(ABC)
Dosen Pengampu :
I Putu Wahyu Dwinata JS., SE., MBA
Disusun Oleh :
Kelompok 1
DAFTAR ISI...............................................................................................................................i
PEMBAHASAN........................................................................................................................1
1.1 Kelemahan Penentuan Harga Pokok Produk Konvensional............................................1
1.2 Tahap Penentuan Harga Pokok dengan Konsep Activity Based Costing (ABC)............2
1.3 Klasifikasi Aktivitas Dalam Konsep ABC.......................................................................3
1.3.1 Konsep Umum Activity Based Costing.....................................................................3
1.3.2 Konsep Dasar Activity Based Costing.......................................................................4
1.3.3 Aktivitas dalam Sistem ABC.....................................................................................5
1.3.4 Pemicu Biaya (Cost Driver) dalam Sistem ABC.......................................................7
1.3.5 Kelompok Biaya (Cost Pool) dalam Sistem ABC.....................................................8
1.3.6 Tahapan Penerapan Sistem ABC...............................................................................8
1.3.7 Manfaat Penerapan Sistem ABC.............................................................................10
1.4 Menjelaskan Faktor Penentu Cost Driver (Pemicu Biaya).............................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12
i
ii
PEMBAHASAN
Penentuan harga pokok produksi konvensional adalah full costing dan variable costing.
Hansen dan Mowen (2006:57) mengemukakan bahwa dalam pembebanan biaya ke produk
dengan sistem biaya konvensional menggunakan penelusuran langsung dan penelusuran
penggerak, akan tetapi penelusuran penggerak hanya menggunakan penggerak tingkat unit
(produksi) seperti jam tenaga kerja langsung, jam mesin dan material langsung. Sedangkan
perhitungan harga pokok konvensional menurut Slamet (2007:98) hanya membebankan biaya
produksi pada produk. Sistem biaya konvensional menurut Emblemsvag (2003:104) memiliki
beberapa ciri sebagai berikut :
1. Untuk tujuan biaya produk, perusahaan dipisahkan menjadi bidang fungsional
kegiatan, yaitu manufaktur, pemasaran, pembiayaan, dan administrasi.
2. Pembuatan biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan manufaktur biaya
overhead, yaitu dicatat dalam penilaian persediaan.
3. Biaya tenaga kerja langsung, bahan langsung dan sianggap dilacak (atau) dibebankan
langsung ke produk.
4. Biaya overhead pabrik dan layanan manufaktur departemen diperlakukan sebagai
biaya tidak langsung produk tetapi dibebankan ke produk dengan menggunakan tarif
biaya overhead telah ditentukan.
5. Ketika produk tunggal, rencana jangka panjang, tingkat biaya overhead yang telah
ditentukan digunakan, overhead dibebankan tanpa pandang bulu untuk semua produk
tanpa memperhatikan mungkin berbeda disebabkan oleh perbedaan dalam sumber
daya yang dimanfaatkan dalam pembuatan satu produk versus lain.
6. Biaya fungsional pemasaran, pembiayaan, dan administrasi yang akurat dirumuskan
di kolam biaya dan diperlakukan sebagai biaya pada periode di mana mereka
terjadinya. Biaya tersebut tidak diperlakukan sebagai biaya produk.
1
1.2 Tahap Penentuan Harga Pokok dengan Konsep Activity Based Costing (ABC)
Dalam penentuan harga pokok dalam sebuah produk Biaya-biaya yang diabaikan Banyak
biaya produk-produk khusus yang dihilangkan dari analisis. Aktivitas-aktivitas tersebut
menyebabkan biaya-biaya seperti pemasaran, periklanan, riset dan pengembangan. Teknik
produk dan klaim jaminan. Biaya dan waktu yang digunakan System ABC sangat mahal
untuk dikembangkan dan diterapkan. Hal ini juga sangat memakan waktu. Seperti
kebanyakan manajemen inovasi atau system akuntansi, seringkali memerlukan lebih dari
setahun untuk mengembangkan dan melaksanakan ABC dengan berhasil. Activity Based
Costing pada dasarnya merupakan penentuan harga pokok produk yang ditujukan untuk
menyajikan informasi harga pokok produk secara cermat untuk kepentingan manajemen,
dengan mengukur secara cermat konsumsi sumber daya dalam setiap aktivitas yang
digunakan untuk menghasilkan produk.
Tujuan Activity Based Costing adalah untuk mengalokasikan biaya ke transaksi dari aktivitas
yang dilaksanakan dalam suatu organisasi, dan kemudian mengalokasikan biaya tersebut
secara tepat ke produk sesuai dengan pemakaian aktivitas setiap produk.
