Anda di halaman 1dari 22

BIOMEDIK 2 TUGAS KELOMPOK

Kamis, 25 Januari 2018

“ Metabolisme Tulang”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

Dosen Pengampuh:

Prof. Dr. Indri Safitri, dr., MS

Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran

Universitas Pattimura

Ambon

2018
NAMA KELOMPOK KELOMPOK 3

Jespalcov Pattinama 2013-83-060

Grace D Angkotamony 2015-83-026

Amalia Rizki Apriliani 2017-83-022

Vianni G.H.B Soplantila 2017-83-012

Viralda J Maspaitella 2017-83-022

Christian Adri Ratulangi 2017-83-032

Stephans Ivander Oldy Rumsoek 2017-83-063

Irwinda Abriani Sahiman 2017-83-053

Siti Aisyah Heringguhir 2017-83-063

Ani Indah Sampono 2017-83-073

Dalia Izma Sakinah Tuasamu 2017-83-084

Suseltia Putri Subagio 2017-83-094

Haikal Eko Fahrianto Rahawarin 2017-83-104

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
kasih dan karuniaNya sehingga makalah yang kami buat dapat terselesaikan dengan
baik. Makalah ini pun dibuat dengan tujuan untuk memenuhi penugasan dan
pembelajaran kuliah. Makalah yang dibuat ini diberi judul “Metabolisme Tulang”

Dalam penyelesaian laporan ini, banyak pihak-pihak yang turut terlibat. Oleh
sebab itu, pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan Terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Indri Safitri, dr., MS selaku dosen yang telah mendampingi kami
selama proses pembelajaran berlangsung
2. Semua pihak yang telah membantu yang tak dapat kami sebutkan satu per
satu.

Diharapkan makalah ini dapat berguna bagi referensi tambahan para pembaca.
Disadari sungguh bahwa, pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Sehingga, dibutuhkan sumbangsih saran guna penyempurnaan
makalah ini. Demikianlah makalah ini dibuat sebagaimana diperlukan. Sekian
dan terimakasih.

Ambon,18 Januari 2018

KELOMPOK 3

ii
DAFTAR ISI

NAMA KELOMPOK.................................................................................. i

KATA PENGANTAR.................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................ ii

DAFTAR GAMBAR................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................

1.1 Latar Belakang……………………………………………………...1


1.2 Tujuan……………………………………………………………….1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Struktur Tulang....................................................................................2
2.2 Klasifikasi Tulang................................................................................6
2.3 Perkembangan Tulang…………..........................................................7
2.4 Peranan Kalsium..................................................................................10

BAB III PENUTUP ......................................................................................

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………15

3.2 Saran………………………………………………………………….15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... …v

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 ............................................................................................... 3

Gambar 1.2 ............................................................................................... 4

Gambar 1.3 ............................................................................................... 4

Gambar 1.4 ............................................................................................... 6

Gambar 2.1 ............................................................................................... 6

Gambar 3.1 ............................................................................................... 8

Gambar 3.2 ............................................................................................... 8

Gambar 4.1 ............................................................................................... 10

Gambar 4.2 ............................................................................................... 11

Gambar 4.3 ............................................................................................... 13

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia memiliki kemampuan untuk bergerak dan melakukan aktivitas,
seperti berjalan, berlari, menari, dan lain-lain. Bagaimana manusia dapat
melakukan gerakan tersebut? Kemapuan melakukan gerakan tubuh pada manusia
didukung adanya sistem gerak, yang merupakan hasil kerjasama yang serasi antar
organ sistem gerak, seperti rangka (tulang), persendian dan otot.Sistem gerak
tubuh manusia itu sangatlah kompleks. Fungsi tulang adalah sebagai alat gerak
pasif, yang hanya dapat bergerak bila dibantu oleh otot. Tulang dan otot manusia
tersusun atas berbagai mineral, terklasifikasi menjadi berbagai macam, dan
mengalami pertumbuhan serta metabolisme setiap hari
Metabolisme tulang adalah perubahan struktur atau bentuk pada jaringan
tulang akibat formasi dan reabsorbsi matriks tulang dalam proses pertumbuhan.
Selain itu, tulang juga mengalami sebuah proses yang berlangsung terus-menerus
secara aktif dengan membangun dan memperbaiki pembentukan tulang yang
dilakukan oleh osteoklas (reabsorbsi tulang) dan osteoblast (formasi tulang).
Dalam metabolisme kalsium, kalsium diabsorbsi duodenum dan jejenum
proksimal oleh protein mengikat kalsium yang disintesis sebagai respon terhadap
kerja 1,25-dihidroksikolikalsiferol. Absorbsi dihambat oleh senyawa yang
membentuk garam kalsium yang tidak larut.

