Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Istilah gawat abdomen atau gawat perut menggambarkan keadaan


klinis akibat kegawatan di rongga perut yang biasanya timbul mendadak
dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan ini memerlukan
penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya pada
obstruksi, perforasi, atau perdarahan masif di rongga perut maupun saluran
cerna. Infeksi, obstruksi atau strangulasi saluran cerna dapat menyebabkan
perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran
cerna sehingga terjadilah peritonitis.
Ileus lebih sering terjadi pada obstruksi usus halus daripada usus
besar. Keduanya memiliki cara penanganan yang agak berbeda dengan
tujuan yang berbeda pula. Obstruksi usus halus yang dibiarkan dapat
menyebabkan gangguan vaskularisasi usus dan memicu iskemia, nekrosis,
perforasi dan kematian, sehingga penanganan obstruksi usus halus lebih
ditujukan pada dekompresi dan menghilangkan penyebab untuk mencegah
kematian.
Obstruksi kolon sering disebabkan oleh neoplasma atau kelainan
anatomic seperti volvulus, hernia inkarserata, striktur atau obstipasi.
Penanganan obstruksi kolon lebih kompleks karena masalahnya tidak bisa
hilang dengan sekali operasi saja. Terkadang cukup sulit untuk menentukan
jenis operasi kolon karena diperlukan diagnosis yang tepat tentang penyebab
dan letak anatominya. Pada kasus keganasan kolon, penanganan pasien
tidak hanya berhenti setelah operasi kolostomi, tetapi membutuhkan radiasi
dan sitostatika lebih lanjut. Hal ini yang menyebabkan manajemen obstruksi
kolon begitu rumit dan kompleks daripada obstruksi usus halus.
Mengingat penanganan ileus dibedakan menjadi operatif dan
konservatif, maka hal ini sangat berpengaruh pada mortalitas ileus. Operasi
juga sangat ditentukan oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang sesuai,
skills, dan kemampuan ekonomi pasien. Hal-hal yang dapat berpengaruh

1
pada faktor-faktor tersebut juga akan mempengaruhi pola manajemen pasien
ileus yang akhirnya berpengaruh pada mortalitas ileus. Faktor-faktor
tersebut juga berpengaruh dengan sangat berbeda dari satu daerah terhadap
daerah lainnya sehingga menarik untuk diteliti mortalitas ileus pada pasien
yang mengalami operasi dengan pasien yang ditangani secara konservatif.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari ileus ?
2. Apa saja klasifikasi dari ileus ?
3. Bagaimana etiologi dari penyakit ileus ?
4. Bagaimana patofisologi dari penyakit ileus ?
5. Bagaimana pathway dari penyakit ileus ?
6. Apa saja manifestasi klinis dari penyakit ileus ?
7. Apa saja komplikasi dari penyakit ileus ?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit ilues?
9. Bagaimana konsep askep dari penyakit ileus ?
1.3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Apa pengertian dari ileus
2. Untuk mengetahui Apa saja klasifikasi dari ileus
3. Untuk mengetahui Bagaimana etiologi dari penyakit ileus
4. Untuk mengetahui Bagaimana patofisologi dari penyakit ileus
5. Untuk mengetahui Bagaimana pathway dari penyakit ileus
6. Untuk mengetahui Apa saja manifestasi klinis dari penyakit ileus
7. Untuk mengetahui Apa saja komplikasi dari penyakit ileus
8. Untuk mengetahui Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit ilues
9. Untuk mengetahui Bagaimana konsep askep dari penyakit ileus

2
BAB II

KONSEP TEORI

2.1. PENGERTIAN

Ileus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus.
Obstruksi usus bisa akut dengan kronik , partial atau total. Obstruksi usus
biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya
lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus. Obstruksi
total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini
dan tindakan pembedahan darurat bila pasien ingin tetap hidup.

