Anda di halaman 1dari 86

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Diabetes merupakan global killer yang menyebabkan kematian yang jauh lebih banyak dari pada HIV/AIDS (Apriyanti, 2012). Apabila penyakit diabetes melitus dibiarkan begitu saja atau penderita tidak menyadari telah menderita diabetes, keadaan hiperglikeminya yang berlangsung bertahuntahun akan menimbulkan berbagai komplikasi dan kematian (Dalimartha, 2012). Penyakit yang di derita dan pengobatan yang di jalani dapat mempengaruhi kapasitas fungsional, psikologis dan kesehatan sosial serta kesejahteraan penderita diabetes yang didefinisikan sebagai kualitas hidup (Quality of Life) (WHO, 2004). Pada penderita diabetes yang cenderung mengalami banyak stresor akibat perkembangan penyakit maupun

pengelolaanya akan mengalami perubahan pada kualitas hidupnya dan hal tersebut dapat dipengaruhi oleh dukungan keluarga (Sarafino, 2006). Hal ini sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa dukungan keluarga dapat mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis penderita diabetes dengan melindunginya dari efek negatif yang timbul dari stresor yang dialami penderita diabetes (Rifki, 2009). Oleh karena itu, menurunnya dukungan keluarga yang dirasakan penderita diabetes dapat melemahkan kemampuan individu dalam mengatasi permasalahan hidup sehingga menurunkan kualitas hidupnya (Sarafino, 2006). Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 20
1

Juni 2013 melalui wawancara dengan 16 penderita diabetes di Poli Dalam RSUD Nganjuk ditemukan bahwa 9 orang khawatir akan kemungkinan komplikasi yang terjadi pada diri mereka seperti borok atau luka yang tidak sembuh. Sedangkan 7 penderita yang lain mengatakan keluarganya jarang mengingatkan untuk kontrol kembali. Diabetes menyerang semua populasi dan jumlah ini terus bertambah. Lebih dari 240 juta orang di dunia saat ini mengidap diabetes, angka ini terus bertambah hingga lebih dari 380 juta pada tahun 2025. Dibeberapa negara di Asia, Timur Tengah, Oceania dan Karibia, diabetes 12 20 % dari polulasi terkena diabetes (Apriyanti, 2012). Menurut survei yang dilakukan oleh WHO, jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia pada tahun 2000 terdapat 8,4 juta orang, jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, sedangkan urutan diatasnya adalah India (17,7 juta), Cina (20,8 juta), dan Amerilka Serikat (30,3 juta) dan Indonesia (21,3 juta) (Depkes RI, 2008). Berdasarkan data dari rekam medik RSUD Nganjuk jumlah kunjungan diabetes melitus tiap tahun mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2010 sebanyak 7665, pada tahun 2012 meningkat menjadi 7757. Dan kembali meningkat pada tahun 2012 yaitu sebanyak 8385 kunjungan. Diabetes melitus merupakan suatu gangguan kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat dan lemak yang relatif kekurangan insulin (Hasdianah, 2012). Penyebab kematian terbanyak pada penderita diabetes disebabkan adanya komplikasi, komplikasi yang berbahaya sehingga perlu
2

dihindari adalah akibat gangguan pembuluh darah kecil atau mikrovascular dan neuropati pada saraf otonom yang menyebabkan penyakit gawat, diantaranya infark jantung dan gagal ginjal (Sutedjo, 2010). Friedman (2003) menunjukkan bahwa dengan adanya dukungan emosional didalam keluarga, secara positif akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anggotanya. Setiadi (2008) juga mengatakan bahwa bentuk dukungan emosional berupa dukungan simpati dan empati, cinta, kepercayaan dan penghargaan. Dengan demikian seseorang yang menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, dan berempati terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan masalah yang dihadap (Sarafino, 2006). Hal ini memberikan efek terhadap kualitas hidup pasien, penurunan kualitas hidup mempunyai hubungan yang

signifikan terhadap angka kesakitan dan kematian serta mempengaruhi harapan hidup pasien diabetes (WHO, 2006). Sebagai antisipasi adanya komplikasi, diperlukan tindakan pencegahan dan pengendalian (Dalimartha, 2012). Karena diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronik, timbul kejenuhan atau kebosanan pada pasien mengenai jadwal pengobatan terdahulu, oleh karena itu untuk mengatasi ini perlu tindakan terhadap faktor psikologis dalam penyelesaian masalah diabetes melitus. Dukungan keluarga merupakan indikator yang paling kuat memberikan dampak positif terhadap perawatan pada pasien diabetes
3

(Hansarling, 2009). Keikutsertaan anggota keluarga lainya dalam pengobatan, diet, latihan jasmani dan pengisian waktu luang yang positif bagi kesehatan merupakan bentuk peran aktif bagi keberhasilan penatalaksanaan diabetes melitus (Dalimartha, 2012). Pembinaan terhadap anggota keluarga lainnya untuk bekerja sama meyelesaikan masalah diabetes dalam keluarganya, hanya dapat dilakukan bila sudah terjalin hubungan yang erat antara pihak pasien dan keluarganya (Rifki, 2009). Berdasarkan semua uraian diatas, peneliti tertarik mengambil judul penelitian Hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus di Poli Dalam RSUD Nganjuk

B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus di Poli Dalam RSUD Nganjuk?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus di Poli Dalam RSUD Nganjuk. 2. Tujuan khusus a. Mengidentifikasi dukungan keluarga pada penderita diabetes melitus di Poli Dalam RSUD Nganjuk.

b.

Mengidentifikasi kualitas hidup pada penderita diabetes melitus di Poli Dalam RSUD Nganjuk.

c. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus di Poli Dalam RSUD Nganjuk. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Hasil dari penelitian ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang manfaat dukungan keluarga tentang kualitas hidup penderita diabetes. 2. Responden. Memberikan informasi dan wawasan bagi responden tentang pentingnya dukungan keluarga guna meningkatkan kualitas hidup bagi penderita

diabetes melitus. 3. Instansi Penelitian. Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar dalam memberikan pelayan keperawatan pada pasien secara komprehensif dan berkualitas yang melibatkan dukungan keluarga dalam pengelolaan penyakit diabetes melitus. 4. Bagi Masyarakat Memberikan informasi dan menambah pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya dukungan keluarga pada penderita diabetes melitus guna meningkatkan kualitas hidup.
5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan tentang konsep dasar dalam penelitian ini yaitu konsep diabetes melitus, konsep dukungan keluarga, dan konsep kualitas hidup. Dalam bab ini disajikan pula kerangka konseptual serta hipotesis dalam penelitian ini. A. KONSEP DASAR 1. Konsep Diabetes melitus a. Pengertian Diabetes melitus Diabetes melitus yang oleh masyarakat umum disebut kencing manis adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin (Susilo, 2011). Diabetes melitus adalah suatu kondisi dimana kadar gula di dalam darah lebih tinggi dari biasa/normal (normal: 60 mg/dl sampai dengan 145 mg/dl), karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan hormon insulin secara cukup (Maulana, 2008). Penyakit Diabetes melitus merupakan penyakit gangguan metabolik terutama metabolisme karbohidrat yang disebabkan oleh

