Anda di halaman 1dari 15

PATOFISIOLOGI SISTEM DISGETIVE

untuk memenuhi Tugas KKPMT

Disusun Oleh :

Nama : Syafitri Hasanah

NIM : F18018

Prodi : D4 MIK

MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN


SURAKARTA
2019
PATOFISIOLOGI SISTEM DISGETIVE

A. Demam Thypoid
Demam thypoid bias disebut juga tipes ini adalah penyakit akut yang
disertai dengan demam, yang disebabkan oleh bakteri Salmonella
thyphi atau Salmonella paratyphi. Bakteri tersebut ditemukan di air atau
makanan yang terkontaminasi dan disebarkan oleh orang lain di area yang
sama.
1. Penyebab penyakit demam thypoid (tipes)
Infeksi Salmonella typhi (invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan
gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi.
Gejala demam tifus meliputi demam, mual-mual, muntah dan kematian)
dari mengonsumsi makanan atau air yang terkontaminasi adalah penyebab
utama dari demam tifoid.
2. Gejala penyakit demam thypoid (tipes)
Tanda-tanda dan gejala dari tipes yang muncul 1 hingga 3 minggu setelah
paparan adalah:
 Demam yang rendah namun meningkat setiap harinya, dalam
mencapai hingga 40,5 derajat Celcius
 Sakit kepala
 Kelemahan dan kelelahan
 Nyeri otot
 Berkeringat
 Batuk kering
 Kehilangan nafsu makan dan berat badan
 Sakit perut
 Diare atau konstipasi
 Ruam
 Perut yang sangat bengkak.
3. Patosiologi penyakit demam thypoid (tipes)
a. Asal dari penyakit demam thypoid (tipes)
Penularan Salmonella typhi dapat ditularkan melalui berbagai cara,
yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan /
kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan bakteri
Salmonella typhi kepada orang lain. Bakteri tersebut dapat ditularkan
melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang
akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan, makanan
yang tercemar bakteri Salmonella typhi masuk ke tubuh orang yang
sehat melalui mulut
b. Perjalanan timbulnya penyakit demam thypoid (tipes)
Bakteri tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana
lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang
sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan
dirinya seperti mencuci tangan, makanan yang tercemar bakteri
Salmonella typhi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.
Kemudian bakteri masuk ke dalam lambung, sebagian bakteri akan
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus
halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan
limpoid ini bakteri berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah
(bakteremia primer) dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel
retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi
darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa,
usus halus dan kandung empedu (Ngastiyah, 2005).
Pada akhir masa inkubasi (5-9 hari), bakteri kembali masuk dalam
darah (bakteremi sekunder) dan menyebar keseluruh tubuh terutama
kedalam kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak berbentuk
lonjong di atas Plak Peyer. Tukak tersebut dapat mengakibatkan
perdarahan dan perforasi usus. Pada masa bakteremi ini, bakteri
mengeluarkan endotoksin yang mempunyai peran membantu proses
peradangan lokal dimana bakteri ini berkembang.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid
disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian
eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan
penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada
patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada
usus halus. Demam disebabkan karena Salmonella typhi dan
endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh
leukosit pada jaringan yang meradang. Zat pirogen ini akan beredar
dalam darah dan mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus
yang menimbulkan gejala demam.
c. Akibat dari penyakit demam thypoid (tipes)
 Kejang
 Pendarahan dan perforasi usus
 Koma
 Diare
 Dehidrasi
 Anemia
 Miokarditis
 Pneumonia
 Pemotongan usus
 Kematian
d. Perubahan fisik dari penyakit demam thypoid
Tubuh terlihat kurus, Kurang nafsu makan, muka terlihat pucat, badan
terasa lemas.
4. Gambar penyakit demam thypoid.