Ileus adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan penyumbatan


sebagian atau seluruhnya pada usus, karena isi dari usus tidak dapat melewati
usus.Ada banyak hal yang dapat menyebabkan ileus, termasuk
ketidakseimbangan elektrolit, gastroenteritis (peradangan pada lambung atau
usus), appendisitis, dan pankreatitis (peradangan pada pankreas).Hal ini
terjadi ketika otot-otot usus tidak aktif, memperlambat gerak peristaltik dan
karena itu, menyebabkan sumbatan fungsional pada usus. Peristaltik adalah
proses dimana terjadi kontraksi otot guna mendorong makanan supaya dapat
melalui saluran pencernaan.

2.2. KLASIFIKASI
1. Ileus obstruktif

Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus


dimana penyumbatan yang sama sekali menutup atau mengganggu
jalannya isi usus (Sabara, 2007). Suatu penyebab fisik menyumbat usus
dan tidak dapat diatasi oleh peristaltic.Ileus obstruktif ini dapat akut
seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang
melingkari.Misalnya intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis,
obstruksi batu empedu, struktura, perlengketan, hernia dan abses.

3
2. Ileus Paralitik

Ileus paralitik adalah ileus yang disebabkan gerakan (peristaltic)


usus yang menghilang, disini tidak ada sumbatan.Ileus paralitik adalah
istilah gawat abdomen yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri
sebagai keluhan utama karena usus tidak dapat bergerak (mengalami
motilitas) dan menyebabkan pasien tidak dapat buang air besar.Obstruksi
yang terjadi karena uplai saraf otonom mengalami paralisis dan peristaltic
usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang
usus.Contohnya amiloidosis, distropsi otot, gangguan endokrin seperti
diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit Parkinson.
2.3. ETIOLOGI
1. Illeus obstruktif
a. Kelainan di dalam lumen akibat benda asing
b. Kelainan di dalam dinding seperti heman, stenosis, resiao congenital
strictora.
c. Kelainan di luar dinding usus
2. Illeus paralytica
a. Konsumsi obat-obatan
b. Konsumsi alkohol
c. Kimiawi
d. Post operatif
e. Sepsis
2.4. PATOFISIOLOGI

Menurut beberapa hipotesis, ileus pascabedah dimediasi melalui


penghambatan aktivasi reflex spinal. Secara anatomis, refleks yang terlibat
pada ileus adalah pada pleksus ganglia prevertebratal, (Mattei, 2006).
Respons dari stress bedah mengarah pada generasi sistemik dari
endokrin dan mediator inflamasi yang juga mempromosikan perkembangan
ileus. Model tikus telah menunjukkan bahwa laparotomi, penetrasi, dan
kompresi usus menyebabkan peningkatan jumlah makrofag, monosit, sel
dendritik, sel T, sel-sel pembunuh alami, dan sel mast, seperti yang

4
ditunjukkan oleh imonohistokimia.Kalsitonin-peptida, nitrit oksid, peptide
vasoaktif intestina, dan substansi P berfungsi sebagat inhibitor
neurotransmitter pada system saraf usus, (Bauer, 2004).
Diferensiasi yang umum untuk ileus adalah pseudo-obstruksi dan
obstruksi usus mekanik. Seperti ileus pada pseudo-obstruksi, terjadi dengan
tidak adanya patologi mekanis.Beberapa teks dan artikel cenderung
menggunakan ileus disama artikan dengan pseudo-obstruksi atau merujuk
pada ileus kolon.Namun, kondisi ini jelas merupakan dua entitas yang
berbeda.Pseudo-obstruksi jelas terbatas pada usus besar, sedangkan ileus
melibatkan baik usus kecil dan usus besar. Usus besar yeng terlibat dalam
pseudo-obstruksi klasik, yang biasanya terjadi pada lanjut usia dengan
gambaran penyakit ekstraintestinal serius atau trauma. Agen farmakologi,
sepsis, dan ketidakseimbangan elektriolit dapat juga berkontribusi terhadap
kondisi ini.Obstruksi usus mekanik dapat disebabkan oleh adhesi, velvulus,
hernia, intususepsi, benda asing, atau neoplasma.Klinis obstruksi hadir
dengan kolik abdominal yang hebat atau tanda-tanda obstruksi perforasi yang
jelas, (Loktus, 2012).

