Anda di halaman 1dari 24

Working with

the news media


KELOMPOK 4
GET TO KNOW WITH US!

Widyawati Hasri Septianingsih Adisa Dewi Ghassani Muhammad Arya Pradana


Muhammad Hendra Fatoni
( 07031181924028 ) ( 07031281924107 ) ( 07031281924040 )
( 07031281924043 )

Lisa Tri Wahyuni


Imam alfarizi Zuhra Athaya Ibrahim Putri Mgs. M. Andiko Shanny
( 07031281924079 )
( 07031281924078 )
( 07031181924002 ) ( 07031281924089 )
Working with the News Media

PR dan jurnalist terkunci dalam suatu hubungan simbiosis yang


dimana diatur dalam etiket profesional berdasarkan berbagai nilai
prinsip etika. etiket dengan baik sangat menggambarkan gaya
hubungan ini dengan baik. Menyiratkan bahwa kepatuhan formal
terhadap prosedur akan tampak lebih kaku. tapi, itu akan lebih baik
ketimbang dalam keadaan santai yang bisa jadi menyebabkan
malapetaka dalam bisnis
Working with the News Media
Bagi professional PR, kewajiban etis ini merupakan akar dalam
bertanggung jawab untuk memberikan informasi yang akurat. Karena
jurnalis seringkali merupakan mata rantai yang sangat diperlukan dalam
rantai informasi, praktisi harus menyadari dua mandat, etika mereka
sendiri dan mandat dari bisnis berita. Singkatnya, bagaimanapun, orang
dapat mengatakan bahwa pemahaman media tentang potensi dampak
sosial dari organisasi yang diwakili oleh agen PR sangat menentukan
kondisi hubungan seorang PR Terhadap public.
Understanding Each Others Role
Dalam menjalankan tugasnya, baik wartawan maupun praktisi humas
harus memahami peran mereka masing-masing. Sebelum memberi
keputusan terhadap organisasi berita, Praktisi PR harus paham dengan
baik mengenai proses teknik pengumpulan berita dan etika jurnalistik.
Demikian pula jurnalis yang terkadang mengabaikan prinsip-prinsip PR
harus tetap berpikiran terbuka terhadap rekan PR mereka.
Understanding Each Others Role
PR Professional juga berkomitmen untuk akurasi, tapi lingkup
mandat mereka didefinisikan terutama untuk kepentingan klien
mereka. Namun, hal ini tidak berarti hubungan PR dan Jurnalisme
itu bertentangan.
Understanding Each Others Role
Mary Anne Ramer, seorang jurnalis dan eksekutif PR menulis bahwa “para wartawan
sangat menghargai keakuratan gereja atas objektivitasnya dan keseimbangannya. Namun,
sebagian besar kehidupan PR Saya telah diambil dengan membujuk wartawan untuk
menjadi akurat dan menjadi lengkap dalam cerita mereka. Objektif oleh karena setidaknya
mempertimbangkan perspektif lain daripada mengabaikannya sebagai propaganda”
Sebagaimana diperlihatkan Ramer, persepsi umum tentang akurasi ini dibentuk oleh dua
tujuan yaitu untuk melayani kebutuhan publik akan kebenaran tetapi pada saat yang sama
juga untuk memajukan kepentingan klien.
Cultivating Journalist
Seringkali, seorang jurnalis jarang melakukan instropeksi diri, dan bahkan mereka
tidak menyadari bahwa kekuasaan yang mereka miliki begitu kuat sehingga
mampu berkontribusi untuk melengserkan presiden dari jabatannya. Ini
merupakan dampak dari skandal Watergate, dimana laporan investigasi
memainkan bagian penting dan berakhir pada tahun 1974 disertai dengan
pengunduran diri presiden Richard Nixon.
Cultivating Journalist
Dengan demikian, profesional jurnalis memiliki tanggung jawab untuk mengejar
kebenaran tidak hanya secara umum, namun juga memperhatikan nilai-nilai
universal humanisme, dengan kata lain, profesi jurnalis dapat menajalakan
tugasnya dengan tetap menyampaikan fakta, opini,dan tetap independen serta
netral terhadap berbagai kepentingan dan nilai sosial dan politik
Junket Journalism
Jungket Journalism merupakan suatu praktic yang tercela di bidang jurnalistik.
Junket sendiri berartikan foya-foya, dimana wartawan melakukan perjalanan