berkurangnya atau ketiadaan hormon insulin dari sel beta pankreas, atau akibat gangguan fungsi insulin, atau keduanya (Sutedjo, 2010) b. Penyebab Diabetes melitus Diabetes melitus disebabkan karena berkurangnya produksi dan ketersediaan insulin dalam tubuh atau terjadinya gangguan fungsi insulin yang sebenarnya berjumlah cukup. Kekurangan insulin disebabkan adanya kerusakan sebagian kecil atau sebagian besar sel-sel pulau langerhans dalam kelenjar pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin. Beberapa faktor yang menyebabkan diabetes melitus sebagai berikut : 1) Genetik atau faktor keturunan. Diabetes melitus cenderung diturunkan atau diwariskan, bukan ditularkan. Anggota keluarga penderita diabetes melitus memiliki kemungkinan besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita diabetes melitus. Para ahli kesehatan juga menyebutkan diabetes melitus merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin. Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya.

2)

Virus dan bakteri. Virus penyebab diabetes melitus adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta. Diabetes melitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan diabetes melitus.

3)

Bahan toksik atau beracun. Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah alloxan, pyrinuron (rodentisida) dan strepzoctin (produk dari sejenis jamur). Bahan lain adalah sianida yang berasal dari singkong.

4)

Nutrisi. Nutrisi yang berlebihan (overnutrition) merupakan faktor resiko pertama yang diketahui menyebabkan diabetes melitus. Semakin berat badan berlebih atau obesitas akibat nutrisi yang berlebihan, semakin besar kemungkinan seseorang terjangkit diabetes melitus.

5) 6)

Kadar kortikosteroid yang tinggi. Kehamilan diabetes gestasional, yang akan hilang setelah melahirkan.

7) 8)

Obat-obatan yang dapat merusak pankreas. Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin. (Maulana, 2008).

c.

Tipe-Tipe Diabetes melitus Menurut Sutanto (2013) penyakit Diabetes terdiri dari tiga tipe utama, yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. 1) Diabetes tipe 1 Diabetes tipe 1 dikenal juga sebagai juvenile diabetes, diabetes anak-anak. Penyebutan ini didasarkan karena pada umumnya penderita berasal dari kelompok anak-anak dan dewasa muda. Tapi meskipun begitu, Diabetes tipe ini juga bisa menyerang semua umur. Nama lain dari diabetes tipe 1 adalah insulin-dependent diabetes, yaitu diabetes yang bergantung pada insulin. 2) Diabetes tipe 2

Diabetes tipe 2 disebut juga sebagai noninsulin-dependent diabetes, diabetes yang tidak bergantung pada insulin. Ini merupakan perbedaan diabetes tipe 1 dengan diabetes tipe 2. Pada diabetes tipe 1 penderita memiliki ketergantungan pada injeksi insulin, hal ini dikarenakan organ pankreas penderita tidak mampu memproduksi insulin dengan jumlah yang cukup bahkan tidak memproduksi sama sekali. Tapi pada diabetes tipe 2, organ pankreas penderita mampu memproduksi insulin dengan jumlah yang cukup namun sel-sel tubuh tidak merespon insulin yang ada dengan benar.

d.

Gejala Diabetes melitus Menurut Lanywati (2011) gejala klasik penyakit diabetes melitus, dikenal dengan istilah trio-P, yaitu meliputi poliuria (banyak kencing), polidipsi (banyak minum) dan polipagio (banyak makan). 1) Poliuria (banyak kencing), merupakan gejala umum pada penderita Diabetes melitus, banyaknya kencing ini disebabkan kadar gula dalam darah berlebihan, sehingga merangsang tubuh untuk berusaha mengeluarkannya melalui ginjal bersama air dan kencing,

10

gejala banyak kencing ini terutama menonjol pada waktu malam hari, yaitu saat kadar gula dalam darah relatif tinggi. 2) Polipagio (banyak makan), merupakan gejala yang tidak menonjol. Terjadinya banyak makan ini disebabkan oleh berkurangnya cadangan gula dalam tubuh meskipun kadar gula dalam darah tinggi. Sehingga dengan demikian, tubuh berusaha untuk memperoleh cadangan gula dari makanan yang diterima. Gejala-gejala yang biasa tampak pada penderita diabetes melitus adalah sebagai berikut : 1) Adanya perasaan haus yang terus-menerus. 2) Sering buang air kecil (kencing) dan jumlah yang banyak. 3) Timbulnya rasa letih yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. 4) Timbulnya rasa gatal dan peradangan kulit yang menahun. Adapun pada penderita yang berat, akan timbul beberapa gejala atau tanda yang lain, yaitu sebagai berikut : 1) Terjadinya penurunan berat badan. 2) Timbulnya rasa kesemutan (mati rasa) atau sakit pada tangan atau kaki. 3) Timbulnya borok (luka) pada kaki yang tak kunjung sembuh.
11

4) Hilangnya kesadaran diri e. Pencegahan penyakit diabetes melitus Beberapa usaha pencegahan yang dapat dilakukan oleh masyarakat secara umum adalah sebagai berikut : 1) Diet yang baik dan terukur agar berat badan tidak berlebihan. Usahakan untuk dapat mencapai dan mempertahankan berat badan normal, atau bahkan berat badan ideal. Jangan makan dalam porsi yang berlebihan, dan kurangi makan gula atau makanan yang manis serta berlemak tinggi. 2) Olahraga secara teratur dan terukur, agar kelebihan gula dan lemak di dalam tubuh dapat berkurang (diubah menjadi energi gerak). Di samping itu, dengan olahraga secara teratur, otot-otot tubuh akan menjadi kencang dan organ-organ tubuh dapat bekerja dengan lebih lancar, baik dan efisien (Lanywati, 2011) Sedangkan menurut (Nabyl, 2012) upaya pencegahan penyakit diabetes melitus dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Primer. Ini adalah cara yang paling sulit karena sasarannya adalah orang-orang yang sehat. Pencegahan primer dilakukan untuk mencegah agar diabetes melitus tidak terjadi pada orang