5
2.5. PATHWAY

6
2.6. MANIFESTASI KLINIS
1. Obstruksi usus halus

Gejala awal biasanya berupa nyeri abdomen bagian tengah seperti


kram yang cenderung bertambah berat sejalan dengan jalannya obstruksi
dan bersifat hilang tumpul. Pasien dapat mengeluarkan darah dan mukus.

2. Obstruksi usus besar


Nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan
obstruksi pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah. Muntah
muncul bila katup ileosekal kompeten. Pada pasien dengan obstruksi
disigmoid dan rektum, konstipasi dapat menjadi gejala satu-satunya
selama beberapa hari. Akhirnya abdomen menjadi sangat distensi, loop
dari usus besar menjadi dapat dilihat dari luar melalui dinding abdomen,
dan pasien menderita kram akibat nyeri abdomen bawah.

2.7. KOMPLIKASI
1. Nekrosis usus
2. Perforasi usus dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi terlalu lama pada
organ intra abdomen
3. Peritonitis karena absorbs toksin dalam rongga peritoneum sehingga
terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen
4. Sepsis infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik
dan cepat
5. Syok dehidrasi terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma
6. Abses sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi
7. Pneumonia aspirasi dari proses muntah
8. Gangguan elektrolit, refluk muntah dapat terjadi akibat distensi abdomen.
Muntah mengakibatkan kehilangan ion hydrogen dan kalium dari
lambung, serta menimbulkan penurunan klorida dan kalium dalam darah,
(Dermawan, 2010).

7
2.8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Labolatorium, peningkatan kadar Hemoglobin (indikasi dari dehidrasi),
leukositosis, peningkatan PCO2/ asidosis metabolic.
2. Foto polos abdomen (BOF) dengan posisi tegak atau lateral dekubitus
tampak distensi usus proksimal dari hambatan dan fenomena anak tangga.
Pada volvulus sigmoid tampak sigmoid yang distensi berbentuk U yang
terbalik dan dapat juga didapatkan:
a. Gambaran usus melebar (Darm Courtur)
b. Gambaran seperti duri ikan
c. Gambaran seperti anak tangga (Air Fluid Level)
3. Pemeriksaan CT scan, dikerjakan secara klinis dan foto polos abdomen
dicurigai adanya strangulasi. CT scan akan mempertunjukkan secara lebih
teliti adanya kelainan pada dinding usus (obstruksi komplet, abses,
keganasan), kelainan mesenterikus, dan peritoneum. Pada pemeriksaan ini
dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi.
4. Pemeriksaan radiologi dengan barium enema. Pemeriksaan ini
mempunyai suatu peran terbatas pada klien dengan obstruksi usus halus.
Pengujian enema barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi
letak rendah yang tidak dapat pada pemeriksaan Foto polos abdomen.
5. Pemeriksaan USG. Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran
penyebab dari obstruksi.
6. Pemeriksaan MRT. Teknik ini digunakan untuk mengevaluasi iskemia
mesenteric kronis.
7. Pemeriksaan angiografi. Angiografi mesenteric superior telah digunakan
untuk mendiagnosis adanya herniasi internal, intususepsi, volvulus,
malrotation, dan adhesi, (Suratun & Lusianah, 2010).
2.9. PENATALAKSANAAN

Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan


dan elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi dan
kompresi, memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan
obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.

8
1. Obstruksi Usus Halus

Dekompresi pada usus melalui selang usus halus atau nasogastrik


bermamfaat dalam mayoritas kasus obstruksi usus halus.Apabila usus
tersumbat secara lengkap, maka strangulasi yang terjadi memerlukan
tindakan pembedahan, sebelum pembedahan, terapi intra vena diperlukan
untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit (natrium, klorida dan
kalium).

Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus halus tergantung


penyebab obstruksi. Penyebab paling umum dari obstruksi seperti hernia
dan perlengketan. Tindakan pembedahannya adalah herniotomi.

2. Obstruksi Usus Besar

Apabila obstruksi relatif tinggi dalam kolon, kolonoskopi dapat


dilakukan untuk membuka lilitan dan dekompresi usus. Sekostomi,
pembukaan secara bedah yang dibuat pasa sekum, dapat dilakukan pada
pasien yang berisiko buruk terhadap pembedahan dan sangat memerlukan
pengangkatan obstruksi. Tindakan lain yang biasa dilakukan adalah
reseksi bedah utntuk mengangkat lesi penyebab obstruksi. Kolostomi
sementara dan permanen mungkin diperlukan.

9
BAB III

KONSEP ASKEP

3.1. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Status :
Alamat :
No Register :
Diagnosa Medis :
2. Penanggung Jawab
Nama :
Umur :
Hubungan dengan pasien:
Pekerjaan :
Alamat :
II. RIWAYAT PENYAKIT
1. Keluhan utama
Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada
abdomennya biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan lepas,
abdomen tegang dan kaku.
2. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengalami sulit BAB
3. Riwayat penyakit dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang
sama, riwayat ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan
obat-obatan.

10
4. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang
sama dengan klien.
III. PEMERIKSAAN FISIK

Tanda – tanda vital


Tekanan darah : Meningkat > 120/90 mmHg
Suhu tubuh : Meningkat > 37,5 C
Pernapasan : Meningkat > 20x/menit
Nadi : Meningkat > 100x/menit
1. Inspeksi: perut distensi, dapat ditemukan darm kontur dan darm
steifung. Benjolan pada regio inguinalis, femoral, dan skrotum
menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada invaginasi dapat terlihat
massa abdomen berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat dicurigai bila
ada bekas luka operasi sebelumnya.
2. Auskultasi: hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi. Pada fase
lanjut bising usus dan peristaltik melemah sampai hilang.
3. Perkusi: hipertimpani
4. Palpasi: kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia.
BIO-PSOKO-SOSIAL ( GORDON )
1. Aktivitas atau istirahat
Gejala : Kelelahan dan ngantuk.
Tanda : Kesulitan ambulasi
2. Sirkulasi
Gejala : Takikardia, pucat, hipotensi ( tanda syok)
3. Eliminasi
Gejala : Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasi dan Flatus
Tanda : Perubahan warna urine dan feces
4. Makanan atau cairan
Gejala : anoreksia,mual atau muntah dan haus terus menerus.
Tanda : muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa pecah-
pecah. Kulit buruk.

11
5. Higiene
Gejala : Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri
Tanda : Stomatis, bau badan
6. Nyeri atau Kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat kolik.
Tanda : Distensi abdomen dan nyeri tekan
7. Keamanan
Gejala : Riwayat lupus eritematosus, anemia hemolitik, vaskulitik,
artritis, lesi akut
Tanda : Peningkatan suhu 30 – 40 C (eksaserbasi akut), penglihatan
kabur, alergi terhadap makanan / produk susu, ankilosa spondilatis,
uveitis, konjungtivitis, iritis
8. Pernapasan
Gejala : Peningkatan frekuensi pernafasan,
Tanda : Napas pendek dan dangkal
9. Seksualitas
Gejala : Frekuensi menurun
Tanda : menghindari aktivitas seksual
10. Interaksi sosial
Masalah hubungan/peran sehubungan dengan kondisi
ketidakmampuan aktivitas dalam sosial
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Adapun pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan antara lain:
1. Pemeriksaan sinar x: Untuk menunjukan kuantitas abnormal dari gas
atau cairan dalam usus.
2. Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan
jumlah darah lengkap) akan menunjukan gambaran dehidrasi dan
kehilangan volume plasma dan kemungkinan infeksi
3. Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan
diagnosa obstruksi usus. Obstruksi mekanis usus halus ditandai oleh
udara dalam usus halus, tetapi tidak ada gas dalam usus. Bila foto

12
fokus tidak memberi kesimpulan, dilakukan radiogram barium untuk
mengetahui tempat obstruksi

CONTOH ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1 DS : klien mengatakan Mual, muntah, Kekurangan volume


haus terus – menerus demam dan atau cairan

DO : diforesis.

