Anda di halaman 1dari 6

1. Riview, kesimpulan dan contoh dri materi .

Definisi Isu dan Krisis Isu dapat didefinisikan sebagai : (1) keprihatinan atau kekhawatiran
tentang keputusan dan pengoperasian organisasi, yang mungkin atau tidak mungkin juga
melibatkan (2) konflik dalam pendapat dan penilaian mengenai suatu keputusan dan
pengoperasian perusahaan Dalam banyak kasus, sebelum suatu masalah menjadi keprihatinan
dalam sebuah organisasi maupun keprihatian bagi aktivis, masyarakat atau stakeholder
sebuah organisasi, isu-isu seperti itu sering sudah ada sebagai keprihatinan dalam perdebatan
publik dalam masyarakat Howard Chase, seorang pakar terkenal mengenai isu-isu
manajemen menekankan bahwa : Isu seringkali melibatkan berbagai persoalan dalam
pertarungan antara organisasi dan pihak lain, dan seringkali memerlukan tindakan yang
menentukan bagi organisasi untuk melindungi reputasinya. Selain itu, isu-isu juga sangat erat
hubungannya dengan hal-hal yang dapat berkembang menjadi krisis. Krisis didefinisikan
sebagai : Suatu hal yang memerlukan tindakan yang bukan hanya tegas tetapi juga langsung
dari organisasi. Perlunya tindakan sesegera mungkin tersebut dipicu oleh, misalnya, tekanan
publik, perhatian media yang intens atau karena adanya bahaya (jika terjadi kecelakaan,
gangguan produk atau produk yang rusak) bagi karyawan, pelanggan atau anggota
masyarakat umum.
Perkembangan Isu menjadi Krisis
1. Menilai Resiko Krisis bagi Organisasi
a. Rencana krisis.
Penanggung jawab komunikasi perusahaan harus melakukan sebuah sesi brainstorming yang
mencakup manajer paling senior dalam organisasi serta perwakilan dari daerah yang paling
mungkin akan terpengaruh oleh krisis
b. Menentukan efek pada publik.
Sekali kemungkinan risiko telah ditetapkan untuk krisis yang potensial, perusahaan perlu
menentukan publik yang akan sangat terpengaruh oleh krisis Selain itu, perusahaan juga perlu
melihat risiko dan dampak krisis terhadap public yang paling penting.
c. Tentukan tujuan komunikasi bagi krisis yang potensial
Menetapkan sasaran komunikasi krisis potensial berbeda dari mencari tahu bagaimana
menangani krisis itu sendiri. Perusahaan harus melakukan keduanya, tetapi biasanya manajer
lebih mungkin untuk berfokus pada hal-hal macam apa yang akan mereka lakukan selama
krisis daripada apa yang mereka katakan dan kepada siapa. Komunikasi lebih penting
daripada tindakan ketika krisis melibatkan hal yang lebih tidak berwujud (intangible) seperti
hilangnya reputasi daripada hilangnya nyawa.
d. Menganalisis pilihan saluran
Setelah persoalan yang berkaitan dengan publik selesai, maka setiap individu yang terlibat
dalam sesi perencanaan harus mulai berpikir tentang apa tujuan komunikasi yang akan
lakukan untuk publik mereka masing-masing. Apakah tujuan ini akan tercapai atau tidak,
seringkali tergantung pada efektivitas saluran komunikasi yang dipilih oleh perusahaan untuk
menyampaikan pesan
e. Menetapkan tim yang berbeda untuk setiap krisis.
Masalah yang berbeda membutuhkan berbagai jenis keahlian, dan perencana harus
mempertimbangkan siapa yang paling cocok untuk menangani satu jenis krisis versus lain
f. Merencanakan untuk sentralisasi
Desentralisasi perusahaan sering lebih sulit untuk berkomunikasi secara efisien antara divisi,
terutama jika belum diberikan pertimbangan komunikasi antardivisional secara penuh dalam
tahap perencanaan krisis. Perencanaan sentralisasi dapat membantu menanggalkan lapisan
birokrasi, menjaga jalur komunikasi tetap terbuka bagi seluruh anggota perusahaan, dan
menghilang konflik, yang semuanya sangat penting dalam krisis

