Anda di halaman 1dari 15

MENGANALISIS KONSEP ACTIVITY BASED COSTING

(ABC)

Dosen Pengampu :
I Putu Wahyu Dwinata JS., SE., MBA

Disusun Oleh :
Kelompok 1

1. Ida Ayu Bunga Kalpika (10/2102612010234)


2. Ni Kadek Chintya Indrasari (11/2102612010237)
3. I Putu Gede Widnyana Putra (12/2102612010243)
4. Ni Luh Putu Desi Pratiwi (13/2102612010240)
5. Ni Putu Audy Orlanda (18/2102612010248)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................i
PEMBAHASAN........................................................................................................................1
1.1 Kelemahan Penentuan Harga Pokok Produk Konvensional............................................1
1.2 Tahap Penentuan Harga Pokok dengan Konsep Activity Based Costing (ABC)............2
1.3 Klasifikasi Aktivitas Dalam Konsep ABC.......................................................................3
1.3.1 Konsep Umum Activity Based Costing.....................................................................3
1.3.2 Konsep Dasar Activity Based Costing.......................................................................4
1.3.3 Aktivitas dalam Sistem ABC.....................................................................................5
1.3.4 Pemicu Biaya (Cost Driver) dalam Sistem ABC.......................................................7
1.3.5 Kelompok Biaya (Cost Pool) dalam Sistem ABC.....................................................8
1.3.6 Tahapan Penerapan Sistem ABC...............................................................................8
1.3.7 Manfaat Penerapan Sistem ABC.............................................................................10
1.4 Menjelaskan Faktor Penentu Cost Driver (Pemicu Biaya).............................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

i
ii
PEMBAHASAN

1.1 Kelemahan Penentuan Harga Pokok Produk Konvensional

Penentuan harga pokok produksi konvensional adalah full costing dan variable costing.
Hansen dan Mowen (2006:57) mengemukakan bahwa dalam pembebanan biaya ke produk
dengan sistem biaya konvensional menggunakan penelusuran langsung dan penelusuran
penggerak, akan tetapi penelusuran penggerak hanya menggunakan penggerak tingkat unit
(produksi) seperti jam tenaga kerja langsung, jam mesin dan material langsung. Sedangkan
perhitungan harga pokok konvensional menurut Slamet (2007:98) hanya membebankan biaya
produksi pada produk. Sistem biaya konvensional menurut Emblemsvag (2003:104) memiliki
beberapa ciri sebagai berikut :
1. Untuk tujuan biaya produk, perusahaan dipisahkan menjadi bidang fungsional
kegiatan, yaitu manufaktur, pemasaran, pembiayaan, dan administrasi.
2. Pembuatan biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan manufaktur biaya
overhead, yaitu dicatat dalam penilaian persediaan.
3. Biaya tenaga kerja langsung, bahan langsung dan sianggap dilacak (atau) dibebankan
langsung ke produk.
4. Biaya overhead pabrik dan layanan manufaktur departemen diperlakukan sebagai
biaya tidak langsung produk tetapi dibebankan ke produk dengan menggunakan tarif
biaya overhead telah ditentukan.
5. Ketika produk tunggal, rencana jangka panjang, tingkat biaya overhead yang telah
ditentukan digunakan, overhead dibebankan tanpa pandang bulu untuk semua produk
tanpa memperhatikan mungkin berbeda disebabkan oleh perbedaan dalam sumber
daya yang dimanfaatkan dalam pembuatan satu produk versus lain.
6. Biaya fungsional pemasaran, pembiayaan, dan administrasi yang akurat dirumuskan
di kolam biaya dan diperlakukan sebagai biaya pada periode di mana mereka
terjadinya. Biaya tersebut tidak diperlakukan sebagai biaya produk.

Sulistiangsih (1999:20) mengemukakan bahwa terdapat dua kelemahan sistem penetapan


biaya produk secara full costing (konvensional) yaitu :
1. Sistem penetapan biaya produk yang konvensional memang tidak dirancang khusus
untuk penetapan biaya produk yang akurat, karena tujuan utamanya dimaksudkan
untuk menetapkan biaya persediaan.
2. Belum pernah dimodifikasi, walaupun proses produksi telah berubah. Untuk
memutuskan apakah sistem biaya suatu perusahaan telah merefleksikan biaya produk
yang optimal, diperlukan analisis detail terhadap sistem biaya tersebut agar biaya
yang dikeluarkan untuk analisis terhadap sistem biaya dapat efisien.