12

atau populasi yang rentan (risiko tinggi), yang dilakukan sebelum timbulnya tanda-tanda klinis. Adapun caranya adalah: a) Makan seimbang artinya yang dimakan dan yang dikeluarkan seimbang disesuaikan dengan aktifitas fisik dan kondisi tubuh, dengan menghindari makanan yang mengandung tinggi lemak karena bisa menyebabkan penyusutan konsumsi energi. Mengkonsumsi makanan dengan kandungan karbohidrat yang berserat tinggi dan bukan olahan. b) Meningkatkan olahraga yang berpengaruh pada sensitifitas insulin dan menjaga berat badan agar tetap ideal. c) Kerjasama dan tanggungjawab antara instansi kesehatan, masyarakat, swasta dan pemerintah, untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat. 2) Pencegahan sekunder. Pencegahan ini ditujukan pada

pendeteksian dini diabetes serta penanganan segera dan efektif sehingga bisa mencegah komplikasi. Hal ini dapat dilakukan dengan: a) Screening untuk menemukan penderita sedini mungkin terutama individu ataupun populasi. b) Kalaupun ada komplikasi masih reversible (kembali seperti semula).
13

c) Penyuluhan

kesehatan

secara

professional

dengan

memberikan materi penyuluhan seperti: apa yang dimaksud dengan diabetes melitus, bagaimana penatalaksanaan diabetes, obat-obatan untuk mengontrol glukosa darah, perencanaan makan, dan olahraga. 3) Pencegahan tersier. Upaya ini dilakukan untuk semua penderita diabetes dengan maksud: a) Mencegah komplikasi. b) Mencegah progresi dari komplikasi supaya tidak terjadi kegagalan organ. c) Mencegah kecacatan akibat komplikasi yang ditimbulakan. Adapun strategi yang bisa dilakukan untuk pencegahan diabetes melitus adalah: 1) Mengendalikan berat badan, glukosa darah, lipid, tekanan darah, asam urat. 2) Menghindari gaya hidup berisiko. 3) Mengelola Individual High Risk seperti umur, obesitas, hipertensi, riwayat keluarga atau keturunan, dislipidemia atau timbunan lemak dalam darah yang berlebihan, dan riwayat melahirkan > 4 kg. f. Komplikasi Diabetes melitus

14

Kompliksi diabetes melitus dapat muncul secara akut dan kronis, yaitu timbul beberapa bulan atau beberapa tahun sesudah mengidap diabetes melitus. Komplikasi akut yang paling sering adalah hipoglikemia dan koma diabetik. Hipoglikesmia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa, dengan tanda-tanda rasa lapar, gemetar, keringat dingin, dan pusing. Koma diabetis adalah kondisi yang berlawanan dengan hipoglikemia. Koma diabetis ini timbul Karena kadar glukosa dalam darah terlalu tinggi, biasanya lebih dari 600 mg/dL. Gejala yang sering timbul adalah nafsu makan menurun, haus, minum banyak, kencing banyak, kemudian disusul mual, muntah, nafas penderita menjadi cepat dan dalam serta berbau aseton. Komplikasi akut disebabkan oleh hiperglikemia parah dan biasanya disertai dengan pencetus infeksi. Komplikasi kronis ditandai dengan kerusakan, disfungsi, dan akhirnya kegagalan berbagai organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan otak (Susilo, 2011). Menurut Wijoyo (2012) kadar gula darah yang tinggi terus menerus dalam darah mengakibatkan rusaknya pembuluh darah, saraf, dan srtuktur internal lainnya. Oleh karena itu, Diabetes melitus merupakan penyakit yang menyebabkan paling banyak terjadinya penyakit lain (komplikasi), antara lain:

15

1)

Zat kompleks yang terdiri dari gula di dalam dinding pembuluh darah menyebabkan pembuluh darah menebal dan mengalami kebocoran. Akibat penebalan ini maka aliran darah akan berkurang, terutama yang menuju ke kulit dan saraf.

2)

Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga cenderung menyebabkan kadar zat berlemak dalam darah meningkat, sehingga mempercepat terjadinya aterosklerosis (penimbunan plak lemak di dalam pembuluh darah). Aterosklerosis ini 2-6 kali lebih sering terjadi pada penderita Diabetes.

3)

Sirkulasi darah yang buruk ini melalui pembuluh darah besar (makro) bisa melukai otak, jantung, dan pembuluh darah kaki (makroangiopati), sedangkan pembuluh darah kecil (mikro) bisa melukai mata, ginjal, saraf dan kulit serta memperlambat penyembuhan luka.

4)

Penderita Diabetes bisa mengalami berbagai komplikasi jangka panjang jika Diabetesnya tidak dikelola dengan baik. Komplikasi yang lebih sering terjadi dan mematikan adalah serangan jantung dan stroke.

5)

Kerusakan pada pembuluh darah mata bisa menyebabkan gangguan penglihatan akibat kerusakan pada retina mata (retinopati diabetikum). Kelainan fungsi ginjal bisa menyebabkan gagal ginjal sehingga penderita harus menjalani cuci darah.
16

6)

Gangguan pada saraf dapat bermanifestasi dalam beberapa bentuk. Jika satu saraf mengalami kelainan fungsi (mononeuropati), maka sebuah lengan atau tungkai bisa secara tiba-tiba menjadi lemah.

7)

Jika saraf yang menuju ke tangan, tungkai dan kaki mengalami kerusakan (polineuropati diabetikum), maka pada lengan dan tungkai bisa dirasakan kesemutan atau nyeri seperti terbakar dan kelemahan. Kerusakan pada saraf menyebabkan kulit lebih sering mengalami cedera karena penderita tidak dapat meredakan perubahan tekanan maupun suhu. Berkurangnya aliran darah ke kulit juga bisa menyebabkan ulkus (borok). Ulkus di kaki bisa sangat dalam dan mengalami infeksi serta masa penyembuhannya lama.

g.

Pengobatan diabetes melitus Tujuan utama pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan kadar gula darah dalam kisaran yang normal. Kadar gula darah yang benar-benar normal sulit untuk dipertahankan, tetapi semakin mendekati kisaran yang normal, maka kemungkinan terjadinya komplikasi sementara maupun jangka panjang adalah semakin berkurang. Pengobatan diabetes meliputi pengendalian berat badan, olahraga, dan diet.

17

Seseorang yang obesitas yang menderita diabetes tipe 2 tidak akan memerlukan pengobatan jika penderita menurunkan berat badannya dan berolahraga secara teratur. Tetapi kebanyakan penderita merasa kesulitan menurunkan berat badan dan melakukan olahraga secara teratur. Karena itu biasanya diberikan terapi sulih insulin atau obat hipoglikemik per-oral. Pengaturan diet sangat penting. Biasanya penderita tidak boleh terlalu banyak makan makanan manis dan harus makan dalam jadwal yang teratur. Penderita diabetes cenderung memiliki kadar kolesterol yang tinggi, karena itu dianjurkan untuk membatasi jumlah lemak jenuh dalam makanannya. Tetapi cara terbaik untuk menurunkan kadar kolesterol adalah mengontrol kadar gula darah dan berat badan. Semua penderita hendaknya memahami bagaimana menjalani diet dan olahraga untuk mengontrol penyakitnya. Penderita harus memahami bagaimana cara menghindari terjadinya komplikasi. h. Pengobatan farmakologi / pengobatan medis Menurut Sutanto (2013) secara garis besar, penanganan penyakit diabetes dilakukan dengan dua cara, yaitu pengobatan dengan penggunaan obat-obatan dan terapi penurunan gula darah melalui penerapan pola makan yang disesuaikan dengan kondisi diabetes.

