Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM

MUSKULOSKELETAL
OSTEOPOROSIS OSTEOMALASIA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7B

1. Delti meifita sari (P05120220053)


2. Karisma cindy roza (P05120220062)
3. Lora fransisca samosir (P05120220063)
4. Nadia tri wahyuningsih (P05120220067)
5. M.widy pangestu (P05120220064)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KOTA BENGKULU
DIPLOMA III KEPERAWATAN
2022/2023

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana diketahui salah satu mineral utama penyusun tulang adalah
kalsium. Kurangnya konsumsi kalsium akan mengakibatkan berkurangnya kalsium
yang terdapat pada tulang, sehingga lama kelamaan akan terjadi perubahan pada
mikroarstektur tulang dan tulang menjadi lunak Akibatnya tulang menjadi
kehilangan kepadatan dan kekuatannya, sehingga mudah retak/patah.
Osteomalasia ialah perubahan patologik berupa hilangnya mineralisasi
tulang yang disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai tingkat di bawah
kadar yang diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil akhirnya
ialah rasio antara mineral tulang dengan matriks tulang berkurang.
Pada orang dewasa kondisi ini adalah kronis dan deformitas skeletal tidak
separah yang terjadi pada anak-anak karena pertumbuhan skeletal telah
terhenti.Pada pasien ini, sejumlah osteoid atau remodelling tulang baru tidak
mengalami klasifikasi.Diduga bahwa defek primernya adalah defisiensi dalam
mengaktivasi vitamin D aktif (kalsitrol), yang memacu absorpsi kalsium dari traktus
gastrointestinalis dan memfasilitasi mineralisasi tulang.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan osteomalasia . Kekurangan kalsium
dan vitamin D terutama di masa kecil dan remaja saat di mana terjadi pembentukan
massa tulang yang maksimal, merupakan penyebab utama osteomalasia Konsumsi
kalsium yang rendah atau menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium
yang umumnya terjadi pada dewasa , dapat menyebabkan osteomalasia ,selain itu
ganguan pada sindroma malabsorbsi usus ,penyakit hati ,gagal ginjal kronis dapat
juga menyebab terjadinya osteomalasia

2
Terjadinya osteomalasia merupakan rangkaian awal terjadinya
osteoporosis .pada saat sekarang ini angka kejadian tersebut sangat meningkat tajam
baik pada anak – anak ,dewasa atau pun orang tua.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pembahasan lengkap tentang penyakit pada system
musculoskeletal Osteomalacia.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari Osteomalacia
b. Untuk mengetahui etiologi atau penyebab dari Osteomalacia
c. Untuk mengetahui patofisiologi dari Osteomalacia
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Osteomalacia
e. Untuk mengetahui prosedur diagnostik dari Osteomalacia
f. Untuk mengetahui terapi dari Osteomalacia
g. Untuk mengetahui pengkajian fisik dari Osteomalacia
h. Untuk mengetahui diagnose keperawatan dari Osteomalacia
i. Untuk mengetahui intervensi dan evaluasi keperawatan dari Osteomalacia

C. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini disesuaikan dengan tujuan yang telah
dibuat diantaranya :
1. Memberitahukan kepada pembaca apa dan bagaimana penyakit Osteomalacia
itu.
2. Memberitahukan kepada pembaca bagaimana tindakan keperawatan untuk
pasien dengan Osteomalacia
3. Sebagai bahan masukan untuk penulisan laporan lebih lanjut mengenai
Osteomalacia.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN OSTEOMALACIA
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristik oleh
kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak
yang disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan
terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak
karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit).( Smeltzer.
2001: 2339 )
Pada pasien ini, sejumlah osteoid atau remodelling tulang baru tidak
mengalami klasifikasi.Diduga bahwa defek primernya adalah defisiensi dalam
mengaktivasi vitamin D aktif (kalsitrol), yang memacu absorpsi kalsium dari traktus
gastrointestinalis dan memfasilitasi mineralisasi tulang.Pasokan kalsium dan fosfat
dalam cairan ekstra sel rendah.Tanpa vitamin D yang mencukupi, kalsium dan
fosfat tidak dapat dimasukkan ke tempat klasifikasi tulang.Sebagai akibatnya terjadi
perlunakan dan perlemahan kerangka tubuh, menyebabkan nyeri, nyeri tekan,
pelengkungan tulang, dan patah tulang patologik.
Osteomalasia adalah manifestasi defisiensi vitamin D. Perubahan mendasar
pada penyakti ini adalah gangguan mineralisasi tulang, disertai meningkatnya
osteoid yang tidak mengalami mineralisasi.(Robins, 2007)
Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh
gagalnya pendepositan kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh. Istilah lain dari
osteomalasia adalah ”soft bone” atau tulang lunak. Penyakit ini mirip dengan
rakitis, hanya saja pada penyakit ini tidak ditemukan kelainan pada lempeng epifisis

4
(tempat pertumbuhan tulang pada anak) karena pada orang dewasa sudah tidak lagi
dijumpai lempeng epifisis.

B. ETIOLOGI OSTEOMALACIA
Umumnya penyebab utama adalah tidak cukupnya mineralisasi tulang
terutama kekurangan vitamin D. Ada berbagai kasus osteomalacia yang terjadi
akibat gangguan umum metabolisme mineral, antara lain :
1. Adanya malnutrisi

Kekurangan vitamin D yang berhubungan dengan asupan kalsium yang jelek,

terutama akibat kemiskinan, makanan kurang matang dan kurangnya

pengetahuan mengenai nutrisi juga merupakan salah satu faktor. Paling sering

terjadi dimana vitamin D tidak ditambahkan dalam makanan juga kekurangan

dalam diet dan jauh dari sinar matahari.

2. Faktor resiko berkaitan dengan penyakit patologis.

Penyakit-penyakit patologik yang dapat memicu terjadinya osteomalacia

meliputi gagal ginjal kronik sehingga proses ekskresi/pembuangan kalsium akan

meningkat. Dengan begitu proses mineralisasi akan terhambat. Penyakit hati

karena organ hatinya tak mampu memroses vitamin D sehingga fase

mineralisasi tidak terjadi. terapi antikonvulsan berkepanjangan (fenitoin

fenobarbital), dan gastrektomi. Osteomalacia dalam hal ini terjadi sebagai akibat

kegagalan absorpsi kalsium ataupun kehilangan kalsium yang berlebihan dari

tubuh.