1
1.2 Tahap Penentuan Harga Pokok dengan Konsep Activity Based Costing (ABC)

Dalam penentuan harga pokok dalam sebuah produk Biaya-biaya yang diabaikan Banyak
biaya produk-produk khusus yang dihilangkan dari analisis. Aktivitas-aktivitas tersebut
menyebabkan biaya-biaya seperti pemasaran, periklanan, riset dan pengembangan. Teknik
produk dan klaim jaminan. Biaya dan waktu yang digunakan System ABC sangat mahal
untuk dikembangkan dan diterapkan. Hal ini juga sangat memakan waktu. Seperti
kebanyakan manajemen inovasi atau system akuntansi, seringkali memerlukan lebih dari
setahun untuk mengembangkan dan melaksanakan ABC dengan berhasil. Activity Based
Costing pada dasarnya merupakan penentuan harga pokok produk yang ditujukan untuk
menyajikan informasi harga pokok produk secara cermat untuk kepentingan manajemen,
dengan mengukur secara cermat konsumsi sumber daya dalam setiap aktivitas yang
digunakan untuk menghasilkan produk.
Tujuan Activity Based Costing adalah untuk mengalokasikan biaya ke transaksi dari aktivitas
yang dilaksanakan dalam suatu organisasi, dan kemudian mengalokasikan biaya tersebut
secara tepat ke produk sesuai dengan pemakaian aktivitas setiap produk.
Full Costing dan Variabel Costing (konvensional) menitikberatkan penentuan harga pokok
produk pada fase produksi saja, sedangkan untuk Activity Based Costing menitikberatkan
penentuan harga pokok produk pada semua fase pembuatan produk yang terdiri dari :
1. Fase Desain Dan Pengembangan Produk
 Biaya Desain
 Biaya Pengujian

2. Fase Produksi
 Unit Level Activity Cost
 Batch Level Activity Cost
 Product Sustaining Activity Cost
 Facility Sustaining Activity Cost

3. Fase dukungan logistik


 Biaya Iklan
 Biaya Distribusi
 Biaya Garansi Produk

Adapun rincian biaya produksi dalam ABC adalah sebagai berikut :


1. Unit level activity cost: biaya ini dipengaruhi oleh besar kecilnya
jumlah unit produk yang dihasilkan. Contohnya : biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, biaya energi dan biaya angkutan.
2. Batch level activity cost: biaya ini berhubungan dengan jumlah
batch produk yang diproduksi. Besar atau kecilnya biaya ini tergantung dari
frekuensi order produksi yang diolah oleh fungsi produksi. Biaya ini

2
tidak dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi dalam setiap order
produksi. Contoh : biaya angkutan bahan baku dalam pabrik, biaya inspeksi, biaya
order pembelian.
3. Produk sustaining activity cost: biaya ini berhubungan dengan penelitian dan
pengembangan produk dan biaya-biaya untuk mempertahankan produk agar
tetap dapat dipasarkan. Biaya ini dibebankan kepada produk
berdasarkan taksiran jumlah unit yang akan dihasilkan selama
umur produk tersebut. Biaya ini tidak terpengaruh oleh jumlah unit produk yang
diproduksi dan jumlah batch produksi yang dilaksanakan oleh divisi penjual.
Contoh : desain produk,desain proses pengolahan produk, pengujian produk.
4. Facility sustaining activity cost: biaya ini berhubungan dengan
kegiatan untuk mempertahankan kapasitas yang dimiliki oleh perusahaan. Biaya
ini dibebankan kepada produk atas dasar taksiran unit yang dihasilkan pada
kapasitas normal divisi penjual. Contoh : biaya depresiasi dan amortisasi,
biaya asuransi dan biaya karyawan kunci.

