbnbnDiharapkan Pedoman Keselamatan Pasien ini dapat menjadi acuan
bagi puskesmas bojong untuk melaksanakan sistem pelaporan dan analisis di puskesmas bojong.
Dengan meningkatnya jumlah laporan insiden akan tergambarnya budaya dan motivasi untuk
meningkatkan keselamatan pasien dan mutu pelayanan kepada pasien. Hasil analisis insiden akan
menjadi pembelajaran untuk mencegah kejadian yang sama terulang kembali di kemudian hari.