B. Diare
Diare adalah gangguan pencernaan yang ditandai dengan perubahan
bentuk dan konsistensi tinja yang lembek hingga cair, dan bertambahnya
frekuensi buang air besar yang lebih dari biasanya, yaitu tiga kali atau lebih
dalam sehari.
Meskipun diare merupakan masalah kesehatan yang sering dijumpai
terutama pada anak-anak, namun penyakit ini masih menjadi salah satu
masalah kesehatan di Indonesia. Di dunia, diare menyebabkan 1,5 juta
kematian setiap tahunnya, terutama pada anak-anak.
1. Penyebab penyakit diare.
Beberapa kondisi dapat menyebabkan seseorang mengalami diare,
umumnya adalah infeksi virus pada usus besar. Jenis-jenis virus tersebut
meliputi rotavirus, norwalk, cytomegalovirus, dan virus hepatitis. Selain
infeksi virus, penyebab diare lainnya adalah :
 Infeksi bakteri, seperti Campylobacter, Clostridum difficile,
Escherichia coli, Salmonella, dan Shigella.
 Infeksi parasit, contohnya Giardia.
 Alergi makanan.
 Makanan yang mengandung pemanis buatan.
 Intoleransi fruktosa (pemanis alami pada madu dan buah-buahan)
dan intoleransi laktosa (zat gula yang terdapat pada susu dan produk
sejenisnya).
 Pasca operasi batu empedu.
 Efek samping obat-obatan, misalnya antibiotik yang dapat
mengganggu keseimbangan alami bakteri dalam usus sehingga
menimbulkan diare.
Pada kasus diare yang berlangsung lama (kronis), faktor-faktor
penyebabnya meliputi :
 Radang pada saluran pencernaan, seperti pada penyakit Crohn,
kolitis ulseratif, atau kolitis mikroskopik.
 Irritable bowel syndrome.
 Penyakit celiac atau penyakit yang menyebabkan tubuh menolak
protein gluten.
2. Gejala dari penyakit diare.
Gejala diare bervariasi, umumnya meliputi perut kembung atau kram,
tinja encer, rasa mulas, atau terkadang mual dan muntah. Penderita dapat
mengalami satu atau beberapa gejala sekaligus, tergantung dari penyebab
diare.
Gejala lainnya yang mungkin juga dapat terjadi adalah:
 Penurunan berat badan.
 Tinja berlendir, berdarah, atau mengandung makanan yang belum
tercerna.
 Demam.
 Sakit kepala.
Sedangkan tanda-tanda yang menunjukkan penderita diare mengalami
dehidrasi adalah:
 Pusing.
 Rasa haus berlebihan.
 Urine menjadi sedikit atau berwarna gelap.
 Mulut dan kulit kering.
 Lemas.
3. Patofisiologi dari penyakit diare.
a. Asal timbulnya penyakit diare
Memakan makanan yang asam, pedas, atau bersantan sekaligus
secara berlebihan dapat menyebabkan diare juga karena membuat usus
kaget.
Hal ini terjadi ketika cairan yang tidak mencukupi diserap oleh
usus besar. Sebagai bagian dari proses digestasi, atau karena masukan
cairan, makanan tercampur dengan sejumlah besar air. Oleh karena itu
makanan yang dicerna terdiri dari cairan sebelum mencapai usus besar.
Usus besar menyerap air, meninggalkan material yang lain sebagai
kotoran yang setengah padat. Bila usus besar rusak / radang,
penyerapan tidak terjadi dan hasilnya adalah kotoran yang berair.
b. Perjalanan timbulnya penyakit diare
Riwayat terdiri atas beberapa tahap berikut:
1) Tahap Prepatogenesis
Pada tahap ini, belum ditemukan tanda-tamda penyakit.
Jika daya tahan tubuh seseorang baik, penyakit tidak akan
menyerang. Akan tetapi, jika daya tahan tubuh orang lemah, virus
bakteri, parasit akan sangat mudah menimbulkan penyakit diare.
2) Tahap Patogenesis
Tahap patogenesis terdiri atas beberapa tahap berikut ini:
a) Tahap inkubasi
Pada tahap ini, virus, bakteri atau parasit masuk ke dalam
tubuh dan meninfeksi usus, kemudian menembus sel serta
berkembang biak. Masa inkubasi berlangsung selama dua