1.3 Klasifikasi Aktivitas Dalam Konsep ABC

1.3.1 Konsep Umum Activity Based Costing

Activity Based Costing (Sistem ABC) adalah sistem akuntansi biaya berbasis aktivitas,
dimana penentuan biaya produk berdasarkan konsumsi sumber daya oleh aktivitas, dengan
proses pengumpulan dan penelusuran data biaya melalui kinerja aktivitas. Pendekatan
penentuan biaya berdasarkan aktivitas adalah bahwa produk atau jasa perusahaan dilakukan
oleh aktivitas, dan aktivitas yang dibutuhkan tersebut menggunakan sumber daya yang
menyebabkan timbulnya biaya. Activity Based Costing merupakan metode penentuan HPP
(product costing) yang ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok secara cermat bagi
kepentingan manajemen, dengan mengukur secara cermat konsumsi sumber daya alam setiap
aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk. Activity based costing adalah suatu
sistem biaya yang mengumpulkan biaya-biaya ke dalam aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam
perusahaan lalu membebankan biaya atau aktivitas tersebut kepada produk atau jasa, dan
melaporkan biaya aktivitas dan produk atau jasa tersebut pada manajemen agar selanjutnya
dapat digunakan untuk perencanaan, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan.

Berikut definisi dan pengertian Activity Based Costing (ABC) dari beberapa sumber buku:
1. Menurut Mulyadi (2007), activity based costing adalah sistem informasi biaya
berbasis aktivitas yang didesain untuk memotivasi personel dalam melakukan
pengurangan biaya dalam jangka panjang melalui pengelolaan aktivitas.

3
2. Menurut Raiborn dan Kinney (2011), activity based costing adalah sistem akuntansi
biaya yang berfokus pada aktivitas organisasi dan pengumpulan biaya-biaya
berdasarkan sifat pokok yang masih mendasari tingkat beberapa overhead yang telah
ditetapkan kemudian dihitung menggunakan berbagai macam pemicu biaya dalam
aktivitas suatu organisasi.
3. Menurut Siregar, dkk (2014), activity based costing adalah suatu pendekatan
perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber daya ke dalam objek biaya,
seperti produk, jasa atau konsumen berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk objek
biaya.
4. Menurut Rudianto (2013), activity based costing adalah pendekatan penentuan biaya
produk yang membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber
daya oleh aktivitas. Dasar pemikiran pendekatan penentuan biaya ini adalah bahwa
produk atau jasa perusahaan dilakukan oleh aktivitas, dan aktivitas yang dibutuhkan
tersebut menggunakan sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya.
5. Menurut Brimson (1991), activity based costing adalah proses pengumpulan dan
penelusuran data biaya dan kinerja aktivitas aktivitas perusahaan dan pengujian
informasi umpan balik antara biaya yang sesungguhnya dengan biaya yang
direncanakan untuk membuat tindakan korelasi yang diperlukan.

1.3.2 Konsep Dasar Activity Based Costing

Activity Based Costing adalah suatu sistem yang terfokus pada aktivitas-aktivitas yang
dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Menyediakan informasi perihal aktivitas-
aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan kejadian atau transaksi yang
merupakan pemicu biaya (cost driver) yang bertindak sebagai faktor penyebab dalam
pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas ini menjadi titik perhimpunan biaya.
Dalam sistem ABC, biaya ditelusur ke aktivitas dan kemudian ke produk. Sistem ABC
mengasumsikan bahwa aktivitas-aktivitaslah yang mengkonsumsi sumber daya dan bukannya
produk.

Menurut Rudianto (2013), terdapat dua konsep dasar yang harus diketahui dalam sistem
ABC, yaitu:

4
1. Biaya Memiliki Penyebab.
Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah aktivitas. Dengan demikian,
pemahaman yang mendalam tentang aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya
akan menempatkan personil perusahaan pada posisi dapat mempengaruhi biaya.
Sistem ABC berangkat dari keyakinan dasar bahwa sumber daya menyediakan
kemampuan untuk melaksanakan aktivitas, bukan sekedar menyebabkan timbulnya
alokasi biaya.
2. Penyebab Biaya Dapat Dikelola.
Penyebab biaya (yaitu aktivitas) dapat dikelola. Melalui pengelolaan terhadap
aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya biaya, personil perusahaan dapat
memengaruhi biaya. Pengelolaan terhadap aktivitas memerlukan berbagai informasi
tentang aktivitas.

