Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMALASIA

Nama anggota kelompok 5


1. Neno Jawanta Sari
2. Lale Eka Budiani
3. Harumi Rayi Pangestika
4. Trans utami Risky
5. Safar Wadi

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan makalah dengan judul “asuhan
keperawatan Osteomalasia“ dapat kami selesaikan sengan jadwal yang telah
direncanakan. Terdorong oleh rasa ingin tahu, kemauan, kerjasama dan kerjakeras, kami
serahkan seluruh upaya demi mewujudkan keinginan ini.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan untuk
melengkapi dan menyempurnakan suatu mata kuliah.
Penulis menyadari dalam menyusun makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan baik cara penulisan ataupun penyusunanya. Oleh karena itu kami, mohon maaf
dan sangat mengharapkan masukan yang sifatnya membangun demi untuk
kesempurnaan makalah ini.
Penulis menyadari pula, bahwa selesainya makalah ini tidak lepas dari sukungan
serta bantuan baik berupa moral maupun material dari semua pihak terkait. Oleh kerena
itu, dengan segala kerendahan hati kami mengucapkan terima kasih banyak kepada
Dosen pembimbing dan rekan mahasiswa yang memberikan masukan dan petunjuk serta
saran-saran yang baik.

Mataram, 21 Desember 2015

penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sebagaimana diketahui salah satu mineral utama penyusun tulang adalah kalsium.
Kurangnya konsumsi kalsium akan mengakibatkan berkurangnya kalsium yang terdapat pada
tulang, sehingga lama kelamaan akan terjadi perubahan pada mikroarstektur tulang dan
tulang menjadi lunak Akibatnya tulang menjadi kehilangan kepadatan dan kekuatannya,
sehingga mudah retak/patah

Osteomalasia ialah perubahan patologik berupa hilangnya mineralisasi tulang yang


disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai tingkat di bawah kadar yang
diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil akhirnya ialah rasio antara mineral
tulang dengan matriks tulang berkurang..

Banyak faktor yang dapat menyebabkan osteomalasia. Kekurangan kalsium dan


vitamin D terutama di masa kecil dan remaja saat di mana terjadi pembentukan massa tulang
yang maksimal, merupakan penyebab utama osteomalasia Konsumsi kalsium yang rendah
atau menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium yang umumnya terjadi pada
dewasa , dapat menyebabkan osteomalasia ,selain itu ganguan pada sindroma malabsorbsi
usus , penyakit hati, gagal ginjal kronis dapat juga menyebab terjadinya osteomalasia.

Terjadinya osteomalasia merupakan rangkaian awal terjadinya osteoporosis . Pada


saat sekarang ini angka kejadian tersebut sangat meningkat tajam baik pada anak – anak,
dewasa atau pun orang tua. Berdasarkan hasil penelitian University of Otago, Selandia Baru,
bekerja sama dengan Seameo Tropmed RCCN, Universitas Indonesia dan Universitas Putra
Malaysia, yang dipublikasikan European Journal of Clinical Nutrition tahun 2007,
perempuan Indonesia hanya mengonsumsi 270 miligram kalsium per hari.

Hal tersebut berarti asupan perempuan Indonesia bahkan kurang dari 50%
rekomendasi kalsium harian yang dibutuhkan untuk menjaga kekuatan dan kesehatan tulang.

Asupan yang kurang dari 50% rekomendasi harian tersebut bahkan juga terjadi di 9
negara Asia, seperti terlihat pada penelitian yang dilakukan Lyengar dan tim pada 2004.
Kebutuhan kalsium yang dianjurkan per harinya adalah 1.000-1.200 mg.
Data kepadatan tulang yang dianalisa oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan
(Puslitbang) Gizi Bogor pada 2005, ditemukan bahwa 2 dari 5 orang Indonesia berisiko
menderita kerapuhan tulang

Dari jumlah kejadian diatas dan kondisi penyakit yang memerlukan pendeteksian dan
penanganan sejak dini, penulis tertarik untuk menulis makalah “ Asuhan Keperawatan
Osteomalasia”.