1. Apa yang termasuk dalam suatu rencana formal


Setiap konsultan komunikasi akan menyarankan untuk mengembangkan rencana terinci yang
digunakan dalam krisis. Ini merupakan hal yang formal, dalam arti bahwa rencana tersebut
biasanya dicetak dan diedarkan ke manajer yang tepat, yang mungkin harus menandatangani
pernyataan bahwa mereka telah membaca dan menyetujui rencana tersebut. Hal ini
memungkinkan perusahaan untuk memastikan bahwa rencana tersebut telah diakui oleh para
manajer, dan klarifikasi atas rencana tersebut akan dibahas dalam lingkungan atau situasi
yang tidak krisis (noncrisis).
a. Jangan bereaksi secara berlebihan
Suaru perusahaan dapat mudah jatuh ke dalam perangkap ketika memperlakukan setiap isu
sebagai krisis. Oleh karena itu, penting bagi suatu organisasi untuk menentukan bagaimana
membedakan antara krisis dan keadaan darurat
b. Jangan gagal untuk bertindak
Tujuan utama dalam krisis bagi suatu perusahaan adalah memulihkan hubungan yang
didasari oleh saling percaya dengan publiknya.
c. Jangan menutupi fakta
kebenaran biasanya merupakan tempat terbaik untuk memulai
d. Jangan menyalahkan
Melakukan hal ini menunjukkan bahwa sejak awal, perusahaan lebih fokus pada masalah atau
isu yang muncul dan bekerja untuk mengatasinya
e. Jangan menunjukkan kurangnya perhatian, empati atau simpati.
Perhatian perusahaan kepda stakeholders, profitabilitas, dan tingkat pengembalian investasi
tidak boleh didahulukan ketimbang ekspresi keprihatinan saat kehidupan masyarakat ada
yang terpengaruh atau terkena dampak dari perusahaan
f. Jangan picik
mencari perspektif eksternal menghindari kesalahan dengan mengandalkan hanya pada fokus
ke dalam.
g. Jangan menunjukkan tidak adanya teamwork

2. Hal-hal yang Harus Dihindari dalam Situasi Krisis


Stanton (2002) mengemukakan 10 kesalahan komunikasi yang harus dihindari ketika
menanggapi situasi krisis, yaitu :
a. Jangan terburu-buru memberikan penilaian.
b. Jangan bereaksi secara berlebihan
c. Jangan gagal untuk bertindak
d. Jangan menutupi fakta
e. Jangan menyalahkan
f. Jangan menunjukkan kurangnya perhatian, empati atau simpati.
g. Jangan picik
h. Jangan menunjukkan tidak adanya teamwork
i. Jangan membatasi informasi internal
j. Jangan gagal untuk merencanakan

Contoh kasus
Media baru dan media sosial telah mengubah praktik Public Relations (PR). Salah satu area
yang berubaha adalah aktivitas komunikasi krisis. Oleh karena teknologi baru ini, krisis bisa
menjadi lebih kompleks. Arus informasi, ketidakjelasan, dan gosip, tengah meningkat. Para
praktisi PR harus terlibat dalam pemanfaatan media baru dan sosial media dalam rencana
komunikasi krisis mereka. Sebelum melakukan itu, praktisi PR harus mengubah cara pandang
mereka terhadap media sosial dan media baru. Kehadiran new media dan social media telah
mengubah cara para praktisi public relations (selanjutnya ditulis dengan PR) dalam berpikir
dan melaksanakan praktikpraktiknya. Dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh
social media maka praktik PR akan lebih mendunia, lebih strategis, semakin bersifat
komunikasi dua arah dan interaktif, simetris atau dialogis dan lebih bertanggung jawab secara
sosial. Hal ini cukup dapat mendasari bahwa pada era baru ini social media dapat dijadikan
sebagai salah satu toolkit yang digunakan dalam strategi PR dalam berkomunikasi dengan
publiknya (Grunig, 2009). Salah satu praktik PR yang ikut berubah dengan berkembangnya
teknologi komunikasi adalah komunikasi krisis.Perkembangan teknologi komunikasi
memperbesar potensi akan hadirnya krisis akan semakin besar (Argenti, 2009). kecepatan
menjadi sesuatu yang harus dipertimbangkan oleh korporasi atau organisasi saat
berkomunikasi di saat krisis. Adalah tantangan bagi komunikator di era krisis untuk
berkomunikasi dengan segera – menanggapi segala kabar yang ada termasuk menjawab isu,
rumor, selentingan, kabar burung, dan hal-hal lain yang bisa merusak citra perusahaan –
namun di sisi lain informasi atau data yang dimiliki masih belum cukup. contoh kegagalan
memanfaatkan media baru oleh PT Liga Prima Indonesia ketika mereka menanggapi rumor
bahwa kompetisi Liga Primer Indonesia (LPI) berhenti/dihentikan. PT Liga Prima Indonesia
tidak memberikan respon dengan cepat dan tidak bertindak secara konsisten. Sejak awal
terbentuknya, banyak resistensi dan sikap skeptis terhadap LPI. Kompetisi yang mengklaim
professional karena tak menggunakan dana APBD dalam operasional klub-nya ini juga tak
mendapatkan sambutan yang positif dari masyarakat. Stadion sepi penonton adalah
pemandangan yang umum terjadi di LPI. Namun jeda kompetisi paruh musim yang teramat
panjang – sekitar tiga bulan – kembali memunculkan rumor bahwa putaran kedua LPI tidak
akan bergulir dan kompetisi ini sudah berakhir. Menghadapi rumor seperti ini, pihak LPI
masih bertahan dengan jawaban yang normative kepada publik. Pada akhirnya LPI bertindak
dengan mengeluarkan pernyataan resmi bahwa putaran kedua ditunda hingga batas waktu
yang belum bisa ditentukan. Namun sekitar tujuh jam kemudian, pihak LPI meralat
keterangan tersebut. Ralat disampaikan oleh juru bicara LPI Abi Hasantoso yang
menerangkan bahwa pengumuman tersebut merupakan data yang salah dan putaran kedua
tetap digelar 17 September Dari pengamatan yang dilakukan penulis saat itu, LPI kemudian
menghapus pengumuman mengenai penundaan di situs resminya. Sementara itu di situs resmi
LPI juga tidak dicantumkan pernyataan mengenai adanya ralat. Apa yang dilakukan oleh LPI
menunjukkan mereka tidak konsisten, tidak terbuka, dan tidak segera menanggapi rumor
yang ada. LPI terkesan “membiarkan” rumor-rumor yang mengatakan bahwa kompetisi
sudah tidak berlangsung lagi beredar secara meluas. Jika mengacu pada prinsip bahwa
organisasi memiliki waktu maksimal 12 jam untuk memberikan respon awal, maka yang
dilakukan LPI sudah sangat parah karena hampir satu bulan mereka membiarkan kabar
burung beredar tanpa berusaha untuk memberikan klarifikasi. LPI juga bertindak tidak
konsisten, karena merilis pernyataan kemudian melakukan ralat. Bahkan pernyataan juru
bicara LPI Abi Hasantoso – dengan menyatakan pengumuman tersebut merupakan data yang
salah – menunjukkan kinerja tim manajemen krisis di LPI tidak bagus. Tidak ada koordinasi
antara fungsi dalam organisasi dalam memberikan keterangan. Selain itu mereka tidak satu
suara. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa pihak LPI tidak menyiarkan fakta secara
proaktif, memberikan jawaban atau tanggapan secara terbuka dengan informasi yang faktual,
dan berkomunikasi secara terus menerus.