Full Costing dan Variabel Costing (konvensional) menitikberatkan penentuan harga pokok
produk pada fase produksi saja, sedangkan untuk Activity Based Costing menitikberatkan
penentuan harga pokok produk pada semua fase pembuatan produk yang terdiri dari :
1. Fase Desain Dan Pengembangan Produk
Biaya Desain
Biaya Pengujian
2. Fase Produksi
Unit Level Activity Cost
Batch Level Activity Cost
Product Sustaining Activity Cost
Facility Sustaining Activity Cost
2
tidak dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi dalam setiap order
produksi. Contoh : biaya angkutan bahan baku dalam pabrik, biaya inspeksi, biaya
order pembelian.
3. Produk sustaining activity cost: biaya ini berhubungan dengan penelitian dan
pengembangan produk dan biaya-biaya untuk mempertahankan produk agar
tetap dapat dipasarkan. Biaya ini dibebankan kepada produk
berdasarkan taksiran jumlah unit yang akan dihasilkan selama
umur produk tersebut. Biaya ini tidak terpengaruh oleh jumlah unit produk yang
diproduksi dan jumlah batch produksi yang dilaksanakan oleh divisi penjual.
Contoh : desain produk,desain proses pengolahan produk, pengujian produk.
4. Facility sustaining activity cost: biaya ini berhubungan dengan
kegiatan untuk mempertahankan kapasitas yang dimiliki oleh perusahaan. Biaya
ini dibebankan kepada produk atas dasar taksiran unit yang dihasilkan pada
kapasitas normal divisi penjual. Contoh : biaya depresiasi dan amortisasi,
biaya asuransi dan biaya karyawan kunci.
Activity Based Costing (Sistem ABC) adalah sistem akuntansi biaya berbasis aktivitas,
dimana penentuan biaya produk berdasarkan konsumsi sumber daya oleh aktivitas, dengan
proses pengumpulan dan penelusuran data biaya melalui kinerja aktivitas. Pendekatan
penentuan biaya berdasarkan aktivitas adalah bahwa produk atau jasa perusahaan dilakukan
oleh aktivitas, dan aktivitas yang dibutuhkan tersebut menggunakan sumber daya yang
menyebabkan timbulnya biaya. Activity Based Costing merupakan metode penentuan HPP
(product costing) yang ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok secara cermat bagi
kepentingan manajemen, dengan mengukur secara cermat konsumsi sumber daya alam setiap
aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk. Activity based costing adalah suatu
sistem biaya yang mengumpulkan biaya-biaya ke dalam aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam
perusahaan lalu membebankan biaya atau aktivitas tersebut kepada produk atau jasa, dan
melaporkan biaya aktivitas dan produk atau jasa tersebut pada manajemen agar selanjutnya
dapat digunakan untuk perencanaan, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan.
Berikut definisi dan pengertian Activity Based Costing (ABC) dari beberapa sumber buku:
1. Menurut Mulyadi (2007), activity based costing adalah sistem informasi biaya
berbasis aktivitas yang didesain untuk memotivasi personel dalam melakukan
pengurangan biaya dalam jangka panjang melalui pengelolaan aktivitas.
3
2. Menurut Raiborn dan Kinney (2011), activity based costing adalah sistem akuntansi
biaya yang berfokus pada aktivitas organisasi dan pengumpulan biaya-biaya
berdasarkan sifat pokok yang masih mendasari tingkat beberapa overhead yang telah
ditetapkan kemudian dihitung menggunakan berbagai macam pemicu biaya dalam
aktivitas suatu organisasi.
3. Menurut Siregar, dkk (2014), activity based costing adalah suatu pendekatan
perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber daya ke dalam objek biaya,
seperti produk, jasa atau konsumen berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk objek
biaya.
4. Menurut Rudianto (2013), activity based costing adalah pendekatan penentuan biaya
produk yang membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber
daya oleh aktivitas. Dasar pemikiran pendekatan penentuan biaya ini adalah bahwa
produk atau jasa perusahaan dilakukan oleh aktivitas, dan aktivitas yang dibutuhkan
tersebut menggunakan sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya.
5. Menurut Brimson (1991), activity based costing adalah proses pengumpulan dan
penelusuran data biaya dan kinerja aktivitas aktivitas perusahaan dan pengujian
informasi umpan balik antara biaya yang sesungguhnya dengan biaya yang
direncanakan untuk membuat tindakan korelasi yang diperlukan.