5
C. PATOFISIOLOGI OSTEOMALACIA
Ada berbagai macam penyebab dari Osteomalasia yang umumnya
menyebabkan gangguan metabolism mineral. Faktor  yang berbahaya untuk
osteomalasia adalah kesalahan diet, malabsobrsi, gastrectomi, GGK,terapi
anticonvilsan jangka lama ( phenyton, phenorbar bital ) dan insufisiensi vitamin D
( diet sinar matahari ).
Tipe malnurisi ( defisiensi vitamin D sering di golongkan dalam hal
kekurangan kalsium ) terutama gangguan fungsi kerusakan tetapi factor dan
kurangnya pengetahuan tentn nutrisi yang juga dapat menjadi factor pencetus hal itu
terjadi dengan frekuensi tersering dimana kandungan vitamin D dalam makanan
kurang dan adanya kesalahan diet serta kekurangan sinar matahari.
Defisiensi vitamin D menyebabkan penurunan kalsium serum, yang
merangsang pelepasan hormon paratiroid. Peningkatan hormon paratiroid
meningkatkan penguraian tulang dan ekskresi fosfat oleh ginjal. Tanpa mineralisasi
tulang yang adekuat, maka tulang menjadi tipis. Terjadi penimbunan osteoid yang
tidak terkristalisasi dalam jumlah abnormal yang membungkus saluran-saluran
tulang bagian dalam, hal ini menimbulkan deformitas tulang.
Diperkirakan defek primernya adalah kekurangan vitamin D aktif yang
memacu absorbsi kalsium dari traktus gastrointestinal dan memfasilitasi
mineralisasi tulang. Pasokan kalsium dan fosfat dalam cairan ekstrasel rendah.
Tanpa vitamin D yang mencukupi, kalsium dan fosfat tidak dapat dimasukkan ke
tempat kalsifikasi tulang, sehingga mengakibatkan kegagalan mineralisasi, terjadi
perlunakan dan perlemahan kerangka tubuh.
Penyebab osteomalasia adalah kekurangan kalsium dalam diet, malabsorbsi
kalsium (kegagalan absorbsi atau kehilangan kalsium berlebihan dari tubuh),

6
kelainan gastrointestinal (absorbsi lemak tidak memadai sehingga mengakibatkan
kehilangan vitamin D dan kalsium) gagal ginjal berat dapat mengakibatkan asidosis
(kalsium yang tersedia dalam tubuh digunakan untuk menetralkan asidosis,
pelepasan kaslsium skelet terus-menerus mengakibatkan demineralisasi tulang), dan
kekurangan vitamin D (diet dan sinar matahari.

7
GANGGUAN GIT GAGAL GINJAL
KRONIS
ABSORBSI LEMAK
TERGANGGU ASIDOSIS

PEMBENTUKAN VIT.
D TERGANGGU KALSIUM YANG
TERDAPAT DALAM
KEKURANGAN VIT.D TUBUH DIGUNAKAN
ABSORBSI KALSIUM DAN KALSIUM DLM UTNUK MENETRALKAN
USUS MENURUN DIET ASIDOSIS

KALSIUM EKSTRASEL
BERKURANG

TRANSPORT KALSIUM KE
TULANG TERGANGGU

DEMINERALISASI
TULANG
OSTEOMALASIA
HARGA DIRI
PERLUNAKAN RENDAH
KERANGKA TUBUH

BERAT BADAN DAN KOMPRESI PADA PEMENDEKAN


TARIKAN TUBUH VERTEBRATA TINGGI BADAN

TULANG MELENGKUNG PENEKANAN SARAF DEFORMITAS


VERTEBRATA
CARA BERJALAN
BERAT BADAN DAN
NYERI PUNGGUNG PINCANG
TARIKAN TUBUH

RESIKO FRAKTUR NYERI RESIKO CEDERA


MENINGKAT

8
GG. MOBILITAS
FISIK
D. TANDA DAN GEJALA OSTEOMALACIA
Umumnya gejala yang memperberat dari osteomalasia adalah :
1. Nyeri tulang dan kelemahan. Sebagai akibat dari defisiensi kalsium, biasanya
terdapat kelemahan otot, pasien kemudian nampak terhuyung-huyung atau cara
berjalan loyo/lemah.. Nyeri tulang yang dirasakan menyebar, terutama pada
daerah pinggang dan paha
2. Kemajuan penyakit, kaki terjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan
tulang), vertebra menjadi tertekan, pemendekan batang tubuh pasien dan
kelainan bentuk thoraks (kifosis).
3. Penurunan berat badan
4. Nyeri tulang dan nyeri tekan tulang
5. Kelemahan otot
6. Cara berjalan seperti bebek atau pincang
7. Pada penyakit yang lebih lanjut, tungkai melengkung (karena berat tubuh dan
tarikan otot)
8. Vertebra yang melunak mengalami kompresi, sehingga mengalami pemendekan
tinggi badan dan merusak bentuk toraks (kifosis)
9. Sakrum terdorong ke bawah dan depan, pelvis tertekan ke lateral
10. Kelemahan dan ketidakseimbangan meningkatkan risiko jatuh dan fraktur

E. PROSEDUR DIAGNOSTIK OSTEOMALACIA


1. Foto Rontgen

Pada sinar-x jelas terlihat demineralisasi tulang secara umum. Pemeriksaan

vertebra memperlihatkan adanya patah tulang kompresi tanpa batas vertebra

9
yang jelas.Pada radiogram, osteomalasia tampak sebagai pengurangan densitas

tulang, terutama pada tangan, tengkorak, tulang iga dan tulang belakang.

2. Pemeriksaan Laboratorium

Hasil lab memperlihatkan kadar kalsium serum dan fosfor yang rendah dan

peningkatan moderat kadar alkali fosfatase. Ekskresi kreatinin dan kalsium urine

rendah serta biopsi tulang yang menunjukkan peningkatan jumlah osteoid.