hingga empat hari. Gejala yang timbul pada masa inkubasi
adalah buang air besar lebih dari empat kali dalam sehari, tetapi
belum disertai gejala-gejala lainnya.
b) Tahap penyakit dini
Pada tahap ini timbul gejala-gejala, anatar lain sebagai berikut:
 Penderita kehilangan cairan tubuh sekitar 5% dari berat
badannya.
 Mata penderita agak cekung.
 Kesadaran baik.
 Kekenyalan kulit normal, sedagkan turgor kulit kurang.
 Buang air besar cair sebanyak 1-2 kali per hari.
 Ubun-ubun besar agak cekung.
 Haus dan lemah.
c) Tahap penyakit lanjut
Pada tahap ini, timbul gejala-gejala, antara lain sebagai berikut:
 Penderita kehilangan cairan tubuh 5-10% dari brat
badannya..
 Gelisah.
 Merasa haus yang berlebihan.
 Pernapasan agak cepat.
 Denyut nadi cepat.
 Mata cekung.
 Tonus otot dan turgor agak berkurang.
 Ubun-ubun besar cekung.
 Kekenyalan kulit sedikit kurang.
 Elastisitas kulit kembali sekitar 1-2 detik.
 Selaput lendir agak kering.
d) Tahap akhir
Pada tahap ini, timbul gejala-gejala, antara lain sebagai berikut:
o Pederita kehilangan cairan tubuh lebih dari 10% dari berat
badannya.
o Kesadaran koma atau apatis.
o Denyut nadi sangan cepat.
o Pernapasan cepat dan dalam (kusmaull).
o Ubun-ubun besar sangat cekung.
o Selaput lendir kurang.
Pada tahap akhir ini, jika penderita memperoleh penanganan
yang baik, ia dapat sembuh sempurna. Namun jika tidak mendapat
penanganan yang baik, maka kematian dapat terjadi.
c. Akibat dari penyakit diare
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi yaitu :
 Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kahilangan air (output) lebih banyak
dari pada pemasukan air (input) merupakan penyebab terjadiny
kematian pada diare
 Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)
 Hipoglikemia
 Gangguan gizi
 Gangguan sirkulasi
d. Perubahan fisik dari penyakit diare
Perut terasa tidak enak, terasa mules melulu
4. Gambar penyakit diare
C. Colitis Ulcerative
Ulcerative Colitis (UC) adalah sebuah penyakit yang menyebabkan
peradangan pada dinding saluran pencernaan. Dikenal juga dengan nama
radang usus besar. Iritasi dari cairan tertentu membantu mencerna makanan
dalam usus halus dan usus besar yang menyebabkan penyebaran radang pada
bagian lain. Peradangan yang terjadi kadang kala bisa menyebabkan
pendarahan dan menimbulkan nanah dan lendir. Cairan dalam saluran
pencernaan masuk ke usus besar. Usus besar seringkali harus dikosongkan
secara berkala, sehingga menyebabkan diare.
1. Penyebab dari penyakit Colitis Ulcerative (Radang usus besar)
 Kolitis akibat infeksi
Kolitis adalah penyakit radang yang bisa disebabkan oleh tiga jenis
infeksi (Bakteri, Virus, dan Parasit)
 Kolitis akibat iskemik
 Kolitis dan inflammatory bowel syndrome (IBD)
 Kolitis mikroskopik
 Kolitis akibat alergi
2. Gejala dari penyakit Colitis Ulcerative (Radang usus besar)
Kolitis adalah kondisi radang yang terjadi pada bagian dinding dalam
usus besar. Biasanya kondisi ini disertai dengan munculnya berbagai
gejala, seperti:
 Sakit perut
 Perut kram
 Diare, dengan atau tanpa darah pada BAB
 Sulit BAB atau sembelit
 Kembung
Dalam beberapa kasus, kolitis akan menimbulkan gejala seperti:
 Demam
 Menggigil
 Kelelahan
 Dehidrasi
 Sendi membengkak
Sakit atau nyeri yang terjadi akibat peradangan membuat otot-otot usus
tidak dapat bekerja dengan baik, sehingga makanan yang seharusnya
dicerna justru dikeluarkan kembali dan ini yang menyebabkan diare. Diare
terjadi juga akibat usus tak mampu menyerap air. Hal ini bisa diakibatkan
oleh peradangan yang terjadi.

