Anda di halaman 1dari 36

PRE – EKLAMPSI BERAT

A. Pengertian

Pre-eklampsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan

proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini pada umumnya terjadi

pada triwulan ke 3 kehamilan.

Pre-eklampsi adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema

akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah

persalinan.

Eklampsi adalah pre eklampsi yang disertai kejang atau koma yang timbul

bukan akibat kelainan Neurologi. Superimposed Pre eklampsi – eklampsia adalah

timbulnya pre eklampsi atau eklampsi pada pasien yang menderita hipertensi

kronik.

B. Klasifikasi

1. Pre-eklampsi ringan, tanda-tandanya :

a. Hipertensi ringan, sistolik 140 sampai kurang dari 155 mmHg dan diastolik

90 mmHg sampai kurang dari 95 mmHg atau kenaikan tekanan sistolik

harus 30 mmHg atau lebih diatas tekanan yang biasa ditemukan dan

kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih.

b. Proteinuria, berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi

0,39/liter dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif

menunjukkan positif yakni 1 + atau 2 + atau 1 gr/liter atau lebih dalam air

kencing yang dikeluarkan dengan kateter yang diambil 2 kali dengan jarak

waktu 6 jam.
c. Edema adalah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam

jaringan tubuh dan biasanya dapat diketahuai dari kenaikan berat badan 1

kg atau lebih per minggu serta pembengkakan pada kaki, jari tangan dan

muka.

2. Pre- eklampsi Berat, tanda-tandanya :

a. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg

b. Tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg

c. Peningkatan kadar enzim ahti atau/dan ikterus

d. Trombosit < 100.000/mm3

e. Oliguria < 400 ml/24 jam

f. Proteinuria > 39/liter

g. Nyeri epigastrium

h. Skotoma dan gangguan usus lain atau nyeri frontal yang berat

i. Perdarahan retina

j. Edema pulmonum

k. Koma

C. Etiologi

Penyebeb pre-eklampsi sampai sekarang belum diketahui. Telah terdapat banyak

teori yang mencoba menerangkan sebab-sebab penyakit tersebut, akan tetapi tidak

ada yang dapat memberikan jawaban yang memuaskan.

D. Manifestasi Klinik

Diagnosis pre eklamsia ditegakkan berdasarkan adanya dua dari tiga gejala, yaitu

penambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi, dan proteinuria.


Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu

beberapa kali. Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan

kaki, jari tangan dan muka. Tekanan darah > 140 /90 mmHg atau tekanan Sistolik

meningkat > 30 mmHg atau tekanan distolik > 15 mmHg yang diukur setelah

pasien beristirahat selama 30 menit. Tekanan diastolik pada trimester kedua yang

lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai bakat pre eklampsi. Proteinuria biasa

terdapat protein sebanyak 0,3 g/1 dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan

kualitatif menunjukan + 1 atau 2 : atau kadar protein > 1g/1 dalam urin yang

dikeluarkan dengan kateter atau uri porsi tengah, diambil minimal 2 kali dengan

jarak waktu 6 jam.

Disebut pre eklampsi berat bila ditemukan gejala berikut :

 Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau diastolik >110 mmHg

 Proteinuria + > 5g/24 jam atau >3 pada tes celup

 Oliguria ( < 400 ml dalam 24 jam )

 Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan

 Nyeri epigastrium dan ikterus

 Edema paru atau sianosis

 Trombositopenia

 Pertumbuhan janin terhambat

Diagnosis eklampsi ditegakkan berdasarkan gejala – gejala pre eklampsi disertai

kejang atau koma. Sedangkan, bila terdapat gejala pre eklampsi berat disertai

salah satu atau beberapa gejala dari nyeri kepala berat, gangguan visus, muntah –

muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan tekanan darah yang progestif, dikatakan
pasien tersebut menderita impending pre eklampsia Impending Pre eklampsi

ditangani sebagai kasus eklampsi.

E. Faktor predisposisi

1) Iskemia plasenta : kematian jaringan plasenta.

Jaringan plasenta yang mati diserap oleh tubuh dan karena bersifat

toksin/racun, sehingga menyebabkan terganggunya sistem pada ginjal dan

menyebabkan proteinuria.