selama beberapa hari dengan anggaran yang sangat besar dan ditanggung oleh si
pengundang hanya untuk melakukan publisitas terhadap event atau acara yang
dilakukan oleh si pengundang. Hal ini tentunya bisa menjadi suatu boomerang
bagi seorang Praktisi Public Relations.
Junket Journalism
Seorang PR tidak hanya harus paham terhadap kode etik professi PR
namun juga harus mengerti betul dengan kode etik profesi lainnya,
contohnya Jurnalistik. Karena, jika seorang Jurnalis telah menaruh
kredibelitasnya ke dalam suatu junket journalism maka kredibilitas
objektifitas dari berita yang disampaikannya akan sangat dipertanyakan,
apakah ini berita untuk rakyat atau untuk bisnis?
Junket Journalism
Pada tahun 1986, Disney world mengadakan pesta ulang tahun ke-5nya
yang bertajuk Star Tours yang dimana pihak disney world mengundang lebih
dari sepuluh ribu wartawan, professional media, dan tamu undangan lainnya.
The New York Times menyunting bahwa wartawan yang menerima
tumpangan bebas dari Disney telah "merendahkan" profesi mereka dan
menciptakan kesan bahwa semua wartawan "mengambil keuntungan."
Working Relationship
Jembatan antara PR dan jurnalisme adalah informasi. Dengan praktisi
hubungan publik menyediakan sumber bahan yang di atasnya cerita-
cerita berita dapat dilandasi atau ditambah. Itu mungkin bukan hubungan
yang rumit. Yang satu menyediakan dan yang lainnya menerima cukup
sederhana. Tetapi kebutuhan dan ekspektasi yang berbeda dari kedua
profesi membawa kompleksitas dalam memberi dan menerima ini.
Working Relationship
Menurut Jeff dan Marie Blyskal yang mengkritik cara industri PR
mempengaruhi media massa, "para humas yang paling cerdas tidak
bertindak berdasarkan naluri, mereka dengan sengaja meneliti situasi
dan memilah apa yang akan dijual sebagai berita, apa yang akan
menjadi 'kemasan' seperti berita".
The Screening Procces
Apa pun strategi di balik hubungan jurnalis, praktisi PR harus berusaha
menghubungkan standar etika mereka dengan standar etika bisnis berita.
Ini bukan masalah perilaku etis satu profesi lebih baik daripada profesi
lainnya. Dalam proses penyampaian informasi kepada publik, jurnalis
adalah gate keeper, sementara dalam banyak kasus profesional humas
adalah mereka yang harus mengetuk gerbang (knock on the gate).
The Screening Procces
Tugas etis yang muncul dalam konteks ini adalah agar praktisi
humas maupun jurnalis tidak terjebak dalam perdebatan
interprofesional sehingga tugas representasi dan komunikasi
diabaikan. Keduanya memiliki tanggung jawab terhadap proses
penyampaian informasi.
“Seorang PR ga boleh sakit, harus punya dua
nyawa” - Dyah Rachmawati Sugiyanto as Ketua
Umum Iprahumas 2019 - 2021

“Sikap dan perilaku PR adalah yang terpenting. dalam menjalin


hubungan dengan wartawan ada beberapa hal yang boleh dan
tidak boleh dilakukan. Satu kesalahan kecil akan mengakibatkan
pemberitaan yang tidak sesuai dengan yang diharaapkan
sehingga perlu dibuat SOP yang jelas baik di internal
perusahaan dan dengan pihak media" - Jojo S. Nugroho (Om
Jojo) as Managing Director of IMOGEN Public Relations
KESIMPULAN
PR dan jurnalist terkunci dalam suatu hubungan simbiosis yang dimana
diatur dalam etiket profesional berdasarkan berbagai nilai prinsip etika,
dalam menjalankan tugasnya, baik wartawan maupun praktisi humas harus
memahami peran mereka masing-masing Sebelum memberi keputusan
terhadap organisasi berita, Praktisi PR harus paham dengan baik mengenai
proses teknik pengumpulan berita dan etika jurnalistik. Demikian pula
jurnalis yang terkadang mengabaikan prinsip-prinsip PR harus tetap
berpikiran terbuka terhadap rekan PR mereka.

Anda mungkin juga menyukai