Activity Based Costing adalah suatu sistem yang terfokus pada aktivitas-aktivitas yang
dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Menyediakan informasi perihal aktivitas-
aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan kejadian atau transaksi yang
merupakan pemicu biaya (cost driver) yang bertindak sebagai faktor penyebab dalam
pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas ini menjadi titik perhimpunan biaya.
Dalam sistem ABC, biaya ditelusur ke aktivitas dan kemudian ke produk. Sistem ABC
mengasumsikan bahwa aktivitas-aktivitaslah yang mengkonsumsi sumber daya dan bukannya
produk.
Menurut Rudianto (2013), terdapat dua konsep dasar yang harus diketahui dalam sistem
ABC, yaitu:
4
1. Biaya Memiliki Penyebab.
Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah aktivitas. Dengan demikian,
pemahaman yang mendalam tentang aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya
akan menempatkan personil perusahaan pada posisi dapat mempengaruhi biaya.
Sistem ABC berangkat dari keyakinan dasar bahwa sumber daya menyediakan
kemampuan untuk melaksanakan aktivitas, bukan sekedar menyebabkan timbulnya
alokasi biaya.
2. Penyebab Biaya Dapat Dikelola.
Penyebab biaya (yaitu aktivitas) dapat dikelola. Melalui pengelolaan terhadap
aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya biaya, personil perusahaan dapat
memengaruhi biaya. Pengelolaan terhadap aktivitas memerlukan berbagai informasi
tentang aktivitas.
Agar penerapan Activity Based Costing menjadi optimal, perlu diperhatian beberapa hal
sebagai berikut:
1. Perusahaan Mempunyai Tingkat Diversitas Yang Tinggi.
Sistem ABC mensyaratkan bahwa perusahaan memproduksi beberapa macam produk
atau lini produk yang diproses dengan menggunakan fasilitas yang sama. Kondisi
yang demikian tentunya akan menimbulkan masalah dalam membebankan biaya ke
masing-masing produk.
2. Tingkat Persaingan Industri Yang Tinggi.
Terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis.
Dalam persaingan antar perusahaan yang ketat tersebut dibutuhkan pembebanan biaya
yang akurat. Informasi tentang pembebanan biaya yang akurat akan memudahkan
bagi pihak manajemen dalam proses pengambilan keputusan.
3. Biaya Pengukuran Yang Relatif Rendah.
Biaya pengukuran (measurement cost) merupakan biaya yang terkait dengan
pengukuran yang digunakan oleh suatu sistem biaya. Agar penerapan sistem ABC
dapat optimal, maka biaya pengukuran untuk menghasilkan informasi biaya aktivitas
harus relatif rendah.
Untuk mengidentifikasi biaya sumber daya pada berbagai aktivitas, perusahaan perlu
mengklasifikasikan seluruh aktivitas berdasarkan bagaimana aktivitas tersebut
5
mengkonsumsi sumber daya. Pengklasifikasian aktivitas dalam beberapa level ini akan
memudahkan perhitungan karena biaya aktivitas yang berkaitan dengan level yang berbeda
akan menggunakan jenis Cost Driver yang berbeda. Menurut Firdaus dan Wasilah (2009),
tingkatan aktivitas dalam sistem ABC adalah sebagai berikut:
6
dihasilkan tetapi untuk mendukung organisasi secara keseluruhan. Dasar
pengelompokan untuk level ini sulit dicari hubungan sebab akibatnya dengan produk
atau jasa yang dihasilkan tetapi dibutuhkan untuk kelancaran kegiatan perusahaan
yang berhubungan dengan proses produksi barang atau jasa. Aktivitas ini tidak
disebabkan oleh produk atau kebutuhan pelayanan pelanggan dan tidak dapat
ditelusuri ke satu unit, batch, atau produk. Contoh aktivitas tingkat fasilitas mencakup
penyediaan keamanan untuk memelihara mesin pabrik dengan fungsi umum,
pengelolaan pabrik, pembayaran pajak bangunan dan asuransi pabrik, serta penutupan
buku setiap bulan. Beberapa perusahaan menyebutkan aktivitas ini sebagai aktivitas
pendukung bisnis atau infrastruktur.