F. TERAPI OSTEOMALACIA
1. Medik
a. Jika penyebabnya kekurangan vitamin D, maka dapat disuntikkan vitamin D
200.000 IU per minggu selama 4-6 minggu, yang kemudian dilanjutkan
dengan 1.600 IU setiap hari atau 200.000 IU setiap 4-6 bulan.
b. Jika terjadi kekurangan fosfat (hipofosfatemia), maka dapat diobati dengan
mengonsumsi 1,25-dihydroxy vitamin D.
2. Penatalaksanan non medik
a. Jika kekurangan kalsium maka yang harus dilakukan adalah memperbanyak
konsumsi unsur kalsium. Agar sel osteoblas (pembentuk tulang) bisa bekerja
lebih keras lagi. Selain mengkonsumsi sayur-sayuran, buah, tahu, tempe,
ikan teri, daging, yogurt. Konsumsi suplemen kalsium sangatlah disarankan.
b. Jika kekurangan vitamin D, sangat dianjurkan untuk memperbanyak
konsumsi makanan seperti ikan salmon, kuning telur, minyak ikan, dan susu.
Untuk membantu pembentukan vitamin D dalam tubuh cobalah sering
berjemur di bawah sinar matahari pagi antara pukul 7 - 9 pagi dan sore pada
pukul 16 - 17. 

10
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Anamnesis
a. Data demografi : Data ini meliputi nama, usia, jenis kelamin, tempat tinggal,
orang yang dekat dengan klien.
b. Riwayat perkembangan : Data ini untuk mengetahui tingkat perkembangan
pada neonatus, bayi, prasekolah, remaja, dewasa dan tua.
c. Riwayat sosial : Data ini meliputi pendidikan dan pekerjaan. Seseorang yang
terpapar terus-menerus dengan agens tertentu dalam pekerjaannya, status
kesehatannya dapat dipengaruhi.
d. Riwayat penyakit keturunan : Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui
untuk menentukan hubungan genetik yang perlu diidentifikasi misalnya
(penyakit diabetes melitus yang merupakan predisposisi penyakit sendi
degeneratif, TBC, artritis, riketsia, osteomielitis, dll)
e. Riwayat diet : Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini
dapat mengakibatkan stress pada sendi penyangga tubuh dan predisposisi
terjadinya instabilitas ligamen, khususnya pada punggung bagian bawah.
Kurangnya asupan kalsium dapat menimbulkan fraktur karena adanya
dekalsifikasi. Bagaimana menu makanan sehari-hari dan konsumsi vitamin
A, D, kalsium, serta protein yang merupakan zat untuk menjaga kondisi
muskuloskeletal.
f. Aktivitas kegiatan sehari-hari : Identifikasi pekerjaan pasien dan aktifitas
sehari-hari. Kebiasaan membawa benda-benda berat yang dapat

11
menimbulkan regangan otot dan trauma lainnya. Kurangnya melakukan
aktivitas mengakibatkan tonus otot menurun. Fraktur atau trauma dapat
timbul pada olahraga sepak bola dan hoki, sedangkan nyeri sendi tangan
dapat timbul akibat olah raga tenis. Pemakaian hak sepatu yang terlalu tinggi
dapat menimbulkan kontraksi pada tendon achiles dan dapat terjadi
dislokasi. Perlu dikaji pula aktivitas hidup sehari-hari, saat ambulasi apakah
ada nyeri pada sendi, apakah menggunakan alat bantu (kursi roda, tongkat
ataupun walker)
g. Riwayat kesehatan masa lalu : Data ini meliputi kondisi kesehatan individu.
Data tentang adanya efek langsung atau tidak langsung terhadap
muskuloskeletal, misalnya riwayat trauma atau kerusakan tulang rawan,
riwayat artritis dan osteomielitis.
h. Riwayat kesehatan sekarang : sejak kapan timbul keluhan, apakan ada
riwayat trauma. Hal-hal yang menimbulkan gejala. Timbulnya gejala
mendadak atau perlahan. Timbulnya untuk pertama kalinya atau berulang.
Perlu ditanyakan pula tentang ada-tidaknya gangguan pada sistem lainnya.
Kaji klien untuk mengungkapkan alasan klien memeriksakan diri atau
mengunjungi fasilitas kesehatan, keluhan utama pasien dan gangguan
muskuloskeletal meliputi :
1) Nyeri : identifikasi lokasi nyeri. Nyeri biasanya berkaitan dengan
pembuluh darah, sendi, fasia atau periosteum. Tentukan kualitas nyeri
apakah sakit yang menusuk atau berdenyut. Nyeri berdenyut biasanya
berkaitan dengan tulang dan sakit berkaitan dengan otot, sedangkan nyeri
yang menusuk berkaitan dengan fraktur atau infeksi tulang. Identifikasi
apakah nyeri timbul setelah diberi aktivitas atau gerakan. Nyeri saat
bergerak merupakan satu tanda masalah persendian. Degenerasi panggul
menimbulkan nyeri selama badan bertumpu pada sendi tersebut.
Degenerasi pada lutut menimbulkan nyeri selama dan setelah berjalan.
Nyeri pada osteoartritis makin meningkat pada suhu dingin. Tanyakan

12
kapan nyeri makin meningkat, apakah pagi atau malam hari. Inflamasi
pada bursa atau tendon makin meningkat pada malam hari. Tanyakan
apakah nyeri hilang saat istirahat. Apakah nyerinya dapat diatasi dengan
obat tertentu.
2) Kekuatan sendi : tanyakan sendi mana yang mengalami kekakuan,
lamanya kekakuan tersebut, dan apakah selalu terjadi kekakuan. Beberapa
kondisi seperti spondilitis ankilosis terjadi remisi kekakuan beberapa kali
sehari. Pada penyakit degenarasi sendi sering terjadi kekakuan yang
meningkat pada pagi hari setelah bangun tidur (inaktivitas). Bagaimana
dengan perubahan suhu dan aktivitas. Suhu dingin dan kurang aktivitas
biasanya meningkatkan kekakuan sendi. Suhu panas biasanya
menurunkan spasme otot.
3) Bengkak : tanyakan berapa lama terjadi pembengkakan, apakah juga
disertai dengan nyeri, karena bengkak dan nyeri sering menyertai cedera
pada otot. Penyakit degenerasi sendi sering kali tidak timbul bengkak
pada awal serangan, tetapi muncul setelah beberapa minggu terjadi nyeri.
Dengan istirahat dan meninggikan bagian tubuh, ada yang dipasang gips.
Identifikasi apakah ada panas atau kemerahan karena tanda tersebut
menunjukkan adanya inflamasi, infeksi atau cedera.
4) Deformitas dan imobilitas : tanyakan kapan terjadinya, apakah tiba-tiba
atau bertahap, apakah menimbulkan keterbatasan gerak. Apakah semakin
memburuk dengan aktivits, apakah dengan posisi tetentu makin
memburuk. Apakah klien menggunakan alat bantu (kruk, tongkat, dll)
5) Perubahan sensori : tanyakan apakah ada penurunan rasa pada bagian
tubuh tertentu. Apakah menurunnya rasa atau sensasi tersebut berkaitan
dengan nyeri. Penekanan pada syaraf dan pembuluh darah akibat
bengkak, tumor atau fraktur dapat menyebabkan menurunnya sensasi.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pengkajian Skeletal Tubuh