-Penurunan berat badan

-Penurunan turgor kulit

-Membran mukosa
kering

-Lebih banyak input


daripada output

2 DS : klien mengatakan Distensi, kekakuan Nyeri


nyeri pada perut

DO :

P : nyeri karena
abdomen tegang, kaku

Q : nyeri seperti
tertindih

R : nyeri di daerah
abdomen

S : skala nyeri 5 -7

T : nyeri terus -
menerus

3 DS : klien mengatakan Krisis situasi dan Ansietas


cemas tentang perubahan status
kesahatannya kesehatan.

13
DO : klien tampak
pucat,

TTV :

TD : Meningkat >
120/90 mmHg

RR : Meningkat >
20x/menit

ND : Meningkat >
100x/menit

S : Meningkat > 37,5 C

3.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, demam
dan atau diforesis.
2. Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status
kesehatan.
3.3. CONTOH RENCANA KEPERAWATAN

Tgl & N Tujuan & Intervensi Rasional Ttd


Jam O. KH
D
x
07 – 11 1 Setelah 1. Pantau TTV. 1. Dapat mengetahui
-2012 dilakukan Periksa balutan dan keadaan TTV.
(09.00) tindakan luka dengan sering Tanda-tanda awal
keperawatan selama 24 jam hemoragi usus
selama 1x24 pertama terhadap atau pembentukan
jam tanda-tanda darah hematoma, yang
kebutuhan merah terang atau dapat
cairan bengkak insisi menyebabkan
terpenuhi berlebihan. syok hipovolemik.
dengan 2. Palpasi nadi perifer, 2. Memberi
evaluasi pengisian informasi tentang

14
KH : kapiler, turgor kulit volume sirkulasi
K : klien dan status membran umum dan tingkat
dapat mukosa. hidrasi.
menjelaskan 3. Pantau masukan dan 3. Indikator langsung
penyebab haluaran, perhatikan dari hidrasi atau
kekurangan haluaran urine, perfusi organ dan
volume cairan berat jenis,. fungsi.
Kalkulasi Memberikan
A : Klien keeimbangan 24 pedoman untuk
mampu jam, dan timbang penggantian
meningkatkan berat badan setiap cairan.
kebutuhan hari. 4. Pengubahan posisi
volume cairan 4. Bantu dengan mencegah
P : klien dapat perubahan posisi pembentukan
meniru sering. magenstrase di
memenuhi 5. Ajarkan pemenuhan lambung
kebutuhan cairan 5. untuk menghindari
cairan dengan 6. Kolaborasikan hidrasi berulang
seimbang
Pemberian cairan IV 6. Diberikan untuk
P: sesuai indikasi. hidrasi umum
- TTV Normal
:
- RR : 16 –
20x/mnt
- N : 60 –
100x/mnt
- TD :
110/70 -
120/90 mmHg
- S : 36,5 -
37,5 C
-
membrane
mukosa
lembab
- Turgor
kulit baik.