18

Seorang penderita diabetes (khusus Diabetes tipe 2) akan diberi obat antidiabetes oleh dokter. Obat antidiabetes yang dimaksud adalah obat glikemik oral (Oral Hypoglicemic Agents/OHA). Sedangkan pengobatan diabetes tipe 1 dilakukan dengan pemberian injeksi insulin. Hal ini karena pada diabetes tipe 1, pankreas tidak menyediakan cukup insulin atau bahkan tidak memproduksinya sama sekali, sehingga perlu pemberian insulin dari luar agar tubuh bisa mengontrol kadar gula dalam darah. OHA adalah obat penurun kadar glukosa dalam darah. OHA sendiri bukanlah hormon insulin yang diberikan secara oral. OHA bekerja melalui beberapa cara untuk menurunkan kadar glukosa darah.berdasarkan cara kerjanya, OHA terdiri dari 2 kelompok, yaitu: 1) Kelompok OHA yang memicu produksi insulin a) Sulfonilurea Cara obat ini dalam mengobati diabetes adalah merangsang sel-sel beta dalam pankreas untuk memproduksi lebih banyak insulin. Selain itu, obat ini juga membantu sel-sel tubuh menjadi lebih baik dalam merespon insulin. Obat ini paling baik diberikan pada penderita Diabetes tipe 2 yang produksi insulinnya berkurang. Obat ini biasanya diperuntukkan bagi

19

penderita yang usia di bawah 40 tahun dengan kadar gula darah saat puasa kurang dari 300 mg/dL. Beberapa nama dagang dari sulfonilurea adalah: Diabinese, Daonil/Euglocon, Diamicron, Glibenese/Minodia. b) Meglitinida Sebagaimana sulfonilurea, obat meglitinida juga memiliki cara kerja yang sama, yaitu bekerja dengan merangsang sel-sel beta di pankreas untuk memproduksi insulin. Jenis obat-obatan yang masuk dalam kelompok meglitinida antara lain: repaglinida (Prandin), nateglinida (Starlix). 2) Kelompok OHA yang memperbaiki atau meningkatkan kerja insulin a) Biguanida Cara kerja obat biguanida adalah dengan mengurangi penyerapan zat gula dari usus dan mempunyai pengaruh yang rumit pada hati. Metformin adalah satu-satunya biguanida yang tersedia saat ini. Metformin berguna untuk penyandang

diabetes gemuk yang mengalami penurunan kerja insulin. Alasan penggunaan metformin pada penyandang Diabetes

20

gemuk adalah karena obat ini menurunkan nafsu makan dan menyebabkan penurunan berat badan. b) Thiazolidinedione Obat thiazolidinedione bekerja dengan mengaktifkan gen-gen tertentu yang terlibat dalam sintesis lemak dan metabolisme karbohidrat. Proses ini berguna untuk meningkatkan kerja insulin (menurunkan resistensi insulin). Obat ini juga meredam molekul yang berperan penting pada sindrom metabolik. 2. Konsep Dukungan Keluarga a. Definisi keluarga Keluarga adalah suatu ikatan hidup atas dasar perkawinan

antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan anak atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga (Suprajitno, 2003). Keluarga juga didefinisikan sebagai kelompok individu yang tidak bersama dengan atau tidak adanya hubungan darah, pernikahan, adopsi, dan tidak hanya terbatas pada keanggotaan dalam suatu rumah tangga (Friedmen, 2010)

21

b.

Tugas keluarga di bidang kesehatan Menurut Suprajitno (2003), sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi : 1) Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan

kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya. 2) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi anggota keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuiai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa di antara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.

22

3) Merawat keluarga yang mengalami kesehatan. Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, terai keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri.Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi lagi. 4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga. 5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga. c. Definisi dukungan keluarga Menurut Taylor (2003) dukungan keluarga diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh anggota keluarga yang lain sehingga akan memberikan kenyamana fisim dan psikologis pada orang yang diharapkan pada situasi stres. Dukungan sosial keluarga adalah proses yang terjadi selama masa hidup dengan sifat dan tipe dukungan sosial bervariasi pada masing-masing tahap siklus kehidupan keluarga. d. Jenis dukungan keluarga

23

Menurut

Friedman

(2010),

menjelaskan

bahwa

keluarga

mempunyai empat jenis dukungan yaitu : 1) Dukungan informasi Keluarga berfungsi sebagai kolektor dan disseminator in bnformasi tentang dunia yang dapt digunakan untuk

mengungkapkan suatu masalah. Mafaat dari dukungan ini adalah dapat menekankan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk damn pemberian informasi. 2) Dukungan penilaian Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbinga dan menengahi masalah serta sebagai sumber validator identitas anggota keluarga, diantaranya memberikan support, pengakuakn, penghargaan dan perhatian. 3) Dukungan instrumental Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit diantaranya adalah bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti materi, tenaga dan sarana. Manfaat dukungan

24

ini adalah mendukung pulihnya energi atau stamina dan semangat yang menurun.Selain itu individu merasa bahea masih asa perhatian dan kepedulian dari lingkungan terhadap seseorang yang sedang mengalami kesusahan atau penderitaan. 4) Dukungan emosional Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhasp emosi. Manfaat dari dukungan ini adalah secara emosional menjamin niai-nilai individu baik wanita maupun laki-laki akan selalu terjaga kerahasianya dari keingintahuan orang lain. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian dan mendengarkan serta didengarkan. e. Manfaat dukungan keluarga Menurut Taylor (2003) dukungan keluarga diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh anggota keluarga yang lain sehingga akan memberikan kenyamana fisim dan psikologis pada orang yang diharapkan pada situasi stres. Dukungan sosial keluarga adalah proses yang terjadi selama masa hidup dengan sifat dan tipe dukungan sosial bervariasi pada masing-masing tahap siklus kehidupan keluarga.
25

f.

Sumber dukungan keluarga Menurut Root & Dooley (1995) dalam Kuncoro (2002) ada dua sumber dukungan keluarga yaitu natural dan artifisial. Dukungan keluarga yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupanya secara spontan dengan orang-orang yang berasa disekitarnya misalnya anggota keluarga (anak, istri, suami, kerabat) teman dekat atau relasi. Dukungan ini bersifat non formal sedangkan dukungan artifisial adalah dukungan yang dirancang ke dalam kubutuhan primer seseorang misanya dukungan keluarga akibat bencana alam sebagai sumbangan sehingga sumber dukungan natural mempunyai berbagai perbedaan jika dibandingan dengan dukungan keluarga artifisial.

g.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga Menurut Purnawan (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi

dukungan keluarga adalah : 1) Faktot internal


26

a) Tahap perkembangan Yaitu dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda. b) Tingkat pendidikan atau pengetahuan Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan

terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan, dan

pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk

kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjada kesehatn dirinya sendiri dan keluarga.

c) Faktor emosi

27

Seseorang yang mengalami responstres dalam setiap perubahan hidupnya cenderung berespon terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam kehidupanya. Seorang individu yang tidak mampu melakukan koping secara emosional terhadap ancaman penyakit mungkin akan meyangkan adanya gejala penyakit pada dirinya dan akhirnya tidak menjalani pengaobatan. d) Faktor spiritual Aspek spiritual dapat dilihat dari bagaimana seseorang menjalinia kehidupanya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakanya, hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam kehidupan. 2) Faktor eksternal a) Cara praktik di keluarga Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya mempengaruhi penderitaan dalam melaksanakan

kesehatanya. Misalnya klien juga kemungkinan besar akan


28

melakukan

tindakan

pencegahan

jika

keluarganya

melakukan hal yang sama, contohnya anak yang selalu diajak orang tuanya untuk melalukan pemeriksaan

kesehatan rutin, maka ketika punya anak dia akan melakukan hal yang sama. b) Faktor sosioekonomi Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya.