1.2 Rumusan Masalah


1. pengertian dari Osteomalacia ?
2. etiologi atau penyebab dari Osteomalacia ?
3. patofisiologi dari Osteomalacia ?
4. manifestasi klinis dari Osteomalacia?
5. prosedur diagnostik dari Osteomalacia?
6. terapi dari Osteomalacia?
7. pengkajian fisik dari Osteomalacia?
8. diagnose keperawatan dari Osteomalacia?
9. intervensi dan evaluasi keperawatan dari Osteomalacia?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Osteomalacia
2. Untuk mengetahui etiologi atau penyebab dari Osteomalacia
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari Osteomalacia
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Osteomalacia
5. Untuk mengetahui prosedur diagnostik dari Osteomalacia
6. Untuk mengetahui terapi dari Osteomalacia
7. Untuk mengetahui pengkajian fisik dari Osteomalacia
8. Untuk mengetahui diagnose keperawatan dari Osteomalacia
9. Untuk mengetahui intervensi dan evaluasi keperawatan dari Osteomalacia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh
kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang disebut
rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal,
terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa
pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit). ( Smeltzer. 2001: 2339 )
Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh gagalnya
pendepositan kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh. Istilah lain dari osteomalasia adalah
”soft bone” atau tulang lunak. Penyakit ini mirip dengan rakitis, hanya saja pada penyakit ini
tidak ditemukan kelainan pada lempeng epifisis (tempat pertumbuhan tulang pada anak)
karena pada orang dewasa sudah tidak lagi dijumpai lempeng epifisis.
Osteomalasia ialah perubahan patologik berupa hilangnya mineralisasi tulang yang
disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai tingkat di bawah kadar yang diperlukan
untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil akhirnya ialah rasio antara mineral tulang
dengan matriks tulang berkurang.

2.2 ETIOLOGI
A. Primer
Kekurangan kalsium dan vitamin D. Anak yang kekurangan kalsium akan
mengalami gangguan pada proses mineralisasi. Demikian juga apabila ia kekurangan
vitamin D. Di dalam tubuh vitamin D berfungsi membantu penyerapan kalsium di
dalam tubuh. Jika kedua unsur ini tidak terpenuhi makan tulang-tulang si kecil menjadi
lunak dan mudah patah. Proses mineralisasi adalah proses proses terakhir pembentukan
tulang. Jika kebutuhan kalsium anak tercukupi maka otomatis proses mineralisasi
dalam tubuhnya akan berlangsung dengan baik.
B. Resiko
1. Anak menderita gangguan hati seperti sirosis. Hal ini karena organ hatinya tak
mampu memroses vitamin D sehingga fase mineralisasi tidak terjadi.
2. Adanya gangguan fungsi ginjal sehingga proses ekskresi/pembuangan
kalsium akan meningkat. Dengan begitu proses mineralisasi akan terhambat.
Dan Gangguan tubulus renalis yang disertai terbuangnya fosfat (acquired),
renal tubular acidosis yang disertai disproteinemia kronik.
3. Pemakaian obat dalam jangka waktu panjang. Pada kasus tertentu, efek
pemakaian obat seperti streroid dalam jangka waktu yang panjang rentan
terhadap penyakit ini.
4. Gangguan malabsorbsi
5. Menurunnya penyerapan vitamin D akibat penyakit bilier, penyakit mukosa
usus halus proksimal dan penyakit ileum.
6. Peningkatan katabolisme vitamin D akibat obat yang me- nyebabkan
peningkatan kerja enzim-enzim oksidase hati.
2.3 PATOFISIOLOGI
Ada berbagai macam penyebab dari Osteomalasia yang umumnya menyebabkan
gangguan metabolisme mineral. Factor yang berbahaya untuk osteomalasia adalah
kesalahan diet, malabsobrsi, gastrectomi, GGK, terapi anticonvulsan jangka lama (
fenytoin, fenorbarbital ) dan insufisiensi vitamin D ( diet, sinar matahari ).
Tipe malnurisi ( defisiensi vitamin D sering berhubungan dengan asupan kalsium
yang buruk ) terutama akibat kemiskinan, tetapi mematangkan makanan dan kurangnya
pengetahuan tentang nutrisi juga dapat menjadi factor pencetus. Hal itu terjadi dengan
frekuensi tersering dimana kandungan vitamin D dalam makanan kurang dan adanya
kesalahan diet serta kekurangan sinar matahari.
Osteomalasia dapat terjadi sebagai akibat dari kegagalan dari absorbsi kalsium atau
kehilangan kalsium berlebihan dari tubuh. Gangguan gastrointestinal dimana kurangnya
absorbsi lemak menyebabkan osteomalasia melalui kehilangan vitamin D (semua vitamin
yang larut dalam lemak) dan kalsium. Ekskresi yang paling terakhir terdapat dalam faeces
bercampur dengan asam lemak(fatty acid). Kelainan ini meliputi penyakit seliac, obstruksi
traktus biliaris kronis, pancreatitis kronik dan reseksi usus halus.
Gagal ginjal berat mengakibatkan asidosis. Kalsium yang tersedia dipergunakan untuk
menetralkan asidosis, dan hormon paratiroid terus menyebabkan pelepasan kalsium dari
kalsium skelet sebagai usaha untuk mengembalikan Ph fisiologis. Selama pelepasan kalsium
skelet terus-menerus ini, terjadi fibrosisi tulang dan kista tulang. Glomerulonefritis kronik,
uropati obstruksi dan keracunan logam berat mengakibatkan kurangnya kadar fosfat serum
dan demineralisasi tulang
Selain itu penyakit hati dan ginjal dapat menyebabkan kekurangan vitamin D, karena
keduanya merupakan organ yang melakukan konversi Vit D ke bentuk aktif. Akhirnya,
hypertiroidime mengakibatkan dekalsifikasi skelet dan artinya Osteomalasia, dengan
peningkatan fosfat didalam urin.
2.4 Pathway

