OLEH:
P07120017 008
TINGKAT 1.2
Selatan
Waktu :
A. Latar Belakang
Kebersihan diri adalah upaya individu dalam memelihara kebersihan diri yang
meliputi kebersihan rambut, gigi dan mulut, mata, telinga, kuku, kulit, dan kebersihan
dalam berpakaian dalam meningkatkan kesehatan yang optimal (Effendy, 1997).
B. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
A. Pengertian
B. Macam-macam
D . Manfaat
G. Akibat
D. Kegiatan Penyuluhan
Leaflet/Flayer/Stiker
F. Metode Penyuluhan
Ceramah
Diskusi
Tanya jawab
G. Sumber
http://diaryforberti.blogspot.com/2014/12/makalah-mencuci-tangan.html
2.Tempat Penyuluhan Diatur Sebagai Berikut :
U S
Flipchart
1 4
2 3
7
5
PESERTA PENYULUHAN5
Keterangan :
1 = Moderator
2 = Sekretaris
3 = Penyuluh
4 = Perlengkapan
5 = Fasilitator
6 = Observer
7 = Dokumentasi
H. Evaluasi
1. Prosedur
A. Lisan
2. Proses
a. Membuat kesepakatan kepada sasaran 30 menit sebelumnya
3) Kurang : 1 – 6 orang ( 5 – 30 %)
3. Hasil
a. Jangka Pendek
2) Sasaran dapat menjelaskan kembali hal – hal yang tentang mencuci tangan
pakai sabun
b. Jangka Panjang
MATERI PENYULUHAN
A. PENGERTIAN
Menurut DEPKES 2007, mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis
melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan
air. Mencuci tangan adalah menggosok air dengan sabun secara bersama-sama seluruh
kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas kemudian dibilas dibawah aliran air
(Larsan, 1995).
Mencuci tangan baru dikenal pada akhir abad ke 19 dengan tujuan menjadi sehat saat
perilaku dan pelayanan jasa sanitasi menjadi penyebab penurunan tajam angka kematian
dari penyakit menular yang terdapat pada negara-negara kaya (maju). Perilaku ini
diperkenalkan bersamaan dengan ini isolasi dan pemberlakuan teknik membuang kotoran
yang aman dan penyediaan air bersihdalam jumlah yang mencukupi.
Mencuci tangan dengan sabun adalah praktik mencuci tangan yang paling umum
dilakukan setelah mencuci tangan dengan air saja. Walaupun perilaku mencuci tangan
dengan sabun diperkenalkan pada abad 19 dengan tujuan untuk memutus mata rantai
kuman, namun pada praktiknya perilaku ini dilakukan karena banyak hal di antaranya,
meningkatkan status sosial, tangan dirasakan menjadi wangi, dan sebagai ungkapan rasa
sayang pada anak.
Pada fasilitas-fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, mencuci tangan bertujuan untuk
melepaskan atau membunuh patogen mikroorganisme (kuman) dalam mencegah
perpindahan mereka pada pasien. Penggunaan air saja dalam mencuci tangan tidak efektif
untuk membersihkan kulit karena air terbukti tidak dapat melepaskan lemak, minyak, dan
protein dimana zat-zat ini merupakan bagian dari kotoran organik. Karena itu para staf
medis, khususnya dokter bedah, sebelum melakukan operasi diharuskan mensterilkan
tangannya dengan menggunakan antiseptik kimia dalam sabunnya (sabun khusus atau
sabun anti mikroba) atau deterjen. Untuk profesi-profesi ini pembersihan mikro
organisme tidak hanya diharapkan "hilang" namun mereka harus bisa memastikan bahwa
mikro organisme yang tidak bisa "bersih" dari tangan, mati, dengan zat kimia antiseptik
yang terkandung dalam sabun. Aksi pembunuhan mikroba ini penting sebelum
melakukan operasi dimana mungkin terdapat organisme-organisme yang kebal terhadap
antibiotik.
Pada akhir tahun 1990an dan awal abad ke 21, diperkenalkan cairan alkohol untuk
mencuci tangan (juga dikenal sebagai cairan pencuci tangan, antiseptik, atau sanitasi
tangan) dan menjadi populer. Banyak dari cairan ini berasal dari kandungan alkohol atau
etanol yang dicampurkan bersama dengan kandungan pengental seperti karbomer,
gliserin, dan menjadikannya serupa jelly, cairan, atau busa untuk memudahkan
penggunaan dan menghindari perasaan kering karena penggunaan alkohol. Cairan ini
mulai populer digunakan karena penggunaannya yang mudah, praktis karena tidak
membutuhkan air dan sabun.
Penggunaan cairan sanitasi tangan berbentuk jel dan berbahan dasar alkohol dalam
sebuah penelitian di Amerika pada 292 keluarga di Boston menunjukkan bahwa cairan
ini mengurangi kasus diare di rumah hingga 59 persen. Dr. Thomas J. Sandora, seorang
dokter di Divisi Penyakit Menular pada RS Anak-anak Boston (Division of Infectious
Diseases at Children's Hospital Boston) dan juga penulis untuk buku "Tangan Sehat,
Keluarga Sehat" ("Healthy Hands, Healthy Families.") mengemukakan bahwa penelitian
ini adalah penelitian pertama yang menunjukkan bahwa penggunaan cairan sanitasi
tangan menunjukkan bahwa perilaku ini mengurangi penyebaran kuman di rumah.