1.2 Tujuan
1. Menjelaskan Struktur Tulang
2. Menjelaskan Klasifikasi Tulang
3. Menjelaskan Perkembangan Tulang
4. Menjelaskan Peranan Kalsium

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Menjelaskan Struktur Tulang

Sebagai unsur pokok kerangka orang dewasa, jaringan tulang menyangga


struktur berdaging, melindungi organ-organ vital seperti yang terdapat dalam
tengkorak dan rongga dada, dan menampung sumsum tulang, tempat sel-sel
darah dibentuk. Tulang juga berfungsi sebagai cadangan kalsium, fosfat dan ion
lain, yang dapat dilepaskan atau disimpan dengan cara terkendali untuk
mempertahankan konsentrasi ion-ion penting tersebut dalam cairan tubuh.
Tulang adalah jaringan ikat khusus yang terdiri atas materi antar sel berkapur,
yaitu matriks tulang, dan tiga jenis sel.1

- Osteosit (Yunani osteon, tulang, + kytos, sel), yang terdapat dalam


rongga-rongga (lakuna) di antara lapisan (lamela) matriks tulang1
- Osteoblas (osteon + Yunani. blastos, benih), yang menyintesis unsur
organik matriks1
- Osteoklas (osteon + Yunani. klnstos, pecah), yang merupakan sel raksasa
multinukleus yang terlibat dalam resorpsi dan remodeling jaringan
tulang.1

A. Osteoblas
Osteoblas berperan pada sintesis komponen organik matriks tulang,
yang terdiri atas kolagen tipe I, proteoglikari dan glikoprotein termasuk
osteonektin. Osteoblas hanya terdapat pada permukaan matriks tulang, dan
letaknya bersebelahan, yang mirip dengan epitel selapis. Bila osteoblas aktif
menyintesis matriks, osteoblas memiliki bentuk kuboid sampai silindris
dengan sitoplasma basofilik. Bila aktivitas sintesisnya menurun, sel tersebut
menjadi gepeng dan sifat basofilik paja sitoplasmanya akan berkurang.
Aktivitas osteoblas dirangsang oleh hormon paratiroid (PTH).1

2
Gambar 1.1 Osteoblas

Sumber: Mescher A L. Junqueira’s basic histology text and atlas. 13 th ed

Osteoblas merupakan sel yang terpolarisasi komponen matriks


disekresi pada permukaan sel, yang menempel pada matriks tulang yang lebih
tua dan menghasilkan lapisan matriks baru (tetapi belum berkapur) yang
disebut osteoid, di antara lapisan osteoblas dan tulang yang baru dibentuk .
Osteoblas juga melepaskan vesikel berselubung-membran yang kaya akan
fosfatase alkali dan enzim lain yang aktivitasnya meningkatkan konsentrasi
ion PO setempat.1

B. Osteosit
Setiap osteoblas secara bertahap dikelilingi oleh produk sekresinya
sendiri dan menjadi osteosit yang terselubung sendiri-sendiri dalam ruang
yang disebut lakuna. Pada transisi dari osteoblas menjadi osteosit, sel
menjulurkan banyak tonjolan sitoplasma panjang, yang juga diselubungi oleh
matriks berkapur. Pertukaran melalui taut erat dapat memberikan nutrisi untuk
sebaris yang terdiri atas sekitar 10 sel. Sejumlah pertukaran molekul antara
osteosit dan pembuluh darah juga terjadi melalui sejumlah kecil cairan
ekstrasel yang berada di antara osteosit dan matriks tulang. 1

