penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagaimana diketahui salah satu mineral utama penyusun tulang adalah kalsium.
Kurangnya konsumsi kalsium akan mengakibatkan berkurangnya kalsium yang terdapat pada
tulang, sehingga lama kelamaan akan terjadi perubahan pada mikroarstektur tulang dan
tulang menjadi lunak Akibatnya tulang menjadi kehilangan kepadatan dan kekuatannya,
sehingga mudah retak/patah
Hal tersebut berarti asupan perempuan Indonesia bahkan kurang dari 50%
rekomendasi kalsium harian yang dibutuhkan untuk menjaga kekuatan dan kesehatan tulang.
Asupan yang kurang dari 50% rekomendasi harian tersebut bahkan juga terjadi di 9
negara Asia, seperti terlihat pada penelitian yang dilakukan Lyengar dan tim pada 2004.
Kebutuhan kalsium yang dianjurkan per harinya adalah 1.000-1.200 mg.
Data kepadatan tulang yang dianalisa oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan
(Puslitbang) Gizi Bogor pada 2005, ditemukan bahwa 2 dari 5 orang Indonesia berisiko
menderita kerapuhan tulang
Dari jumlah kejadian diatas dan kondisi penyakit yang memerlukan pendeteksian dan
penanganan sejak dini, penulis tertarik untuk menulis makalah “ Asuhan Keperawatan
Osteomalasia”.
2.1 DEFINISI
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh
kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang disebut
rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal,
terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa
pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit). ( Smeltzer. 2001: 2339 )
Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh gagalnya
pendepositan kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh. Istilah lain dari osteomalasia adalah
”soft bone” atau tulang lunak. Penyakit ini mirip dengan rakitis, hanya saja pada penyakit ini
tidak ditemukan kelainan pada lempeng epifisis (tempat pertumbuhan tulang pada anak)
karena pada orang dewasa sudah tidak lagi dijumpai lempeng epifisis.
Osteomalasia ialah perubahan patologik berupa hilangnya mineralisasi tulang yang
disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai tingkat di bawah kadar yang diperlukan
untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil akhirnya ialah rasio antara mineral tulang
dengan matriks tulang berkurang.
2.2 ETIOLOGI
A. Primer
Kekurangan kalsium dan vitamin D. Anak yang kekurangan kalsium akan
mengalami gangguan pada proses mineralisasi. Demikian juga apabila ia kekurangan
vitamin D. Di dalam tubuh vitamin D berfungsi membantu penyerapan kalsium di
dalam tubuh. Jika kedua unsur ini tidak terpenuhi makan tulang-tulang si kecil menjadi
lunak dan mudah patah. Proses mineralisasi adalah proses proses terakhir pembentukan
tulang. Jika kebutuhan kalsium anak tercukupi maka otomatis proses mineralisasi
dalam tubuhnya akan berlangsung dengan baik.
B. Resiko
1. Anak menderita gangguan hati seperti sirosis. Hal ini karena organ hatinya tak
mampu memroses vitamin D sehingga fase mineralisasi tidak terjadi.
2. Adanya gangguan fungsi ginjal sehingga proses ekskresi/pembuangan
kalsium akan meningkat. Dengan begitu proses mineralisasi akan terhambat.
Dan Gangguan tubulus renalis yang disertai terbuangnya fosfat (acquired),
renal tubular acidosis yang disertai disproteinemia kronik.
3. Pemakaian obat dalam jangka waktu panjang. Pada kasus tertentu, efek
pemakaian obat seperti streroid dalam jangka waktu yang panjang rentan
terhadap penyakit ini.
4. Gangguan malabsorbsi
5. Menurunnya penyerapan vitamin D akibat penyakit bilier, penyakit mukosa
usus halus proksimal dan penyakit ileum.
6. Peningkatan katabolisme vitamin D akibat obat yang me- nyebabkan
peningkatan kerja enzim-enzim oksidase hati.
2.3 PATOFISIOLOGI
Ada berbagai macam penyebab dari Osteomalasia yang umumnya menyebabkan
gangguan metabolisme mineral. Factor yang berbahaya untuk osteomalasia adalah
kesalahan diet, malabsobrsi, gastrectomi, GGK, terapi anticonvulsan jangka lama (
fenytoin, fenorbarbital ) dan insufisiensi vitamin D ( diet, sinar matahari ).
Tipe malnurisi ( defisiensi vitamin D sering berhubungan dengan asupan kalsium
yang buruk ) terutama akibat kemiskinan, tetapi mematangkan makanan dan kurangnya
pengetahuan tentang nutrisi juga dapat menjadi factor pencetus. Hal itu terjadi dengan
frekuensi tersering dimana kandungan vitamin D dalam makanan kurang dan adanya
kesalahan diet serta kekurangan sinar matahari.
