Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMALASIA

Disusun Oleh :
Dessy Mita Ardila

11141060

Dura Prastika Wisnu W

111410

Egha Farida Nurhedi

111410

Galih Rini Atmodjo. D

111410

Ineke Yulita Dwi. S

11141075

Irvan Rismawanto

11141077

Murti Anggraeni

11141082

Nani Purwitasari

11141083

Putri Hardianti Efka

11141089

Tresnawati

11141096

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMINA BINA MEDIKA


JAKARTA 2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya

sehingga

kami

dapat

menyelesaikan

tugas

mata

kuliah

SISTEM

MUSKULOSKETAL STIKes PERTAMEDIKA, dengan judul makalah ASUHAN


KEPERAWATAN OSTEOMALASIA.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah

pengetahuan bagi

semua pembacanya dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses
pembelajaran.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangannya karena pengetahuan
yang kami miliki cukup terbatas. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, April 2016

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH................................................................................................2
1.3 TUJUAN PENULISAN..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 DEFINISI........................................................................................................................3
2.2 ETIOLOGI......................................................................................................................3
2.3 PATOFISIOLOGI............................................................................................................4
2.4 MANIFESTASI KLINIS.................................................................................................5
2.5 KOMPLIKASI................................................................................................................6
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG....................................................................................6
2.7 PENCEGAHAN..............................................................................................................6
2.8 PENATALAKSANAAN.................................................................................................7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................8
A. PENGKAJIAN................................................................................................................8
B. DIAGNOSA..................................................................................................................11
C. INTERVENSI KEPERAWATAN..................................................................................12
BAB IV PENUTUP.................................................................................................................18
3.1 KESIMPULAN.............................................................................................................18
3.2 SARAN..........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sebagaimana diketahui salah satu mineral utama penyusun tulang adalah kalsium.
Kurangnya konsumsi kalsium akan mengakibatkan berkurangnya kalsium yang terdapat
pada tulang, sehingga lama kelamaan akan terjadi perubahan pada mikroarstektur tulang
dan tulang menjadi lunak Akibatnya tulang menjadi kehilangan kepadatan dan
kekuatannya, sehingga mudah retak/patah.
Osteomalasia ialah perubahan patologik berupa hilangnya mineralisasi tulang yang
disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai tingkat di bawah kadar yang
diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil akhirnya ialah rasio antara
mineral tulang dengan matriks tulang berkurang..
Banyak faktor yang dapat menyebabkan osteomalasia. Kekurangan kalsium dan
vitamin D terutama di masa kecil dan remaja saat di mana terjadi pembentukan massa
tulang yang maksimal, merupakan penyebab utama osteomalasia Konsumsi kalsium yang
rendah atau menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium yang umumnya
terjadi pada dewasa , dapat menyebabkan osteomalasia ,selain itu ganguan pada sindroma
malabsorbsi usus ,penyakit hati, gagal ginjal kronis dapat juga menyebab terjadinya
osteomalasia.
Terjadinya osteomalasia merupakan rangkaian awal terjadinya osteoporosis . Pada
saat sekarang ini angka kejadian tersebut sangat meningkat tajam baik pada anak
anak, dewasa atau pun orang tua. Berdasarkan hasil penelitian University of Otago,
Selandia Baru, bekerja sama dengan Seameo Tropmed RCCN, Universitas Indonesia dan
Universitas Putra Malaysia, yang dipublikasikan European Journal of Clinical Nutrition
tahun 2007, perempuan Indonesia hanya mengonsumsi 270 miligram kalsium per hari.
Hal tersebut berarti asupan perempuan Indonesia bahkan kurang dari 50%
rekomendasi kalsium harian yang dibutuhkan untuk menjaga kekuatan dan kesehatan
tulang.
Asupan yang kurang dari 50% rekomendasi harian tersebut bahkan juga terjadi di 9
negara Asia, seperti terlihat pada penelitian yang dilakukan Lyengar dan tim pada 2004.
Kebutuhan kalsium yang dianjurkan per harinya adalah 1.000-1.200 mg.

Data kepadatan tulang yang dianalisa oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan
(Puslitbang) Gizi Bogor pada 2005, ditemukan bahwa 2 dari 5 orang Indonesia berisiko
menderita kerapuhan tulang
Dari jumlah kejadian diatas dan kondisi penyakit yang memerlukan pendeteksian
dan penanganan sejak dini, penulis tertarik untuk menulis makalah Asuhan
Keperawatan Osteomalasia.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan masalah yang diuraikan dalam latar belakang, maka rumusan masalah
dari penulisan ini adalah Bagaimana Konsep dan Asuhan Keperawatan pada Pasien
Osteomalasia.

