DAFTAR ISI
BAB I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan Pedoman
1.3. Ruang Lingkup Pelayanan
1.4. Batasan Operasional
1.5. Landasan Hukum
BAB II. Standar Ketenagaan
2.1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
2.2. Distribusi Ketenagaan
2.3. Pengaturan Jaga
BAB III. Standar Fasilitas
3.1. Denah Ruang
3.2. Standar Fasilitas
BAB IV. Tata Laksana Pelayanan
4.1. Pengembangan Program Keselamatan Pasien
4.2. Penyusunan Kebijakan Dan Prosedur Terkait Dengan Program
Keselamatan Pasien
4.3. Motivasi, Edukasi, Konsultasi, Monitoring Dan Evaluasi Terapan Program
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
4.4. Pendidikan Dan Pelatihan Internal Rumah Sakit Terkait Keselamatan
Pasien.
4.5. Pencatatan, Pelaporan Insiden, Analisa Insiden, Mengembangkan Solusi
Untuk Pembelajaran.
4.5.1. Pencatatan Dan Pelaporan Insiden Internal RS.
4.5.2. Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien Ke Tim KKPRS Nasional.
4.6. Membuat Laporan Kegiatan Kepada Kepala Rumah Sakit.
BAB V. Logistik.
BAB VI. Keselamatan Pasien.
BAB VII. Keselamatan Kerja.
BAB VIII. Pengendalian Mutu.
8.1. Indikator Keselamatan Pasien.
BAB IX. Penutup.
BAB I PENDAHULUAN.
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada
lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu :
keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang
berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” rumah sakit
yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Ke lima aspek keselamatan
tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap rumah sakit. Namun harus
diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan apabila ada pasien. Karena itu
keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan, dan hal tersebut
terkait dengan isu mutu dan citra rumah sakit. Harus diakui, pelayanan kesehatan pada
dasarnya adalah untuk menyelamatkan pasien sesuai dengan yang diucapkan
Hipocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu yaitu primum, non nocere (first, do no harm).
Namun diakui dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan
kesehatan – khususnya di rumah sakit – menjadi semakin kompleks dan berpotensi
terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan – KTD (adverse event) apabila tidak dilakukan
dengan hati-hati.
Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak alat
dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang siap
memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus. Keberagaman dan kerutinan
pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan terjadinya
KTD.
Pada tahun 2000 Institute of Medicine di Amerika Serikat menerbitkan laporan yang
mengagetkan banyak pihak: „TO ERR IS HUMAN”, Building a Safer Health System.
Laporan itu mengemukakan penelitian di rumah sakit di Utah dan Colorado serta New
York. Di Utah dan Colorado ditemukan KTD
(adverse event) sebesar 2,9 %, dimana 6,6 % diantaranya meninggal. Sedangkan di
New York KTD adalah sebesar 3,7 % dengan angka kematian 13,6 %. Angka kematian
akibat KTD pada pasien rawat inap diseluruh Amerika yang berjumlah 33,6 juta per
tahun berkisar 44.000-98.000 per tahun. Publikasi WHO pada tahun 2004,
mengumpulkan angka-angka penelitian rumah sakit di berbagai negara : Amerika,
Inggris, Denmark, dan Australia, ditemukan KTD dengan rentang 3,2-16,6 %. Dengan
data-data tersebut, berbagai negara segera melakukan penelitian dan mengembangkan
Sistem Keselamatan Pasien.
Di Indonesia data tentang KTD apalagi Kejadian Nyaris Cedera (near miss) masih
langka, namun dilain pihak terjadi peningkatan tuduhan “mal praktek”, yang belum
tentu sesuai dengan pembuktian akhir. Dalam rangka meningkatkan keselamatan
pasien di rumah sakit maka Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) telah
mengambil inisiatif membentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS).