Osteomalasia dapat terjadi sebagai akibat dari kegagalan dari absorbsi kalsium atau
kehilangan kalsium berlebihan dari tubuh. Gangguan gastrointestinal dimana kurangnya
absorbsi lemak menyebabkan osteomalasia melalui kehilangan vitamin D (semua vitamin
yang larut dalam lemak) dan kalsium. Ekskresi yang paling terakhir terdapat dalam faeces
bercampur dengan asam lemak(fatty acid). Kelainan ini meliputi penyakit seliac, obstruksi
traktus biliaris kronis, pancreatitis kronik dan reseksi usus halus.
Gagal ginjal berat mengakibatkan asidosis. Kalsium yang tersedia dipergunakan untuk
menetralkan asidosis, dan hormon paratiroid terus menyebabkan pelepasan kalsium dari
kalsium skelet sebagai usaha untuk mengembalikan Ph fisiologis. Selama pelepasan kalsium
skelet terus-menerus ini, terjadi fibrosisi tulang dan kista tulang. Glomerulonefritis kronik,
uropati obstruksi dan keracunan logam berat mengakibatkan kurangnya kadar fosfat serum
dan demineralisasi tulang
Selain itu penyakit hati dan ginjal dapat menyebabkan kekurangan vitamin D, karena
keduanya merupakan organ yang melakukan konversi Vit D ke bentuk aktif. Akhirnya,
hypertiroidime mengakibatkan dekalsifikasi skelet dan artinya Osteomalasia, dengan
peningkatan fosfat didalam urin.
2.4 Pathway
Gangguan
gaintrostinal Gagal ginjal kronis
Absorbsi lemak
terganggu
Asidosis
Pembentukan vit.
D terganggu Kalsium yang terdapat
Kekurangan vit.d dan dalam tubuh digunakan
kalsium dlm diet utnuk menetralkan
Absorbsi kalsium asidosis
usus menurun
Kalsium ekstrasel
berkurang
Transport kalsium ke
tulang terganggu
Demineralisasi tulang
Osteomalasia
Perlunakan kerangka
tubuh
Tulang melengkung
Penekanan saraf Deformitas
vertebrata
Berat badan dan
tarikan tubuh Cara berjalan
Nyeri punggung pincang
Resiko fraktur
meningkat RESIKO CEDERA
Nyeri
GG. MOBILITAS
FISIK
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Umumnya gejala yang memperberat dari osteomalasia adalah :
1. Nyeri tulang dan kelemahan. Sebagai akibat dari defisiensi kalsium, biasanya terdapat
kelemahan otot. Nyeri tulang yang dirasakan menyebar, terutama pada daerah
pinggang dan paha.
2. Pasien akan mengalami cara jalan bebek atau pincang
3. Penyakit lanjut, tungkai terjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan tulang,
dan tarikan otot), vertebra menjadi tertekan, pemendekan batang tubuh pasien dan
kelainan bentuk thoraks (kifosis).
4. Sakrum terdorong ke bawah dan ke depan, dan pelvis tertekan ke lateral. Kedua
deformitas tersebut menerangkan bentuk khas pelvis yang sering mengakibatkan
perlunya dilakukan seksio sesaria pada wanita hamil yang terkena penyakit ini.
Kelemahan dan ketidakseimbangan meningkatkan risiko jatuh dan fraktur.
5. Penurunan berat badan
6. Anoreksia
7. Munculnya tonjolan tulang pada sambungan antara tulang iga dan tulang rawan di
bagian dada.
8. Tulang terasa lunak dan jika disenduh akan merasakan nyeri mengigit
9. Mengalami gangguan motorik karena kurang beraktivitas dan menjadi pasif.
10. Merasakan sakit saat duduk&mengalami kesulitan bangun dari posisi duduk ke posisi
berdiri.
11. Mudah Sekali mengalami patah tulang. Terutama di bagian tulang panjang
seperti tulang lengan atau tulang kaki.
2.6 KOMPLIKASI
Pada anak-anak yang menderita penyakit rachitis, jikalau penyakit ini tidak segera
diobati, maka pertumbuhannya akan terhalang, anak itu menjadi lambat untuk duduk,
merangkak, dan berjalan. Berat tubuhnya mungkin akan membengkokkan lutut, tulang,
serta persendian lainnya sehingga menyebabkan kaki-O (Genu Varum), dada busung
(Pigeon Chest), dan lutut bengkok kedalam atau kaki-X (Genu Valgum).
Pada orang dewasa, kelemahan tulang akan menimbulkan risiko fraktur. Os
vertebra yang melunak akan tertekan menjadi pendek sehingga orang itu akan berkurang
tingginya atau cebol. Trunkus klien yang memendek sehingga mengubah bentuk toraks
disebut kifosis, dimana klien terlihat seperti bungkuk, dan skoliosis.