Keluarga yang direkrut untuk penelitian ini adalah keluarga yang menitipkan anak-
anaknya di tempat penitipan anak dan menunjukkan aktivitas mencuci tangan dengan
sabundengan frekuensi yang sama saat direkrut untuk penelitian. Lalu separuh dari
keluarga itu diberikan cairan sanitasi tangan dan selebaran yang memberitahu tentang
pentingnya kebersihan tangan. Sementara separuhnya lagi, befungsi sebagai kontrol dan
menerima selebaran tentang nutrisi dan diminta untuk tidak menggunakan cairan pencuci
tangan.
Hasilnya keluarga yang menggunakan cairan sanitasi tangan mengindikasikan 59
persen angka diareyang lebih rendah dibandingkan kelompok yang berfungsi sebagai
kontrol. Penelitian lain oleh Harvard Medical School dan RS Anak-anak Boston
(Division of Infectious Diseases at Children's Hospital Boston) yang dipublikasikan pada
bulan April 2005 menunjukkan efek perlindungan pada penderita ISPA dalam keluarga
yang menggunakan cairan sanitasi tangan atas inisyatif mereka sendiri. Cairan sanitasi ini
menjadi alternatif yang nyaman bagi para orang tua yang tidak sempat berulangkali
ke wastafel untuk mencuci tangan mereka saat harus merawat anak mereka yang sakit.
Walaupun mencuci tangan dengan sabun dan air efektif untuk mengurangi penyebaran
sebagian besar infeksi namun untuk melakukannya dibutuhkanwastafel, dan sebagai
tambahan rotavirus (virus yang paling sering ditemukan dalam kasus diare di tempat
penitipan anak di Amerika), tidak dapat dibersihkan secara efektif dengan sabun dan air,
namun dapat dimatikan dengan alkohol.Sesuai perkembangan zaman, dikembangkan
juga cairan pembersih tangan non alkohol. Namun apabila tangan benar-benar dalam
keadaan kotor, baik oleh tanah, darah, ataupun lainnya, maka penggunaan air dan sabun
untuk mencuci tangan lebih disarankan karena cairan pencuci tangan baik yang berbahan
dasar alkohol maupun non alkohol walaupun efektif membunuh kuman cairan ini tidak
membersihkan tangan, ataupun membersihkan material organik lainnya.
Dalam perdebatan yang mana perilaku yang lebih efektif di antara menggunakan
cairan pembersih tangan atau mencuci tangan dengan sabun, Wallace Kelly, Infection
Control R.N. (Paramedik untuk Pengendalian Infeksi) berpendapat bahwa keduanya
efektif dalam membersihkan bakteria-bakteria tertentu. Namun cairan pembersih tangan
berbahan dasar alkohol tidak efektif dalam membunuh bakteria yang lain seperti e-coli
dan salmonela. Karena alkohol tidak menghancurkan spora-spora namun dengan mencuci
tangan dengan sabun spora-spora tersebut terbasuh dari tangan. Menurutnya metode
terbaik adalah menentukan saat keadaan tidak memungkinkan untuk mengakses air dan
sabun, maka cairan pencuci tangan jauh lebih baik daripada tidak menggunakan apapun.
· Cairan pembunuh kuman yang berbahan dasar alkohol tidak efektif untuk
mematikan materi organik, dan virus-virus tertentu seperti norovirus, spora-spora
bakteria tertentu, dan protozoa tertentu. Untuk membersihkan mikro organisme - mikro
organisme tersebut tetap disarankan menggunakan sabun dan air.
1. Demam Typoid
Penyebab penyakit ini adalah Bakteri Salmonella Typhi A, B atau C.
Kuman ini hidup di air kotor, makanan yang tercemar dan lingkungan kotor
lainnya. Penyakit ini menginfeksi pada usus halus dan terkadang pada aliran
darah, selain ini dapat juga menyebabkan Gastroenteritis (keracunan
makanan) dan Septikemia (keracunan darah / Blood Poisoning)
2. Diare.
Sekitar 30 penelitian terkait menemukan bahwa cuci tangan dengan
sabun dapat menurunkan angka penderita diare hingga separuhnya. Tingkat
kefektifan mencuci tangan dengan sabun dalam penurunan angka penderita
diare adalah 44%.
3. ISPA.
Bukti-bukti telah ditemukan bahwa dengan mencuci tangan sebelum
dan sesudah makan, buang air besar, buang air kecil dapat mengurangi
tingkat infeksi hingga 25 %. Penelitian di Pakistan menemukan bahwa
mencuci tangan dengan sabun mengurangi infeksi saluran pernapasan
yang berkaitan dengan pnemonia (radang paru-paru) pada anak-anak
balita hingga lebih dari 50 %.
4. Infeksi cacing, infeksi mata dan penyakit kulit.
Penelitian membuktikan bahwa penggunaan sabun dalam mencuci
tangan mengurangi kejadian penyakit kulit, infeksi mata seperti trakoma,
dan cacingan khususnya untuk ascariasis dan trichuriasis.
5. Hepatitis A
Penularan terjadi ketika seseorang yang terinfeksi virus ini tidak mencuci
tangan dengan benar setelah menggunakan kamar mandi kemudian ia
mengolah makanan yang dikonsumsi oleh orang lain.
6. Keracunan makanan
Tangan yang terkontaminasi bakteri, kuman dan virus akan membuatmu
keracunan makanan dan kemudian berakhir dengan sakit perut akut, muntah,
atau diare
Lampiran II
JAWABAN
seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas kemudian dibilas
2. Mencuci tangan dengan air, sabun, antiseptic, air hangat, tisu basah.
5. a. demam typoid
b.diare
c. ISPA
d. cacingan
e. hepatitis A