BEBERAPA NEGARA
Dosen :
Kelas : C
JAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Pemahaman tentang persepsi tenaga medis dan masyarakat umum termasuk pasien
mengenai kesalahan medis diperlukan untuk meningkatkan keselamatan pasien. Selain itu,
para tenaga medis dan masyarakat umum harus membahas insiden keselamatan pasien yang
disebabkan oleh pemberian tindakan perawatan kesahatan dan membangun langkah-langkah
untuk mencegah dan mengatur secara bersama. Namun, mungkin terdapat kesenjangan antara
persepsi tenaga medis dengan masyarakat umum tentang insiden keselamatan pasien, seperti
penyebab insiden keselamatan pasien dan pencegahannya. Secara khusus, ketika insiden
keselamatan pasien terjadi mungkin terdapat perbedaan yang jelas antara tenaga medis dan
pasien mengenai komunikasi insiden tersebut. pasien dan keluarganya, ingin tahu apa yang
telah terjadi, mengapa itu terjadi dan bagaimana penanganannya. Namun para tenaga medis
enggan berkomunikasi secara terbuka dengan pasien dan keluarganya setelah insiden
tersebut. Kesenjangan dalam komunikasi ini dapat mengurangi kepercayaan dan kepuasan
pasien pada tenaga medis serta dapat menambah kemungkinan tuntutan hukum medis.1
BAB II
KAJIAN TEORI
Open disclosure adalah proses untuk memastikan bahwa diskusi terbuka, jujur, empati
dan tepat waktu yang terjadi antara pasien dan atau keluarga atau pengasuh pasien dengan
staff pelayanan kesehatan setelah insiden keselamatan pasien. Open disclosure adalah bagian
integral dari manajemen insiden RS dan merupakan elemen kunci dari respon awal dan
investigasi insiden keselamatan pasien yang serius. Diskusi penyampaian terbuka antara
pasien dan staf layanan kesehatan diperlukan setiap kali pasien telah dilukai, apakah luka
tersebut hasil dari peristiwa atau keadaan yang tidak direncanakan atau tidak diinginkan atau
merupakan hasil dari penyakit atau tindakan perawatannya yang belum memenuhi harapan
pasien atau dokter untuk perbaikan atau proses penyembuhan.3
Tujuan lain dari open disclosure adalah membawa perbaikan sistem yang
dapat membantu mengurangi kesalahan. Secara umum diakui bahwa
menyalahkan individu tidak membantu mengurangi timbulnya kesalahan medis.
Keadaan yang resmi adalah fokusnya harus pada membangun sistem tanggung
jawab organisasi sementara dalam waktu yang sama juga menjaga akuntabilitas
profesi melihat bahwa penyampaian secara terbuka sebagai metode untuk
mendorong pelaporan peristiwa buruk yang akan mengarah pada peluang
perbaikan sistem.4
Pasien merasa terbantu jika para ahli tenaga medis percaya diri;
menunjukkan perhatian, peduli, dan memberi mereka waktu untuk berbicara dan
mengajukan pertanyaan. Keluarga berfokus pada ketersediaan privasi yang
memadai saat menerima berita, sikap dan pengetahuan ahli tenaga medis dan
kejelasan pesan yang diberikan.
1. Tingkat individual
Pada tingkat individu ada ketakutan oleh para tenaga medis bahwa
dengan bersikap jujur mereka akan mengekspos diri untuk mengajukan proses
litigasi dan tindakan disipliner, nama baik dan kesulitan finansial.
2. Tingkat intrapersonal
Pada intrapersonal beberapa tenaga medis mungkin merasa cemas
untuk mengakui kesalahan atau perasaan tidak kompeten untuk melakukan
proses penyampaian secara terbuka.
4. Tingkat Meta
Tahap pertama, penyampaian awal (initial disclosure), diskusi awal dengan pasien
harus dilakukan sesaat terjadinya kejadian. Setiap Profesional Pemberi Asuhan (PPA)
menpunyai kewajiban untuk menyampaikannya, meskipun Rumah Sakit (RS) memiliki tim
bantuan. Percakapan ini penting akan terjadi saat ini terjadi dan perlu yang akan dilakukan.