Gangguan
gaintrostinal Gagal ginjal kronis

Absorbsi lemak
terganggu
Asidosis

Pembentukan vit.
D terganggu Kalsium yang terdapat
Kekurangan vit.d dan dalam tubuh digunakan
kalsium dlm diet utnuk menetralkan
Absorbsi kalsium asidosis
usus menurun

Kalsium ekstrasel
berkurang

Transport kalsium ke
tulang terganggu

Demineralisasi tulang
Osteomalasia

Perlunakan kerangka
tubuh

Berat badan dan Kompresi pada Pemendekan tinggi


tarikan tubuh vertebrata badan

Tulang melengkung
Penekanan saraf Deformitas
vertebrata
Berat badan dan
tarikan tubuh Cara berjalan
Nyeri punggung pincang

Resiko fraktur
meningkat RESIKO CEDERA
Nyeri

GG. MOBILITAS
FISIK
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Umumnya gejala yang memperberat dari osteomalasia adalah :
1. Nyeri tulang dan kelemahan. Sebagai akibat dari defisiensi kalsium, biasanya terdapat
kelemahan otot. Nyeri tulang yang dirasakan menyebar, terutama pada daerah
pinggang dan paha.
2. Pasien akan mengalami cara jalan bebek atau pincang
3. Penyakit lanjut, tungkai terjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan tulang,
dan tarikan otot), vertebra menjadi tertekan, pemendekan batang tubuh pasien dan
kelainan bentuk thoraks (kifosis).
4. Sakrum terdorong ke bawah dan ke depan, dan pelvis tertekan ke lateral. Kedua
deformitas tersebut menerangkan bentuk khas pelvis yang sering mengakibatkan
perlunya dilakukan seksio sesaria pada wanita hamil yang terkena penyakit ini.
Kelemahan dan ketidakseimbangan meningkatkan risiko jatuh dan fraktur.
5. Penurunan berat badan
6. Anoreksia
7. Munculnya tonjolan tulang pada sambungan antara tulang iga dan tulang rawan di
bagian dada.
8. Tulang terasa lunak dan jika disenduh akan merasakan nyeri mengigit
9. Mengalami gangguan motorik karena kurang beraktivitas dan menjadi pasif.
10. Merasakan sakit saat duduk&mengalami kesulitan bangun dari posisi duduk ke posisi
berdiri.
11. Mudah Sekali mengalami patah tulang. Terutama di bagian tulang panjang
seperti tulang lengan atau tulang kaki.
2.6 KOMPLIKASI
Pada anak-anak yang menderita penyakit rachitis, jikalau penyakit ini tidak segera
diobati, maka pertumbuhannya akan terhalang, anak itu menjadi lambat untuk duduk,
merangkak, dan berjalan. Berat tubuhnya mungkin akan membengkokkan lutut, tulang,
serta persendian lainnya sehingga menyebabkan kaki-O (Genu Varum), dada busung
(Pigeon Chest), dan lutut bengkok kedalam atau kaki-X (Genu Valgum).
Pada orang dewasa, kelemahan tulang akan menimbulkan risiko fraktur. Os
vertebra yang melunak akan tertekan menjadi pendek sehingga orang itu akan berkurang
tingginya atau cebol. Trunkus klien yang memendek sehingga mengubah bentuk toraks
disebut kifosis, dimana klien terlihat seperti bungkuk, dan skoliosis.