Komite tersebut telah aktif melaksanakan langkah-langkah persiapan pelaksanaan
keselamatan pasien rumah sakit dengan mengembangkan laboratorium program
keselamatan pasien rumah sakit.
a. Keadaan.
3. Harm/cedera.
Dampak yang terjadi akibat gangguan struktur atau penurunan fungsi tubuh dapat
berubah fisik, psikologis dan social. Yang termasuk harm/cedera adalah: “Penyakit,
cedera fisik/psikologis/social, penderitaan, cacad dan kematian”.
4. Keselamatan Pasien: bebas, bagi pasien, dari harm/cedera (penyakit, cedera fisik,
psikologis, social, penderitaan,cacad, kematian dll) yang tidak seharusnya terjadi atau
cedera yang potensial, terkait dengan pelayanan kesehatan.
5. Keselamatan Pasien Rumah Sakit: suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risikodan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
6. Insiden Keselamatan Pasien: setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada
pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak
Cedera, dan Kejadian Potensial Cedera.
7. Kejadian Tidak Diharapkan : adalah insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien.
8. Kejadian Nyaris Cedera: adalah terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke
pasien.
9. Kejadian Tidak Cedera : adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien tetapi tidak
timbul cedera.
10. Kondisi Potensial Cedera : kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan
cedera, tetapi belum terjadi insiden.
11. Kejadian sentinel : suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang
serius.
13. Analisis Akar Masalah/root cause analysis (RCA) : adalah suatu proses berulang
yang sistematik dimana factor-faktor yang berkontribusi dalam suatu insiden
diidentifikasi dengan merekonstruksi kronologis kejadian menggunakan pertanyaan
“kenapa” yang diulang hingga menemukan akar penyebabnya dan penjelasannya.
Pertanyaan kenapa” harus ditanyakan hingga tim investigator mendapatkan fakta,
bukan hasil spekulasi.
Ketua KKPRS adalah seorang dokter umum/spesialis, yang memiliki minat pada Budaya
Keselamatan Pasien dan mempunyai kemampuan untuk memimpin, mengkoordinir, dan
administrative.
Sekertaris KKPRS adalah seorang karyawan dengan pendidikan minimal D3, yang
memiliki minat pada Budaya Keselamatan pasien dan terutama memiliki kemampuan
kesekertariatan.
Anggota KKPRS adalah karyawan tetap yang dipilih mewakili disiplin ilmu yang ada
dalam pelayanan kesehatan, yaitu keperawatan (rawat jalan, IGD, rawat inap, ICU,
Kamar Operasi), Farmasi, dan disiplin ilmu lain yang dirasa perlu.
Champion Keselamatan Pasien tingkat unit adalah Kepala Unit yang telah ditunjuk di RS
TERAKREDITASI , yang menjadi promotor pelaksanaan Budaya Keselamatan Pasien
tingkat unit masing-masing.
Langkah penerapan:
Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi dan
asesmen hal yang potensial bermasalah.
Langkah penerapan:
A. Tingkat Rumah Sakit :
• Telaah kembali input dan proses yang ada dalam manajemen risiko klinis dan non
klinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan terintegrasi dengan Keselamatan
Pasien dan staf.
• Kembangkan indikator-indikator kinerja mutu dan Insiden Keselamatan Pasien (IKP)
bagi sistem pengelolaan risiko yang dapat dimonitor oleh Direksi/Manajer RS
TERAKREDITASI
• Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan insiden
dan asesmen risiko untuk dapat secara proaktif meningkatkan kepedulian terhadap
pasien.
B. Tingkat Unit Kerja/Tim:
• Dalam setiap rapat koordinasi selalu laksanakan diskusi tentang hal-hal yang
berkaitan dengan Keselamatan Pasien guna memberikan umpan balik kepada Manajer
terkait
• Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses asesmen risiko rumah
sakit
• Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk menentukan akseptabilitas setiap
risiko, dan ambilah langkah-langkah yang tepat untuk memperkecil risiko tersebut
• Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke proses asesmen
dan pencatatan risiko rumah sakit.