3
Gambar 1.2 Osteosit

Sumber: Mescher A L. Junqueira’s basic histology text and atlas. 13th ed

C. Osteoklas
Osteoklas adalah sel motil bercabang yang sangat besar dengan inti
multiple. Ukuran yang besar dan inti yang multipel pada osteoklas terjadi
karena asalnya dari penggabungan sel yang berasal dari sumsum tulang.
Osteoklas terdapat di dalam lekukan atau kriptus yang terbentuk akibat kerja
enzim pada matriks. Pada osteoklas yang aktif, permukaan yang menghadap
matriks tulang terlipat secara irregular yang membentuk batas bergelombang.
Pembentukan batas bergelombang tersebut berhubungan dengan aktivitas
osteoklas. Batas bergelombang ini dikelilingi oleh zona sitoplasma terang
yang kaya akan filamen aktin dan merupakan tempat adhesi osteoklas pada
matriks tulang. Osteoblas yang diaktifkan oleh PTH akan memproduksi suatu
sitokin yang disebut faktor perangsang osteoklas. Jadi, aktivitas kedua sel
tersebut terkoordinasikan dan keduanya penting pada remodeling tulang. 1

Gambar 1.3 Osteoklas

Sumber: Mescher A L. Junqueira’s basic histology text and atlas. 13 th ed

4
MEKANISME PERTUMBUHAN TULANG

Penambahan ketebalan tulang dicapai melalui penambahan tulang baru di atas


permukaan luar tulang yang sudah ada. Pertumbuhan ini dihasilkan oleh osteoblas di
dalam periosteum, suatu selubung jaringan ikat yang menutupi bagian luar tulang.
Sewaktu aktivitas osteoblas mengendapkan tulang baru di permukaan eksternal, sel
lain di dalam tulang, osteoklas ("penghancur tulang"), melarutkan jaringan tulang di
permukaan dalam di samping rongga sumsum. Dengan cara ini, rongga sumsum
membesar untuk mengimbangi bertambahnya lingkar batang tulang. Pertambahan
panjang tulang panjang dicapai melalui mekanisme yang berbeda. Tulang memanjang
akibat aktivitas sel-sel tulang rawan, atau kondrosit, di lempeng epifisis. Selama
pertumbuhan, sel-sel tulang rawan di tepi luar lempeng di samping epifisis membelah
dan memperbanyak diri.Kombinasi proliferasi sel tulang rawan baru dan hipertrofi
kondrosit matang secara temporer memperlebar lempeng epifisis. Penebalan sisipan
lempeng tulang rawan ini mendorong epifisis tulang semakin jauh dari diafisis.
Matriks yang mengelilingi tulang rawan paling tua segera mengalami kalsifikasi.
Karena tulang rawan tidak memiliki jaringan kapiler sendiri, kelangsungan hidup sel
tulang rawan bergantung pada difusi nutrien dan O2 melalui matriks, suatu proses
yang dihambat oleh pengendapan garam kalsium. Akibatnya, sel-sel tulang rawan tua
yang kekurangan nutrien di tepi diafisis mati. Selagi osteoklas membersihkan
kondrosit yang mati dan matriks kalsifikasi yang memenjarakannya, osteoblas masuk
menginvasi, mengalir ke atas dari diafisis, menyeret pembuluh darah kapiler bersama
mereka. Penghuni baru ini meletakkan tulang di sekitar sisa-sisa tulang rawan yang
telah hancur hingga tulang menggantikan seluruh bagian dalam tulang rawan di sisi
diafisis lempeng. Ketika osifikasi ("pengulangan") ini tuntas, tulang di sisi diafisis
telah memanjang dan ketebalan lempeng epifisis telah kembali seperti semula. Tulang
rawan yang digantikan oleh tulang di ujung diafisis lempeng memiliki ketebalan yang
sama dengan tulang rawan baru di ujung epifisis lempeng. Karena itu, pertumbuhan
tulang dimungkinkan oleh pertumbuhan dan kematian tulang rawan, yang bekerja
sebagai "spacer" untuk mendorong epifisis menjauh sembari membentuk kerangka
untuk pembentukan tulang berikutnya di ujung diafisis.2