2) Molahidatidosa, merupakan penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan

kehamilan yang tidak disertai janin dan seluruh vili korealis mengalami

perubahan hidropik. Karena mengalami perubahan hidropik disertai

pengeluaran hormon gonatropin molahidatidosa dapat menimbulkan gejala

klinis yang bervariasi. Disamping itu infiltrasi sel trofoblas menyebabkan

kerja jantung memompa darah lebih cepat dan tekanan darah pun meningkat.

3) Diabetes melitus, yaitu kadar gula darah dalam tubuh yang tinggi. Ibu dengan

DM biasanya akan memiliki bayi besar, sehingga kebutuhan akan nutrisi dan

oksigen untuk janin lebih tinggi. Oleh karena itu sistem kerja jantung ibu akan

lebih cepat dan tekanan darah pun meningkat.

4) Kehamilan ganda (kembar) adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih.

Dalam keadaan ini juga kebutuhan nutrisi dan oksigen untuk janin dibutuhkan

lebih banyak, karena dibagi untuk dua janin. Sehingga menyebabkan jantung

ibu bekerja lebih ekstra untuk memompa darah untuk memenuhi kebutuhan

terebut. Dengan demikian tekanan darah pun jadi meningkat.

5) Hidrops fetalis : pembesaran hepar dan lien.


6) Obesitas yaitu peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan rangka dan

fisik, sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh. Sistem kerja

jantung pada orang gemuk akan lebih cepat sehingga tekanan darahnya pun

meningkat.

7) Umur yang lebih dari 35 tahun, pada usia diatas 35 tahun cenderung

mengalami tekanan darah yang tinggi.

F. Diagnosis Banding

 Kejang, bisa disebabkan ensefalopati hipertensi, epilepsi, tromboemboli,

intoksikasi obat, trauma, hipoglekemia, hipokalsemia, atau alklosis.

 Koma, bisa disebabkan epilepsi, sinkop, intoksikasi, alkohol atau obat, asidosis,

hipoglikemia atau azotemia.

G. Gejala

1) Gambaran klinik

Pertambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi dan timbul

proteinuria.

2) Gejala subjektif

Pada pre-eklampsi berat didapatkan sakit kepala didaerah frontal, skotama,

diplopia, penglihatan kabur, nyeri didaerah epigastrum, mual atau muntah-

muntah.

3) Pemeriksaan

Tekanan darah tinggi ≥ 160/110 mmHg, refleks meningkat yakni perkusi atau

refleks patela derajat IV yaitu 900, proteinuria positif pada pemeriksaan

laboratorium.
H. Komplikasi

Lazimnya spasme pembuluh darah anteriol menuju organ penting dalam tubuh

dapat menimbulkan :

1) Gangguan metabolisme jaringan :

a. Terjadinya metabolisme anaerobic lemak protein

b. Pembakaran yang tidak sempurna menyebabkan pembentukan badan

keton dan asidosis

2) Gangguan peredaran darah dapat menyebabkan :

a. Nekrosis (kematian jaringan)

b. Perdarahan

c. Edema jaringan

3) Mengecilnya aliran menuju retroplasenter sirkulasi menimbulkan gangguan

nutrisi CO2 dan O2 yang menyebabkan asfiksia sampai kematian janin dalam

rahim. Perubahan patologis :

a. Perubahan hati :

 Perdarahan yang tidak teratur

 Terjadinya nekrosis, trombosis pada lobus hati

 Rasanya nyeri di epigastrium karena perdarahan subkapsuler

b. Retina :

 Spasme arteriol, edema sekitar discus optikus

 Ablosio retina (lepasnya retina)

 Menyebabkan penglihatan kabur


c. Otak :