Pastikan staf anda agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian/insiden, serta rumah
sakit mengatur pelaporan kepada Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS)
Langkah penerapan :
A. Tingkat Rumah Sakit
• Sistem pelaporan insiden tingkat intern RS TERAKREDITASI diatur dalam suatu SPO
pelaporan Insiden Keselamatan Pasien yang sifatnya berjenjang, rahasia, dan
berorientasi pada pemecahan masalah.
• Sistem pelaporan insiden ke luar RS TERAKREDITASI sesuai dengan tata cara yang
telah ditetapkan oleh PERSI, dimana RS TERAKREDITASI menjadi salah satu
anggotanya.
B. Tingkat Unit Kerja/Tim :
Berikan semangat kepada seluruh personil untuk secara aktif melaporkan setiap insiden
yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, karena
mengandung bahan pelajaran yang penting.
Gunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah untuk melakukan perubahan
pada sistem pelayanan.
Langkah Penerapan:
A. Tingkat Rumah Sakit :
• Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan,
asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis, untuk menentukan solusi.
• Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem (input dan proses),
penyesuaian pelatihan staf dan/atau kegiatan klinis, termasuk penggunaan instrumen
yang menjamin Keselamatan Pasien.
• Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang direncanakan.
• Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS-PERSI.
• Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas insiden yang
dilaporkan.
B. Tingkat Unit Kerja/Tim :
• Libatkan seluruh personil dalam mengembangkan berbagai cara untuk membuat
asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman.
• Telaah kembali perubahan-perubahan yang telah dibuat dan pastikan
pelaksanaannya.
• Pastikan seluruh personil menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang
insiden yang dilaporkan.
Tujuh langkah Keselamatan Pasien rumah sakit merupakan panduan yang komprehensif
untuk menuju Keselamatan Pasien, sehingga tujuh langkah tersebut secara menyeluruh
harus dilaksanakan oleh setiap rumah sakit. Dalam pelaksanaan, tujuh langkah tersebut
tidak harus berurutan dan tidak harus serentak. Dapat dipilih langkah-langkah yang
paling strategis dan paling mudah dilaksanakan. Bila langkah-langkah ini berhasil maka
kembangkan langkah-langkah yang belum dilaksanakan.
4.2. Penyusunan Kebijakan Dan Prosedur Terkait Dengan Program Keselamatan Pasien.
4.4. Pendidikan Dan Pelatihan Internal Rumah Sakit Terkait Keselamatan Pasien
Dalam melakukan kegiatan ini, KKPRS bekerja sama dengan bagian Diklat RS untuk
pengaturan jadwal peserta pendidikan dan pelatihan internal. Topik yang dipilih adalah
topic yang memerlukan sosialisasi dan pelatihan lebih lanjut kepada karyawan RS
terkait permasalahan Keselamatan Pasien.
Minimal dalam satu tahun dilaksanakan dua kali pendidikan dan pelatihan internal
rumah sakit terkait Keselamatan Pasien, sesuai dengan perencanaan dalam TOR KKPRS
tiap tahun.
Grading biru : Investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu maksimal 1 minggu
Grading hijau : Investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu maksimal 2 minggu
Grading kuning : Investigasi komprehensif/analisis akar masalah/RCA oleh tim RCA
yang terdiri dari tim KKPRS dan staff lain yang diperlukan, waktu maksimal 45 hari
Grading merah : Investigasi komprehensif/analisis akar masalah/RCA oleh tim RCA yang
terdiri dari tim KKPRS dan staff lain yang diperlukan, waktu maksimal 45 hari
6. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil Investigasi, Solusi,
Tindaklanjut, dan Evaluasi (laporan ISTE) dilaporkan kepada KKPRS.
7. KKPRS akan menganalisis kembali hasil ISTE untuk menentukan apakah perlu
dilakukan investigasi lanjutan dan melakukan regarding apabila diperlukan.