3. Patofisiologi dari penyakit Colitis Ulcerative (Radang usus besar)


a. Asal mula timbulnya penyakit Colitis Ulcerative (Radang usus besar)
 Timbul rasa sakit dan pendarahan dari area dubur
 Demam tanpa sebab
 Diare berdarah
 Diare bernanah
b. Perjalanan timbulnya penyakit Colitis Ulcerative (Radang usus besar)
Pada daerah ileosekal akan terjadi kerusakan sfingter dan terjadi
inkompetensi. Panjang kolon akan menjadi 2/3 normal, pemendekan
ini disebakan terjadinya kelainan muskkuler terutama pada koln distal
dan rektum. Terjadinya striktur tidak selalu didaptkan pada penyakit
ini, melainkan dapat terjadi hipertrofi lokal lapisan muskularis yang
akan berakibat stenosis yang reversibel. Lesi patologik awal hanya
terbatas pada lapisan mukosa, berupa pembentukan abses pada kriptus,
yang jelas berbeda dengan lesi pada penyakit crohn yang menyerang
seluruh tebal dinding usus.
Pada permulaan penyakit, timbul edema dan kongesti mukosa.
Edema dapat menyebabkan kerapuhan hebat sehingga terjadi
perdarahan pada trauma yang hanya ringan, seperti gesekan ringan
pada permukaan.
Pada stadium penyakit yang lebih lanjut, abses kriptus pecah
menembus dinding kriptus dan menyear dalam lapisan submukosa,
menimbulkan terowongan dalam mukosa. Mukosa kemudian terlepas
menyisakan daerah yang tidak bermukosa (tukak). Tukak mula- mula
tersebar dan dangkal, tetapi pada stadium yang lebih lanjut, permukaan
mukosa yang hilang menjadi lebih luas sekali sehingga menyebabkan
banyak kehilangan jaringan, protein dan darah.1
c. Akibat dari penyakit Colitis Ulcerative (Radang usus besar)
 Sistem kekebalan tubuh yang lemah.
 Faktor genetik. Orang yang memiliki anggota keluarga yang
mengidap radang usus dipercaya berisiko tinggi mengalami
pancolitis.
 Mengonsumsi makanan tinggi protein secara berlebihan, misalnya
seperti daging dan ikan. Pasalnya, makanan berprotein tinggi bisa
menyebabkan keracunan sel atau luka di usus bila dikonsumsi
secara berlebihan.
 Usia. Walaupun radang usus besar bisa dialami oleh siapa saja,
tetapi paling banyak terjadi pada orang di bawah usia 35 tahun.
 Jenis kelamin juga ikut memengaruhi risiko seseorang terkena
radang usus. Kolitis ulseratif atau pancolitis lebih sering terjadi ke
pria daripada wanita.
 Kebiasaan merokok. Perokok aktif juga berisiko lebih tinggi
mengalami radang usus besar dibanding bukan perokok atau
mantan perokok.
d. Perubahan fisik penyakit Colitis Ulcerative (Radang usus besar)
Rasa nafsu makan berkurang, merasakan sakit atau nyeri dibagian
perut, sakit pada melakukan BAB.
4. Gambar penyakit Colitis Ulcerative (Radang usus besar)