Agar penerapan Activity Based Costing menjadi optimal, perlu diperhatian beberapa hal
sebagai berikut:
1. Perusahaan Mempunyai Tingkat Diversitas Yang Tinggi.
Sistem ABC mensyaratkan bahwa perusahaan memproduksi beberapa macam produk
atau lini produk yang diproses dengan menggunakan fasilitas yang sama. Kondisi
yang demikian tentunya akan menimbulkan masalah dalam membebankan biaya ke
masing-masing produk.
2. Tingkat Persaingan Industri Yang Tinggi.
Terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis.
Dalam persaingan antar perusahaan yang ketat tersebut dibutuhkan pembebanan biaya
yang akurat. Informasi tentang pembebanan biaya yang akurat akan memudahkan
bagi pihak manajemen dalam proses pengambilan keputusan.
3. Biaya Pengukuran Yang Relatif Rendah.
Biaya pengukuran (measurement cost) merupakan biaya yang terkait dengan
pengukuran yang digunakan oleh suatu sistem biaya. Agar penerapan sistem ABC
dapat optimal, maka biaya pengukuran untuk menghasilkan informasi biaya aktivitas
harus relatif rendah.

1.3.3 Aktivitas dalam Sistem ABC

Untuk mengidentifikasi biaya sumber daya pada berbagai aktivitas, perusahaan perlu
mengklasifikasikan seluruh aktivitas berdasarkan bagaimana aktivitas tersebut

5
mengkonsumsi sumber daya. Pengklasifikasian aktivitas dalam beberapa level ini akan
memudahkan perhitungan karena biaya aktivitas yang berkaitan dengan level yang berbeda
akan menggunakan jenis Cost Driver yang berbeda. Menurut Firdaus dan Wasilah (2009),
tingkatan aktivitas dalam sistem ABC adalah sebagai berikut:

A. Aktivitas Tingkat Unit (unit-level activity)


Biaya untuk setiap unit adalah sumber daya yang digunakan untuk aktivitas yang akan
meningkat pada setiap unit produksi atau jasa yang dihasilkan. Dasar pengelompokan
untuk level ini adalah hubungan sebab akibat setiap unit yang dihasilkan. Contoh
aktivitas tingkat unit mencakup pemakaian bahan baku langsung, pemakaian jam
tenaga kerja langsung, serta pemasukan komponen dan inspeksi setiap unit. Aktivitas
tingkat unit merupakan aktivitas berdasarkan volume. Aktivitas yang dibutuhkan
bervariasi secara proporsional dengan jumlah objek biaya. Penggerak biaya untuk
konsumsi sumber daya dan penggerak biaya untuk konsumsi aktivitas cenderung
sama dengan aktivitas tingkat unit.

B. Aktivitas Tingkat Kelompok (batch-level activity)


Biaya untuk setiap kelompok unit tertentu adalah sumber daya yang digunakan untuk
aktivitas yang akan terkait dengan kelompok unit produk atau jasa yang dihasilkan.
Dasar pengelompokan untuk level ini adalah biaya yang hubungan sebab akibat untuk
setiap kelompok unit yang dihasilkan. Contoh aktivitas tingkat kelompok adalah
persiapan mesin, pengaturan pesanan pembelian, penjadwalan produksi, inspeksi yang
dilakukan oleh batch, penanganan bahan baku, dan percepatan proses produksi.

C. Aktivitas Tingkat Produk (product-level activity)


Biaya untuk setiap produk/jasa tertentu adalah sumber daya digunakan untuk aktivitas
yang menghasilkan suatu produk dan jasa. Dasar pengelompokan untuk level ini
adalah biaya yang memiliki hubungan sebab akibat dengan setiap produk atau jasa
yang dihasilkan. Contoh aktivitas tingkat produk mencakup desain produk, pembelian
suku cadang yang dibutuhkan oleh produk, dan keterlibatan dalam perubahan
rekayasa untuk memodifikasi produk.
D. Aktivitas Tingkat Fasilitas (facility-level activity)
Biaya untuk setiap fasilitas tertentu adalah sumber daya yang digunakan untuk
aktivitas yang tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan produk atau jasa yang

6
dihasilkan tetapi untuk mendukung organisasi secara keseluruhan. Dasar
pengelompokan untuk level ini sulit dicari hubungan sebab akibatnya dengan produk
atau jasa yang dihasilkan tetapi dibutuhkan untuk kelancaran kegiatan perusahaan
yang berhubungan dengan proses produksi barang atau jasa. Aktivitas ini tidak
disebabkan oleh produk atau kebutuhan pelayanan pelanggan dan tidak dapat
ditelusuri ke satu unit, batch, atau produk. Contoh aktivitas tingkat fasilitas mencakup
penyediaan keamanan untuk memelihara mesin pabrik dengan fungsi umum,
pengelolaan pabrik, pembayaran pajak bangunan dan asuransi pabrik, serta penutupan
buku setiap bulan. Beberapa perusahaan menyebutkan aktivitas ini sebagai aktivitas
pendukung bisnis atau infrastruktur.