Diskusi saat awal, terbatas fakta-fakta yang telah terverifikasi. Bila memungkinkan, buat
komitmen untuk melakukannya agar bisa terjadi. Saat penyampaian awal, hal lain yang perlu
disampaikan, antara lain:
• Permohonan maaf atas apa yang terjadi
• Hindari menyalahkan
•Penyediaan dukungan logistik, klinis dan praktis untuk pasien / keluarga Harus
disadari, penyampaian awal hasil temuan dari diskusi sebelumnya.
Sebelum bertemu dengan pasien, tim yang ikut serta dalam penyampaian
informasi ini membahas dan saling mengeluarkan pandangan masing-masing
sehingga masing-masing membuat perjanjian yang disampaikan dan apa yang tidak
perlu. Profesional Pemberi Asuhan dan semua yang terlibat dalam layanan
kesehatan terkait ikut serta dan bagian dalam tim, dokter atau orang yang terkait
langsung dengan pelayanan dengan pasien, harus menjadi pemimpin dalam tim ini,
tetapi jika diperlukan satu dan lain-lain hal, tidak diperbolehkan untuk membantu
sebagai pemimpin tim, segera delegasikan ke orang dengan kemampuan
komunikasi yang baik dan paham dengan proses penyampaian informasi ini.
Selain itu, ditunjuk satu orang sebagai penghubung antara tim dengan pasien atau
keluarga, yang mendukung untuk memastikan informasi, rencana pertemuan
lanjutan dan hasil investigasi yang disampaikan kepada pasien atau keluarga. Pada
saat terjadi suatu kejadian, banyak disiplin ilmu kesehatan departemen, membahas
tim yang sangat berguna bagi Profesional Pemberi Asuhan dan pasien itu sendiri.
Rumah Sakit sebagai organisasi sebagau wadah masing-masing disiplin ilmu dalam
meningkatkan kualitas penyampain informasi yang baik. Dan harus tetap
mengingat, setiap anggota tim harus sadar akan keinginan pasien, dan
menghormati hak pasien dan keluarga.
Adanya peran serta manajemen Rumah Sakit sangat dibutuhkan bahkan dalam
beberapa kasus, harus hadir. Semakin banyak laporan yang dikeluarkan, pasien /
keluarga semakin berharap ada manajemen Rumah Sakit hadir dalam setiap
diskusi. Pada analisis paska penyampaian informasi (pengungkapan pasca
analisis), peran manajemen sangan penting dalam memberikan komitmen publik
mengenai budaya keselamatan pasien dengan penyampaian informasi lengkap
seperti bagian dalamnya, juga diperlukan komitmen itu semua orang dengan
membuat situs web, berita dalam koran, majalah atau materi edukasi lainnya.
Manajemen juga harus memastikan selama proses penyampaian informasi, staf
Rumaah Sakit mendapat dukungan penuh, termasuk pemberian bantuan untuk
Profesional Pemberi Asuhan yang sedang memperbaiki trauma saat diperlukan
dikeluarkan.
4. Dokumentasi
Dokumentasi Pada akhir sesi proses, ulas setiap keputusan kunci dan fakta-
fakta yang telah disampaikan masing-masing paham akan apa yang telah
didiskusikan. Secara singkat, dibuat resume yang dibagikan kepada seluruh
pesertaan, sebelum dimasukkan dalam rekam medis. Proses ini dapat membantu
meningkatkan akuntabilitas Rumah Sakit.
Proses dokumentasi tidak boleh melanggar regulasi dan peraturan, yang
didalamnya termasuk:
2.4.1 Jerman6
Masalah open disclosure di Jerman pada sekarang ini tidak memainkan peran
penting dalam kebijakan kesehatan. Sementara pentingnya melaporkan insiden
sebagai bagian dari program peningkatan kualitas telah diakui. Meskipun terdapat
penelitian faktorial terhadap masyarakat umum tentang kesalahan medis pada tahun
2004, saat ini tidak ada data empiris yang berkaitan dengan sikap dan pandangan
pasien atau praktisi mengenai penyampaian secara terbuka, dan sangat sedikit yang
diketahui tentang praktik saat ini. Memang penyampaian secara terbuka belum
menerima banyak perhatian di negara yang tidak berbahasa Inggris secara umum.
Misalnya, saat ini tidak ada data empiris yang berkaitan dengan praktik aktual atau
sikap dan pandangan pasien dan praktisi di sebagian besar negara di benua Eropa.