8. Untuk grading kuning dan merah, dibentuk tim RCA yang terdiri dari tim KKPRS dan
staff lain yang diperlukan, maksimal 45 hari.
9. Setelah melakukan RCA, tim RCA akan membuat laporan dan rekomendasi untuk
perbaikan serta pembelajaran berupa petunjuk/safety alert untuk mencegah kejadian
yang sama terulang kembali.
10. Hasil RCA rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada Komite Peningkatan
Mutu dan Keselamatan Pasien RS TERAKREDITASI .
11. Rekomendasi untuk perbaikan dan pembelajaran diberikan sebagai umpan balik
kepada unit kerja terkait.
12. Unit kerja terkait dan Komite PMKP membuat analisis dan trend kejadian yang
sama.
13. Monitoring dan evaluasi perbaikan oleh Komite KKPRS.
Laporan berkala dibuat oleh ketua KKPRS terkait kegiatan KKPRS dan disampaikan
kepada Direktur dan wakil direktur RS secara tertulis, dapat melalui email, berupa:
1. Rekapitulasi Laporan Insiden yang diterima oleh KKPRS, setiap bulan.
2. Daftar tindak lanjut Insiden Keselamatan Pasien,
BAB 5 LOGISTIK.
RINCIAN STRATEGI
NO SASARAN CARA JADWAL
KEGIATAN ANGGARA
MELAKSANAKAN PELAKSANAAN
KEGIATAN KEGIATAN
· Inhouse training KP
Pembentukan Jumlah training · Mendata training dan
kualifikasi Keselamatan Pasien workshop Keselamatan
anggota KKP yang Pasien dalam 1 tahun. Januari 2013
1 melalui training dihadiri oleh anggota Jan-Des 2013 Rp.25.000.0
eksternal maupun KKP-RS dan manajer · Memberangkatan anggota
inhouse training. madya. KP untuk menghadiri
training dan workshop KP
secara terjadwal
Koordinasi rutin
Kegiatan pertemuan · Koordinasi ketua KKPRS
3 dengan Direktur Jan-Des 2013
rutin dengan Direktur dengan direksi 1 kali
RS .
dan disertai tindak perbulan (bisa melalui rapat
lanjut. koordinasi RS)
Form Lapor
· Mengadakan form laporan Rp.250.000
Pelaporan dan insiden.
Kegiatan terkait pemberian Penghargaa
4 Jan-Des 2013
Pelaporan Insiden penghargaan bagi · Tabulasi insiden perbulan.
penulis insiden
Rp. 1.500.0
SUBTOTAL Rp.26.750.
Keselamatan pasien telah menjadi isu global dan merupakan prioritas utama untuk
rumah sakit dan keselamatan pasien juga merupakan prioritas utama karena terkait
tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang mereka terima dan terkait dengan
mutu dan citra rumah sakit, disamping itu keselamatan pasien juga dapat mengurangi
KTD di Rumah Sakit.
Keselamatan pasien dilaksanakan melalui 6 langkah menuju keselamatan pasien, yang
telah dijabarkan pada bab sebelumnya, yaitu :
1. Tepat Identifikasi Pasien.
2. Peningkatan Komunikasi yang efektif.
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai.
4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur dan tepat-pasien operasi.
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.