Variabel psikososial mencakup: stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan lingkungan kerja. c) Latar belakang budaya Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan individu dalam memberikan dukunngan

termasuk cara pelaksanan kesehatan pribadi. 3. Konsep Kualitas Hidup a. Definisi kualitas hidup Menurut Yuwono (2000) mendefinisikan kualitas hidup sebagai derat kepuasan hati karena terpenuhinya kebutuhan eksternal

29

maupun persepsinya. Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi individu sebagai laki-laki atau perempuan dalam hidup, ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, dan hubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka. Hal ini dipadukan secara lengkap mencakup kesehatan fisik psikologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial dan hubungan segi ketenangan dari lingkungan mereka (Desita, 2010) b. Domain kualitas hidup Menurut WHOQoL (The World Health Organization Quality of Life) group (Yulia, 2010) kualitas hidup terdiri dari 4 bidang atau domain meliputi : 1) Kesehatan fisik berhubungan dengan kesakitan dan kegelisahan, ketergantungan pada perawatan medis, energi dan kelelahan, mobilitas, tidur dan istirahat, aktifitas kehidupan sehari-hari, dan kapasitas kerja. 2) Kesehatan psikologis berhubungan dengan pengaruh positif dan negatif spiritual, pemikiran pembelajaran, daya ingat dan konsentrasi,gambaran tubuh dan penampilan, serta penghargaan terhadap diri sendiri.

30

3) Hubungan sosial terdiri dari hubungan personal, aktifitas seksual dan hubungan sosial. 4) Dimensi lingkungan terdiri dari keamanan dan kenyamanan fisik, lingkungan fisik, sumber penghasilan, kesempatan memperoleh informasi, dan keterampilan baru, partisipasi dan kesempatan untuk rekreasi, atau aktifitas pada waktu luang. c. Dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada penderita diabetes Menurut Sacco & Yanover (2006), dukungan keluarga yang memadai akan meningkatkan kesehatan fisik penderita diabetes dengan menurunkan gejala depresi. Dukungan keluarga dapta meningkatkan kesehatan fisik terutama terkait dengan kontrol gula darah yang lebih baik dan meningkatkan kepatuhan dalam perawatan diri pasien diabetes. Hal ini menurunkan resiko komplikasi pada penderita dan meningkatkan kualitas hidupnya (Tang et al,2008). Sesuai dengan sebuah hasil studi oleh Huang et al (2001) yang menemukan bahwa peningkatan intervensi dukungan keluarga akan meningkatkan metabolisme glukosa dan mengurangi depresi pada penderita diabetes. Pengaruh dukungan keluarga pada kesehatan fisik ini akan memediasi melalui faktor psikologis yaitu penurunan depresi

31

pada penderita diabetes. Selain itu dukungan keluarga diketahui dapat meningkatkan kemampuan adaptif dari kognisif termasuk

meningaktkan optimisme penderita diabetes, mengurangi kesepian dan meningkatkan kemampuan diri yang akhirnya tarjadi peningkatan kualitas hidup (Soutwick et al, 2005).

d. Faktor faktor yang berhubungan dengan kualitas hudup pasien diabetes melitus 1) Usia Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabet yang paling banyak jumlahnya sekitar 90-95% dari seluruh penyandang diabet dan banyak dialami oleh dewasa diatas 40 tahun. Hal ini disebabkan resistensi insulin pada diabet tipe 2 cenderung meningkat pada lansia (40-65 tahun), riwayat obesitas dan adanya faktor keturunan (Smesltzer & Bare, 2008) 2) Jenis Kelamin Wanita mempunyai kualitas hidup yang rendah dibandingkan dengan laki-laki secara bermakna (Gautam et al, 2009).

32

Sementara Goz et al (2001) menyatakan pasien laki laki yang sudah pensiun menunjukkan skor kualitas hidup dan dukungan sosial yang tinggi. Dinyatakan lagi bahwa ketika tingkat pendidikan meningkat dan adanya dukungan kualitas hidup meningkat. 3) Tingkat pendidikan Kualitas hidup yang rendah juga signifikan berhubungan dengan tingkat pendidikan yang rendah dan kebiasaan aktifitas fisik yang kurang baik. Tingkat pendidikan umumnya akan berpengaruh terhadap kemampuan dalam mengolah informasi (Gautam et al, 2009). 4) Status sosial ekonomi Menurut Isa (2006) pendapatan yang rendah, tingkat pendidikan yang kurang berhubungan secara bermakna dengan kualitas hidup penderita diabetes. 5) Lama menderita diabetes melitus Pada penelitian Fisher (2005), responden yang baru menderita diabetes selama 4 bulan sudah menunjukkan perawatan diri yang baik sehingga mampu memperthankan kualitas hidup yang lebih sosial maka

33

baik. Sedangkan Wu et al (2006) menunjukkan bahwa pasien yang telah menderita DM 11 tahun memiliki efikasi diri yang baik dari pada pasien yang menderita DM <10 tahun. Hal ini di sebabkan karena pasien telah berpengalaman mengelola penyakitnya dan memiliki koping yang baik. 6) Komplikasi diabetes Menurut Isa (2006) komplikasi diabetes seperti halnya

hipoglikemia merupakan keadaan gawat darurat yang terjadi pada perjalanan penyakit. Dalam penelitian Baiyewu (2006)

meyimpulkan bahwa pada umumnya pasien diabetes menunjukkan kualitas hidup yang cukup baik berdasarkan kuesonier WHO tentang kualitas hidup. Kualitas hidup yang rendah dihubungakan dengan berbagai komplikasi dari diabetes seperti hipertensi, gangren, katarak, obesitas, penurunan berat badan dan perubahan fungsi seksual.