1.3 TUJUAN PENULISAN


A. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan mengetahui tentang bagaimana Asuhan
Keperawatan pada klien Osteomalasia.
B. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu memberikan gambaran asuhan keperawatan
meliputi :
a. Mampu memberikan gambaran tentang pengkajian pada klien dengan
Osteomalasia
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Osteomalasia
c. Mampu membuat rencana keparawatan pada klien dengan Osteomalasia
d. Mampu menyebutkan faktor pendukung dan penghambat dalam asuhan
keperawatan pada anak dengan Osteomalasia

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristik oleh
kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang
disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi
deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada
orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit). Pada
sejumlah

osteoid

atau

remodelling

tulang

baru

pasien

ini,

tidak mengalami

klasifikasi.Diduga bahwa defek primernya adalah defisiensi dalam mengaktivasi


vitamin D aktif (kalsitrol), yang memacu absorpsi kalsium dari traktus gastrointestinalis
dan memfasilitasi mineralisasi tulang.Pasokan kalsium dan fosfat dalam cairan ekstra sel
rendah.Tanpa vitamin D yang mencukupi, kalsium dan fosfat tidak dapat dimasukkan ke
tempat klasifikasi tulang.Sebagai akibatnya terjadi perlunakan

dan

perlemahan

kerangka tubuh, menyebabkan nyeri, nyeri tekan, pelengkungan tulang, dan patah
tulang patologik.
Osteomalasia adalah manifestasi defisiensi vitamin D. Perubahan mendasar pada
penyakti ini adalah gangguan mineralisasi tulang, disertai meningkatnya osteoid
yang tidak mengalami mineralisasi. Osteomalasia

adalah

penyakit

pada

orang

dewasa yang ditandai oleh gagalnya pendepositan kalsium kedalam tulang yang baru
tumbuh. Istilah lain dari osteomalasia adalah soft bone atau tulang lunak. Penyakit
ini mirip dengan rakitis, hanya saja pada penyakit ini tidak ditemukan kelainan pada
lempeng epifisis (tempat pertumbuhan tulang pada anak) karena pada orang dewasa
sudah tidak lagi dijumpai lempeng epifisis.
2.2 ETIOLOGI
Umumnya penyebab utama adalah tidak cukupnya mineralisasi tulang
terutama kekurangan vitamin D. Ada berbagai kasus osteomalacia yang terjadi akibat
gangguan umum metabolisme mineral, antara lain :
1. Adanya malnutrisi

Kekurangan vitamin D yang berhubungan dengan asupan kalsium yang jelek,


terutama

akibat

kemiskinan,

makanan

kurang

matang

dan

kurangnya

pengetahuan mengenai nutrisi juga merupakan salah satu faktor. Paling sering
terjadi dimana vitamin D tidak ditambahkan dalam makanan juga kekurangan
dalam diet dan jauh dari sinar matahari.
2. Faktor resiko berkaitan dengan penyakit patologis.
Penyakit-penyakit patologik yang dapat memicu terjadinya osteomalacia
meliputi gagal ginjal kronik sehingga proses ekskresi/pembuangan kalsium akan
meningkat. Dengan begitu proses mineralisasi akan terhambat. Penyakit hati
karena organ hatinya tak mampu memroses vitamin D sehingga fase
mineralisasi

tidak

terjadi.

terapi

antikonvulsan

berkepanjangan

(fenitoin

fenobarbital), dan gastrektomi. Osteomalacia dalam hal ini terjadi sebagai akibat
kegagalan absorpsi kalsium ataupun kehilangan kalsium yang berlebihan dari
tubuh.

2.3 PATOFISIOLOGI
Ada berbagai

macam

menyebabkan

gangguan

osteomalasia

adalah

penyebab

metabolism

kesalahan

diet,

dari

mineral.