07 – 11 2 Setelah 1. kaji karakteristik 1. Memberikan


- 2012- dilakukan nyeri (PQRST) tindakan yang
(12.00) tindakan 2. Monitor TTV diberikan sesuai

15
keperawatan 3. Ajarkan teknik yang dibutuhkan
selama 2x24 relaksasi nafas 2. Untuk mengetahui
jam rasa nyeri dalam keadaan TTV
teratasi atau 4. Berikan posisi yang 3. Membantu
terkontrol nyaman dan mengurangi nyeri
dengan lingkunagan yang 4. Membantu
KH : tenang mengurangi nyeri
5. Kolaborasi terapi 5. Mengontrol/meng
K : klien sesuai advis dokter. urangi nyeri untuk
dapat analgesik, narkotik, meningkatkan
menjelaskan sesuai indikasi. istirahat dan
penyebab meningkatkan
kekakuan kerjasama dengan
A : klien aturan terapeutik.
mampu
mengurangi
rasa nyeri bila
timbul
P : klien dapat
meniru teknik
mengurangi
nyeri
P:
-Nyeri
berkurang /
hilang
-Skala nyeri 0
–3
07 – 11 3 Setelah 1. Kaji perilaku 1. Dapat
- 2012- dilakukan koping baru dan mengalihkan rasa
(14.00) tindakan anjurkan cemas
keperawatan penggunaan 2. Dapat mengurangi
selama ketrampilan yang rasa cemas
2x24jam berhasil pada waktu 3. Untuk
ansietas lalu. menghindari
teratasi 2. Dorong dan cemas yang
dengan sediakan waktu berulang
KH : untuk 4. Dapat mencegah
mengungkapkan dan mengurangi
K : klien ansietas dan rasa rasa cemas
dapat

16
menjelaskan takut; berikan 5. Agar dapat
penyebab penenangan. membantu
ansietas 3. Jelaskan prosedur mempercepat
A : klien dan tindakan dan berkurangnya
mampu beri penguatan cemas
mengurai rasa penjelasan
cemasnya mengenai penyakit,
tindakan dan
P : klien dapat prognosis.
melakukan 4. Pertahankan
teknik untuk lingkungan yang
mengurangi tenang dan tanpa
cemas stres.
P: 5. Dorong dukungan
TTV Normal : keluarga dan orang
terdekat.
RR : 16 –
20x/mnt
N : 60 –
100x/mnt
TD : 110/70 -
120/90 mmHg
- S : 36,5 -
37,5 C
- Tampak
rileks, tenang

3.4. IMPLEMENTASI

Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh


perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya :
Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan
validasi ; ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan
dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari
rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan
perawatan yang muncul pada pasien

17
3.5. EVALUASI

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan,


dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam
rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan
pengkajian ulang