34

B. KERANGKA KONSEPTUAL Dari uraian diatas dapat digambatkan secara singkat kerangka konseptual sebagai berikut:
Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga: 1 Faktor Internal a. Tahap perkembangan b. Tingkat Pendidikan/pengetahuan c. Faktor emosi d. Faktor spiritual 2 Faktor eksternal a. Cara praktek di keluarga b. Faktor sosioekonomi c. Latar belakang budaya Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup : 1 Usia 2 Jenis kelamin 3 Tingkat pendidikan 4 Status sosial ekonomi 5 Lama menderita diabetes 6 Komplikasi diabetes melitus Dukungan keluarga: 1 Dimensi informasi 2 Dimensi penilaian 3 Dimensi instrumental 4 Dimensi emosional

Pasien Diabetes melitus

Domain kualitas hidup: 1 Kesehatan fisik 2 kesehatan psikologis 3 kehidupan sosial 4 Lingkungan. Peningakatan kualitas hidup 1. Kesehatan fisik meningkat 2. Gejala depresi menurun 3. perawatan diri meningkat 4. terkontrolnya gula darah 5. meningkatkan sikap optimisme

Keterangan : : Diteliti : Tidak diteliti Gambar 2.1. Kerangka konseptual hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus di Poli Dalam RSUD Nganjuk.

35

C. HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesis penelitian adalah kesimpulan sementara penelitian patokan dengan dugaan atau dalil sementara yang keberadaanya akan dubuktikan dalam penelitian tersebut (Arikunto, 2010). Dari kajian di atas tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : H1 : Ada hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus di Poli Dalam RSUD Nganjuk

36

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah cara memecahkan masalah menurut metode keilmuan. Pada bab ini akan dibahas Desain penelitian, waktu dan tempat penelitian, kerangka kerja, sampling desain, identifikasi variabel, definisi operasional, pengumpulan data dan etik penelitian. A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah seluruh dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian (Nursalam, 2008). Berdasarkan tujuan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalakh korelasional (hubungan / asosiasi), sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yaitu jenis desain penelitian yang menekankan waktu pengukuran / observasi data variabel independent dan dependent hanya satu kali pada satu saat. Pada jenis ini, variabel independent dan dependent dinilai secara simultan pada suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut. Tentunya tidak semua subyek penelitian harus diobservasi pada hari atau pada waktu yang sama, akan tetapi baik variabel independent maupun variabel dependen dinilai hanya satu kali saja. Dengan studi ini, akan diperoleh prevalensi atau efek suatu fenomena (variabel dependent) dihubungkan dengan penyebab (variabel independent), (Nursalam, 2008).
37

B. Waktu Dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 8 - 16 Juli 2013 2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Poli Dalam RSUD Nganjuk

38

C. Kerangka Kerja Kerangka kerja merupakan langkah langkah kerja yang akan dilakukan dalam penelitian yang berbentuk kerangka atau alur penelitian, mulai dari desain hingga analisis datanya (Hidayat, 2009). Kerangka kerja dari penelitian ini sebagai berikut :
Populasi Jumlah rata-rata kunjungan bulanan penderita diabetes di Poli Dalam RSUD Nganjuk sebanyak 698 kunjungan

Sampling
Accidental sampling Sampel Penderita diabetes melitus sebanyak 186 orang di Poli Dalam RSUD Pengumpulan Data Variabel independen yaitu dukungan keluarga dengan menggunakan koesioner dan variabel dependen yaitu kualitas hidup dengan menggunakan koesioner

Analisa Data Editing, Coding, Scoring, dan Tabulating, Analisa data dengan Uji stastistik Spearman Rank dengan signifikan 0,05 ( = 5%) Hasil Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel, diagram dan narasi.

Hasil Dan Kesimpulan Ada hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien Diabetes melitus Di Poli Dalam RSUD Nganjuk

Gambar 3.1 Kerangka kerja hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus Di Poli Dalam RSUD Nganjuk.

39

D. Sampling Desain 1. Populasi Populasi adalah subjek (misalnya manusia: klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi pada penelitian ini adalah jumlah rata-rata kunjungan penderita diabetes selama 1 bulan yaitu 698 kunjungan di Poli Dalam RSUD Nganjuk. 2. Sampel dan Sampling a. Sampel Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Sampel dalam penelitian ini sejumlah 186 responden penderita diabetes melitus di Poli Dalam RSUD Nganjuk. b. Sampling Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini menggunakan teknik accidental samplinng yaitu teknik pengambilan sample berdasarkan kebetulan siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti, dapat diambil sampel bila dipandang orang yang kebetualn ditemui cocok denga sumber data (Sugiyono, 2008)

40

E. Identifikasi Variabel Variabel adalah suatu ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota kelompok (orang, benda, situasi) yang berbeda dengan yang dimiliki oleh sekelompok tersebut (Nursalam, 2008). Jenis variabel, Antara Lain: 1. Variabel Independent (bebas) Variabel Independent (bebas) adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain yang dimanipulasi, diamati, Dan diukur untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain (Nursalam, 2008). Variabel independent dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga. 2. Variabel Dependent (Terikat) Variabel Dependent (terikat) adalah faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel independent (bebas) (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini variabel dependentnya adalah kualitas hidup pasien diabetes melitus. F. Definisi Operasional Dalam penelitian ini memerlukan suatu definisi operasional agar dapat direalisasikan dan dapat berpegang pada batasan-batasan yang nyata. Adapun definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

41

Tabel 3.2 Definisi operasional hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien Diabetes melitus di Poli Dalam RSUD Nganjuk.
Variabel Definisi Indikator Alat ukur Skala Skor

Variabel independent dukungan keluarga

Persepsi atau pandangan subjektif pasien terhadap perlakuaan keluarga terhadap pasien

Indikator yang meliputi empat dimensi yaitu: 1. Dimensi informasi 2. Dimensi penilaian 3. Dimensi insrumental 4. Dimensi emosional

Kuesioner

Ordinal

Bila jawaban Ya :1 Tidak: 0 Kriteria penilaian Baik : 76-100% Cukup : 56-76% Kurang : < 56 % (Nursalam, 2008) Bila jawaban Ya :1 Tidak: 0 Kriteria penilaian Baik : 76-100% Cukup : 56-76% Kurang : < 56 % (Nursalam, 2008)

Variabel Dependent kualitas hidup

Persepsi atau pandangan subjektif pasien tentang kondisi kesehatan dan hidupnya selama ini

Indikator Kuisoner kualitas hidup yang dirasakan responden yang terdiri dari empat domain: 1 Kesehatan fisik 2 Kesejahtera an psikologis 3 Hubungan sosial 4 Lingkungan

Ordinal

42

G. Pengumpulan Dan Analisa Data Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2008). 1. Prosedur Pengumpulan Data a. Cara pengumpulan data 1) mengurus Surat ijin pada STIKes Satria Bhakti Nganjuk 2) Mengurus perijinan penelitian pada kantor KESBANGPOLLINMAS Kabupaten Nganjuk. 3) Mengurus surat perijinan penelitian kepada Kepala Rekam Medik RSUD Nganjuk 4) Mengurus surat perijinan kepada Kepala Poli Dalam RSUD Nganjuk 5) Pelaksanaan penelitian di Poli Dalam RSUD Nganjuk 6) Memberikan penjelasan tentang penelitian kepada calon responden dengan menggunakan surat permohonan menjadi responden dan bila bersedia menjadi responden dipersilahkan untuk menanda tangani lembar informend consent. 7) Responden diteliti melalui lembar kuisonier, kemudian kuesioner dukungan keluarga dan kualitas hidup diberikan kepada responden dan dipersilahkan untuk mengisi dalam waktu 30 menit kemudian diserahkan kepada peneliti. Setelah kegiatan selesai, baru seluruh data