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJA


1. Rontgen
Jelas terlihat demineralisasi tulang secara umum. Pemeriksaan vertebra
memperlihatkan adanya patah tulang kompresi tanpa batas vertebra yang jelas.
2. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar kalsium serum dan fosfor rendah; kadar
fosfat alkali meningkat sedang, ekskresi keratinin dan kalsium urine rendah.
2.8 PENCEGAHAN
Adapun cara yang dapat dilakukan untuk pencegahan agar tidak terkena Osteomalasia
antara lain:
1. Terkena paparan sinar matahari yang cukup
2. Menjaga diet kaya kalsium
3. Menjaga diet kaya Vit D
2.9 PENATALAKSANAAN
1. Koreksi penyebab dasar osteomalasia bila mungkin.
2. Bila osteomalasia akibat kesalahan diet, maka perlu diberikan diet kaya protein dan
kalsium dan vitamin D tinggi.
3. Bila penyebabnya kekurangan Vit D, suplemen vitamin D harus diresepkan maka
dapat disuntikkan vitamin D 200.000 IU per minggu selama 4-6 minggu, yang
kemudian dilanjutkan dengan 1.600 IU setiap hari atau 200.000 IU setiap 4-6 bulan.
Vitamin D akan meningkatkan konsentrasi kalsium dan fosfat dalam cairan
ekstrasel dan maka tersedia ion kalsium fosfat untuk menetralisasi tulang dengan
mengonsumsi 1,25-dihydroxy vitamin D.
4. Bila osteomalasia diakibatkan oleh malabsorpsi, penambahan dosis vitamin D
selain suplemen kalsium biasanya diresepkan.
5. Pemajanan sinar matahari sebagai radiasi ultraviolet untuk mentransformasi bahan
kolesterol (7-dehidrokolesterol) yang tersedia di kulit menjadi vitamin D perlu
dianjurkan. Cobalah sering berjemur di bawah sinar matahari pagi antara pukul 7 -
9 pagi dan sore pada pukul 16 - 17.
6. Sering, masalah skelet yang berhubungan dengan osteomalasia sembuh sendiri bila
kekurangan nutris atau proses patologis yang mendasarinya telah ditangani secara
adekuat.
7. Pemantauan jangka panjang pasien diperlukan untuk meyakinkan stabilitasasi atau
kekambuhan osteomalasia.
8. Berbagai deformitas ortopedik persisten mungkin perlu ditangani dengan brace atau
pembedahan (dapat dilakukan osteotomi untuk mengoreksi deformitas tulang
panjang).
9. Defesiensi vitamin D karena penyakit ginjal/hati dapat diatasi dengan menggunakan
bentuk yang aktif secara metabolic yaitu kalsitrol. Terapi dapat meredakan gejala
dan memperbaiki abnormalitas tulang dalam 3-4 bulan. Kadang-kadang
hipertiroidisme menjadim otonom pada osteomalasia yang berlangsung lama
(hipertiroidisme tertier).
BAB 3
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Identitas
a. IdentitasPasien
Nama : Tn. X
Umur : 47Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Deden Jabir No. 78 RT 19/RW 03 Kel. Gularejo
TB Sekarang : 159 cm
BB Sekarang :56 kg
Dx Medis : Osteomalasi
TanggalPengkajian : 19 desember 205
TanggalMasuk RS : 17 desember 2015
b. IdentitasPenanguangJawab
Nama : Ny. X
Umur : 41tahun
Alamat : Jl. Deden Jabir No. 78 RT 19/RW 03 Kel. Gularejo
Hub. Denganklien : Istri
2. Keluhan utama
Tn. X mengatakannyeri tulang meluas menusuk khususnya di pinggul saat
berjalan secara berulang..
3. Riwayatkesehatan
a. Riwayatpenyakitterdahulu
Tn.X mengatakan pernah fraktur bagian paha kiri dan lengan kanan 1 tahun lalu
b. Riwayatpenyakitsekarang
Tn. X dibawa ke RSUDInsan Medika Antakusuma tanggal 14 oktober 2014
oleh istrinya dengan keluhan nyeri tulang yang meluas, khususnya di pingguldan
mengalami kesulitan gerakan dalam keadaan gelisahdan cara jalan terhuyung-
huyung.Di UGD diagnosa dokter terkena osteomalasi dan telah dilakukan tes
darah.TD: 130/90 mmHg, nadi : 100 x /mnt, suhu : 36,5 derajat celsius, RR: 25
x/mnt.
c. Riwayatpenyakitkeluarga
Keluarga mengatakan tak memiliki penyakit yang sama baik penyakit
menular, menurun dan menahun.
d. Riwayat perawatan
Tn. X mendapatkan penanganan pertama kali di RSUD Imamudin dan
sebelumnya belum diberikan perawatan apapun
4. Pemeriksaan fisik
a. KeadaanUmum :
Kesadaran baik atau composmentis (eye 4, verbal 5, motorik 6)tetapi
mengalami kelemahan/kegelisahan dan cara jalan terhuyung-huyung.
b. Tanda – Tanda Vital
TD: 140/80 mmHg, nadi : 100 x /mnt, suhu : 36,5 derajat celsius, RR: 25
x/mnt
c. Pemeriksaan fisik persistem
1) Pernapasan
Inspeksi :Ekspansi simetris,tidak ada sumbatan, perdarahandan tandatanda
infeksi
Palpasi :Taktil vremitus seimbang
Perkusi :Hiperresonan.
Auskultasi :Bronchovesikuler (+/+).