13
1) Adanya deformitas dan ketidaksejajaran yang dapat disebabkan oleh
penyakit sendi
2) Pertumbuhan tulang abnormal. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya
tumor tulang.
3) Pemendekan ekstrimitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak sejajar
secara anatomis
4) Angulasi abnormal pada tulang panjang, gerakan pada titik bukan sendi,
teraba krepitus pada titik gerakan abnormal, menunjukkan adanya patah
tulang.
b. Pengkajian Tulang Belakang
Deformitas tulang belakang yang sering terjadi perlu diperhatikan yaitu :
1) Skoliosis (deviasi kurvantura lateral tulang belakang) Bahu tidak sama
tinggi, garis pinggang yang tidak simetris, skapula yang menonjol
2) Skoliosis tidak diketahui penyebabnya (idiopatik), kelainan kongenital,
atau akibat kerusakan otot para-spinal, seperti poliomielitis.
3) Kifosis (kenaikan kurvantura tulang belakang bagian dada). Sering
terjadi pada lansia dengan osteoporosis atau penyakti neuromuskular.
4) Lordosis (membebek, kurvantura tulang bagian pinggang yang
berlebihan. Lordosis bisa ditemukan pada wanita hamil
Pada saat inspeksi tulang belakang sebaiknya baju pasien dilepas untuk
melihat seluruh punggung, bokong dan tungkai. Pemeriksan kurvantura
tulang belakang dan kesimetrisan batang tubuh dilakukan dari pandangan
anterior, posterior dan lateral. Dengan berdiri di belakang pasien, perhatikan
setiap perbedaan tinggi bahu dan krista iliaka. Lipatan bokong normalnya
simetris. Kesimetrisan bahu, pinggul dan kelurusan tulang belakang
diperiksa dalam posisi pasien berdiri tegak dan membungkuk ke depan.
c. Pengkajian Sistem Otot
Pengkajian sistem otot meliputi kemampuan mengubah posisi, kekuatan dan
koordinasi otot, serta ukuran masing-masing otot. Kelemahan sekelompok

14
otot menunjukkan berbagai kondisi seperti polineuropati, gangguan
elektrolit, miastenia grafis, poliomielitis dan distrofi otot.
Palpasi otot dilakukan ketika ekstrimitas rileks dan digerakkan secara pasif,
perawat akan merasakan tonus otot. Kekuatan otot dapat diukur dengan
meminta pasien menggerakkan ekstrimitas dengan atau tanpa tahanan.
Misalnya, otot
d. Pengkajian Cara Berjalan
Pada pengkajian ini, pasien diminta berjalan. Perhatikan hal berikut :
1) Kehalusan dan irama berjalan, gerakan teratur atau tidak
2) Pincang dapat disebabkan oleh nyeri atau salah satu ekstrimitas pendek.
3) Keterbatasan gerak sendi dapat memengaruhi cara berjalan
Abnormalitas neurologis yang berhubungan dengan cara berjalan. Misalnya,
pasien hemiparesis-stroke menunjukkan cara berjalan spesifik, pasien
dengan penyakit parkinson menunjukkan cara berjalan bergetar.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan kompresi saraf spinal
2. Risiko cedera berhubungan dengan kehilangan integritas tulang
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidaknyamanan
4. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan penampilan peran.

15
16
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan
oleh kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-
anak yang disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan
terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak
karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit). Adapun
beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya osteomalasia
1. Kekurangan vitamin D
2. Kekurangan kalsium dalam diet
3. Kelainan gastrointestinal
4. Malabsorbsi kalsium
5. Gagal ginjal kronis
Tanda-tanda yang dapat terjadi pada penderita osteomalsia antara lain, Nyeri
tulang dan kelemahan, penurunan berat badan, Anoreksia, Munculnya tonjolan
tulang pada sambungan antara tulang iga dan tulang rawan di bagian dada, Sakit
pada seluruh tulang tubuhnya, merasakan sakit saat duduk&mengalami kesulitan
bangun dari posisi duduk ke posisi berdiri.
Masalah kepearawatan utama yang dapat muncul adalah nyeri, risiko cedera
berhubungan dengan kehilangan integritas tulang, gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri/ketidaknyamanan dan harga diri rendah berhubungan
dengan perubahan penampilan peran.

22
B. SARAN
Osteomalasia adalah penyakit yang sangat berbahaya dan kita sebagai host
harus bisa menerapkan pola hidup sehat agar keseatan kita tetap terjaga. Dengan
makalah ini diharapkan seluruh komponen tenaga kesehatan pada khususnya dapat
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan osteomalasia dengan baik dan
sesuai dengan prosedur keperawatan serta tentunya memperhatikan aspek-aspek
tertentu yang berhubungan dengan prosedur yang dilakukan.

23
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Osteoporosis termasuk penyakit gangguan metabolisme, dimana tubuh tidak mampu
menyerap dan menggunakan bahan-bahan untuk proses pertulangan secara normal. Penulis
membuat judul karya tulis ini, karena lebih dari 50% masyarakat Indonesia terserang
osteoporosis atau kerapuhan tulang yang terutama usia manula. Di dalam karya tulis ini,
penulis ingin menjelaskan penyebab-penyebab, dan sebagainya. Agar para penderita dapat
mengerti terutama bagi orang yang tidak mengerti/orang awam dan bagi para masyarakat
untuk mencegahnya. Apalagi sekarang ini penulis mendapatkan informasi, bahwa
osteoporosis juga terserang pada anak berusia di bawah umur. Maka dari itu penulis ingin
memberitahukan penyakit ini bukan penyakit yang biasa. Apabila, penyakit ini sudah parah
akan menimbulkan kematian

B. Tujuan

1. Tujuan Umum :

Penulis mengharapkan masyarakat umum (non medis) mengerti tentang penyakit

Osteoporosis dan bahaya dari penyakit tersebut. Sehingga timbul kesadaran untuk

berprilaku sehat dalam kehidupan sehari – hari.