1.3.4 Pemicu Biaya (Cost Driver) dalam Sistem ABC

Cost driver adalah faktor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya aktivitas, cost driver
merupakan faktor yang dapat diukur yang digunakan untuk membebankan biaya ke aktivitas
dan dari aktivitas ke aktivitas lainnya, produk, atau jasa (Blocher dkk, 2011). Cost driver
merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya overhead. Jika perusahaan
memiliki beberapa jenis produk maka biaya overhead yang terjadi ditimbulkan secara
bersamaan oleh seluruh produk. Hal ini menyebabkan jumlah overhead yang ditimbulkan
oleh masing-masing jenis produk harus diidentifikasi melalui cost driver.

Terdapat dua jenis cost driver, yaitu:

1) Driver Sumber Daya (Resources Driver).


Driver sumber daya merupakan ukuran kuantitas sumber daya yang dikonsumsi oleh
aktivitas. Driver sumber daya digunakan untuk membebankan biaya sumber daya
yang dikonsumsi oleh aktivitas ke Cost Pool tertentu. Contoh dari driver sumber daya
adalah persentase dari luas total yang digunakan oleh suatu aktivitas.

2) Driver Aktivitas (Activity Driver).


Driver aktivitas adalah ukuran frekuensi dan intensitas permintaan terhadap suatu
aktivitas terhadap objek biaya. Driver aktivitas digunakan untuk membebankan biaya
dari Cost Pool ke objek biaya. Contoh dari driver aktivitas adalah jumlah suku cadang
yang berbeda yang digunakan dalam produk akhir untuk mengukur konsumsi aktivitas
penanganan bahan untuk setiap produk.

7
1.3.5 Kelompok Biaya (Cost Pool) dalam Sistem ABC

Cost pool adalah sebuah wadah dimana biaya diakumulasi dan berkaitan dengan sebuah
pengukuran aktivitas tunggal dalam sistem ABC (Garrison dkk, 2014). Cost pool berisi
aktivitas yang biayanya memiliki hubungan yang kuat antara cost driver dengan biaya
aktivitas. Setiap cost pool menampung biaya-biaya dari transaksi-transaksi homogen.
Semakin banyak aktivitas dalam suatu kegiatan menyebabkan semakin bertambahnya biaya
dalam cost pool.

Aktivitas yang ada dalam perusahaan dapat digabungkan menjadi satu cost pool atau
beberapa cost pool. Semakin tinggi tingkat kesamaan aktivitas yang dilaksanakan dalam
perusahaan, semakin sedikit cost pool yang dibutuhkan untuk membebankan biaya-biaya
tersebut. Sistem biaya yang menggunakan beberapa cost pool akan lebih menjelaskan
hubungan sebab akibat antara biaya yang timbul dengan produk yang dihasilkan. Untuk
membebankan biaya pada setiap cost pool digunakan tarif tertentu yang dihitung dengan
membagi biaya cost pool dengan cost driver

1.3.6 Tahapan Penerapan Sistem ABC

Proses penerapan ABC untuk menentukan harga pokok produksi dapat dibagi menjadi dua
tahap, yaitu mengidentifikasi dan mengelompokkan aktivitas serta pembebanan biaya sumber
daya ke aktivitas dan pembebanan biaya aktivitas ke produk. Adapun penjelasan tahapan
penerapan sistem ABC adalah sebagai berikut:

A. Mengidentifikasi Dan Mengelompokkan Aktivitas


1. Mengklasifikasikan Berbagai Aktivitas.
Berbagai aktivitas diklasifikasikan dalam beberapa kelompok yang mempunyai suatu
interprestasi yang mudah dan jelas serta cocok dengan segmen-segmen proses
produksi yang dapat dikelola untuk menghasilkan produk atau jasa. Cara untuk
memahami aktivitas dan bagaimana aktivitas tersebut digabungkan disusun dalam
empat tingkatan aktivitas yaitu aktivitas berlevel unit (unit level activities), aktivitas

8
berlevel batch (batch level activities), aktivitas berlevel produk (product level
activities) dan aktivitas berlevel fasilitas (fasility level activities).