2) Kardiovaskuler
Inspeksi :Tampak tak pucat.
Palpasi :tak ada penonjolan daerah jantung, tak ada pembesaran vena
jugularis, nadi 100x/mnt.
Auskultasi :Tak ada murmur, TD: 130/90 mmHg.
Perkusi :Dulness.
3) Persyarafan
a. Kesadaran compos mentis dengan GCS 15 (eye 4, verbal 5, motorik 6)
b. Pupil isokor, ada refleks cahaya pada pupil, tidak ada refleks patologis, pasien
merasa gelisah.
c. Fungsi motorik terlihat mengalami kelemahan.
d. Nyeri tulang meluas dan menusuk, khususnya di pinggul sehingga wajah
tampak menyeringis.
e. Perkemihan
Urine berwarna kuning pekat,berbau khas, dan jumlahnya 0,75ℓ/hari.
4) Pencernaan
Abdomen simestris, datar, dan warna sama dengan kulit sekiarnya.
Perislatik 5-12x/mnt.
5) Muskulskeletal
Kulit tidak dapat kembali dalam waktu kurang dari 3 detik, lingkaran mata
menghitam, cara jalan terhuyung-huyung, dan deformitas bagian kaki berbentuk
O.
5. Pola aktivitas
Aktivitas
Pre-masuk rumah sakit Di rumah sakit
sehari-hari
Makan dan Pola makan teratur 3x sehari Polamakan menghabiskan
minum 1 porsi habis (diet tinggi ½ porsi (diet tinggi
1) Nutrisi garam dan kolestrol LDL kalsium dan vit D)
(daging-daging merah) Minum air putih 6-7
Minum air putih dengan gelas/hari
2) Minum jumlah cukup hingga 6-7
gelas/ hari.
Eliminasi BAB 1x/2 hari konsitensi BAB 1x/ hari konsistensi
sedikit keras, warna lunak, warna kuningan,
kekuningan, dan bau khas berminyak, dan bau khas.
BAK hanya 3-4 kali/hari BAK 2-3 kali/hari dan
(warna kuning jernih bau urinekuning pekat,
khas) 0,75ℓ,bau khas
Istirahat dan Pasien tidur 8-10 jam/hari Pasien tidur 4-7 jam/hari
tidur dan tidur nyaman dan sering terbangun
karena nyeri
Aktivitas Pasien melakukan berbagai Pasien terbaring di tempat
dan latihan olahraga dengan jadwal tak tidur dan sesekali jalan
teratur dan aktif beraktivitas
sesuai kemampuan saat itu
Hubungan Pasien selalu bergaul dan Pertemuan dan pergaulan
dan peran selalu membantu orang tua pasien dengan keluarga
dan teman terbatas jadwal
besuk
Seksualitas Mempunyai 2 anak dan Tak Tak dapat melakukan
dapat melakukan hubungan hubungan suami-istri
suami-istri terutama karena
nyeri dada dan sesak yang
meningkat karena aktivitas
Sensori dan Pasien merasa tenang Perubahan stress dengan
kognitif penyakitnya
Mekanisme Pasien selalu bercerita pada Pasien kesulitan atau
koping keluarga dan sahabat mengalami keterbatasan
untuk bercerita ke
keluarga atau sahabat
karena terbatas waktu
besuk dan merasa gelisah
Nilai dan Pasien selalu shalat 5 waktu Hanya shalat 5 waktu
kepercayaan dan baca Al-Qur’an 3x sehari
Kebersihan Mandi 3x sehari ganti Mandi dibantu petugas,
diri pakaian 1x sehari dan gosok dan menggosok gigi
gigi setiap selesai mandi dan dilakukan di kamar mandi.
makan. Hambatan dalam
melakukan kebersihan diri
karena kelemahan
sehingga terkadang
tampak kusam.
d. Psikososial.
1) Psikologis : Pasienberharap ingin cepat sembuh dan kembali beraktifitas
normal.
2) Sosial : Sejak dirawat banyak rekan – rekan klien yang berdatangan
3) Spiritual : Klien minta dibantupetugas saat mempersiapkan ibadah
6. Pemeriksaan Laboratorium
No Pemeriksaan Hasil Range
1. Darah lengkap
Hematokrit (Hct) 45% 40% - 50 %
Hemoglobin (Hb) 15 g/d 13 - 18 g/d
Eritrosit 5,1 x 106 sel/mm3 4,4 - 5,6 x 106 sel/mm3
Leukosit 5000 /mm3 3200 – 10.000/mm3
Trombosit 270x 103/mm3 170 – 380x 103/mm3
2. Elektrolit
Fosfor 2,3 mg/dL 2,6-4,6 mg/dL
Kalsium 8,5 mg/dL 8,8 – 10,4 mg/dL
3. Urine
Kreatin 0,7 g/24 jam 1 - 2 g/24 jam