3.1 Pengkajian
1. Identitas
a. IdentitasPasien
Nama : Tn. X
Umur : 47Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Deden Jabir No. 78 RT 19/RW 03 Kel. Gularejo
TB Sekarang : 159 cm
BB Sekarang :56 kg
Dx Medis : Osteomalasi
TanggalPengkajian : 19 desember 205
TanggalMasuk RS : 17 desember 2015
b. IdentitasPenanguangJawab
Nama : Ny. X
Umur : 41tahun
Alamat : Jl. Deden Jabir No. 78 RT 19/RW 03 Kel. Gularejo
Hub. Denganklien : Istri
2. Keluhan utama
Tn. X mengatakannyeri tulang meluas menusuk khususnya di pinggul saat
berjalan secara berulang..
3. Riwayatkesehatan
a. Riwayatpenyakitterdahulu
Tn.X mengatakan pernah fraktur bagian paha kiri dan lengan kanan 1 tahun lalu
b. Riwayatpenyakitsekarang
Tn. X dibawa ke RSUDInsan Medika Antakusuma tanggal 14 oktober 2014
oleh istrinya dengan keluhan nyeri tulang yang meluas, khususnya di pingguldan
mengalami kesulitan gerakan dalam keadaan gelisahdan cara jalan terhuyung-
huyung.Di UGD diagnosa dokter terkena osteomalasi dan telah dilakukan tes
darah.TD: 130/90 mmHg, nadi : 100 x /mnt, suhu : 36,5 derajat celsius, RR: 25
x/mnt.
c. Riwayatpenyakitkeluarga
Keluarga mengatakan tak memiliki penyakit yang sama baik penyakit
menular, menurun dan menahun.
d. Riwayat perawatan
Tn. X mendapatkan penanganan pertama kali di RSUD Imamudin dan
sebelumnya belum diberikan perawatan apapun
4. Pemeriksaan fisik
a. KeadaanUmum :
Kesadaran baik atau composmentis (eye 4, verbal 5, motorik 6)tetapi
mengalami kelemahan/kegelisahan dan cara jalan terhuyung-huyung.
b. Tanda – Tanda Vital
TD: 140/80 mmHg, nadi : 100 x /mnt, suhu : 36,5 derajat celsius, RR: 25
x/mnt
c. Pemeriksaan fisik persistem
1) Pernapasan
Inspeksi :Ekspansi simetris,tidak ada sumbatan, perdarahandan tandatanda
infeksi
Palpasi :Taktil vremitus seimbang
Perkusi :Hiperresonan.
Auskultasi :Bronchovesikuler (+/+).
2) Kardiovaskuler
Inspeksi :Tampak tak pucat.
Palpasi :tak ada penonjolan daerah jantung, tak ada pembesaran vena
jugularis, nadi 100x/mnt.
Auskultasi :Tak ada murmur, TD: 130/90 mmHg.
Perkusi :Dulness.
3) Persyarafan
a. Kesadaran compos mentis dengan GCS 15 (eye 4, verbal 5, motorik 6)
b. Pupil isokor, ada refleks cahaya pada pupil, tidak ada refleks patologis, pasien
merasa gelisah.
c. Fungsi motorik terlihat mengalami kelemahan.
d. Nyeri tulang meluas dan menusuk, khususnya di pinggul sehingga wajah
tampak menyeringis.
e. Perkemihan
Urine berwarna kuning pekat,berbau khas, dan jumlahnya 0,75ℓ/hari.
4) Pencernaan
Abdomen simestris, datar, dan warna sama dengan kulit sekiarnya.
Perislatik 5-12x/mnt.
5) Muskulskeletal
Kulit tidak dapat kembali dalam waktu kurang dari 3 detik, lingkaran mata
menghitam, cara jalan terhuyung-huyung, dan deformitas bagian kaki berbentuk
O.
5. Pola aktivitas
Aktivitas
Pre-masuk rumah sakit Di rumah sakit
sehari-hari
Makan dan Pola makan teratur 3x sehari Polamakan menghabiskan
minum 1 porsi habis (diet tinggi ½ porsi (diet tinggi
1) Nutrisi garam dan kolestrol LDL kalsium dan vit D)
(daging-daging merah) Minum air putih 6-7
Minum air putih dengan gelas/hari
2) Minum jumlah cukup hingga 6-7
gelas/ hari.
Eliminasi BAB 1x/2 hari konsitensi BAB 1x/ hari konsistensi
sedikit keras, warna lunak, warna kuningan,
kekuningan, dan bau khas berminyak, dan bau khas.