Osteomalasia

yang

Faktor

berbahaya

malabsobrsi,

yang

umumnya

gastrectomi,

untuk

GGK,terapi

anticonvilsan jangka lama ( phenyton, phenorbar bital ) dan insufisiensi vitamin D ( diet
sinar matahari ). Tipe malnurisi ( defisiensi vitamin D sering di golongkan
dalam hal kekurangan kalsium ) terutama gangguan fungsi kerusakan tetapi
factor

dan kurangnya pengetahuan tentn nutrisi yang juga dapat menjadi factor

pencetus hal itu terjadi dengan frekuensi tersering dimana kandungan vitamin D dalam
makanan kurang dan adanya kesalahan diet serta kekurangan sinar matahari.
Defisiensi
merangsang

vitamin
pelepasan

menyebabkan

hormon

penurunan

paratiroid.

kalsium

Peningkatan

serum,

hormon

yang

paratiroid

meningkatkan penguraian tulang dan ekskresi fosfat oleh ginjal. Tanpa mineralisasi
tulang yang adekuat, maka tulang menjadi tipis. Terjadi penimbunan osteoid yang tidak
terkristalisasi dalam jumlah abnormal yang membungkus saluran-saluran tulang
bagian dalam, hal ini menimbulkan deformitas tulang. Diperkirakan defek primernya
adalah kekurangan vitamin D aktif
gastrointestinal

dan

yang memacu

absorbsi

kalsium

dari

traktus

memfasilitasi mineralisasi tulang. Pasokan kalsium dan fosfat

dalam cairan ekstrasel rendah. Tanpa vitamin D yang mencukupi, kalsium dan fosfat
4

tidak dapat dimasukkan ke tempat kalsifikasi tulang, sehingga mengakibatkan kegagalan


mineralisasi, terjadi perlunakan dan perlemahan kerangka tubuh.
Penyebab osteomalasia adalah kekurangan kalsium dalam diet, malabsorbsi kalsium
(kegagalan absorbsi atau kehilangan kalsium berlebihan dari tubuh), kelainan
gastrointestinal (absorbsi lemak tidak memadai sehingga mengakibatkan kehilangan
vitamin D dan kalsium) gagal ginjal berat dapat mengakibatkan asidosis (kalsium yang
tersedia dalam tubuh digunakan untuk menetralkan asidosis, pelepasan kaslsium
skelet terus-menerus mengakibatkan demineralisasi tulang), dan kekurangan vitamin D
(diet dan sinar matahari)

2.4 MANIFESTASI KLINIS


Umumnya gejala yang memperberat dari osteomalasia adalah :
1. Nyeri tulang dan kelemahan. Sebagai akibat dari defisiensi kalsium, biasanya
terdapat kelemahan otot, pasien kemudian nampak terhuyung-huyung atau cara
berjalan loyo/lemah. Nyeri tulang yang dirasakan menyebar, terutama pada
daerah pinggang dan paha
2. Kemajuan penyakit, kaki terjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan
tulang), vertebra menjadi tertekan, pemendekan batang tubuh pasien
3.
4.
5.
6.
7.

dan kelainan bentuk thoraks (kifosis).


Penurunan berat badan
Nyeri tulang dan nyeri tekan tulang
Kelemahan otot
Cara berjalan seperti bebek atau pincang
Pada penyakit yang lebih lanjut, tungkai melengkung (karena berat tubuh dan

tarikan otot)
8. Vertebra yang melunak mengalami kompresi, sehingga mengalami pemendekan
tinggi badan dan merusak bentuk toraks (kifosis)
9. Sakrum terdorong ke bawah dan depan, pelvis tertekan ke lateral
10. Kelemahan dan ketidakseimbangan meningkatkan risiko jatuh dan fraktur

2.5 KOMPLIKASI
Pada anak-anak yang menderita penyakit rachitis, jikalau penyakit ini tidak segera
diobati, maka pertumbuhannya akan terhalang, anak itu menjadi lambat untuk duduk,
merangkak, dan berjalan. Berat tubuhnya mungkin akan membengkokkan lutut, tulang,
serta persendian lainnya sehingga menyebabkan kaki-O (Genu Varum), dada busung
(Pigeon Chest), dan lutut bengkok kedalam atau kaki-X (Genu Valgum).
5

Pada orang dewasa, kelemahan tulang akan menimbulkan risiko fraktur. Os


vertebra yang melunak akan tertekan menjadi pendek sehingga orang itu akan berkurang
tingginya atau cebol. Trunkus klien yang memendek sehingga mengubah bentuk toraks
disebut kifosis, dimana klien terlihat seperti bungkuk, dan skoliosis.
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Rontgen
Pada sinar-x jelas terlihat demineralisasi tulang

secara umum. Pemeriksaan

vertebra memperlihatkan adanya patah tulang kompresi tanpa batas vertebra yang
jelas.Pada radiogram, osteomalasia tampak sebagai pengurangan densitas tulang,
terutama pada tangan, tengkorak, tulang iga dan tulang belakang.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil lab memperlihatkan kadar kalsium serum dan fosfor yang rendah dan
peningkatan moderat kadar alkali fosfatase. Ekskresi kreatinin dan kalsium urine
rendah serta biopsi tulang yang menunjukkan peningkatan jumlah osteoid.