5
Gambar 1.4 Pertumbuhan tulang
Sumber : Sherwood, Fisiologi manusia dari sel ke system edisi 8 th

2.2 Menjelaskan Klasifikasi Tulang

Tulang terdiri dari beragam bentuk dan ukuran, ada yang panjang, ada yang pipih,
ada yang bentuknya seperti biji. Secara garis besar tulang dapat di klasifikasikan
berdasarkan bentuknya:3

Gambar 2.1 Klasifikasi Tulang


Sumber : Raharjo S, Anatomi dan fisiologi untuk paramadis edisi 5th

- Tulang panjang, yaitu tulang yang berbentuk silindris, yang terdiri dari
difisis dan epifisis yang berfungsi untuk menahan berat tubuh dan
berperan dalam pergerakan.3
6
- Tulang pendek, yaitu tulang yang berstruktur kuboid yang biasanya
ditemukan berkelompok yang berfungsi memberikan kekuatan dan
kekompakkan pada area yang pergerakannya terbatas. Contoh tulang
pergelangan tangan dan kaki.3
- Tulang pipih, yaitu tulang yang strukturnya mirip lempeng yang berfungsi
untuk memberikan suatu permukaan yang luas untuk perlekatan otot dan
memberikan perlindungan. Contoh sternum, scapulae, iga, tulang
tengkorak.3
- Tulang irreguler, yaitu tulang yang bentuknya tidak beraturan dengan
struktur tulang yang sama dengan tulang pendek. Contoh tulang vertebrae
dan tulang panggul.3

2.3 Menjelaskan Perkembangan Tulang

Proses pembentukan tulang disebut osifikasi (ossi = tulang, fikasi =


pembuatan) atau disebut juga osteogenesis. Semua tulang berasal dari mesenkim,
tetapi dibentuk melalui dua cara yang berbeda. Tulang berkembang melalui dua
cara, baik dengan mengganti mesenkim atau dengan mengganti tulang rawan.
Sususan histologis tulang selalu bersifat sama, baik tulang itu berasal dari selaput
atau dari tulang rawan.4

A. Osifikasi membranosa

Osifikasi membranosa adalah osifikasi yang lebih sederhana diantara


dua cara pembentukan tulang. Tulang pipih pada tulang tengkorak, sebagian
tulang wajah, mandibula, dan bagian medial dari klavikula dibentuk dengan cara
ini. Juga bagian lembut yang membantu tengkorak bayi dapat melewati jalan
lahirnya yang kemudian mengeras dengan cara osifikasi membranosa.4

7
Gambar 3.1 Osifikasi membranosa

Sumber: Derrickson B, Principle of anatomy and physiology 13th

B. Osifikasi Endokondral
Pembentukan tulang ini adalah bentuk tulang rawan yang terjadi pada
masa fetal dari mesenkim lalu diganti dengan tulang pada sebagian besar jenis
tulang.Pusat pembentukan tulang yang ditemukan pada corpus disebut
diafisis, sedangkan pusat pada ujung-ujung tulang disebut epifisis. Lempeng
rawan pada masing-masing ujung, yang terletak di antara epifisis dan diafisis
pada tulang yang sedang tumbuh disebut lempeng epifisis. Metafisis
merupakan bagian diafisis yang berbatasan dengan lempeng epifisis. 4