2. Tujuan Khusus

Penulis mengharapkan mampu melakukan :


a. Pengkajian status kesehatan klien.

24
b. Menganalisa data dari hasil pengkajian data klien.

c. Merumuskan masalah dan menegakkan diagnosa keperawatan yang muncul dari


hasil pengkajian data klien.

d. Memprioritaskan masalah yang timbul bersama keluarga klien.

e. Merencakan tindakan keperawatan pada kasus Osteoporosis

f. Memberikan tindakan keperawatan pada klien yang telah disepakati oleh keluarga.

g. Evaluasi tindakan asuhan keperawatan.

h. Mengetahui perbedaan antara teori dan praktek dalam pelaksanaan di lapangan.

i. Pendokumentasian dari asuhan keperawatan.

25
BAB II

ISI

OSTEOPOROSIS

A. Definisi
Secara harfiah, kata osteo berarti berlubang. Istilah populernya adalah tulang
keropos.

Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang


menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan
fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat. Untuk mempertahankan kepadatan tulang,
tubuh memerlukan persediaan kalsium dan mineral lainnya yang memadai, dan harus
menghasilkan hormon dalam jumlah yang mencukupi (hormon paratiroid, hormon
pertumbuhan, kalsitonin, estrogen pada wanita dan testosteron pada pria). Juga persediaan
vitamin D yang adekuat, yang diperlukan untuk menyerap kalsium dari makanan dan
memasukkan ke dalam tulang. Secara progresif, tulang meningkatkan kepadatannya sampai
tercapai kepadatan maksimal (sekitar usia 30 tahun). Setelah itu kepadatan tulang akan
berkurang secara perlahan. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral dalam
tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah
osteoporosis.

Sekitar 80% persen penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita
muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon
estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis.

Ciri-ciri Osteoporosis
○Tulang terasa nyeri (seperti ditusuk-tusuk);
○Di bagian tulang terasa gatal;

26
○ Di bagian ruas tulang terlihat bungkuk;
○ Akan mengalami patah pada tulang yang seperti gejala di atas;
○ Mengalami patah tulang karena sedikit benturan atau goncangan;
○ Terjadi patah tulang pada saat tulang menahan beban seperti ruas tulang punggung ke-8
sampai kebawah;
○ Terjadi pemadatan pada tulang.
B. Klasifikasi Osteoporosis
Dalam terapi hal yang perlu diperhatikan adalah mengenali klasifikasi osteoporosis
dari penderita. Osteoporosis dibagi 2 , yaitu :

 Osteoporosis primer

Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang menyebabkan


peningkatan proses resorpsi di tulang trabekula sehingga meningkatkan resiko fraktur
vertebra dan Colles. Pada usia dekade awal pasca menopause, wanita lebih sering terkena
daripada pria dengan perbandingan 6-8: 1 pada usia rata-rata 53-57 tahun.

 Osteoporosis sekunder

Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain di luar tulang.
Osteoporosis sekunder terutama disebabkan oleh penyakit-penyakit tulang erosif misalnya
mieloma multiple, hipertirodisme, hiperparatiroidisme dan akibat obat-obatan yang toksik
untuk tulang (misalnya ; glukokortikoid).

 Osteoporosis idiopatik

Osteoporosis idiopatik terjadi pada laki-laki yang lebih muda dan pemuda pra
menopause dengan faktor etiologik yang tidak diketahui.

27
C. Etiologi
Ada 2 penyebab utama osteoporosis, yaitu :

• Pembentukan massa puncak tulang yang kurang baik selama masa pertumbuhan dan
meningkatnya pengurangan massa tulang setelah menopause.

Massa tulang meningkat secara konstan dan mencapai puncak sampai usia 40 tahun,
pada wanita lebih muda sekitar 30-35 tahun. Walaupun demikian tulang yang hidup tidak
pernah beristirahat dan akan selalu mengadakan remodelling dan memperbaharui cadangan
mineralnya sepanjang garis beban mekanik. Faktor pengatur formasi dan resorpsi tulang
dilaksanakan melalui 2 proses yang selalu berada dalam keadaan seimbang dan disebut
coupling. Proses coupling ini memungkinkan aktivitas formasi tulang sebanding dengan
aktivitas resorpsi tulang. Proses ini berlangsung 12 minggu pada orang muda dan 16-20
minggu pada usia menengah atau lanjut. Remodelling rate adalah 2-10% massa skelet per
tahun. Proses remodelling ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lokal yang
menyebabkan terjadinya satu rangkaian kejadian pada konsep Activation – Resorption –
Formation (ARF). Proses ini dipengaruhi oleh protein mitogenik yang berasal dari tulang
yang merangsang preosteoblas supaya membelah membelah menjadi osteoblas akibat
adanya aktivitas resorpsi oleh osteoklas. Faktor lain yang mempengaruhi proses
remodelling adalah faktor hormonal. Proses remodelling akan ditingkatkan oleh hormon
paratiroid, hormon pertumbuhan dan 1,25 (OH)2 vitamin D. Sedang yang menghambat
proses remodelling adalah kalsitonin, estrogen dan glukokortikoid. Proses-proses yang
mengganggu remodelling tulang inilah yang menyebabkan osteoporosis.

• Gangguan pengaturan metabolisme kalsium dan fosfat.

Gangguan metabolisme kalsium dan fosfat dapat dapat terjadi karena kurangnya
asupan kalsium, sedangkan menurut RDA konsumsi kalsium untuk remaja dewasa muda
1200mg, dewasa 800mg, wanita pasca menopause 1000 – 1500mgmg, sdangkan pada
lansia tidak terbatas walaupun secara normal pada lansia dibutuhkan 300-500mg. oleh
karena pada lansia asupan kalsium kurang dan ekskresi kalsium yang lebih cepat dari ginjal

28
ke urin, menyebabkan lemahnya penyerapan kalsium. Selain itu, ada pula factor risiko yang
dapat mencetuskan timbulnya penyakit osteoporosis yaitu :

Faktor resiko yang tidak dapat diubah :

- usia, lebih sering terjadi pada lansia

- Jenis kelamin, tiga kali lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria. Perbedaan ini
mungkin disebabkan oleh factor hormonal dan rangka tulang yang lebih kecil

- Ras, kulit putih mempunyai risiko paling tinggi

- Riwayat keluarga/keturunan, pada keluarga yang mempunyai riwayat osteoporosis, anak-


anak yang dilahirkan juga cenderung mempunyai penyakit yang sama.