2.7 PENCEGAHAN
Osteomalacia yang disebabkan oleh paparan sinar matahari yang tidak memadai atau
diet rendah vitamin D umumnya dapat dicegah. Berikut adalah beberapa saran untuk
membantu mengurangi resiko terkena osteomalacia:
a. Makan makanan dengan asupan vitamin D tinggi. Ini termasuk makanan yang secara
alami kaya vitamin D, seperti ikan berminyak (salmon, mackerel, sarden), dan kuning
telur. Anda juga bisa mengonsumsi makanan yang diperkaya dengan vitamin D,
seperti sereal, roti, susu dan yoghurt.
b. Mengonsumsi suplemen, jika diperlukan. Jika Anda tidak mendapatkan cukup vitamin
dan mineral dalam diet Anda atau jika Anda memiliki kondisi medis yang
mempengaruhi kemampuan sistem pencernaan Anda untuk menyerap nutrisi dengan
baik, tanyakan kepada dokter Anda tentang mengambil suplemen vitamin D dan
suplemen kalsium.
c. Meskipun kurangnya paparan sinar matahari juga berkaitan dengan perkembangan
osteomalacia, menghabiskan waktu di bawah sinar matahari untuk saat ini tidak dapat
direkomendasikan sebagai upaya pencegahan atau pengobatan. Hal ini disebabkan
karena ahli belum memahami dengan jelas seberapa banyak sinar matahari yang
diperlukan tubuh untuk mencegah atau mengobati osteomalacia, dan karena paparan
sinar matahari tanpa perlindungan yang memadai dapat meningkatkan risiko kanker
6

kulit. Saat ini tidak ada kesepakatan di antara para ahli tentang berapa banyak jumlah
paparan sinar matahari yang aman bagi tubuh.

2.8 PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medik
a. Jika penyebabnya kekurangan vitamin D, maka dapat disuntikkan vitamin D
200.000 IU per minggu selama 4-6 minggu, yang kemudian dilanjutkan
dengan 1.600 IU setiap hari atau 200.000 IU setiap 4-6 bulan.
b. Jika terjadi kekurangan fosfat (hipofosfatemia), maka dapat diobati dengan
mengonsumsi 1,25-dihydroxy vitamin D.
2. Penatalaksanan non medik
a. Jika kekurangan kalsium maka yang harus dilakukan adalah memperbanyak
konsumsi unsur kalsium. Agar sel osteoblas (pembentuk tulang) bisa bekerja
lebih keras lagi. Selain mengkonsumsi sayur-sayuran, buah, tahu, tempe, ikan
teri, daging, yogurt. Konsumsi suplemen kalsium sangatlah disarankan.
b. Jika kekurangan vitamin D, sangat dianjurkan untuk memperbanyak
konsumsi makanan seperti ikan salmon, kuning telur, minyak ikan, dan susu.
Untuk

membantu

pembentukan

vitamin

dalam

tubuh

cobalah

sering berjemur di bawah sinar matahari pagi antara pukul 7 - 9 pagi dan sore
pada pukul 16 - 17.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesi
a. Data demografi : Data ini meliputi nama, usia, jenis kelamin, tempat tinggal,
orang yang dekat dengan klien.
b. Riwayat perkembangan : Data ini untuk mengetahui tingkat perkembangan
pada neonatus, bayi, prasekolah, remaja, dewasa dan tua.
c. Riwayat sosial : Data ini meliputi pendidikan dan pekerjaan. Seseorang yang
terpapar terus-menerus dengan agens tertentu dalam pekerjaannya, status
kesehatannya dapat dipengaruhi.

d. Riwayat penyakit keturunan : Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui


untuk

menentukan

misalnya (penyakit

hubungan
diabetes

genetik

melitus

yang

yang

perlu

diidentifikasi

merupakan

predisposisi

penyakit sendi degeneratif, TBC, artritis, riketsia, osteomielitis, dll)


e. Riwayat diet : Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini
dapat mengakibatkan stress pada sendi penyangga tubuh dan predisposisi
terjadinya instabilitas ligamen, khususnya pada punggung bagian bawah.
Kurangnya

asupan

kalsium

dapat

menimbulkan

fraktur

karena

adanya dekalsifikasi. Bagaimana menu makanan sehari-hari dan konsumsi


vitamin A, D, kalsium, serta protein yang merupakan zat untuk menjaga
kondisi muskuloskeletal.
f. Aktivitas kegiatan sehari-hari : Identifikasi pekerjaan pasien dan aktifitas
sehari-hari.