2. Uraikan konsep isu, krisis, resiko, krisis bagi organisai dan mengelola krisis
dalam organisasi? Mengapa isu, krisis, resiko krisis bagi organisasi penting
dikelola dalam krisisi komunikasi organisasi
Konsep Isu dapat didefinisikan sebagai : (1) keprihatinan atau kekhawatiran tentang
keputusan dan pengoperasian organisasi, yang mungkin atau tidak mungkin juga melibatkan
(2) konflik dalam pendapat dan penilaian mengenai suatu keputusan dan pengoperasian
perusahaan
Krisis adalah Ahli teori organisasi Karl Weick mendefinisikan krisis sebagai : Masalah yang
kritis dan intens yang mengancam keberadaan organisasi dalam hal asumsi dasar, nilai, dan
cara pengoperasian. Cara yang mudah untuk membedakan antara isu dan krisis adalah
mempertimbangkan proses tentang bagaimana isu-isu berkembang dari waktu ke waktu
Mengelola krisis menganalisis krisis, diantaranya adalah :
a. Mempelajari isu-isu yang berkembang disekitar perusahaan atau organisasi dan
mengkasifikasinya berdasarkan tingkat resikonya.
b. Mengumpulkan setiap data dan fakta atau informasi yang mengarah kepada terjadinya
sebuah krisis dan kemudian mencatat setiap sinyal krisis yang akan muncul, baik
krisis internal maupun eksternal.
c. Mengidentifikasi krisis dengan melakukan penelitian-penelitian.
d. Mendokumentasikan setiap gejala atau sinyal yang akan menyebabkan krisis.
Mengelola krisis dalam organisasi dianataranya dengan
a. Jangan terburu-buru memberikan penilaian.
b. Jangan bereaksi secara berlebihan
c. Jangan gagal untuk bertindak
d. Jangan menutupi fakta
e. Jangan menyalahkan
f. Jangan menunjukkan kurangnya perhatian, empati atau simpati.
g. Jangan picik
h. Jangan menunjukkan tidak adanya teamwork
i. Jangan membatasi informasi internal
j. Jangan gagal untuk merencanakan

menurut saya Krisis manajemen dalam setiap perusahaan merupakan keadaan yang tak dapat
dihindari. Bagaimanapun juga suatu organisasi yang didalamnya terdapat stakeholder internal
maupun eksternal tentu tidak dapat luput dari situasi krisis. Meskipun semua jenis organisasi
rentan terhadap krisis, industri tertentu secara inheren lebih rentan terhadap krisis
(Boudreaux,2005:3). Persoalannya kemudian adalah bagaimana kemudian perusahaan
tersebut mampu memanajemen krisis yang terjadi. Sebab tidak semua mampu untuk
mengatasi krisis agar tidak berkembang menjadi konflik yang dapat merusak perusahaan
tersebut.