Cost driver adalah faktor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya aktivitas, cost driver
merupakan faktor yang dapat diukur yang digunakan untuk membebankan biaya ke aktivitas
dan dari aktivitas ke aktivitas lainnya, produk, atau jasa (Blocher dkk, 2011). Cost driver
merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya overhead. Jika perusahaan
memiliki beberapa jenis produk maka biaya overhead yang terjadi ditimbulkan secara
bersamaan oleh seluruh produk. Hal ini menyebabkan jumlah overhead yang ditimbulkan
oleh masing-masing jenis produk harus diidentifikasi melalui cost driver.
7
1.3.5 Kelompok Biaya (Cost Pool) dalam Sistem ABC
Cost pool adalah sebuah wadah dimana biaya diakumulasi dan berkaitan dengan sebuah
pengukuran aktivitas tunggal dalam sistem ABC (Garrison dkk, 2014). Cost pool berisi
aktivitas yang biayanya memiliki hubungan yang kuat antara cost driver dengan biaya
aktivitas. Setiap cost pool menampung biaya-biaya dari transaksi-transaksi homogen.
Semakin banyak aktivitas dalam suatu kegiatan menyebabkan semakin bertambahnya biaya
dalam cost pool.
Aktivitas yang ada dalam perusahaan dapat digabungkan menjadi satu cost pool atau
beberapa cost pool. Semakin tinggi tingkat kesamaan aktivitas yang dilaksanakan dalam
perusahaan, semakin sedikit cost pool yang dibutuhkan untuk membebankan biaya-biaya
tersebut. Sistem biaya yang menggunakan beberapa cost pool akan lebih menjelaskan
hubungan sebab akibat antara biaya yang timbul dengan produk yang dihasilkan. Untuk
membebankan biaya pada setiap cost pool digunakan tarif tertentu yang dihitung dengan
membagi biaya cost pool dengan cost driver
Proses penerapan ABC untuk menentukan harga pokok produksi dapat dibagi menjadi dua
tahap, yaitu mengidentifikasi dan mengelompokkan aktivitas serta pembebanan biaya sumber
daya ke aktivitas dan pembebanan biaya aktivitas ke produk. Adapun penjelasan tahapan
penerapan sistem ABC adalah sebagai berikut:
8
berlevel batch (batch level activities), aktivitas berlevel produk (product level
activities) dan aktivitas berlevel fasilitas (fasility level activities).
2. Mengidentifikasi Biaya.
Untuk membebankan biaya dari sumber daya ke aktivitas, terlebih dahulu harus
dilakukan identifikasi elemen biaya utama. Penentuan elemen biaya ini dapat dilihat
pada buku besar perusahaan. Biaya yang perlu diperhatikan adalah biaya overhead
karena biaya overhead ini merupakan biaya yang dikonsumsi secara tidak langsung
sehingga harus dianalisis. Berbeda dengan biaya tenaga kerja langsung yang
pembebanannya dapat dilakukan tanpa dianalisis. Biaya aktivitas meliputi semua nilai
sumber daya yang dikonsumsi untuk melakukan aktivitas tersebut.
Suatu aktivitas mempunyai hubungan langsung dengan biaya. Selain itu aktivitas
memegang peranan penting dalam menginterpretasikan data. Biaya-biaya
dikelompokkan berdasarkan tujuan dan pemicu biaya yang sama agar biaya tersebut
memiliki sifat homogen untuk memudahkan pengendalian dan untuk menghindari
disorientasi alokasi produk.
2. Pengalokasian Biaya.
Setelah ditetapkan cost driver untuk masing-masing kelompok biaya (cost pool),
maka dapat dilakukan pengalokasian biaya-biaya dalam cost pool ke masing-masing
produk berdasarkan cost driver masing-masing cost pool yang telah ditatapkan. Pada
tabel-tabel diatas, kita dapat ketahui besarnya biaya untuk masing-masing cost pool
dan dari informasi biaya tersebut kita pun dapat mengetahui pengalokasian biaya
berdasarkan cost driver, tarif per cost pool serta harga pokok untuk masing-masing
produk.
Menurut Firdaus dan Wasilah (2009), penerapan sistem ABC dalam perusahaan memberikan
beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut:
1. Menentukan harga pokok produk secara lebih akurat, terutama untuk menghilangkan
adanya subsidi silang sehingga tidak ada lagi pembebanan harga pokok jenis tertentu
terlalu tinggi (over costing) dan harga pokok jenis produk lain terlalu rendah (under
costing).
2. Memperbaiki pembuatan keputusan dengan menggunakan ABC tidak hanya
menyajikan informasi yang lebih akurat mengenai biaya produk, tetapi juga
memberikan informasi bagi manajer tentang aktivitas-aktivitas yang menyebabkan
timbulnya biaya khususnya biaya tidak langsung, yang merupakan hal penting bagi
manajemen dalam pengambilan keputusan baik mengenai produk maupun dalam
mengelola aktivitas-aktivitas sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas
usaha.