Kebiasaan

membawa

benda-benda

berat

yang

dapat

menimbulkan regangan otot dan trauma lainnya. Kurangnya melakukan


aktivitas mengakibatkan tonus otot menurun. Fraktur atau trauma dapat
timbul pada olahraga sepak bola dan hoki, sedangkan nyeri sendi tangan
dapat timbul akibat olah raga tenis. Pemakaian hak sepatu yang terlalu tinggi
dapat menimbulkan kontraksi pada tendon achiles dan dapat terjadi
dislokasi. Perlu dikaji pula aktivitas hidup sehari-hari, saat ambulasi apakah
ada nyeri pada sendi, apakah menggunakan alat bantu (kursi roda, tongkat
ataupun walker)
g. Riwayat kesehatan masa lalu : Data ini meliputi kondisi kesehatan individu.
Data tentang adanya efek langsung atau tidak langsung terhadap
muskuloskeletal, misalnya riwayat trauma atau kerusakan tulang rawan,
riwayat artritis dan osteomielitis.
h. Riwayat kesehatan sekarang : sejak kapan timbul keluhan, apakan
ada riwayat

trauma.

Hal-hal

yang

menimbulkan

gejala.

Timbulnya

gejala mendadak atau perlahan. Timbulnya untuk pertama kalinya atau


berulang. Perlu ditanyakan pula tentang ada-tidaknya gangguan pada sistem
lainnya. Kaji klien untuk mengungkapkan alasan klien memeriksakan
diri atau mengunjungi fasilitas kesehatan, keluhan utama pasien dan
gangguan muskuloskeletal meliputi :
1) Nyeri : identifikasi lokasi

nyeri.

Nyeri

biasanya

berkaitan

dengan pembuluh darah, sendi, fasia atau periosteum. Tentukan


kualitas nyeri apakah sakit yang menusuk atau berdenyut. Nyeri
8

berdenyut biasanya berkaitan dengan tulang dan sakit berkaitan dengan


otot, sedangkan nyeri yang menusuk berkaitan dengan fraktur atau
infeksi tulang. Identifikasi apakah nyeri
aktivitas

timbul

setelah

diberi

atau gerakan. Nyeri saat bergerak merupakan satu tanda

masalah persendian. Degenerasi panggul menimbulkan nyeri selama


badan

bertumpu

pada

sendi

tersebut. Degenerasi pada lutut

menimbulkan nyeri selama dan setelah berjalan. Nyeri pada


osteoartritis makin meningkat pada suhu dingin. Tanyakan kapan nyeri
makin meningkat, apakah pagi atau malam hari. Inflamasi pada bursa
atau tendon makin meningkat pada malam hari. Tanyakan apakah nyeri
hilang saat istirahat. Apakah nyerinya dapat diatasi dengan obat
tertentu
2) Kekuatan

sendi

tanyakan

sendi

mana

yang

mengalami

kekakuan, lamanya kekakuan tersebut, dan apakah selalu terjadi


kekakuan. Beberapa kondisi seperti spondilitis ankilosis terjadi remisi
kekakuan beberapa kali sehari.
sering terjadi

kekakuan

Pada

penyakit

degenarasi

sendi

yangmeningkat pada pagi hari setelah

bangun tidur (inaktivitas). Bagaimana dengan perubahan suhu dan


aktivitas. Suhu dingin dan kurang aktivitas biasanya

meningkatkan

kekakuan sendi. Suhu panas biasanya menurunkan spasme otot.


3) Bengkak : tanyakan berapa lama terjadi pembengkakan, apakah
juga disertai dengan nyeri, karena bengkak dan nyeri sering menyertai
cedera pada otot. Penyakit degenerasi sendi sering kali tidak timbul
bengkak pada awal serangan, tetapi muncul setelah beberapa minggu
terjadi nyeri. Dengan istirahat dan meninggikan bagian tubuh, ada yang
dipasang gips. Identifikasi
karena

tanda

apakah

ada

panas

atau

kemerahan

tersebut menunjukkan adanya inflamasi, infeksi atau

cedera.
4) Deformitas dan imobilitas : tanyakan kapan terjadinya, apakah tiba-tiba
atau bertahap, apakah menimbulkan keterbatasan gerak. Apakah
semakin memburuk
tetentu

dengan

aktivits,

apakah

dengan

posisi

makin memburuk. Apakah klien menggunakan alat bantu

(kruk, tongkat, dll)


5) Perubahan sensori : tanyakan apakah ada penurunan rasa pada bagian
tubuh tertentu. Apakah menurunnya rasa atau sensasi tersebut berkaitan
9

dengan

nyeri.

