Disusun Oleh
Agung Rachmadan ( 44216310027 )
2020
OMNIBUS LAW
Omnibus law adalah regulasi atau Undang-Undang (UU) yang mencakup berbagai isu
atau topik. Secara harfiah, definisi omnibus law adalah hukum untuk semua. Istilah ini
berasal dari bahasa latin, yakni omnis yang berarti ‘untuk semua’ atau ‘banyak’.
Artinya omnibus law berkaitan atau berurusan dengan berbagai objek atau hal sekaligus, dan
memiliki berbagai tujuan. Jadi, skema regulasi yang sudah dikenal sejak 1840 ini, merupakan
aturan yang bersifat menyeluruh dan komprehensif, tidak terikat pada satu rezim pengaturan
saja.
Bisa disimpulkan bahwa omnibus law adalah UU baru yang memuat beragam substansi
aturan yang keberadaannya mengamandemen beberapa UU sekaligus.
Omnibus law yang akan dibuat Pemerintah Indonesia, terdiri dari dua Undang-
Undang (UU) besar, yakni UU Cipta Lapangan Kerja dan UU Perpajakan. Omnibus law
rencananya akan menyelaraskan 82 UU dan 1.194 pasal.
Istilah ini disebut Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) dalam pidato pertamanya
setelah dilantik menjadi presiden untuk kedua kalinya pada Oktober 2019 silam.
Omnibus law sendiri telah masuk dalam program Legislasi Nasional (Prolegnas)
Super Prioritas 2020. Jokowi juga berharap DPR dapat menyelesaikan UU omnibus law
dalam waktu 100 hari.
1
Demo Penolakan Omnibus Law di Indonesia.
Beberapa waktu lalu demo yang dilakukan oleh sejumlah mahasiswa dan buruh di
beberapa wilayah di Indonesia, yang dalam aksi menolak RUU Omnibus Law. Menurut
pandangan mereka Omnibus Law sangat merugikan, terutama RUU Cipta Kerja karena
banyak hak buruh yang tercerabut. Ada beberapa poin yang dilontarkan oleh para buruh dan
mahasiswa dalam aksinya menuntut RUU Cipta Kerja, yaitu :
Hal ini terlihat dengan munculnya pasal yang menyebutkan, bahwa upah didasarkan
per satuan waktu. Ketentuan ini membuka ruang adanya upah per jam. Ketika upah
dibayarkan per jam, maka otomatis upah minimum akan hilang.
Selain itu upah minimun hanya didasarkan pada Upah Minimum Provinsi (UMP).
Dengan demikian, Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK),dan Upah Minimum
Sektoral Kabupaten/Kota (UMSK), dihapus
2. Hilangnya Pesangon.
Selama ini, yang dimaksud pesangon ada tiga komponen. Pertama, uang pesangon itu
sendiri. Kedua, penghargaan masa kerja, dan yang ketiga penggantian hak. Dalam
RUU Cipta Kerja, uang penggantian hak dihilangkan. Sedangkan uang penghargaan
masa kerja dari maksimal 10 bulan hanya menjadi 8 bulan.
Di dalam RUU Cipta Kerja diatur waktu atau jam kerja adalah 40 jam seminggu. Jika
pekerja bekerja kurang dari 40 jam seminggu berpotensi mendapatkan gaji di bawah
upah minimum.
Hal ini menyebabkan pengusaha bisa mengatur seenaknya jam kerja dengan upah per
jam. Padahal dalam UU 13/2003 diatur waktu kerja maksimal 7 jam per hari untuk 6
hari kerja dan 8 jam sehari untuk 5 hari kerja. Hal lain yang membuat pekerja
2
keberatan dengan aturan ini adalah perubahan upah menjadi per jam yang membuat
pekerja dilihat sebagai mesin produksi
Dengan hilangnya pesangon untuk para buruh PHK dengan mudah dilakukan.
Misalnya, dimudahkannya PHK, dihapuskannya cuti-cuti penting seperti cuti haid
dan melahirkan, jumlah pesangon yang diturunkan, diperluasnya pekerjaan yang
menggunakan sistem kontrak dan alih daya yang bikin mereka rentan diputus kontrak
begitu saja, sampai tidak leluasa untuk berserikat karena merasa harus terus menerus
bekerja agar mencapai target yang ditentukan oleh perusahaan.
3
DAFTAR PUSTAKA
Kata Data, (2020, 16 Februari), 9 Alasan Organisasi Buruh Tolak Omnibus Law Cipta
Kerja, Diperoleh 28 Maret 2020, dari https://katadata.co.id/berita/2020/02/16/9-alasan-
organisasi-buruh-tolak-omnibus-law-cipta-kerja
Tirto, (2020, 20 Januari), Omnibus Law Itu Apa dan Alasan Demo Buruh di Jakarta
Hari Ini, Diperoleh 28 Maret 2020, dari https://tirto.id/omnibus-law-itu-apa-dan-alasan-
demo-buruh-di-jakarta-hari-ini-etQS