D. Cirosis Hati
Cirrhosis atau sirosis adalah penyakit yang diakibatkan karena kerusakan
hati jangka panjang. Pada sirosis, cedera hati meninggalkan bekas luka yang
mengakibatkan hati tak lagi bekerja normal, seperti membuat protein baru,
melawan infeksi, menyingkirkan zat tidak berguna dari darah, mencerna
makanan, dan menyimpan energi. Nah, hati yang tak berfungsi sebagaimana
mestinya ini menyebabkan berbagai masalah di seluruh bagian tubuh.
1. Penyebab dari penyakit cirosis hati
Dari sekian banyak penyebab, yang biasanya jadi penyebab utama adalah
kecanduan alkohol. Penyebab lainnya dari penyakit sirosis hati adalah:
 Pembesaran hati
 Mengonsumsi obat-obatan tertentu dalam jangka waktu lama
 Perlemakan hati non-alkohol
 Infeksi hati schistosomiasis
 Penyakit turunan seperti hemochromatosis dan cystic fibrosis
 Infeksi virus kronis hepatitis A dan C
 Sirosis hati primer yang menyebabkan penyumbatan saluran empedu
 Kelainan genetik pencernaan seperti Alagille syndrome
2. Gejala dari penyakit cirosis hati
Tanda dan gejala tahap awal penyakit sirosis adalah:
 Kelelahan
 Lemah dan lesu
 Nafsu makan menurun
 Mual dan muntah
 Berat badan turun drastic
 Telapak tangan merah
Sementara tanda dan gejala tahap akhir dari penyakit sirosis adalah :
 Mata dan kulit menguning
 Urin coklat atau kuning gelap
 Rambut rontok
 Perubahan pembuluh darah di kulit dan di sekitar pusar
 Pertumbuhan payudara pada pria
 Mudah memar dan berdarah
 Muntah darah atau BAB hitam seperti aspal
 Gangguan mental berupa kebingungan mental
 Perut bengkak dari akumulasi cairan dan kaki bengkak
 Limpa membesar
 Koma
3. Patofisiologi penyakit cirosis hati
a. Asal mula timbulnya penyakit cirosis hati
Asal dari penyakit ini sering meminum alcohol ataupun soda, juga
bias dikarenakan dari keturunan, terkena Infeksi virus kronis hepatitis
A dan C, dikarenakan penyumbatan saluran empedu, dan mempunyai
kelainan genetik pencernaan seperti Alagille syndrome.
b. Perjalanan dari penyakit cirosis hati
Peristiwa yang penting dalam proses munculnya sirosis adalah
aktivasi sel stelata. Aktivasi ini melibatkan banyak faktor termasuk sel
hati, sel Kupffer, sel endotel, trombosit, berbagai sitokin, dan miRNA.
Pada saat peradangan, sel Kupffer yang teraktivasi akan
menghancurkan hepatosit dan mengaktivasi sel stelata dan munculah
pembentukan parut berupa jaringan fibrosis.
Pada tahap awal, pembentukan jaringan parut atau fibrosis
diimbangi oleh degradasi dari protein ini. Progresivitas terjadi apabila
proses deposisi jaringan parut menjadi lebih domian. Matriks
metaloproteinase mengontrol proses deposisi dan degradasi jaringan
parut tersebut. Regulator enzim matriks metaloproteinase ini berupa
tissue inhibitors of metalloproteinase (TIMP).
Berbeda dari kapiler di tempat lain, sinusoid dari kapiler hati tidak
memiliki membran basalis. Sinusoid juga memiliki lubang atau
fenestrae yang bebsar (diameter 100-200 nm) yang memungkinkan
keluar atau pasase molekul besar sampai 250.000 kDa. Deposisi
kolagen di celah Disse pada sirosis menyempitkan fenestrae dari
sunusoid dehingga mengganggu aliran plasma ke hepatosit.
c. Akibat dari penyakit cirosis hati
 Penyakit kuning. ditandai dengan menguningnya beberapa bagian
tubuh. misalnya, kulit dan bola mata terlihat menguning. Bila Anda
mengalami hal ini, berarti Anda sedang mengalami gangguan
fungsi hati.
 Permukaan kulit terasa gatal-gatal. Hal ini akibat zat bilirubin yang
masuk ke dalam aliran darah sehingga muncul di bawah
permukaan kulit. Biasanya, gejala ini diiringi juga bercak-bercak
kemerahan.
 Perut buncit akibat penumpukan air. Kalau perut Anda tiba-tiba
membesar, padahal Anda tidak mengonsumsi makanan dalam
jumlah yang banyak, bisa jadi Anda mengalami penumpukan pada
perut. Hal ini terjadi gangguan fungsi hati yang terjadi. Biasanya,
kondisi ini diiringi dengan sulit bernapas akibat cairan yang
menumpuk di sekitar perut.
 Kaki tiba-tiba bengkak. Pembengkakan kaki yang tiba-tiba ini juga
disebabkan oleh penumpukan cairan di sekitar kaki Anda (edema).
Hal ini menunjukkan bahwa aliran darah di dalam tubuh Anda
terganggu.
 Mengalami akibat penyakit korosis hati lainnya, seperti sulit tidur,
muntah darah, merasa lelah terus-terusan, bahkan hilang kesadaran.
d. Perubahan fisik penyakit cirosis hati
Hati nya gampang lemah
4. Gambar dari penyakit cirosis hati