Namun, bahwa kerangka hukum yang lebih luas yang ada di Jerman
umumnya mendukung komunikasi dengan pasien setelah insiden. Memang,
tidak seperti situasi di sebagian besar negara berbahasa Inggris, hubungan
perawatan kesehatan di bawah hukum Jerman hampir selalu merupakan
hubungan kontraktual, dan kontrak perawatan menempatkan kewajiban pada
penyedia layanan kesehatan untuk memberi tahu pasien tentang insiden dan
komplikasi selama perawatan. Namun, pandangan utama adalah bahwa tidak
ada kewajiban hukum pada dokter untuk memberi tahu pasien bahwa mereka
bersalah atas insiden atau komplikasi tersebut.
Di Inggris, setelah peluncuran awal pada tahun 2005, National Patient Safety
Agency meluncurkan kembali kerangka terbuka tahun 2009. Kerangka ini
menggambarkan tentang cara dimana organisasi perawatan kesehatan dan staf mereka
berkomunikasi dengan pasien dan atau pengasuh pasien mengenai insiden
keselamatan pasien, dan menetapkan 10 prinsip utama yang mendukung keberhasilan
proses ini. Ini termasuk memberikan permintaan maaf yang tulus dan tepat waktu atas
apa yang telah terjadi, memberi informasi kepada pasien dan atau pengasuh pasien
tentang kemajuan yang dibuat dengan investigasi insiden, meyakinkan pasien dan
atau pengasuh bahwa insiden tersebut ditangani dengan serius dan memastikan bahwa
tindakan diambil untuk mencegah insiden terjadi lagi. Komunikasi dan kepercayaan
yang baik merupakan hal mendasar dalam hubungan antara profesional perawatan
kesehatan dan pasien, tetapi juga bahwa itu adalah tindakan etis.
Indonesia Australia
Indonesia Australia
KESIMPULAN
Dari berbagai artikel dan dalam pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa
budaya keselamatan pasien dan para ahli tenaga kesehatan sangat terkait dengan
insiden Keselamatan. Baik para ahli tenaga kesehatan dan pasien harus saling
mendukung konsep penyampaian secara terbuka dan efek samping ketika terjadi
insiden yang tidak diinginkan tersebut. Meskipun perjanjian ini pengungkapannya
masih jauh dari keseluruhan. Menutup kesenjangan antara aspirasi dan kenyataan
pengungkapan akan menjadi tantangan karena memerlukan perubahan sikap di antara
para profesional kesehatan dan pemahaman yang lebih besar dari lembaga tentang
efek pada proses litigasi. Bukti terbatas tetapi apa yang ada menunjukkan bahwa
pengungkapan penuh dan jujur menawarkan manfaat potensial untuk meningkatkan
pengalaman pasien dan hubungan penyerta pasien. Selain itu, rumah sakit perlu
mempertimbangkan untuk mengorganisir tim khusus dan mempekerjakan tenaga ahli
untuk penyampaian secara terbuka mengenai insiden pasien. Kesedaran untuk
budayan keselamatan pasien masih perlu ditingkatkan salah satunya dengan
memberikan pelatihan-pelatihan dan pengupdate pengetahuan tentang keselamatan
pasien. Selain itu, motivasi untuk melaporkan jika terdapat insiden keselamtan pasien
juga ditingkatkan agar mencegah insiden yang sama untuk terjadi kembali.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ock M, Kim HJ, Jo MW, et al. Perceptions of the General Public and Physicians
Regarding Open Disclosure in Korea: A Qualitative Study. BMC Medical Ethics.
2016; 17(50):1-13
2. Connor EO, Coates HM , Yardley IE, Wu AW. Disclosure of Patient Safety Incidents: A
Comprehensive Review. International Journal for Quality in Health Care.
2010;22(5):371–79
4. Allan A, Munro B. Open Disclosure: A Review of the Literature. Val Lismhan Health
Research Foundation. Edith Cowan University, Joondalup, Western Australia: 2008.
5. Canadian Patient Safety Institute. Canadian Disclosure Guidelines: being Open and Honest
with Patients and Families [Internet]. Edmonton. 2011 (Diakses 1 April 2020)
Tersedia di:
http://www.patientsafetyinstitute.ca/English/toolsResources/disclosure/Documents/CP
SI %20Canadian%20Disclosure%20Guidelines.pdf