2. Mengidentifikasi Biaya.
Untuk membebankan biaya dari sumber daya ke aktivitas, terlebih dahulu harus
dilakukan identifikasi elemen biaya utama. Penentuan elemen biaya ini dapat dilihat
pada buku besar perusahaan. Biaya yang perlu diperhatikan adalah biaya overhead
karena biaya overhead ini merupakan biaya yang dikonsumsi secara tidak langsung
sehingga harus dianalisis. Berbeda dengan biaya tenaga kerja langsung yang
pembebanannya dapat dilakukan tanpa dianalisis. Biaya aktivitas meliputi semua nilai
sumber daya yang dikonsumsi untuk melakukan aktivitas tersebut.

3. Penentuan Aktivitas dengan Biaya.

Suatu aktivitas mempunyai hubungan langsung dengan biaya. Selain itu aktivitas
memegang peranan penting dalam menginterpretasikan data. Biaya-biaya
dikelompokkan berdasarkan tujuan dan pemicu biaya yang sama agar biaya tersebut
memiliki sifat homogen untuk memudahkan pengendalian dan untuk menghindari
disorientasi alokasi produk.

B. Pembebanan Biaya Aktivitas ke Produk


1. Penentuan Cost Driver.
Penentuan cost driver pada sistem activity based costing sangat berbeda dengan
sistem konvensional. Pada sistem kovensional, cost driver yang digunakan adalah
volume based measurement, sedangkan pada sistem activity based costing cost
drivernya yang digunakan tidak hanyalah volume based measurement saja, tetapi juga
batch level, product level related measurement dan facility level related measurement.
Akumulasi biaya yang telah dikumpulkan pada tiap-tiap cost pool kemudian
dialokasikan pada produk yang mengkonsumsinya dengan menggunakan cost driver
yang telah ditetapkan sebagai dasar alokasinya. Banyak biaya yang dialokasikan pada
produk tergantung banyaknya cost driver yang dikonsumsi oleh produk tersebut.
Pemicu biaya (cost driver) merefleksikan permintaan yang ditempatkan terhadap
aktivitas pada tiap jenis oli yang mengkonsumsinya. Cost driver inilah yang
9
digunakan untuk menelusuri biaya ke objek biaya. Pada sistem ABC berlaku lebih
dari satu pemicu biaya (cost driver) untuk dijadikan dasar alokasi biaya ke produk.

2. Pengalokasian Biaya.
Setelah ditetapkan cost driver untuk masing-masing kelompok biaya (cost pool),
maka dapat dilakukan pengalokasian biaya-biaya dalam cost pool ke masing-masing
produk berdasarkan cost driver masing-masing cost pool yang telah ditatapkan. Pada
tabel-tabel diatas, kita dapat ketahui besarnya biaya untuk masing-masing cost pool
dan dari informasi biaya tersebut kita pun dapat mengetahui pengalokasian biaya
berdasarkan cost driver, tarif per cost pool serta harga pokok untuk masing-masing
produk.

1.3.7 Manfaat Penerapan Sistem ABC

Menurut Firdaus dan Wasilah (2009), penerapan sistem ABC dalam perusahaan memberikan
beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut:

1. Menentukan harga pokok produk secara lebih akurat, terutama untuk menghilangkan
adanya subsidi silang sehingga tidak ada lagi pembebanan harga pokok jenis tertentu
terlalu tinggi (over costing) dan harga pokok jenis produk lain terlalu rendah (under
costing).
2. Memperbaiki pembuatan keputusan dengan menggunakan ABC tidak hanya
menyajikan informasi yang lebih akurat mengenai biaya produk, tetapi juga
memberikan informasi bagi manajer tentang aktivitas-aktivitas yang menyebabkan
timbulnya biaya khususnya biaya tidak langsung, yang merupakan hal penting bagi
manajemen dalam pengambilan keputusan baik mengenai produk maupun dalam
mengelola aktivitas-aktivitas sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas
usaha.
3. Mempertinggi pengendalian terhadap biaya overhead. Biaya overhead di sebabkan
oleh aktivitas-aktivitas yang terjadi di perusahaan. Sistem ABC memudahkan manajer
dalam mengendalikan aktivitas-aktivitas yang menimbulkan biaya overhead tersebut.