- Bentuk tubuh, adanya kerangka tubuh yang lemah dan scoliosis vertebramenyebabkan
penyakit ini. Keadaan ini terutam trejadi pada wanita antara usia 50-60tahundengan
densitas tulang yang rendah dan diatas usia 70tahun dengan BMI yang rendah.

Factor risiko yang dapat diubah :

- Merokok

- Defisisensi vitamin dan gizi (antara lain protein), kandungan garam pada makanan,
peminum alcohol dan kopi yang berat. Nikotin dalam rokok menyebabkan melemahnya
daya serap sel terhadap kalsiumdari darah ke tulang sehingga pembentukan tulang oleh
osteoblast menjadi melemah. Mengkonsumsi kopi lebih dari 3 cangkir perhari
menyebabkan tubuh selalu ingin berkemih. Keadaan tersebut menyebabkan banyak kalsium
terbuang bersama air kencing.

- Gaya hidup, aktivitas fisik yang kurang dan imobilisasi dengan penurunan penyangga
berat badan merupakan stimulus penting bagi resorspi tulang. Beban fisik yang terintegrasi
merupakan penentu dari puncak massa tulang

29
- Gangguan makan (anoreksia nervosa)

- Menopause dini, menurunnya kadar estrogen menyebabkan resorpsi tulang menjadi lebih
cepat sehingga akan terjadi penurunan massa tulang yang banyak.

- Penggunaan obat-obatan tertentu seperti diuretic, glukokortikoid, antikonvulsan, hormone


tiroid berlebihan, dan kortikosteroid.

D. Patofisiologi
Osteoforosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara factor genetic dan
factor lingkungan.

Factor genetic meliputi:

- usia jenis kelamin, ras keluarga, bentuk tubuh.

Factor lingkungan meliputi:

- merokok, Alcohol, Kopi, Defisiensi vitamin dan gizi, Gaya hidup, Mobilitas, anoreksia
nervosa dan pemakaian obat-obatan.

Kedua factor diatas akan menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap
kalsium dari darah ke tulag, peningkatan pengeluaran kalsium bersama urin, tidak
tercapainya masa tulang yang maksimal dengan resobsi tulang menjadi lebih cepat yang
selanjutnya menimbulkan penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukan tulang
baru sehingga terjadi penurunan massa tulang total yang disebut osteoporosis.

E. Tanda Dan Gejala


• Nyeri tulang akut.. Nyeri terutama terasa pada tulang belakang, nyeri dapat dengan atau
tanpa fraktur yang nyata dan nyeri timbul mendadak.

• Nyeri berkurang pada saat beristirahat di tempat tidur

• Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah bila melakukan aktivitas

30
• Deformitas tulang. Dapat terjadi fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis
angular yang menyebabkan medulla spinalis tertekan sehingga dapat terjadi paraparesis.

• Gambaran klinis sebelum patah tulang, klien (terutama wanita tua) biasanya datang
dengan nyeri tulang belakang, bungkuk dan sudah menopause sedangkan gambaran klinis
setelah terjadi patah tulang, klien biasanya datang dengan keluhan punggung terasa sangat
nyeri (nyeri punggung akut), sakit pada pangkal paha, atau bengkak pada pergelangan
tangan setelah jatuh.

• Kecenderungan penurunan tinggi badan

• Postur tubuh kelihatan memendek

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologis

Gambaran radiologik yang khas pada osteoporosis adalah penipisan korteks dan
daerah trabekuler yang lebih lusen. Hal ini akan tampak pada tulang-tulang vertebra yang
memberikan gambaran picture-frame vertebra.

- Pemeriksaan Densitas Massa tulang (Densitometri)


• Pemeriksaan laboratorium (misalnya : kalsium serum, fosfat serum, fosfatase alkali,
eksresi kalsium urine,eksresi hidroksi prolin urine, LED)

• Pemeriksaan x-ray

• Pemeriksaan absorpsiometri

• Pemeriksaan Computer Tomografi (CT)

• Pemeriksaan biopsi

i. Diagnosis/criteria diagnosis

31
Diagnosis osteoporosis dapat ditegakkan dari hasil pemeriksaan :

• Radiology

• Pengukuran massa tulang

• Pemeriksaan lab kimiawi

• Pengukuran densitas tulang

• Pemeriksaan marker biokemis

• Biopsi

• Dan memperhatikan factor resiko (wanita, umur, ras, dan sebagainya)

G. Penatalaksanaan
Terapi pada osteoporosis harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu terapi pencegahan
yang pada umumnya bertujuan untuk menghambat hilangnya massa tulang. Dengan cara
yaitu memperhatikan faktor makanan, latihan fisik ( senam pencegahan osteoporosis), pola
hidup yang aktif dan paparan sinar ultra violet. Selain itu juga menghindari obat-obatan dan
jenis makanan yang merupakan faktor resiko osteoporosis seperti alkohol, kafein, diuretika,
sedatif, kortikosteroid.
Selain pencegahan, tujuan terapi osteoporosis adalah meningkatkan massa tulang
dengan melakukan pemberian obat-obatan antara lain hormon pengganti (estrogen dan
progesterone dosis rendah). Kalsitrol, kalsitonin, bifosfat, raloxifene, dan nutrisi seperti
kalsium serta senam beban.
Pembedahan pada pasien osteoporosis dilakukan bila terjadi fraktur, terutama bila
terjadi fraktur panggul.