7. Data Fokus
DS DO
Klien mengatakan mengeluh Fungsi motorik terlihat mengalami
nyeri tulang meluas menusuk kelemahan, wajah menyeringis, Cara jalan
khususnya di pinggul, terhuyung-huyung, dan deformitas bagian
mengalami kesulitan kaki berbentuk O.Lingkaran mata tampak
gerakan,dansulit tidurketika menghitam, nadi : 100 x /mnt, TD:140/80.
nyeri datang.

8. Analisa Data
Etiologi Problem
DS:Klien mengatakan nyeri. P Kekurangan Nyeri akut
(nyeri saat berjalan), Q vitamin Ddan
(menusuk), R(pinggul), kalsium dalam
S(5), T(berulang). Diet
DO:wajah menyeringis, nadi : Kalsium ekstra
100 x /mnt, TD:140/80. sel berkurang

Transport
kalsium ketulang
terganggu

Demineralisasi
tulang
osteomalasia

Perlunakan
kerangka tubuh

Tekanan pada
vertebra

Nyeri punggung

Nyeri akut
DS:Klien mengatakan Osteomalasia Hambatan mobilitas
mengalami kesulitan fisik
gerakan Perlunakan
DO:Cara jalan terhuyung- kerangka tubuh
huyung, dan deformitas
bagian kaki berbentuk O Berat badan dan
tarikan tubuh

Tulang
melengkung

Resiko fraktur
meningkat

Hambatan
mobilitas fisik
DS: klien mengatakan susah Lingkungan tidak Resiko Cidera
melakukan aktivitas seperti aman
biasanya
DO: lingkungan sekitar masih Hamatan
belum aman pergerakan

Resiko cidera

3.2 DiagnosaKeperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis
2. Gangguan mobilitas fisik b.d perlunakan kerangka tubuh
3. Risiko cedera berhubungan dengan kehilangan integritas tulang