10
1.4 Menjelaskan Faktor Penentu Cost Driver (Pemicu Biaya)

Menurut Armila Krisna Warindrani (2006 : 28) pengertian Cost driver atau pemicu biaya
adalah dasar alokasi yang digunakan dalam Activity Based Costing system yang merupakan
faktor-faktor yang menentukan seberapa besar atau seberapa banyak usaha dan beban kerja
yang dibutuhkan untuk melakukan suatu aktivitas. Cost driver digunakan untuk menghitung
biaya sumber dari setiap unit aktivitas. Kemudian setiap biaya sumber daya dibebankan ke
produk atau jasa dengan mengalihkan biaya setiap aktivitas dengan kuantitas setiap aktivitas
yang dikonsumsikan pada periode tertentu. Cost Driver merupakan faktor-faktor yang
menyebabkan biaya aktivitas,cost driver faktor yang dapat diukur yang digunakan untuk
membebankan biaya ke aktivitas dan dari aktivitas satu ke aktivitas lainnya.Cost Driver
adalah penyebab terjadi biaya, sedangkan aktivitas adalah merupakan dampak yang
ditimbulkannya.Dalam sistem biaya Activity Based Costing (ABC) digunakan beberapa
macam pemicu biaya sedangkan pada sistem biaya tradisional hanya menggunakan satu
macam pemacu biaya tertentu.

Landasan penting untuk menghitung biaya berdasarkan aktivitas aktivitas adalah dengan
mengidentifikasi pemicu biaya atau Cost Driver untuk setiap aktivitas. Pemahaman yang
tidak tepat atas pemicu akan mengakibatkan ketidak tepatan pada pengklasifikasian biaya,
sehingga menimbulkan dampak bagi manajemen dalam mengambil keputusan. Jika
perusahaan memiliki beberapa jenis produk maka biaya overhead yang terjadi ditimbulkan
secara bersamaan oleh seluruh produk. Hal ini menyebabkan jumlah overhead yang
ditimbulkan oleh masing-masing jenis produk harus diidentifikasi melalui cost driver. Cost
driver adalah faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya overhead. Faktor ini
menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktivitas yang akan menyebabkan biaya dalam
aktivitas, Marismiati (2011).

Cost driver merupakan kejadian atau aktivitas yang menyebabkan atau berakibat keluarnya
biaya. Ada dua jenis cost driver, yaitu:

1. Cost Driver Berdasarkan Unit Cost Driver berdasarkan unit membebankan


biaya overhead pada produk melalui penggunaan tarif overhead tunggal oleh
seluruh departemen.
2. Cost Driver Berdasarkan Non Unit Cost Driver berdasarkan non unit
merupakan faktor-faktor penyebab selain unit yang menjelaskan konsumsi
overhead.

11
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Choirul Efendi (2015) Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan
Sistem Activity Based Costing (Abc) Pada Usaha Kerajinan Kaligrafi Dan Relief Khasanah
Jepara.
A’isyah, Feni Siti. Penerapan Activity Based Costing System (ABC System) Dalam
Penentuan Harga Pokok Produksi (HPP): Studi Kasus pada Perusahaan Rokok Djagung
Prima Malang 2011. Malang: Jurnal Administrasi Bisnis (JAB). Vol. 2 No. 1, 2013.
Apriliani, Niken. Analisis Penerapan Metode Activity Based Costing System dalam
Menentukan Harga Pokok Produksi pada PT.Wowin Purnama Putra Trenggalek. Simki-
Economic Vol. 01 No. 03, 2017.
Mulyadi. 2007. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: STIE YKPN.
Raiborn, Cecily A dan Kinney, M.R. 2011. Akuntansi Biaya Dasar dan Perkembangan.
Jakarta: Salemba Empat.
Siregar, dkk. 2014. Akuntansi Biaya. Jakarta: Salemba Empat.
Rudianto. 2013. Akuntansi Manajemen Informasi untuk Pengambilan Keputusan Strategis.
Jakarta: Erlangga.
Brimson, James A. 1991. Activity Accounting. New York: John Wiley & Sons. Inc.
Firdaus, Ahmad dan Wasilah. 2009. Akuntansi Biaya. Jakarta: Salemba empat.
Blocher, dkk. 2011. Manajemen Biaya Penekanan Strategis. Jakarta: Salemba Empat.
Garrison, dkk. 2013. Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba Empat.

12

Anda mungkin juga menyukai