32
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.Pengkajian
1. Assesment
a.Riwayat kesehatan

Anamnese memgang peranan penting pada evaluasi penderita osteoporosis. Kadang-kdang


keluhan utama mengarahkan ke Diagnosis, misalnya fraktur kolum femoris pada
osteoporosis. Faktor lain yang diperhatikan adalah umur, jenis kelamin, ras, status haid,
fraktur pada trauma minimal, imobilisasi lama, penurunan tinggi badan pada orang tua,
kurangnya paparan sinar matahari, asupan kalsium, fosfor dan vitamin D, latihan teratur
dan bersifat weight bearing.
Obat-obatan yang diminum jangka panjang harus diperhatikan, seperti kortikosteroid,
hormon tiroid, anti konvulsan, antasida yang mengandung aluminium, sodium florida, dan
bifosfonat etidronat, alkohol dan merokok juga merupakan faktor resiko terjadinya
osteoporosis.
Penyakti lain yang harus ditanyakan juga berhubungan d engan osteoporosis adalah
penyakit ginjal, saluran cerna, hati, endokrine dan isufisiensi pankreas.
Riwayat haid, umur menarche dan menopause, penggunaan obat kontrasepsi juga
diperhatikan. Riwayat keluarga dengan osteoporosis juga harus diperhatikan karena ada
beberapa penyakti tulang metabolik yang bersifat herediter. 
b.Pengkajian psikososial
Gambaran klinik penderita dengan osteoporosis adalah wanita post menopause dengan
keluhan nyeri punggung yang merupakan faktor predisposisi adanya multiple fraktur karena
trauma. Perawat perlu mengkaji konsep diri penderita terutama body image khususnya
kepada penderita kiposis berat.

33
Klien mungkin membatasi onteraksi sosial sebab adanya perubahan yang tampak atau
keterbatas fisik, ,tidak mampu duduk di kursi danlain-lain. Perubahan seksual bisa terjadi
karena harga diri rendah atau tidak nyaman selam posisi intercoitus.
Osteoporosis bisa menyebabkan fraktur berulang maka perlu dikaji perasaan cemas dan
takut bagi penderita.
c.Pola aktivitas sehari-hari
Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olah raga. Pengisian waktu luang
dan rekreasi, berpakaian, makan, mandi dan toilet. Olah raga dapat membentuk pribadi
yang baik dan individu akan merasa lebih baik. Selain itu mempertahankan tonus otot dan
gerakan sendi. Untuk usia lanjut perlu aktivitas yang adequat untuk mempertahankan fungsi
tubuh. Aktivitas tubuh memerlukan interaksi yang kompleks antara saraf dan
muskoloskletal. Beberapa perubahan yang terjadi sehubungan denga nmenurunnya gerak
persendian adalah agifity (kemampuan gerak cepat dan lancar menurun), stamina menurun,
koordinasi menurun dan dexterity (kemampuan memanipulasi keterampilan motorik halus
menurun). 
2.Pemeriksaan fisik
a.Sistem pernafasan
Terjadi perubahan pernafasan pada kasus kiposis berat, karena penekanan pada fungsional
paru.
b.Sistem kardiovaskuler
c.Sistem persyarafan
Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari dan halus
merupakan indikasi adanya fraktur satu atau lebih fraktur kompresi vertebral.
d.Sistem perkemihan
e.Sistem Pencernaan
Pembatasan pergerakan dan deformitas spinal mungkin menyebabkan konstipasi,
abdominal distance.
f.Sistem musklooskletal 
Inspeksi dan palpasi pada daerah columna vertebralis, penderita dengan osteoporosis seirng

34
menunjukkan kiposis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan dan berat
badan. Adanya perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length inequality, nyeri
spinal. Lokasi fraktur yang sering terjadi adalah antara vertebrae thorakalis 8 dan lumbalis
3.Manifestasi radiologi
a. Gejala radiologi yang khas adalah densitas atau massa tulang yang menurun yang dapat
dilihat pada vertebrae spinalis. Dinding depat corpus vertebral bisanya merupakan
lokalisasi yang paling berat. Penipisan cortex dan hilangnya trabeculla transversal
merupakankelainan yang sering didapat. Lemahnya corpus vertebrae menyebabkan
penonjolan yang menggelembung dari nuklieus pulposus ke dalam ruang intervertebralis
dan menyebabkan deformitas mbiconcave.
b. Ct-Scan, dengan alat ini dapat diukur densitas tualgn secara kunatitatif yang mempunyai
nilai penting dalam dignostik dan follow up terapi. Vertebral mineral di atas 110 mg/cm3
biasanya tidakmenimbulkan fraktur vertebrae atau penonjolan, sedangkan dibawah 65
mg/cm3 hampir semua penderita mengalami fraktur.
4.Pemeriksaan laboratorium
a.Kadar Ca., P dan alkali posfatase tidak menunjukkan kelainan yang nyata.
b.Kadar HPT (pada post menopause kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi estrogen
merangsang pembentukan Ct)
c.Kadar 1,25-(OH)2-D3 dan absorbsi CA menurun.
d.Ekskresi fosfat dan hydroksyproline terganggu sehingga meningkat kadarnya.

A.Analisis Data
Adapun data subyektif dan obyektif yang bisa didapatkan dari klien dengan osteoporosis
adalah :

• Data subyektif :

- Klien mengeluh nyeri tulang belakang

- Klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun

35
- Klien mengatakan membatasi pergaulannya karena perubahan yang tampak dan
keterbatasan gerak

- Klien mengatakan stamina badannya terasa menurun

- Klien mengeluh bengkak pada pergelangan tangannya setelah jatuh

- Klien mengatakan kurang mengerti tentang proses penyakitnya

• Data obyektif ;

- tulang belakang bungkuk

- terdapat penurunan tinggi badan

- klien tampak menggunakan penyangga tulang belakang (spinal brace)

- terdapat fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis angular

- klien tampak gelisah

- klien tampak meringis

A.Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan injury fisik ditandai dengan


Data Subyektif

- Klien mengeluh nyeri tulang belakang


- Klien mengeluh bengkak pada pergelangan tangannya setelah jatuh
Data Obyektif
- terdapat fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis angular
- klien tampak meringis
- klien tampak gelisah