Gambar 3.2 Osifikasi endokondral

Sumber: Derrickson B, Principle of anatomy and physiology 13 th

8
- Faktor Pertumbuhan Tulang
A. Faktor Internal
1. Genetik
Gen tidak secara langsung menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan,
tetapi ekspresi gen yang diwariskan kedalam pola pertumbuhan
dijembatani oleh beberapa sistem biologis yang berjalan dalam suatu
lingkungan yang tepat untuk bertumbuh. Selama masa anak-anak, hormon
yang paling penting dalam pertumbuhan adalah Insulin Growth Factors
(IGFs), yang diproduksi oleh liver dan jaringan tulang. Insulin Growth
Factors menstimulasi osteoblas, mendorong pembelahan sel pada piringan
epifiseal dan periosteum, juga meningkatkan sintesis protein yang
dibutuhkan untuk memproduksi tulang baru. Hormon ini diproduksi
sebagai respon dari sekresi human Growth Hormone (hGH) pada lobus
anterior kelenjar pituitari. Hormon tiroid juga mendorong pertumbuhan
tulang dengan merangsang stimulasi osteoblas.Ketika mencapai masa
pubertas, sekresi hormon yang dikenal dengan seks hormon akan
mempengaruhi pertumbuhan tulang secara drastis, yaitu hormon
testosteron dan hormon estrogen. Kedua hormon tersebut berfungsi utuk
meningkatkan aktivitas osteoblas dan mensintesis matriks ekstraselular
tulang. Pada usia dewasa seks hormon berkontribusi dalam remodeling
tulang dengan memperlambat penyerapan tulang lama dan mempercepat
deposit tulang baru.5

B. Faktor Eksternal
1.
Gizi
Beberapa zat gizi yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan
remodeling tulang adalah mineral dan vitamin. Sejumlah besar kalsium
dan fosfat dibutuhkan dalam proses pertumbuhan tulang, dan
sejumlah kecil magnesium, fluoride dan mangan. Vitamin A
menstimulasi aktivitas osteoblas. Vitamin C dibutuhkan untuk
mensintesis kolagen, protein utama dari tulang. Vitamin D membantu
pertumbuhan tulang.5

2. Obat-obatan
Beberapa jenis obat-obatan dapat mempengaruhi hormon
pertumbuhan seperti growth hormone atau hormon tiroid.
Penggunaan obat dengan dosis yang salah dapat menyebabkan
terganggunya hormon tersebut dan dapat mempercepat
berhentinya pertumbuhan.

9
2.4 Menjelaskan Peranan Kalsium
Kalsium merupakan mineral terbanyak di tubuh manusia. Tulang
mengandung kalsium fosfat nonkristal, kalsium karbonat dan garam-garam
lain dalam bentuk kecil. Tulang terus menerus dibentuk kembali (remodeling)
yang berlangsung di periosteum dan endosteum sepanjang hidup. Kalsium
berguna untuk berbagai proses fisiologi seperti transmisi impuls saraf,
kontraksi otot, koagulasi darah, sekresi kelenjar dan saraf, respons sel (second
messenger) dan pembelahan sel yang dipertahankan melalui system hormone
dan respons terhadap gaya mekanik dan gravitasi. Untuk menjamin
keseimbangan proses-proses diatas dengan baik diperlukan pengaturan yaitu:6

Gambar 4.1 Peran Kalsium


Sumber : Sherwood, Fisiologi manusia dari sel ke system edisi 8 th

- Hormon paratiroid.6
- Vitamin D3.6
- Kalsitonin.6

1. Hormon PTH
Hormon paratiroid (PTH) adalah hormon peptida yang disekresikan
oleh kelenjar paratiroid. PTH adalah esensial bagi kehidupan. Jika PTH tidak
ada sama sekali maka kematian timbul dalam beberapa hari. PTH
meningkatkan Ca2+ plasma dengan menarik Ca2+ dari bank tulang.
10
PTH menggunakan tulang sebagai "bank' untuk menarik Ca2+ sesuai
kebutuhan agar kadar Ca2+ plasma dapat dipertahankan. Hormon paratiroid
memiliki dua efek besar pada tulang yang meningkatkan konsentrasi Ca2+
plasma. Pertama, hormon ini memicu efluks cepat Ca2+ ke dalam plasma dari
cadangan labil Ca2+, yang jumlahnya terbatas di cairan tulang. Kedua, dengan
merangsang disolusi tulang, hormon ini mendorong pemindahan Ca2+. dan
PO43- secara perlahan dari cadangan stabil mineral tulang di dalam tulang itu
sendiri ke dalam plasma.7
Efek langsung PTH adalah mendorong pemindahan Ca2+ dari cairan
tulang ke dalam plasma. Sebagian besar tulang tersusun membentuk unit-unit
osteon, yang masing-masing terdiri dari satu kanalis sentralis yang dikelilingi
oleh lamela yang tersusun konsentrik. Lamela adalah lapisan osteosit yang
terkubur di dalam tulang yang diendapkan di sekitar eskosit-eskosit tersebut.
Kerja paling awal PTH adalah mengaktifkan pompa Ca2+ terikat membran di
membran plasma osteosit dan osteoblas. Pompa ini mendorong perpindahan
Ca2+ tanpa disertai oleh PO43-, dari cairan tulang ke dalam sel-sel tersebut. Dari
sini, Ca2+ dipindahkan ke dalam plasma di kanalis sentralis. Karena itu, PTH
merangsang pemindahan Ca2+ dari cairan tulang menembus membran
osteositik-osteoblas ke dalam plasma. Perpindahan Ca2+ keluar dari cadangan
labil menembus membran tulang menghasilkan pertukaran cepat antara tulang
dan plasma. Setelah Ca2+ dipompa keluar, cairan tulang diganti dengan
Ca2+dari tulang yang mengalami mineralisasi parsial di sepanjang permukaan
tulang sekitar. Karena itu, pertukaran cepat Ca2+ tidak melibatkan resorpsi
tulang yang telah mengalami mineralisasi sempurna, dan massa tulang tidak
berkurang. Melalui cara ini, PTH menarik keluar Ca2+ dari "ATM" bank
tulang dan cepat meningkatkan kadar Ca2+ plasma tanpa benar-benar masuk
ke dalam bank.8