3.3 Intervensi dan Rasional


Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Intervensi
Masalah Kriteria Hasil
Kolaborasi
1. Nyeri akut b.d agen NOC : NIC :
cidera biologis  Pain Level, 1. Lakukan pengkajian
 pain control, nyeri secara
 comfort level komprehensif termasuk
Setelah dilakukan lokasi, karakteristik,
tinfakan durasi, frekuensi, kualitas
keperawatan selama dan faktor presipitasi
2x24 jamPasien 2. Observasi reaksi
tidak mengalami nonverbal dari
nyeri, dengan ketidaknyamanan
kriteria hasil: 3. Bantu pasien dan
1. Mampu keluarga untuk mencari
mengontrol nyeri dan menemukan
(tahu penyebab dukungan
nyeri, mampu 4. Kontrol lingkungan yang
menggunakan dapat mempengaruhi
tehnik nyeri seperti suhu
nonfarmakologi ruangan, pencahayaan
untuk mengurangi dan kebisingan
nyeri, mencari 5. Kurangi faktor presipitasi
bantuan) nyeri
2. Melaporkan 6. Kaji tipe dan sumber
bahwa nyeri nyeri untuk menentukan
berkurang dengan intervensi
menggunakan 7. Ajarkan tentang teknik
manajemen nyeri non farmakologi: napas
3. Mampu mengenali dala, relaksasi, distraksi,
nyeri (skala, kompres hangat/ dingin
intensitas,
frekuensi dan 8. Berikan analgetik untuk
tanda nyeri) mengurangi nyeri: ……...
4. Menyatakan rasa 9. Tingkatkan istirahat
nyaman setelah 10. Berikan informasi
nyeri berkurang tentang nyeri seperti
5. Tanda vital dalam penyebab nyeri, berapa
rentang normal lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
11. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Intervensi
Masalah Hasil
Kolaborasi
2. Hambatan mobilitas NOC : NIC :
fisik b.d.gangguan  Joint Movement :
Exercise therapy : ambulation
muskuluskeletal Active
1. Monitoring vital sign
 Mobility Level
sebelm/sesudah latihan dan
 Self care : ADLs
lihat respon pasien saat
 Transfer performance
latihan
Setelah dilakukan
2. Konsultasikan dengan terapi
tindakan
fisik tentang rencana
keperawatan
ambulasi sesuai dengan
selama….gangguan
mobilitas fisik kebutuhan
teratasi dengan 3. Bantu klien untuk
kriteria hasil: menggunakan tongkat saat
 Klien meningkat berjalan dan cegah terhadap
dalam aktivitas fisik cedera
 Mengerti tujuan dari 4. Ajarkan pasien atau tenaga
peningkatan mobilitas kesehatan lain tentang
 Memverbalisasikan teknik ambulasi
perasaan dalam 5. Kaji kemampuan pasien
meningkatkan dalam mobilisasi
kekuatan dan 6. Latih pasien dalam
kemampuan berpindah pemenuhan kebutuhan
 Memperagakan ADLs secara mandiri sesuai
penggunaan alat Bantu kemampuan
untuk mobilisasi 7. Dampingi dan Bantu pasien
(walker) saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs ps.
8. Berikan alat Bantu jika
klien memerlukan.
9. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria
Masalah Hasil intervensi
Kolaborasi
3. Risiko cedera NOC : NIC : Environment
berhubungan Risk Kontrol Management
dengan kehilangan Immune status (Manajemen lingkungan)
integritas tulang Safety Behavior 1.Sediakan lingkungan yang
Setelah dilakukan aman untuk pasien
tindakan 2.Identifikasi kebutuhan
keperawatan keamanan pasien, sesuai
selama…. Klien dengan kondisi fisik dan
tidak mengalami fungsi kognitif pasien dan
injury dengan riwayat penyakit terdahulu
kriterian hasil: pasien
 Klien terbebas dari 3.Menghindarkan lingkungan
cedera yang berbahaya (misalnya
 Klien mampu memindahkan perabotan)
menjelaskan 4.Memasang side rail tempat
cara/metode tidur
untukmencegah 5.Menyediakan tempat tidur
injury/cedera yang nyaman dan bersih
 Klien mampu 6.Menempatkan saklar lampu
menjelaskan factor ditempat yang mudah
risiko dari dijangkau pasien.
lingkungan/perilaku 7.Membatasi pengunjung
personal 8.Memberikan penerangan yang
 Mampumemodifikasi cukup
gaya hidup 9.Menganjurkan keluarga untuk
untukmencegah injury menemani pasien.
 Menggunakan fasilitas 10. Mengontrol lingkungan
kesehatan yang ada dari kebisingan
 Mampu mengenali 11. Memindahkan barang-
perubahan status barang yang dapat
kesehatan membahayakan
12. Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya perubahan
status kesehatan dan penyebab
penyakit.
3.4 Implementasi Keperawatan
No Hari/ DX Implementasi Respon Hasil Paraf
Tangga
l/Jam
1. Sabtu/ I 1. Melakukan pengkajian nyeri secara 1. Mengetahui
19 komprehensif termasuk lokasi, skala nyeri
desemb karakteristik, durasi, frekuensi, yang dialami
er 2015 kualitas dan faktor presipitasi klien.
2. Mengobservasi reaksi nonverbal 2. Klien mulai
dari ketidaknyamanan menunjukkan
3. Membantu pasien dan keluarga rasa
untuk mencari dan menemukan nyamannya.
dukungan. 3. Klien merasa
4. Mengontrol lingkungan yang dapat terdukung
mempengaruhi nyeri seperti suhu dalam proses
ruangan, pencahayaan dan penyembuhan
kebisingan nya.
5. Mengurangi faktor presipitasi nyeri 4. Klien mulai
6. Mengkaji tipe dan sumber nyeri merasa
untuk menentukan intervensi nyaman
7. Memonitor vital sign sebelum dan dengan
sesudah pemberian analgesik lingkungan
pertama kali yang ada.
5. Nyeri yang
dialami klien
dapat
berkurang
6. Nyeri yang
dialami klien
mengalami
penurunan.
7. Tanda-tanda
vital klien
mulai
membaik.
2. II 1. Memonitoring vital sign 1. Tanda-tanda
sebelm/sesudah latihan dan vital klien
lihat respon pasien saat latihan mulai
membaik.
2. Mengkonsultasikan dengan 2. Mengetahui
terapi fisik tentang rencana lebih lanjut
ambulasi sesuai dengan tentang
kebutuhan. penyakit
3. Membantu klien untuk 3. Klien
menggunakan tongkat saat mengalami
berjalan dan cegah terhadap sedikit
cedera kemudahan
4. Mengkaji kemampuan pasien dalam
dalam mobilisasi beraktivitas.
5. Mendampingi dan Bantu pasien
saat mobilisasi dan bantu 4. Aktivitas
penuhi kebutuhan ADLs ps. normal klien
6. Memberikan alat Bantu jika mulai
klien memerlukan. kembali.
7. Mengajarkan pasien bagaimana 5. Memulihkan
merubah posisi dan berikan aktivitas
bantuan jika diperlukan klien.
6. Mempermuda
h klie dalam
beraktivitas.
7. Mudah
beraktivitas
dalam
aktivitas
ringan