6. Pengurangan resiko pasien jatuh.
Terpasang gelang
Terpasang gelang identitas 100% identitas pasien yang
2 Kegiatan yang diaudit
pasien rawat inap tepat pada pasien rawat
inap
Pelaporan kondisi pasien
3 Pelaksanaan SBAR sesuai dengan standar Kegiatan yang diaudit
komunikasi SBAR
4 Ketepatan penyampaian
Ketepatan penyampaian hasil
100% hasil pemeriksaan Kegiatan yang diaudit
pemeriksaan penunjang
penunjang
5 Ketepatan pemberian obat
Ketepatan pemberian obat 100% Kegiatan yang diaudit
sesuai 6 benar
Ketepatan transfuse
6 Ketepatan transfusi 100% sesuai pasien,dan produk kegiatan yang diaudit
darah
Pelaksanaan time out,
Pelaksanaan time out, sign in,
7 100% sign in, sign out pada Kegiatan yang diaudit
sign out
operasi
8 100% Pemberian tanda operasi Kegiatan yang diaudit
Pemberian tanda pada pasien
pada pasien operasi yang
operasi
memerlukan penanda
1. Ketepatan Identitas: target 100%. Label identitas tidak tepat apabila :tidak
terpasang, salah pasang, salah penulisan nama, salah penulisan gelar
(Tn/Ny/An), salah jenis kelamin, salah
2. Terpasang gelang identitas pasien rawat inap: target 100% pasien yang masuk
ke rawat inap terpasang gelang identitas
3. Pelaksanaan SBAR: target 100% konsul ke dokter via telpon menggunakan
metode
4. Ketepatan penyampaian hasil penunjang: target 100%. Yang dimaksud tidak
tepat apabila: salah ketik hasil, mengetik terbalik dengan hasil lain, hasil tidak
terketik, salah
5. Ketepatan pemberian obat: target 100%. Yang dimaksud tidak tepat apabila:
salah obat, salah jumlah, salah jenis, kurang/kelebihan dosis, salah rute
pemberian, salah identitas pada etiket, salah
6. Ketepatan transfuse: target 100%. Yang dimaksud tidak tepat apabila: salah
identitas pada permintaan, salah tulis jenis produk darah, salah pasien.
7. Pelaksanaan time out, sign in, sign out: target 100% pada seluruh operasi yang
8. Pemberian tanda pada sisi pasien operasi: target 100% pada operasi yang
terkait organ tubuh
BAB 9 PENUTUP.
Kegiatan Keselamatan Pasien dan penanaman budaya kerja yang mengutamakan
Keselamatan Pasien merupakan suatu tuntutan yang harus dipenuhi oleh pemberi
pelayanan kesehatan, sebagai tolak ukur mutu pelayanan kesehatan di tempat tersebut,
serta tercapainya kepuasan dan keselamatan yang optimal, yang tentunya diharapkan
oleh seluruh pasien.
Post navigation
« Pedoman Pengorganisasian Instalasi Radiologi
Acuan Panduan Praktek Klinis Neurologi (PPK) »
LEAVE A REPLY
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Comment
Name *
Email *
Website
Post Comment
o @Youtube
o ABOUT
o Doc.&Ref.
o DOWNLOAD
o Instrumen Survei SNARS 2018
o Fokus Px
o AP
o Elemen Penilaian AP
o ARK
o Elemen Penilaian ARK
o HPK
o Elemen Penilaian HPK
o MKE
o Elemen Penilaian MKE
o PAB
o Elemen Penilaian PAB
o PAP
o Penilaian PAP
o PKPO
o Elemen Penilaian PKPO
o IPKP
o Elemen Penilaian IPKP
o Lampiran
o Manajemen-RS
o KKS
o Elemen Penilaian KKS
o MFK
o Elemen Penilaian MFK
o MIRM
o Elemen Penilaian MIRM
o PMKP
o Elemen Penilaian PMKP
o PPI
o Elemen Penilaian PPI
o TKRS
o Elemen Penilaian TKRS
o NEW-INFO
o PROG-NAS
o Sasaran 4 Antimikroba
o EP Sasaran 4 – Anti Mikroba
o Sasaran Geriatri
o EP Sasaran Geriatri
o Sasaran HIV/AIDS
o EP Sasaran HIV/AIDS
o Sasaran Ibu-Bayi
o EP Sasaran Ibu dan Bayi
o Sasaran TB-DOTS
o EP Sasaran TB-DOT
o SKP
o Elemen Penilaian SKP
CATEGORIES
ADVERTISING
Powered by WordPress and Poseidon.