Gambar 4.2 Feedback negative hubungan PTH dengan hormone lain


Sumber : Sherwood, Fisiologi manusia dari sel ke system edisi 6th
11
Tulang mengandung sedemikian banyak Ca2+ dibandingkan dengan
plasma (lebih dari 1000 kali lebih banyak) sehingga meskipun PTH
mendorong peningkatan resorpsi tulang namun tidak terlihat efek nyata yang
segera pada tulang karena proporsi tulang yang terkena amatlah kecil. Namun,
jumlah Ca2+ yang "dipinjam" dari bank tulang, meskipun sangat kecil, dapat
menyelamatkan nyawa karena memulihkan kadar Ca2+ plasma ke normal.
Sementara itu, kadar Ca2+ plasma tetap dipertahankan tanpa mengorbankan
integritas tulang. Namun, sekresi berlebihan PTH yang terus-menerus
akhirnya menyebabkan terbentuknya rongga-rongga di seluruh tulang yang
terisi oleh osteoklas.8
PTH bekerja pada ginjal untuk menghemat Ca2+ dan mengeluarkan
Po43-. Hormon paratiroid merangsang konservasi Ca2+ dan mendorong
eliminasi POr3-oleh ginjal selama pembentukan urin. Di bawah pengaruh
PTH, ginjal dapat meningkatkan reabsorpsi Ca2+ yang terfiltrasi sehingga Ca2+
yang lolos ke urin lebih sedikit. Efek ini meningkatkan kadar Ca2+ plasma dan
menurunkan pengeluaran Ca2+ di urin. Sebaliknya, PTH menurunkan
reabsorpsi PO43- sehingga ekskresi PO43- di urin meningkat. Akibatnya, PTH
menurunkan kadar PO43-plasma bersamaan dengan efeknya yang
meningkatkan konsentrasi Ca2+. Pengeluaran PO43-ekstra yang dipicu oleh
PTH dari cairan tubuh ini penting untuk mencegah pengendapan Ca2+ yang
dibebaskan dari tulang. PTH bekerja pada ginjal untuk menurunkan reabsorpsi
PO43- oleh tubulus ginjal. Hal ini meningkatkan ekskresi PO43- di urin dan
menurunkan konsentrasinya dalam plasma, meskipun terjadi pembebasan
PO43- ekstra dari tulang ke dalam darah.8
Efek penting PTH pada ginjal (selain meningkatkan reabsorpsi Ca2+
dan menurunkan reabsorpsi PO43-) adalah meningkatkan pengaktifan vitamin
D oleh ginjal. PTH secara tak langsung mendorong penyerapan Ca2+ dan PO43-
oleh usus. Meskipun PTH tidak memiliki efek langsung pada usus namun
hormon ini secara tak langsung meningkatkan penyerapan Ca2+ dan PO43- dari
usus halus dengan membantu mengaktifkan vitamin D. Vitamin ini,
sebaliknya, secara langsung meningkatkan penyerapan Ca2+ dan PO43- di
usus.8