BAK hanya 3-4 kali/hari BAK 2-3 kali/hari dan
(warna kuning jernih bau urinekuning pekat,
khas) 0,75ℓ,bau khas
Istirahat dan Pasien tidur 8-10 jam/hari Pasien tidur 4-7 jam/hari
tidur dan tidur nyaman dan sering terbangun
karena nyeri
Aktivitas Pasien melakukan berbagai Pasien terbaring di tempat
dan latihan olahraga dengan jadwal tak tidur dan sesekali jalan
teratur dan aktif beraktivitas
sesuai kemampuan saat itu
Hubungan Pasien selalu bergaul dan Pertemuan dan pergaulan
dan peran selalu membantu orang tua pasien dengan keluarga
dan teman terbatas jadwal
besuk
Seksualitas Mempunyai 2 anak dan Tak Tak dapat melakukan
dapat melakukan hubungan hubungan suami-istri
suami-istri terutama karena
nyeri dada dan sesak yang
meningkat karena aktivitas
Sensori dan Pasien merasa tenang Perubahan stress dengan
kognitif penyakitnya
Mekanisme Pasien selalu bercerita pada Pasien kesulitan atau
koping keluarga dan sahabat mengalami keterbatasan
untuk bercerita ke
keluarga atau sahabat
karena terbatas waktu
besuk dan merasa gelisah
Nilai dan Pasien selalu shalat 5 waktu Hanya shalat 5 waktu
kepercayaan dan baca Al-Qur’an 3x sehari
Kebersihan Mandi 3x sehari ganti Mandi dibantu petugas,
diri pakaian 1x sehari dan gosok dan menggosok gigi
gigi setiap selesai mandi dan dilakukan di kamar mandi.
makan. Hambatan dalam
melakukan kebersihan diri
karena kelemahan
sehingga terkadang
tampak kusam.
d. Psikososial.
1) Psikologis : Pasienberharap ingin cepat sembuh dan kembali beraktifitas
normal.
2) Sosial : Sejak dirawat banyak rekan – rekan klien yang berdatangan
3) Spiritual : Klien minta dibantupetugas saat mempersiapkan ibadah
6. Pemeriksaan Laboratorium
No Pemeriksaan Hasil Range
1. Darah lengkap
Hematokrit (Hct) 45% 40% - 50 %
Hemoglobin (Hb) 15 g/d 13 - 18 g/d
Eritrosit 5,1 x 106 sel/mm3 4,4 - 5,6 x 106 sel/mm3
Leukosit 5000 /mm3 3200 – 10.000/mm3
Trombosit 270x 103/mm3 170 – 380x 103/mm3
2. Elektrolit
Fosfor 2,3 mg/dL 2,6-4,6 mg/dL
Kalsium 8,5 mg/dL 8,8 – 10,4 mg/dL
3. Urine
Kreatin 0,7 g/24 jam 1 - 2 g/24 jam
7. Data Fokus
DS DO
Klien mengatakan mengeluh Fungsi motorik terlihat mengalami
nyeri tulang meluas menusuk kelemahan, wajah menyeringis, Cara jalan
khususnya di pinggul, terhuyung-huyung, dan deformitas bagian
mengalami kesulitan kaki berbentuk O.Lingkaran mata tampak
gerakan,dansulit tidurketika menghitam, nadi : 100 x /mnt, TD:140/80.
nyeri datang.
8. Analisa Data
Etiologi Problem
DS:Klien mengatakan nyeri. P Kekurangan Nyeri akut
(nyeri saat berjalan), Q vitamin Ddan
(menusuk), R(pinggul), kalsium dalam
S(5), T(berulang). Diet
DO:wajah menyeringis, nadi : Kalsium ekstra
100 x /mnt, TD:140/80. sel berkurang
Transport
kalsium ketulang
terganggu
Demineralisasi
tulang
osteomalasia
Perlunakan
kerangka tubuh
Tekanan pada
vertebra
Nyeri punggung
Nyeri akut
DS:Klien mengatakan Osteomalasia Hambatan mobilitas
mengalami kesulitan fisik
gerakan Perlunakan
DO:Cara jalan terhuyung- kerangka tubuh
huyung, dan deformitas
bagian kaki berbentuk O Berat badan dan
tarikan tubuh
Tulang
melengkung
Resiko fraktur
meningkat
Hambatan
mobilitas fisik
DS: klien mengatakan susah Lingkungan tidak Resiko Cidera
melakukan aktivitas seperti aman
biasanya
DO: lingkungan sekitar masih Hamatan
belum aman pergerakan
Resiko cidera
3.2 DiagnosaKeperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis
2. Gangguan mobilitas fisik b.d perlunakan kerangka tubuh
3. Risiko cedera berhubungan dengan kehilangan integritas tulang