18

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen23 halaman
    Bab 1
    Neno Ciecwemhanieysand Slalouwhappyie
    Belum ada peringkat
  • Makalah Komunitas
    Makalah Komunitas
    Dokumen20 halaman
    Makalah Komunitas
    Neno Ciecwemhanieysand Slalouwhappyie
    Belum ada peringkat
  • LP Sanglah
    LP Sanglah
    Dokumen21 halaman
    LP Sanglah
    Neno Ciecwemhanieysand Slalouwhappyie
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen25 halaman
    Bab I
    Neno Ciecwemhanieysand Slalouwhappyie
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen18 halaman
    Bab I
    Neno Ciecwemhanieysand Slalouwhappyie
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Osteomalasia
    Asuhan Keperawatan Osteomalasia
    Dokumen31 halaman
    Asuhan Keperawatan Osteomalasia
    Neno Ciecwemhanieysand Slalouwhappyie
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen25 halaman
    Bab 2
    Neno Ciecwemhanieysand Slalouwhappyie
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Anemia Pada Ibu Hamil
    Asuhan Keperawatan Anemia Pada Ibu Hamil
    Dokumen43 halaman
    Asuhan Keperawatan Anemia Pada Ibu Hamil
    Neno Ciecwemhanieysand Slalouwhappyie
    100% (1)
  • Askep Jadi
    Askep Jadi
    Dokumen20 halaman
    Askep Jadi
    Neno Ciecwemhanieysand Slalouwhappyie
    Belum ada peringkat
  • Makalah Sistem Pencernaan
    Makalah Sistem Pencernaan
    Dokumen41 halaman
    Makalah Sistem Pencernaan
    Neno Ciecwemhanieysand Slalouwhappyie
    Belum ada peringkat
  • Askep Prematur, Hiperbilirubin, Aspexia, BBLR
    Askep Prematur, Hiperbilirubin, Aspexia, BBLR
    Dokumen93 halaman
    Askep Prematur, Hiperbilirubin, Aspexia, BBLR
    Neno Ciecwemhanieysand Slalouwhappyie
    Belum ada peringkat
  • Frak Tur
    Frak Tur
    Dokumen11 halaman
    Frak Tur
    Neno Ciecwemhanieysand Slalouwhappyie
    Belum ada peringkat
  • Makalah Sistem Pencernaan
    Makalah Sistem Pencernaan
    Dokumen40 halaman
    Makalah Sistem Pencernaan
    Neno Ciecwemhanieysand Slalouwhappyie
    Belum ada peringkat
  • Askep Jadi
    Askep Jadi
    Dokumen20 halaman
    Askep Jadi
    Neno Ciecwemhanieysand Slalouwhappyie
    Belum ada peringkat
  • Askep Prematur, Hiperbilirubin, Aspexia, BBLR
    Askep Prematur, Hiperbilirubin, Aspexia, BBLR
    Dokumen93 halaman
    Askep Prematur, Hiperbilirubin, Aspexia, BBLR
    Neno Ciecwemhanieysand Slalouwhappyie
    Belum ada peringkat
  • Osteo Art Ritis
    Osteo Art Ritis
    Dokumen18 halaman
    Osteo Art Ritis
    Neno Ciecwemhanieysand Slalouwhappyie
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen20 halaman
    Bab 1
    Neno Ciecwemhanieysand Slalouwhappyie
    Belum ada peringkat
  • Askep Tugas
    Askep Tugas
    Dokumen8 halaman
    Askep Tugas
    Neno Ciecwemhanieysand Slalouwhappyie
    Belum ada peringkat
  • Osteo Malasia
    Osteo Malasia
    Dokumen29 halaman
    Osteo Malasia
    Neno Ciecwemhanieysand Slalouwhappyie
    Belum ada peringkat
  • Pankreatit Is
    Pankreatit Is
    Dokumen51 halaman
    Pankreatit Is
    Neno Ciecwemhanieysand Slalouwhappyie
    Belum ada peringkat
  • Makalah Fraktur
    Makalah Fraktur
    Dokumen19 halaman
    Makalah Fraktur
    Neno Ciecwemhanieysand Slalouwhappyie
    Belum ada peringkat
  • Makalah Pencernaan
    Makalah Pencernaan
    Dokumen35 halaman
    Makalah Pencernaan
    Neno Ciecwemhanieysand Slalouwhappyie
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan
    Asuhan Keperawatan
    Dokumen3 halaman
    Asuhan Keperawatan
    Neno Ciecwemhanieysand Slalouwhappyie
    Belum ada peringkat
  • Makalah Hipospadia
    Makalah Hipospadia
    Dokumen20 halaman
    Makalah Hipospadia
    Neno Ciecwemhanieysand Slalouwhappyie
    Belum ada peringkat
  • Askep Tugas
    Askep Tugas
    Dokumen9 halaman
    Askep Tugas
    Neno Ciecwemhanieysand Slalouwhappyie
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen3 halaman
    Bab 1
    Neno Ciecwemhanieysand Slalouwhappyie
    Belum ada peringkat
  • Askep Tugas
    Askep Tugas
    Dokumen8 halaman
    Askep Tugas
    Neno Ciecwemhanieysand Slalouwhappyie
    Belum ada peringkat
  • Makalah Fraktur
    Makalah Fraktur
    Dokumen19 halaman
    Makalah Fraktur
    Neno Ciecwemhanieysand Slalouwhappyie
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen14 halaman
    Bab 1
    Neno Ciecwemhanieysand Slalouwhappyie
    Belum ada peringkat