Penekanan

pada

syaraf

dan

pembuluh

darah

akibat bengkak, tumor atau fraktur dapat menyebabkan menurunnya


sensasi.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pengkajian Skeletal Tubuh
1) Adanya deformitas dan ketidaksejajaran yang dapat disebabkan oleh penyakit
sendi
2) Pertumbuhan tulang abnormal. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya tumor
tulang.
3) Pemendekan ekstrimitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak sejajar secara
anatomis
4) Angulasi abnormal pada tulang panjang, gerakan pada titik bukan sendi, teraba
krepitus pada titik gerakan abnormal, menunjukkan adanya patah tulang.
b. Pengkajian Tulang Belakang Deformitas tulang belakang yang sering terjadi perlu
diperhatikan yaitu :
1) Skoliosis (deviasi kurvantura lateral tulang belakang) Bahu tidak sama tinggi,
garis pinggang yang tidak simetris, skapula yang menonjol
2) Skoliosis tidak diketahui penyebabnya (idiopatik), kelainan kongenital, atau
akibat kerusakan otot para-spinal, seperti poliomielitis.
3) Kifosis (kenaikan kurvantura tulang belakang bagian dada). Sering
terjadi pada lansia dengan osteoporosis atau penyakti neuromuskular.
4) Lordosis (membebek, kurvantura tulang bagian pinggang

yang

berlebihan. Lordosis bisa ditemukan pada wanita hamil Pada saat inspeksi
tulang

belakang sebaiknya baju pasien

dilepas untuk melihat

seluruh

punggung, bokong dan tungkai. Pemeriksan kurvantura tulang belakang


dan kesimetrisan batang tubuh dilakukan dari pandangan anterior, posterior
dan lateral. Dengan berdiri di belakang pasien, perhatikan setiap perbedaan
tinggi bahu dan krista iliaka. Lipatan bokong normalnya simetris.
Kesimetrisan bahu, pinggul dan kelurusan tulang belakang diperiksa
dalam posisi pasien berdiri tegak dan membungkuk ke depan.
c. Pengkajian Sistem Otot
Pengkajian sistem otot meliputi kemampuan mengubah posisi, kekuatan dan
koordinasi otot, serta ukuran masing-masing otot. Kelemahan sekelompok otot
menunjukkan berbagai kondisi seperti polineuropati, gangguan elektrolit,
miastenia grafis, poliomielitis dan distrofi otot. Palpasi otot dilakukan ketika
ekstrimitas rileks dan digerakkan secara pasif, perawat akan merasakan tonus otot.
Kekuatan otot dapat diukur dengan meminta pasien menggerakkan ekstrimitas
dengan atau tanpa tahanan. Misalnya, otot
10

d. Pengkajian Cara Berjalan


Pada pengkajian ini, pasien diminta berjalan. Perhatikan hal berikut :
1) Kehalusan dan irama berjalan, gerakan teratur atau tidak
2) Pincang dapat disebabkan oleh nyeri atau salah satu ekstrimitas pendek.
3) Keterbatasan gerak sendi dapat memengaruhi cara berjalan
Abnormalitas neurologis yang berhubungan dengan cara berjalan. Misalnya,
pasien

hemiparesis-stroke

menunjukkan

cara

berjalan

spesifik,

pasien

dengan penyakit parkinson menunjukkan cara berjalan bergetar.

B. DIAGNOSA
1. Nyeri yang berhubungan dengan nyeri tekan tulang dan kemungkinan fraktur.
2. Resiko Cidera b/d penipisan tulang dan kelemahan.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan.
4. Harga Diri Rendah yang berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh (tungkai
melengkung, jalan bebek, deformitas vertebrate).
5. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi, proses penyakit dan program
tindakan.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No

Diagnosa
Keperawatan

Tujuan

Intervensi

Rasional

11

1.

Nyeri yang

Klien akan

Kaji status

Memberikan data

berhubungan

melaporkan nyerinya

nyeri

dasar untuk

dengan nyeri

berkurang/hilang.