43

dapat dukumpulkan dan mulai pengolahan data sampai penerapan uji hipotesis. b. Instrumen penelitian Instrumen penelitian aalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar lebih mudah dan hasilnya lenih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah (Arikunto, 2002). Instrumen dukunagn keluarga yang digunakan dalam pengumpulan data adalah angket atau kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti yang mengacu pada teori dan konsep. 2. Pengolahan Data Terdapat empat langkah alam pengolahan data: a. Pemeriksaan data (Editing) Pada tahap ini, peneliti memeriksa kembali apakah terdapat kekeliruan ada data, sehingga diperoleh data yang valit seperti memeriksa kembali isian kuisonier. b. Pemberian kode (Coding) Masing-masing pertanyan pada masing-masing item mempunyai skor 1 untuk jawaban Ya dan skor 0 untuk jawaban Tidak.

44

c.

Penetapan nilai (Scoring) Untuk skor data umun dari pasien diabetes melitus akan dikelompokkan sesuai jawaban yang di isi pada kuisonier. Pada kuisonier tersebut akan diperoleh data dari responden yang berisi usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, komplikasi dari diabetes, berapa lama menderita penyakit diabet dan juga siapa yang merawat. Data tersebut akan dianaliasa berdasarkan rumus berikut : P = f x 100% n Keterangan : P f n : Presentase : Frekuensi sampel/responden : Jumlah populasi

Hasil prosentase dari data di intrepretasikan dengan skor : Seluruhnya Hampir seluruhnya Sebagian besar Setengahnya : 100 % : 76 99 % : 50 75 % : 50 %

Hampir setengahnya : 25 49 % Sebagian kecil Tak ada satupun : 1 24 % :0% (Sugiono, 2002)

45

Untuk penilaian kuisonier dukungan keluarga dan kualitas hidup penilaian yang digunakan sama yaitu : Untuk rumusnya menggunakan: N=

Keterangan : N = Nilai yang didapat SP = Skor yang didapat Sm = Skor maksimal Adapun hasil pengolahan data diinterpretasikan sebagai berikut : 1) 2) 3) d. Baik : 76% - 100%

Cukup : 56% - 75% Kurang : 55% (Nursalam, 2008)

Penyusunan data (Tabulating) Kegiatan meyusun dan meringkas data yang masuk dalam bentuk tabel-tabel

e.

Entry data Adalah kegiatan memasukkan data yang dikumpulkan.

46

3. Analisa Data Untuk menganalisa hubungan dukungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien diabetus melitus menggunakan uji korelasi spearman rank. uji hopotesis dalam peneli ini dilakukan menggunakan komputerisasi SPSS 16,0 for windows dengan tingkat signifikan = 0,05. Dalam pengambilan keputusan, jika p value (0,05), maka Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus di Poli Dalam RSUD Nganjuk. Jika p value > (0,05) maka Ho diterima dan H1 ditolak sehingga tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus di Poli Dalam RSUD Nganjuk. H. Etik Penelitian Beberapa prinsip dalam pertimbangan etik adalah bebas dari eksploitasi, bebas dari penderitaan, menjaga kerahasiaan, dan responden berhak menolak, penelitian ini menekankan pada masalah etika yang meliputi: 1. Informed consent (Lembar persetujuan) Responden yang memenuhi syarat akan diberi penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian, jika responden bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan yang disediakan oleh peneliti.
47

2. Anonimity (Tanpa nama) Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data. 3. Confidentiality (Kerahasiaan) Semua informasi maupun masalah-masalah dalam pengumpulan data yang telah diperoleh dari responden di jamin kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil riset. I. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian. Keterbatasan atau hambatan penelitian hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup penderita diabetes di Poli Dalam RSUD Nganjuk adalah sebagai berikut : 1. Terbatasnya referensi tentang kualitas hidup penderita diabetes membuat peneliti mengalami kesulitan dalam penyusunan skripsi ini. 2. Kurangnya kemampuan peneliti. 3. Kuesioner dalam penelitian ini belum di uji validitas dan reabilitas sehingga tidak bisa dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya

48

49

50

51

52

53

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

DAFTAR PUSTAKA Apriyanti, M. 2012. Meracik Sendiri Obat dan Menu Sehat Bagi Penderita Diabetes Militus. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Arikunto,S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Dahlan, M. Sopiyudin. (2011). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Delimartha, S dan Felix, A. 2012. Makanan dan Herbal Untuk Penderita Diabetes Melitus. Jakarta: Penebar Swadaya. Hidayat, Alimul Aziz. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat, Aziz Alimul. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Isa B.A., & Baeyewu,O. 2006. Quality of live patient with diabetes mellitus in a Nigerian Teaching Hospital. Hongkong Journal Psychiatry,16,27-33 Koentjoro, W.2002. Pendekatan Dukungan Sosial Keluarga. Diakses Dari www.e-psikologi.com/index.php. Pada tanggal 18 Juni 2013. Lanywati. (2011). Diebetes Mellitus Penyakit Kencing Manis. Yogyakarta: Kanisius. Maulana. (2008). Mengenal Diabetes Mellitus. Yogyakarta: Kata Hati. Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsipprinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.

65

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Rifki.N.N.2009. Penatalaksanaan Diabetes dengan pendekatan keluarga, dalam Sidartawan,S, Pradana,S & Imam,S,Penatalaksanaan Diabetes Terpadu (hal 217-229),5(7), 523-535. Sacco,P. & Yanover,T.(2006). Diabetes and Depression: Tha Role of Social Support and Medical Symtoms. Journal of Behavioral Medicine , Vol. 29, No. 6. Sarafino, E.P. (2006). Health Psychology : Biopsyhososial Interaction . Fifth Edision. New York: John Wiley & Sons Inc Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sugiyono. (2000). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tang. T.S. et al.(2008). Social Support, Quality of Live, and Self-Care Behavior Among frican Americans With Type 2 Diabetes. Diabetes Educations, (http:/tde.sagepub.com/content/34/2/226.shot

66

Lampiran 1 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Di Poli Dalam RSUD Nganjuk Oleh : Lutfi Anggraini Peneliti mahasiswa Sarjana Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk, peneliti bermaksud melaksanakan penelitian dengan judul Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Di Poli Dalam RSUD Nganjuk. Peneliti mengharap informasi yang anda berikan nanti sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya dan tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Peneliti menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas saudara. Informasi yang saudara berikan hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu kesehatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud yang lain. Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat bebas, anda bebas untuk ikut atau tidak tanpa adanya sangsi apapun. Jika anda bersedia menjadi responden penelitian ini, silahkan anda menandatangani kolom yang tersedia.