3. III 1. Sediakan lingkungan yang 1. Keadaan


aman untuk pasien sudah aman
2. Identifikasi kebutuhan 2. Kebutuhan
keamanan pasien, sesuai sudah
dengan kondisi fisik dan fungsi terpenuhi
kognitif pasien dan riwayat 3. Sudah dapat
penyakit terdahulu pasien menghindari
3. Menghindarkan lingkungan hal hal yang
yang berbahaya (misalnya membahayaka
memindahkan perabotan) n
4. Menyediakan tempat tidur yang 4. kenyamanan
nyaman dan bersih untuk klien
5. Menempatkan saklar lampu 5. mempermuda
ditempat yang mudah h gerakan
dijangkau pasien. klien
6. Membatasi pengunjung 6. klien dapat
7. Memberikan penerangan yang beristirahat
cukup yang cukup
8. Menganjurkan keluarga untuk 7. menghindari
menemani pasien. resiko cidera
9. Mengontrol lingkungan dari 8. keluarga dapat
kebisingan memantau
10. Memindahkan barang-barang atau
yang dapat membahayakan membantu
11. Berikan penjelasan pada pasien klien
dan keluarga atau pengunjung 9. rasa nyaman
adanya perubahan status 10. Mengurangi
kesehatan dan penyebab resiko cidera
penyakit. 11. mengetahui
perubahan
yang terjadi
3.5 Evaluasi
NO. HARI/TGL EVALUASI PARAF
DX
1 Senin/ 21 S : klien Mengatakan masih sedikit nyeri
desember O : kesadaran CM KU: Lemah
2015 A : Masalah nyeri teratasi sebagian
P : intervensi diteruskan

2 S : klien mengatakan sudah bisa melakukan pergerakan


pergerakan kecil
O : klien tampak mulai menyesuaikan diri dengan
kondisinya
I : Masalah teratasi
P : intervensi di hentikan

S : klien mengatakan tidak melakukan hal yang dapat


menyebabkan cidera
3 O : klien sudah dapat menghindari hal hal penyebab
cidra
I : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB 4
PENUTUP
4.1 kesimpulan
osteomalasia ialah perubahan patologik berupa hilangnya mineralisasi tulang
disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai tingkat bawah kadar diperlukan untuk
mineralisasi matriks tulang normal, hasil akhirnya ialah rasio antara mineral tulang dengan
matriks tulang berkurang. Osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal,
terjadi tak separah dengan yang menyerang anak-anak karena pertumbuhan tulang orang
dewasa sudah lengkap.
1. Kekurangan vitamin D
2. Kekurangan kalsium dalam diet
3. Kelainan gastrointestinal
4. Malabsorbsi kalsium
5. Gagal ginjal kronis
Masalah kepearawatan utama yang dapat muncul adalah nyeri, risiko cedera
berhubungan dengan kehilangan integritas tulang, gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri/ketidaknyamanan dan harga diri rendah berhubungan dengan perubahan
penampilan peran.
4.2 SARAN
Osteomalasia adalah penyakit yang sangat berbahaya dan kita sebagai host harus bisa
menerapkan pola hidup sehat agar keseatan kita tetap terjaga. Dengan makalah ini
diharapkan seluruh komponen tenaga kesehatan pada khususnya dapat memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan osteomalasia dengan baik dan sesuai dengan prosedur
keperawatan serta tentunya memperhatikan aspek-aspek tertentu yang berhubungan dengan
prosedur yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Noor Helmi, Zairin, 2012; Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal; jilid 1,Salemba
Medika, Jakarta, hal. 226-231, 534-535.
http://nurse-rinni06.blogspot.co.id/2014/04/asuhan-keperawatan-pada-pasien.html
https://www.scribd.com/doc/251478603/osteomalasia-susun
https://www.scribd.com/doc/125592645/Kumpulan-Nanda-NIC-NOC
https://www.scribd.com/doc/288486079/ASKEP-OSTEOMALASIA

Anda mungkin juga menyukai