(lokasi,frekuen

menentukan dan

si, durasi, dan

mengevaluasi

tekan tulang
dan

Kriteria Hasil:

intensitas nyeri intervensi yang

kemungkinan

Klien dapat

)gunakan skala

fraktur

mendemonstrasikan

1-10

teknik relaksasi
dengan benar

diberikan
Meningkatkan

Berikan

relaksasi dan posisi

lingkungan da

yang menekan dapat

TTV klien normal

n posisi yang

merupakan sebagai

Wajah klien tampak

nyaman

pencetus nyeri

tenang dan tidak


meringis

Meminimalkan
Minimalkan

keluhan nyeri

tindakan terapi
yang bersifat
memberi

Meningkatkan

tekanan pada

relaksasi yang dapat

otot / tulang.

menurunkan rasa nyeri

Ajarkan

klien

teknik
manajemen
nyeri seperti
teknik
relaksasi napas
dalam,

Mengurangi nyeri

visualisasi, dan dan spasme otot


bimbingan
imajinasi.
Kolaborasi
untuk

12

memberikan
analgesik
sesuai
kebutuhan
untuk nyeri

2 Resiko Cidera

Tujuan :

Ajarkan

Klien dimungkinkan

b/d penipisan

Setelah dilakukan

klien untuk

tidak mengerti cara

tulang dan

perawatan, diagnose

mempergunak

penggunaan alat bantu

kelemahan

keperawatan tidak

an alat bantu

mobilisasi, sehingga

menjadi aktual

mobilisasi.

perawat dapat

Kriteria Hasil :

Sarankan

mengajarkan klien

Klien

untuk

agar klien dapat

tidakmengalamicedera

melakukan

mengkompensasi

Stabilisasi

aktivitas sesuai ketidakmampuannya

tubuhdapatdipertahank

kemampuan

Pembatasan

an

danbatasi

aktivitas diperlukan

aktivitas yang

agar tulang tidak

berlebihan

bekerja terlalu berat.


Kerja berat dapat
meningkatkan
kontrakssi otot
sehingga
dimungkinkan
memperparah

3 Gangguan

Tujuan :

Lakukan

deformitas.
Imobilisasi dapat

mobilitas fisik

Setelah dilakukan

imobilisasi

mengurangi

berhubungan

perawatan, klien dapat

Ajarkan

pergerakan daerah

dengan nyeri

melakukan mobilisasi

penggunaan

cedera sehingga tidak


13

dan

dengan atau tanpa

alat bantu

terjadi kerusakan yang

ketidaknyaman

bantuan perawat

berpindah

berlanjut, hal ini juga

Jelaskan

dapat membantu

Kriteria hasil :

pada pasien

menopang berat tubuh.

Klien dapat

tentang

Klien mungkin baru

melakukan ROM

pentingnya

mengenal dan tidak

aktif

pembatasan

dapat menggunakan

aktivitas

alat bantu mobilitas

Latihan

seperti krukatau

an

Klien dapat berpindah


dengan bantuan alat

ROM aktif dan walker sehingga peran


perpindahan

perawat adalah

maksimal 2

memberikan

kali dalam

pendidikan tentang

sehari

cara penggunaannya.

Anjurkan

Klien mungkin tidak

partisipasi

mengerti mengenai

partisipasi

tujuan pembatasan

aktif sesuai

gerak, sehingga

kemampuan

perawat harus

dalam kegiatan memberikan


sehari-hari

penyuluhan tentang
pentingnya
pembatasan aktivitas
pada pasien cedera.
Latihan ROM dapat
mencegah penurunan
masa otot, kontraktur
dan peningkatan
vaskularisasi.
Partisipasi
dapat

aktif

membantu

pemulihan

14

kesehatan

dan

melatih

kekuatan

otot,

sehingga

diharapkan

klien

dapat
mempertahankan
4 Harga Diri

Tujuan :

Dorong

kekuatannya
Ekspresi emosi

Rendah yang

Kriteri hasil :

ekspresi

membantu klien mulai

berhubungan

Klien Menunjukkan

ketakutan,

menerima kenyataan

denganperubah

perilaku adaptasi

perasaan

dan realita, dalam hal

an bentuk

Klien menyatakan

negatif dan

ini perawat membantu

tubuh (tungkai

penerimaan pada

kehilangan

mempercepat proses

melengkung,

situasi ini.

bagian tubuh.

berduka

jalan bebek,

Dorong ekspresi

Berikan

Penerimaan terbuka

deformitas

ketakutan, perasaan

lingkungan

vertebrate)

negatif dan

ang terbuka

memberikan

kehilangan bagian

pada pasien

lingkungan psikologis

tubuh.

