Anda di halaman 1dari 3

A.

Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan kasus Benign Prostatic
Hyperplasia (BPH) adalah sebagai berikut :
1. Pre operasi
 Nyeri akut
 Cemas
 Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
 Kerusakan eleminasi urin
2. Post operasi
 Nyeri akut
 Resiko infeksi
 Kurang pengetahuan tentang penyakit, diit, dan pengobatan
 Defisit perawatan diri
B. Pendahuluan

Proses penuaan mempengaruhi berbagai sistem tubuh pada lansia. Seiring masa
penuaan, berbagai fungsi sistem tubuh mengalami degenerasi, baik dari struktur anatomis,
maupun fungsi fisiologis. Salah satu sistem tubuh yang terganggu akibat proses penuaan
adalah sistem genitourinari. Pada sistem genitourinari lansia pria, masalah yang sering
terjadi akibat penuaan, yakni pembesaran kelenjar prostat Benign Prostatic Hyperplasia
(BPH) (DeLaune & Ladner, 2002).
Pembesaran kelenjar prostat, atau disebut dengan BPH (Benign Prostate Hyperplasia)
merupakan salah satu masalah genitouriari yang prevalensi dan insidennya meningkat
seiring dengan bertambahnya usia . Parsons (2010) menjelaskan bahwa BPH terjadi pada
70 persen pria berusia 60-69 tahun di Amerika Serikat, dan 80 persen pada pria berusia 70
tahun ke atas. Diperkirakan, pada tahun 2030 insiden BPH akan meningkat mencapai 20
persen pada pria berusia 65 tahun ke atas, atau mencapai 20 juta pria (Parsons, 2010).
Di Indonesia sendiri, data Badan POM (2011) menyebutkan bahwa BPH merupakan
penyakit kelenjar prostat tersering kedua, di klinik urologi di Indonesia.
Insiden dan prevalensi BPH cukup tinggi, namun hal ini tidak diiringi dengan kesadaran
masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan maupun penanganan dini sebelum
terjadi gangguan eliminasi urin. Nies dan McEwen (2007) menjelaskan bahwa pandangan
stereotip yang mengatakan pria itu kuat, akan mengarahkan pria untuk cenderung lebih
mengabaikan gejala yang timbul di awal penyakit. Pria akan menguatkan diri dan
menghindari penyebutan “sakit” bagi diri pria itu sendiri. Sementara, ketika wanita sakit,
wanita akan cenderung membatasi kegiatan dan berusaha mencari perawatan kesehatan.
Oleh karena itu, kasus BPH yang terjadi lebih banyak kasus yang sudah mengalami
gangguan eliminasi urin, dan hanya bisa ditangani dengan prosedur pembedahan.
TURP (Transurethral Resection of the Prostate) merupakan salah satu prosedur
pembedahan untuk mengatasi masalah BPH yang paling sering dilakukan. Rassweiler
(2005) menjelaskan bahwa TURP merupakan representasi gold standard manajemen
operatif pada BPH. TURP memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan prosedur
bedah untuk BPH lainnya. Beberapa kelebihan TURP antara lain prosedur ini tidak
dibutuhkan insisi dan dapat digunakan untuk prostat dengan ukuran beragam, dan lebih
aman bagi pasien yang mempunyai risiko bedah yang buruk (Smeltzer & Bare, 2003). Oleh
karena itulah, prosedur TURP lebih umum digunakan mengatasi masalah pembesaran
kelenjar prostat.

C. Anatomi fisiologi

1. Anatomi
Kelenjar prostat merupakan bangunan yang pipih, kerucut dan berorientasi di
bidang koronal. Apeksnya menuju ke bawah dan terletak tepat diatas fasia profunda
dari diafragma urogenital. Permukaan anteriior mengarah pada simfisis dan dipisahkan
jaringan lemak serta vena periprostatika. Pita fibromuskuler anterior memisahkan
jaringan prostat dari ruang preprostatika dan permukaan posteriornya dipisahkan dari
rektum oleh lapisan ganda fasia denonvilliers.
Berat kelenjar prostat pada orang dewasa kira-kira 20-25 gram dengan ukuran
rata-rata : panjang 3,4 cm, lebar 4,4 cm, tebal 2,6 cm. Secara embriologis terdiri dari 5
lobus yaitu lobus medius 1 buah, lobus anterior 1 buah, lobus posterior 1 buah, lobus
lateral 2 buah. Prostat dikelilingi kapsul yang kurang lebih berdiameter 1 mm terdiri
dan serabut fibromuskular yang merupakan tempat perlekatan ligamentum
pubovesikalis. Beberapa ahli membagi prostat menjadi 5 lobus : lobus anterior, medial,
posterior, dan 2 lobus lateral yang mengelilingi uretra.
Kelenjar prostat merupakan organ yang kompleks yang terdiri dari jaringan
glandular dan non glandular, glandular terbagi menjaadi 3 zona besar: sentral
(menempati 25 %), perifeal (menempati 70 %), dan transisional (menempati 5%).
Perbedaan zona-zona ini penting secara klinis karena zona perifeal sangat sering
sebagai tempat asal keganasan, dan zona transisional sebagai tempat asal benigna
prostat hiperplasia.
Gambar: Pembesaran Prostat

Anda mungkin juga menyukai