2. Vitamin D3
Vitamin D, hormonparatiroid (PTH), kalsitonin saling terkait dalam
proses metabolisme tulang. Vitamin D3 ( cholecalciferol ), merupakan derivat
steroid, yang terbentuk dari ergosterol dan 7-dehydrocholesterol. Vitamin D
yang dibentuk di kulit atau yang diresorpsi melalui usus akan dirubah oleh
12
hati menjadi 25-hydroxycholecalcipherol, yang kemudian oleh ginjal akan
dirubah menjadi 1,25 dihydroxy cholecalciferol ( 1,25 dihydroxy vitamin D3=
1,25 DHCC ) yang merupakan suatu hormon (bukan vitamin) dan berperan
pada metabolisme tulang. Peran utama dari 1,25 dihydroxy vitamin D3 adalah
dalam hal meningkatkan penyerapan kalsium dan fosfat dari usus untuk
kebutuhan mineral tersebut pada pembentukan tulang.Selain itu sama halnya
dengan PTH, 1,25 dihydroxy vitamin D3 merupakan perangsang kuat
pembentukan osteoklast.9
Vitamin D meningkatkan absorpsi kalsium khususnya di jejenum dan
ileum, terutama dengan meningkatkan ambilan kalsium melalui brush border
dinding enterosit. Oleh sebab itu vitamin D pada transportasi kalsium
intestinal mungkin dimediasi oleh reseptor membran nongenomik. Selain itu
Vitamin D juga meningkatkan absorpsi fosfat.10

Gambar 4.3 Aktivitas vitamin D3


Sumber : Sherwood, Fisiologi manusia dari sel ke system edisi 8 th

13
Prekursor vitamin D dalam jaringan bawah kulit adalah 7 dehidrokolesterol.
Vitamin D pada tumbuhan disebut ergosterol, keduanya membutuhkan sinar ultraviolet
untuk mengubahnya menjadi provitamin D3 (kolekalsiferol). Vit D3 dibentuk di dlm
kulit oleh sinar matahari dari 7 dehidrokolesterol. Faktor yang berpengaruh
terhadap pembentukan provitamin D adalah pigmentasi, penggunaan alas penahan
matahari dan lama terpapar sinar matahari. Vitamin D3 di dalam hati diubah
menjadi lemak aktif 25 hidroksi koleskalsiferol. Selanjutnya
diubah menjadi 1,25 dihidroksi kolekalsiferol yang merupakan bentuk paling aktif dari
vitamin D. Bentuk ini dibuat oleh ginjal kalsitriol pada usus halus meningkatkan absorpsi
kalsium dan fosfor pada tulang meningkatkan mobilisasinya. Sintesis kalsitriol diatur oleh
taraf kalsium dan fosfor dalam serum. Hormon paratiroid (PTH) yang dikeluarkan bila
kalsium dalam serum darah rendah merupakan perantara yang merangsang produksi
1,25 dihidroksi kolekalsiferol oleh ginjal.11

3. Calsitonin
Calsitonin adalah hormon yang diproduksi oleh sel parafolikular dari
kelenjar tiroid. Calsitonin dapat mengurangi kadar Calsium dalam aliran darah
dengan menghambat aksi perombakan sel tulang oleh osteoklas, sel-sel yang
menghancurkan matriks. Atau dengan kata lain, calsitonin mereabsorbsi
Calsium ke dalam tulang yang berasal dari dalam darah. Sekresi hormone
Calsitonin mengontrol umpan balik negative.12
Ketika Calsium dalam darah tinggi, Calsitonin menurunkan Calsium
dan Fosfat dalam darah dengan menghambat reabsorbsi tulang
(pemecahan/penghancuran matrix extraseluler tulang) oleh osteoklas dan
meningkatkan Calsium dan Fosfat ke dalam ekstraseluler tulang.12
Seperti PTH, Calsitonin memiliki dua efek pada tulang, tetapi dalam
hal ini kedua efek menurunkan perpindahan Calsium dari cairan tulang ke
dalam plasma. Kedua, dalam jangka panjang calsitonin menurunkan resorpsi
tulang, menurunkan kadar fosfat serta mengurangi kalsium plasma.13