3. Mempertinggi pengendalian terhadap biaya overhead. Biaya overhead di sebabkan
oleh aktivitas-aktivitas yang terjadi di perusahaan. Sistem ABC memudahkan manajer
dalam mengendalikan aktivitas-aktivitas yang menimbulkan biaya overhead tersebut.
10
1.4 Menjelaskan Faktor Penentu Cost Driver (Pemicu Biaya)
Menurut Armila Krisna Warindrani (2006 : 28) pengertian Cost driver atau pemicu biaya
adalah dasar alokasi yang digunakan dalam Activity Based Costing system yang merupakan
faktor-faktor yang menentukan seberapa besar atau seberapa banyak usaha dan beban kerja
yang dibutuhkan untuk melakukan suatu aktivitas. Cost driver digunakan untuk menghitung
biaya sumber dari setiap unit aktivitas. Kemudian setiap biaya sumber daya dibebankan ke
produk atau jasa dengan mengalihkan biaya setiap aktivitas dengan kuantitas setiap aktivitas
yang dikonsumsikan pada periode tertentu. Cost Driver merupakan faktor-faktor yang
menyebabkan biaya aktivitas,cost driver faktor yang dapat diukur yang digunakan untuk
membebankan biaya ke aktivitas dan dari aktivitas satu ke aktivitas lainnya.Cost Driver
adalah penyebab terjadi biaya, sedangkan aktivitas adalah merupakan dampak yang
ditimbulkannya.Dalam sistem biaya Activity Based Costing (ABC) digunakan beberapa
macam pemicu biaya sedangkan pada sistem biaya tradisional hanya menggunakan satu
macam pemacu biaya tertentu.
Landasan penting untuk menghitung biaya berdasarkan aktivitas aktivitas adalah dengan
mengidentifikasi pemicu biaya atau Cost Driver untuk setiap aktivitas. Pemahaman yang
tidak tepat atas pemicu akan mengakibatkan ketidak tepatan pada pengklasifikasian biaya,
sehingga menimbulkan dampak bagi manajemen dalam mengambil keputusan. Jika
perusahaan memiliki beberapa jenis produk maka biaya overhead yang terjadi ditimbulkan
secara bersamaan oleh seluruh produk. Hal ini menyebabkan jumlah overhead yang
ditimbulkan oleh masing-masing jenis produk harus diidentifikasi melalui cost driver. Cost
driver adalah faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya overhead. Faktor ini
menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktivitas yang akan menyebabkan biaya dalam
aktivitas, Marismiati (2011).
Cost driver merupakan kejadian atau aktivitas yang menyebabkan atau berakibat keluarnya
biaya. Ada dua jenis cost driver, yaitu:
11
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Choirul Efendi (2015) Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan
Sistem Activity Based Costing (Abc) Pada Usaha Kerajinan Kaligrafi Dan Relief Khasanah
Jepara.
A’isyah, Feni Siti. Penerapan Activity Based Costing System (ABC System) Dalam
Penentuan Harga Pokok Produksi (HPP): Studi Kasus pada Perusahaan Rokok Djagung
Prima Malang 2011. Malang: Jurnal Administrasi Bisnis (JAB). Vol. 2 No. 1, 2013.
Apriliani, Niken. Analisis Penerapan Metode Activity Based Costing System dalam
Menentukan Harga Pokok Produksi pada PT.Wowin Purnama Putra Trenggalek. Simki-
Economic Vol. 01 No. 03, 2017.
Mulyadi. 2007. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: STIE YKPN.
Raiborn, Cecily A dan Kinney, M.R. 2011. Akuntansi Biaya Dasar dan Perkembangan.
Jakarta: Salemba Empat.
Siregar, dkk. 2014. Akuntansi Biaya. Jakarta: Salemba Empat.
Rudianto. 2013. Akuntansi Manajemen Informasi untuk Pengambilan Keputusan Strategis.
Jakarta: Erlangga.
Brimson, James A. 1991. Activity Accounting. New York: John Wiley & Sons. Inc.
Firdaus, Ahmad dan Wasilah. 2009. Akuntansi Biaya. Jakarta: Salemba empat.
Blocher, dkk. 2011. Manajemen Biaya Penekanan Strategis. Jakarta: Salemba Empat.
Garrison, dkk. 2013. Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba Empat.
12