Krisis manajemen merupakan situasi yang terjadi secara tiba tiba dan tak terduga yang dapat
mengancam keberlangsungan hidup dari stakeholder dan kemampuan perusahaan untuk dapat
menyelamatkan diri dari krisis. Karakteristik dari krisis manajemen ini adalah adanya
ketidakpastian, informasi yang tidak memadai, lemahnya kontrol, pengamatan dari luar.

Ketika terjadi krisis, maka stakeholder adalah pihak yang akan merasakan dampak tersbesar.
Oleh sebab itu manajemen haruslah dapat memberikan statement yang menunjukkan
kepedulian dan keseriusan terhadap krisis yang sedang terjadi. Pengelolaan krisis manajemen
melewati tahapan-tahapan yaitu: before the crisis; during the crisis; after the crisis.

Before the crisis merupakan tahapan dimana krisis belum terjadi, namun perlu dilakukan
persiapan agar ketika terjadi krisis di kemudian hari semua pihak terkait tahu apa yang harus
dilakukan. Tahapan ini kemudian dibagi lagi ke dalam dua bagian, pertama adalah persiapan.
Dalam bagian ini manajemen membentuk tim untuk krisis manajemen, kemudian
meningkatkan dukungan manajemen untuk rencana penangan krisis ini, hal yang paling
penting kemudian dalam bagian ini adalah mengidentifikasi kelemahan
organisasi/perusahaan, terakhir adalah melatih para staff untuk menghadapi krisis. Bagian
kedua adalah perencanaan, pada bagian ini manajemen sudah mulai membuat perencanaan
pesan, menganalisis target audiens, menyusun suatu cara untuk mengkomunikasikan pesan,
menentukan tanggung jawab apakah yang dilakukan oleh perusahaan pada saat krisis terjadi.

During the crisis merupakan tahapan yang terjadi ketika krisis sudah terjadi dan mulai
melibatkan pihak-pihak untuk mengatasi krisis yang sedang menimpa organisasi/perusahaan.
Ada tiga bagian yang dilakukan dalam tahapan ini, pertama adalah mengumpulkan. Pada
bagian ini manajemen melakukan pengamatan latar belakang terhadap krisis yang terjadi,
menetapkan juru bicara, menemukan masalah jangka pendek maupun panjang. Bagian kedua
adalah package dimana pada tahapan ini manajemen menunjukkan informasi yang relevan
dengan kondisi krisis yang terjadi, mengatakan yang sejujurnya kepada stakeholder yang
mengalami dampak dari krisis, menempatkan diri sebagai pihak yang menjadi korban dari
krisis yang dialami, menunjukkan rasa simpati. Bagian ketiga adalah menyampaikan yang
merupakan bagian dimana pesan disampaikan secara tepat dan cepat, serta tegas kepada
media.

After the crisis merupakan tahapan terakhir ketika krisis telah terjadi. Dalam tahapan ini,
manajemen melakukan evaluasi atas strategi penanganan krisis yang dilakukan apakah
memang memberikan dampak yang signifikan ataukah memang perlu pembenahan.
Memberikan ucapan selamat kepada semua pihak karena telah berhasil keluar dari masa
krisis, dan terakhir adalah melanjutkan kontrol kembali yaitu dengan melakukan scanning
isu yang mungkin akan terjadi lagi.

Pentingnya manajemen krisis bagi suatu perusahaan karena pada prakteknya manajemen
krisis memberikan perusahaan kemampuan untuk memberikan respon yang sistematis pada
saat terjadinya krisis. Respon tersebut memungkinkan perusahaan untuk tetap melanjutkan
pekerjaan sehari-hari selama krisis sedang dikelola karena bagaimanapun juga krisis tidak
dapat menghentikan aktivitas yang sebagaimana mestinya di perusahaan. Lebih lanjut lagi,
krisis manajemen yang sistematis menciptakan deteksi awal atau sistem peringatan awal.
Banyak krisis dapat ditanggulangi, atau setidaknya diatasi dengan lebih efektif melalui
investigasi awal. Selain itu perusahaan harus memanfaatkan keahlian individu-individu yang
tepat dari berbagai bidang untuk merencanakan dan mengelola situasi krisis.

Anda mungkin juga menyukai