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tulang merupakan alat gerak pasif yang berfungsi sebagai cadangan
kalsium, fosfat dan ion lain, yang dapat dilepaskan atau disimpan dengan cara
terkendali untuk mempertahankan konsentrasi ion-ion penting tersebut dalam
cairan tubuh. Tulang adalah jaringan ikat khusus yang terdiri atas matriks
tulang dan tiga jenis sel yaitu Osteosit, Osteoblas, dan Osteoklas. Tulang
terbagi atas empat berdasarkan bentuknya yaitu tulang panjang, tulang
pendek, tulang pipih, dan tulang tidak beratran. Tulang juga terdiri atas
berbagai mineral, terklasifikasi menjadi berbagai macam, dan mengalami
pertumbuhan serta metabolisme setiap hari. Metabolisme tulang adalah
perubahan struktur atau bentuk pada jaringan tulang akibat formasi dan
reabsorbsi matriks tulang dalam proses pertumbuhan. Proses pembentukan
tulang disebut osifikasi yaitu osifikasi membranosa dan osifikasi endokondral.
Tulang mengandung kalsium fosfat nonkristal, kalsium karbonat dan garam-
garam lain dalam bentuk kecil. Kalsium berguna untuk berbagai proses
fisiologi seperti transmisi impuls saraf, kontraksi otot, koagulasi darah, sekresi
kelenjar dan saraf, respons sel (second messenger) dan pembelahan sel yang
dipertahankan melalui system hormone dan respons terhadap gaya mekanik
dan gravitasi. Untuk menjamin keseimbangan proses-proses diatas dengan
baik diperlukan pengaturan hormone paratiroid (PTH), vitamin D3, dan
kalsitonin.

3.2 Saran
Semoga makalah inidapat berguna dan bermanfaat khususnya bagi
kami sebagai penulis. Dan penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini
masihlah jauh dari kata sempurna, maka dari itu di sini penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
15
DAFTAR PUSTAKA

1. Mescher AL. Histologi Dasar Junqueira, Teks dan Atlas. Edisi 12. Jakarta:
EGC; 2011
2. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel.ke sistem. Edisi ke 8. Jakarta : EGC ;
2014.
3. Raharjo S. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic. Edisi ke 5. Jakarta:
Gramedia; 2011
4. Raharjo S. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic. Edisi ke 5. Jakarta:
Gramedia; 2011
5. Hendra. Sistem rangka manusia dan perkembangan tulang (internet).
Lampung: respository; 2015 (cited 2018 Jan 18). Available from:
http://digilib.unila.ac.id/6846/14/BAB%20II.pdf
6. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel.ke sistem. Edisi ke 8. Jakarta : EGC ;
2014.
7. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Ed 6. Pendit BU,
penerjemah; Yesdelita N, editor. Jakarta: EGC; 2011.
8. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed.11.Irawati, et al, alih
bahasa; Rachman LY, el al, editor bahasa Indonesia. Jakarta:EGC;2007
9. Syairifuddin A. Peran CA, P, dan vitamin D dalam metabolisme tulang
(internet). Bali: Academia edu; 2014 (cited 2018 Jan 19). Available from :
http://www.academia.edu/12070149/PERAN_CA_P_and_Vit.D_DALAM_M
ETABOLISME_TULANG.
10. Gandjar I. Patofiologi primary osteoporosis metabolime (internet).
Yogyakarta: Yayasan obor; 2012 (cited 2018 Jan 19). Available from:
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/09/patofisiologi_primary_osteoporosis_metabolisme_vi
tamin_d.pdf. diakses 19.01.2018.
v
11. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel.ke sistem. Edisi ke 8. Jakarta : EGC ;
2014.
12. Tortora GJ, Derrickson BH. Principle of Anatomy and Physiology Volume 1.
Ed. 12. Asia:Wiley;2009
13. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed.8. Jakarta:EGC;2014

vi

Anda mungkin juga menyukai