untuk

yang nyaman bagi

Berikan

mendiskusikan

pasien sehingga

masalah yang

kepercayaan pasien

terbuka pada pasien

dialami.

pada perawat

untuk mendiskusikan

Dorong

meningkat dan

masalah yang dialami.

patisipasi

berdampak pada

Dorong patisipasi

dalam aktivitas tingkat kooperatif

dalam aktivitas

sehari-hari

klien

sehari-hari

Kaji dan

Meningkatkan

Kaji dan tingkatkan

tingkatkan

kemandiriran dan

derajat dukungan

derajat

meningkatkan

yang ada untuk pasien

dukungan

perasaan harga diri.

lingkungan

yang

perawat dapat

yang ada untuk Diharapkan klien


pasien

memiliki presepsi
positif terhadap dirinya
dengan kemandirian
15

yang klien lakukan.


Dukungan keluarga,
kerabat

ataupun

sahabat
terhadapklien
sangant diperlukan
sehingga

perawat

harus

dapat

mengkaji

dan

melakukan
intervensi

agar

dukungan terhadap
klien
5 Kurang

Menunjukkan

pengetahuan

peningkatan

b/d kurangnya

pengetahuan klien

Kaji proses
penyakit
Diskusikan

meningkat.
Memberikanpengeta
huan dasar dimana
pasien

informasi, pros Kriteria

perlunya

membuat

es penyakit

hasil :Mengetahui

keseimbang

berdasarkan

dan program

proses penyakit dan

an

informasi

tindakan

program tindakan

kesehatan ,
nutrisi
Anjurkan
pasien
mengkonsu

dapat

dapat
pilihan

Memberikan nutrisi
optimal

untuk

meningkatkan
regenerasi jaringan
Untuk mempercepat

msi kalsium

proses

dan Vit, D

penyembuhan,

sesuai

Dimana

target

jumlah

penting

dan

terapeutik

dibutuhkan

dan

memproduksi

anjurkan

vitamin D dalam

pemajanan

tubuh.

untuk

terhadap
16

sinar
matahari

BAB IV
PENUTUP

17

3.1 KESIMPULAN
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh
kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak- anak
yang disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi
deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak karena
pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit). Adapun beberapa
faktor yang menyebabkan terjadinya osteomalasia
1. Kekurangan vitamin D
2. Kekurangan kalsium dalam diet
3. Kelainan gastrointestinal
4. Malabsorbsi kalsium
5. Gagal ginjal kronis
Tanda-tanda yang dapat terjadi pada penderita osteomalsia antara lain, Nyeri
tulang dan kelemahan, penurunan berat badan, Anoreksia, Munculnya tonjolan
tulang pada sambungan antara tulang iga dan tulang rawan di bagian dada, Sakit pada
seluruh tulang tubuhnya, merasakan sakit saat duduk&mengalami kesulitan bangun
dari posisi duduk ke posisi berdiri.
Masalah kepearawatan utama yang dapat muncul adalah nyeri, risiko cedera
berhubungan dengan kehilangan integritas tulang, gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri/ketidaknyamanan dan harga diri rendah berhubungan
dengan perubahan penampilan peran

3.2 SARAN
Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai
kelompok mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman teman
sesama mahasiswa. Selain itu penyakit osteomalasia ini sangat berbahaya dan kita sebagai
host harus bisa menerapkan pola hidup sehat agar kesehatan kita tetap terjaga.

18

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer & Brenda G. bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi 8. Jakarta :
EGC, 2002
At a Glance Medicine/Patrick Davey : alih bahasa, Annisa Rahmalia, Cut Novianty; editor,
Amalia Safitri Jakarta : Erlangga, 2005
Patofisiologi : buku saku/Elizabeth J. Corwin ; Alih bahasa, Nike Budhi Subekti ; Editor edisi
bahasa Indonesia, Egi Komara Yudha[et.al.]-Ed 3.-Jakarta : EGC, 2009
Doenges, E, Marilyn. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan
keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC, 1999
Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi
4.Jakarta : EGC, 1998
Robbins, Kumar. Buku Ajar Patofisiologi II. Edisi 4. Jakarta: EGC, 1995
http://www.persify.com/id/perspectives/medical-conditions-diseases/osteomalasia-_951000103760
http://www.klikdokter.com/illness/detail/99
http://keperawatanhaerilanwar.blogspot.com/2012/08/osteomalacia.html

Anda mungkin juga menyukai