E. Chorn Disease
Crohn’s disease atau penyakit Crohn adalah kondisi jangka panjang yang
menyebabkan peradangan lapisan pada sistem pencernaan. Peradangan dapat
mempengaruhi setiap bagian dari sistem pencernaan, dari mulut ke bagian
belakang, tapi paling sering terjadi di bagian terakhir yaitu pada usus kecil
(ileum) atau usus besar (kolon).
1. Penyebab dari penyakit chorn disease
Penyebab pasti dari penyakit Crohn tidak diketahui. Meski begitu, para
peneliti percaya bahwa ada beberapa faktor yang jadi penyebab penyakit
ini. Beberapa faktor penyebab penyakit Crohn adalah:
 Reaksi autoimun. Para peneliti percaya bakteri atau virus dapat
memicu sistem kekebalan tubuh untuk menyerang lapisan dalam usus.
Reaksi sistem kekebalan tubuh ini menyebabkan peradangan, sehingga
menimbulkan gejala.
 Gen. Penyakit Crohn kadang-kadang menurun dalam keluarga.
Penelitian telah menunjukkan bahwa orang yang memiliki orangtua
atau saudara kandung dengan penyakit Crohn mungkin lebih mungkin
untuk menderita penyakit ini.
 Lingkungan Hidup. Beberapa studi menunjukkan bahwa hal-hal
tertentu di lingkungan dapat meningkatkan kemungkinan seseorang
terkena penyakit Crohn, meskipun kemungkinan secara
keseluruhannya rendah.
 Obat tertentu. Obat obat anti-inflamasi, antibiotik, dan pil KB dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit Crohn.
 Jenis makanan tertentu. Makan makanan dengan lemak yang tinggi
juga dapat meningkatkan kemungkinan untuk menderita penyakit
Crohn.
2. Gejala dari penyakit chorn disease
Penyakit Crohn dapat mempengaruhi setiap bagian dari saluran
pencernaan. Sementara itu gejala yang timbul bervariasi dari satu pasien
ke pasien lainnya dan beberapa gejala mungkin lebih banyak terjadi
daripada gejala yang lain. Beberapa tanda dan gejala khas penyakit Crohn
adalah :
 Diare terus-menerus
 BAB berdarah
 Ingin segera buang air besar
 Kram dan sakit perut
 Sering merasa BAB tidak tuntas
 Sembelit (dapat menyebabkan gangguan usus)
 Demam
 Kehilangan selera makan
 Kehilangan berat badan
3. Patofisiologi penyakit chorn disease
a. Asal mula timbulnya penyakit chorn disease
Makan makanan dan minuman yang tidak bergizi atau tidak sehat yang
dapat menimbulkan virus infeksi yang menyerang pada usus.
b. Perjalanan dari penyakit chorn disease
Penyakit Crohn pada prinsipnya adalah penyakit pada saluran
cerna yang terjadi pada remaja atau dewasa muda dan dapat terjadi
kapan saja sepanjang hidup. Meskipun dapat terjadi dimana saja di
sepanjang saluran gastrointestinal tetapi area yang paling sering
terkena adalah ileum distal dan kolon.
Enteritis regional adalah inflamasi kronis dan subakut yang meluas
ke seluruh lapisan dinding dan mukosa usus, ini disebut juga
transmural. Pembentukan fistula dan fisura, serta abses terjadi sesuai
luasnya inflamasi ke dalam peritoneum. Penyakit Crohn dapat
menyebabkan lesi di kulit, tulang, otot rangka, jaringan sinovial dan
lain-lain hal tersebut menjelaskan bahwa penyakit ini adalah penyakit
sistemik. Komplikasinya diluar usus, termasuk spondilitis ankilosa,
eritema nodosum, mioperikarditis, perikolangitis, kolangitis sklerosa,
dan anemia hemolitik autoimun. Komplikasi-komplikasi ini timbul
setelah terjadi peradangan usus dan cenderung menghilang dengan
sembuhnya penyakit atau dilakukan reseksi dari usus yang terganggu.
Lesi (ulkus) tidak mengalami kontak terus menerus antara satu
dengan yang lain dan dipisahkan oleh jaringan normal. Granuloma
terjadi pada setengah kasus. Pada kasus lanjut mukosa mempunyai
penampilan “coblestone”. Keadaan tersebut mengakibatkan usus halus
menebal dan menjadi fibrotik, serta lumen usus menyempit.
c. Akibat dari penyakit chorn disease
Penyakit crohn yang menyerang sistem pencernaan dapat
menyebabkan berbagai komplikasi, salah satunya tentu gangguan pada
usus atau sistem pencernaan. Penyakit crohn dapat menyebabkan
penebalan atau pembengkakan pada dinding usus, dan hal ini dapat
menyebabkan penyumbatan pada usus. Akhirnya sistem pencernaan
terganggu, usus tidak bisa menyerap nutrisi dari makanan, seperti
protein, vitamin, kalori, maupun mineral.
Komplikasi lain yang dapat muncul akibat penyakit crohn adalah
osteoporosis, anemia yang dapat menyebabkan penderita mudah lelah,
gangguan fungsi hati, kanker kolon, megakolon toksik, penyakit batu
ginjal, atau arthritis.
d. Perubahan fisik penyakit chorn disease
Berat badan menurun
4. Gambar dari penyakit chorn disease

Anda mungkin juga menyukai