36
Intervensi
1). Aktivitas manajemen nyeri.
a). Laksanakan penilaian meliputi; lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, intensitas
nyeri, dan faktor yang menimbulkan nyeri.
b).Amati isyarat Non-verbal, tidak nyaman, tidak mampu  untuk komunikasikan
secara efektif.
c). Pastikan bahwa pasien perlu menerima obat penghilang rasa sakit.
d). Gunakan strategi komunikasi teraupetik untuk menyampaikan adanya nyeri dan
menyatakan pengalaman nyeri terhadap respon nyeri.
e). Pertimbangkan pengaruh budaya pada respon nyeri.
f). Menentukan dampak dari nyeri pada kualitas hidup.
g). Evaluasi pengalaman masalalu meliputi: riwayat individu atau keluarga tentang
nyeri atau nyeri kronis yang memberi cacat jasmani/ketidak mampuan, yang sesuai.
h). Evaluasi efektivitas pasien, team pelayanan kesehatan untuk kontrol nyeri yang
telah digunakan.
i). Membantu keluarga dan pasien untuk mencari dan menyediakan dukungan.
j). Gunakan suatu perkembangan mental sesuai metoda penilaian yang
mempertimbangkan monitor perubahan rasa nyeri dan akan membantu
mengidentifikasi actual dan potensial faktor yang mempercepat.
k). Menentukan frekuensi (skala) bagaimana membuat pasien nyaman dan rencana
monitoring.
2). Aktivitas Bantu pasien mengontrol rasa sakit.
a). Kolaborasi dengan dokter, anggota keluarga dan pasien dalam memilih jenis
narkotik untuk digunakan.
b). Rekomendasikan aspirin dan Non-steroid, antiinflamasi bersama narkotik yang
sesuai.
c). Hindari penggunaan demerol
d). Pastikan bahwa pasien tidak alergi obat analgesik

37
e). Beri pengajaran keluarga dan pasien untuk memonitor intensitas nyeri, qualitas
dan jangka waktu.
f). Beri pengajaran keluarga dan pasien untuk memonitor pernapasan dan tekanan
darah.
h). Benar-benar pasien dapat menggunakan PCA(patient controled analgesic)
i). Kolaborasi dengan pasien dan keluarga untuk memilih jenis pengawasan, yang
sesuai.
j). Membantu anggota keluarga atau pasien untuk mengatur dosis obat analgetik.
k). Membantu keluarga dan pasien untuk menetapkan larangan bekerja sesuai
interval PCA (patient controlled analgesic).
l). Konsult dokter, pasien dan keluarga untuk melakukan penyesuaian larangan
bekerja sesuai kemampuan reaksi pasien.
m). Konsult klinik tenaga ahli untuk pasien yang mempunyai kesukaran
mengendalikan rasa nyeri.

2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal


Ditandai dengan
Data Subyektif
- Klien mengeluh nyeri tulang belakang
- Klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun
- Klien mengatakan membatasi pergaulannya karena perubahan yang tampak dan
keterbatasan gerak
- Klien mengatakan stamina badannya terasa menurun
Data Obyektif
- tulang belakang bungkuk
- terdapat penurunan tinggi badan
- klien tampak menggunakan penyangga tulang belakang (spinal brace)
- terdapat fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis angular

38
Intervensi
Aktivitas Terapi latihan gerak tulang sendi
a). Menentukan pembatasan pergerakan dan efek pada fungsi.
b). Kolaborasi dengan fisiotherapy dalam mengembangkan dan melaksanakan suatu
program latihan.
c). Menentukan ukuran untuk motivasi, memelihara pergerakan.
d). Jelaskan ke pasien/keluarga tujuan untuk berlatih.
e). Monitor kegelisahan atau nyeri selama aktivitas
f). Kontrol nyeri sebelum berlatih
g). Pakaian pasien tidak bersifat membatasi
h). Melindungi pasien dari trauma selama latihan
i). Membantu pasien memposisikan badan untuk pergerakan pasif / aktif.
j). Anjurkan latihan gerakan aktif sesuai jadwal rencana tetap.
k). Laksanakan latihan pasif atau aktif
l). Instruksikan pasien/keluarga secara sistimatis melaksanakan latihan ROM
aktif/pasif.
m). Sediakan rancangan instruksi untuk latihan
n). Membantu pasien untuk mengembangkan suatu jadwal latihan ROM aktif.
o). Anjurkan pasien untuk menghayalkan gerakan badan sebelum pergerakan awal.
p). Membantu dengan mengisyaratkan irama secara tetap, dengan tidak melewati
batas nyeri, ketahanan dan hubungan mobilitas.
q). Anjurkan untuk duduk ditempat tidur atau kursi.
r). Anjurkan berjalan-jalan jika sesuai
s). Menentukan kemajuan kearah pencapaian sasaran.

3. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan


Data Subyektif
- Klien mengatakan stamina badannya terasa menurun
- Klien mengatakan kurang mengerti tentang proses penyakitnya

39
Data Obyektif
- klien tampak gelisah
Intervensi
1). Aktivitas peningkatan koping
a). Menilai penyesuaian pasien pada perubahan gambaran diri yang sesuai.
b). Menilai dampak dari pada situasi hidup pasien dan hubungan peran
c). Menilai pemahan pasien tentang proses penyakit
d). Menilai dan mendiskusikan alternatif respon situasi
e). Gunakan suatu pendekatan ketenangan untuk menentramkan.
f). Sediakan suasana penerimaan
g). Membantu pasien untuk mengidentifikasi informasi yang menarik akan
diperoleh
h). Evaluasi kemampuan pasien untuk mengmbil keputusan
i). Menganjurkan pasien untuk mengembangkan kesabaran
j). Menganjurkan penerimaan terhadap pembatasan dengan orang lain
k). Mengakui adanya latarbelakang spiritual/budaya pasien
l). Anjurkan penggunaan sumber-sumber rohani jika menginginkan
m). Hadapi perasan bertentangan (pasien marah atau perasaan sedih)
n). Bantu mengungkapkan perasan, persepsi dan takut
o). Kurangi stimuli lingkungan yang bisa disalah tafsirkan seperti mengancam.
2). Aktivitas Pengurangan kecemasan.
a). Lakukan pendekatan untuk menenangkan, menentramkan pasien.
b). Nyatakan dengan jelas harapan dan perilaku pasien.
c). Berikan informasi mengenai diagnosis, perawatan dan prognosis.
d). Terangkan semua prosedur, termasuk perasan yang mungkin dialami pasien
selama prosedur.
e). Tunggu pasien untuk meningkatkan keamanan dan mengurangi ketakutan.
f). Anjurkan pasien untuk ditunggui keluarga.
g). Dengarkan dengan penuh perhatian.

40
h). Ciptakan suasanan untuk memudahkan kepercayaan.
i). Sediakan kegiatan yang menghibur untuk mengurangi ketegangan.
j). Ajari pasien tentang penggunaan teknik relaksasi
k). Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaan, masalah dan rasa takut.
l). Pantau tekanan darah dan Nadi.

41
42

Anda mungkin juga menyukai