Peneliti

Lutfi Anggraini

67

Lampiran 2

INFORMED CONSENT Setelah mendapat penjelasan serta mengetahui manfaat penelitian dengan judul Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Di Poli Dalam Rsud Nganjuk., menyatakan setuju / tidak setuju diikut sertakan dalam survei awal penelitian dengan catatan bila sewaktu-waktu dirugikan dalam bentuk apaun berhak membatalkan persetujuan, saya percaya apa yang saya buat ini dijamin kerahasiaanya.

Nganjuk,

Juli 2013

Responden

(....................)

68

Lampiran 3 KISI-KISI KUESIONER HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS DI POLI DALAM RSUD NGANJUK
N o 1 Variabel Parameter Jumlah Soal Dukungan keluarga
1. Dukungan informasional 2. Dukungan penilaian 3. Dukungan instrumental 4. Dukungan emosional

Nomer Soal 1-5 6-10 11-15 16-20 1-4 5-8 9-12 13-16

Kunci Jawaban

5 5 5 5 4 4 4 4

Ya, ya, ya,ya, ya Ya, ya, ya, ya, ya Ya, ya, ya, ya, ya Ya, ya, ya, ya, ya Ya, ya, ya, ya Ya, ya, ya, ya Ya, ya, ya, ya Ya, ya, ya, ya

Kualitas hidup

1. 2. 3. 4.

Kesehatan fisik Kesejahteraan psikologis Hubungan sosial Lingkungan

69

Lampiran 4 No Responden Data Demografi HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS Di POLI DALAM RSUD NGANJUK A. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER 1. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan keadaan anda dengan member tanda (). B. DATA DEMOLOGI 1. Berapakah usia anda sekarang?

35 39 tahun


Perempuan

60 64 tahun

40 44 tahun

65 69 tahun

45 49 tahun

70 74 tahun

50 54 tahun

75 79 tahun

55 59 tahun

> 80 tahun

2. Jenis Kelamin Laki laki

70

3. Apakah pendidikan terakhir anda?

Tidak sekolah

SD

SMP

SMA

Perguruan tinggi

71

4. Apakah pekerjaan anda sekarang?

PNS Swasta Ibu rumah tangga/tidak bekerja Buruh tani Pensiunan

5. Berapa penghasilan anda? < 500.000

500.000 1.000.000

1.000.000 1.500.000

> 1.500.000

6. Apakah anda mengalami komplikasi diabetes mellitus? Ya, Sebutkan .......

Tidak

73

7. Berapa lama anda menderita diabetes mellitus? Jawaban : .......................... tahun 8. Siapa keluarga yang selama ini merawat ?

Suami Istri Anak Ayah/Ibu Keluarga lain, Sebutkan ................

74

Lampiran 5 A. KUESIONER DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS

HIDUP PENDERITA DIABETES MELITUS. Jawablah pertanyaan sesuai pilihan anda dengan memberi tanda chek list () pada salah satu jawaban ! Variabel Independen Dukungan keluarga Pertanyaan 1. Apakak keluarga anda memberi tahu pada anda tentang pantangan atau makanan apa saja yang tidak boleh atau dihindari untuk anda? 2. Apakah keluarga anda mencari tahu informasi dari luar (seperti buku, majalah, dan lain-lain) tentang penyakit anda? 3. Apakah keluarga anda memberikan bahan bacaan seperti majalah, buku dan lain-lain tentang penyakit anda? 4. Apakah keluarga anda ikut mendampingi anda konsultasi ke petugas kesehatan untuk memperoleh informasi tentang penyakit anda? 5. Apakah keluarga anda memberikan saran kepada anda tentang pengobatan terbaru tentang diabetes? 6. Apakah keluarga anda mengingatkan anda tentang waktu minum obat atau pun terapi untuk penyakit anda? 7. Apakah keluarga anda menanyakan kepada anda bila ada masalah dengan penyakit anda? Ya Tidak

75

8. Apakah keluarga anda menemani ketika minum obat? 9. Apakah keluarga membimbing anda dalam penanganan penyakit anda? 10. Apakah keluarga anda mendorong anda untuk mengikuti diet atau pengobatan yang anda lakukan? 11. Apakah (tidak keluarga makanan anda menyediakan manismakanan yang sesuai dengan diet anda? yang manis,berlemak dan instans?) 12. Apakah keluarga anda membantu merawat anda selama anda sakit selama ini? 13. Apakah keluarga anda saat ini menemani anda pada saat berobat atau kontrol ke pelayanan kesehatan? 14. Apakah keluarga anda membantu membelikan obat jika obat anda habis? 15. Apakah keluarga anda membantu atau meminjami uang bila anda sedang kesusahan dalam membeli obat ataupun untuk pengobatan anda? 16. Apakah keluarga anda mendengarkan keluhan anda selama ini? 17. Apakah keluarga anda mencoba untuk menghibur anda di saat anda sedang sedih? 18. Apakah keluarga anda memakan makanan yang termasuk pantangan buat anda(makanan manis-manis) didepan anda?

76

19. Apakah keluarga anda menyarankan anda untuk secara teratur kontrol ke dokter? 20. Apakah keluarga anda menjaga agar suasana rumah anda tidak ribut/berisik selama anda istirahat?

77

Lampiran 6 E. KUESIONER KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS Di POLI DALAM RSUD NGANJUK. Jawablah pertanyaan sesuai pilihan anda dengan memberi tanda chek list () pada salah satu jawaban ! Variabel Independen Kualitas Hidup 1. Apakah rasa Pertanyaan sakit anda mempengaruhi Ya Tidak

kehidupan sehari-hari anda? 2. Apakah anda merasa cepat merasa lelah jika beraktifitas? 3. Apakah anda dapat tidur dengan pulas atau nyenyak? 4. Apakah anda selalu membutuhkan obat untuk selalu melakukan aktifitas anda? 5. Apakah anda mempunyai masalah dengan daya ingat anda (sering lupa) ? 6. Apakah anda puas dengan penampilan diri anda? 7. Apakah anda bisa berkonsentrasi dengan baik? 8. Apakah penyakit anda menggangu anda dalam beribadah? 9. Apakah anda nyaman dengan tempat tinggal anda sekarang? 10. Apakah anda merasa sarana dan prasarana yang anda jalani sekarang kesehatan memuaskan? 11. Apakah anda pernah berpikiran negatif (misalnya putus asa, kesepian, depresi)?

78

12. 13. 14.

Apakah anda jalan-jalan jika ada waktu Apakah kemampuan bergaul anda dengan Apakah jika dirumah anda selalu mengikuti

luang? orang lain (misalnya keluarga/tetangga) baik? kegiatan yang di adakan di tempat anda tinggal? 15. Apakah anda mendapatkan perhatian tentang penyakit anda dari lingkungan sekitar (tetangga)? 16. Apakah penyakit anda menggangu anda untuk berhubungan dengan sahabat atau dengan orang lain?

79

Lampiran 7

80

81

82

83

84

85

86

Anda mungkin juga menyukai