 Spasme pembuluh darah arteriol otak menyebabkan anemia jaringan

otak

 Menimbulkan nyeri kepala hebat

d. Paru-paru

 Berbagai tingkat edema

 Bronko pneumonia sampai abses

 Menimbulkan sesak nafas sampai sianosis

e. Jantung

 Perubahan degenerasi lemak dan edema

 Perdarahan sub endokardial

 Menimbulkan dekompensasio kardis sampai terhentinya fungsi

jantung

f. Aliran darah ke plasenta

 Spasme arteriol yang mendadak menyebabkan asfiksia berat sampai

kematian janin

 Spasme yang berlangsung lama menggangu pertumbuhan janin

g. Perubahan ginjal

 Spasme arteriol menyebabkan aliran darah ke ginjal menurun sehingga

filtrasi glomerulus berkurang

 Penyerapan air dan garam tubulus tetap, terjadinya retensi air dan

garam

 Edema pada tungkai dan tangan , paru-paru dan organ lain


h. Perubahan pembuluh darah

 Permeabilitas terhadap protein makin tinggi sehingga terjadi variasi

protein ke jaringan

 Protein ekstravaskuler menarik air dan garam menimbulkan edema

 Hemakonsentrasi darah yang menyebabkan gangguan fungsi

metabolisme tubuh dan trombosis

I. Pemeriksaan Penunjang

 Urin : protein, reduksi, billirubin, sedimen urin

 Darah : trombosit, ureum, kreatinin, SGOT, LDH, dan billirubin

 USG

J. Penatalaksanaan

1. Pencegahan umum

a) Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu secara teliti, mengenali

tanda-tanda sedini mungkin (pre-eklampsi ringan) lalu berikan pengobatan

supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.

b) Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya per eklampsi akan

ada faktor-faktor predisposisi

c) Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur serta mengurangi

pekerjaan sehari-hari

d) Penerangan tentang manfaat diet tinggi protein dan rendah lemak, tinggi

karbohidrat dan rendah garam dan menjaga kenaikan berat badan yang

berlebihan.
2. Pencegahan Pre eklampsi

Belum ada kesepakatan dalam strategi pencegahan pre eklampsia. Beberapa

penelitian menunjukan pendekatan nutrisi (diet rendah garam, diet tinggi

protein, suplemen kalsium, magnesium, dll) atau medikamentosa (teofilin,

antihipertensi, diuretik, aspirin, dll) dapat mengurangi kemungkinan

timbulnya pre eklampsi.

3. Penanganan

Sebagai pengobatan untuk mencegah timbulnya kejang-kejang dapat

diberikan :

a) Larutan magnesium sulfat 40% sebanyak 10 ml (4 gram) disuntikkan

secara (IM) bokong kiri dan kanan sebagai dosis permulaan dan dapat

diulang 4 gram tiap 6 jam menurut keadaan. Magnesium sulfat hanya

diberikan bila diuresis baik refleks patella positif dan kecepatan

pernafasan lebih dari 16x/menit.

b) Klorpromazin 50 mg (IM)

c) Diazepam 20 mg (IM)

d) Apabila terdapat oliguria, sebaiknya penderita diberi glukosa 30% secara

(IV)

e) Pada umunya pre eklampsi berat sudah bahaya akut berakhir sebaiknya

dipertimbangkan untuk menghentikan kehamilan oleh karena dalam

keadaan demikian harapan bahwa janin hidup tidak besar dan adanya janin

dalam uterus menghambat tumbuhnya penderita dari penyakit.


4. Penanganan Umum

 Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan anti hipertensi sampai tekanan

diastolik diantara 90 – 100 mmHg

 Pasang infus RL

 Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload

 Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria

 Jika jumlah urin < 30 ml/ jam infus cairan dipertahankan 1 L/8 jam, pantau

kemungkinan edema paru

 Jangan tinggalkan pasien sendirian, kejang disertai aspirasi dapat

mengakibatkan kematian ibu dan janin.

 Observasi tanda – tanda vital, refleks dan DJJ setiap jam

 Auskultasi paru untuk mencari tanda – tanda edema paru, krepitasi

merupakan tanda edema paru , jika ada edema paru hentikan pemberian

cairan berikan diuretik misalnya furosemide 40 mg (iv)

 Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside, jika pembekuan

tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati.

K. Penatalaksanaan Pre eklampsi Berat

1) Upaya pengobatan ditunjukkan untuk mencegah kejang, memulihkan

organ vital pada keadaan normal dan melahirkan bayi dengan trauma sekecil-

kecilnya pada ibu dan bayi.

2) Segera rawat pasien di rumah sakit. Berikan MgSO 4 dalam infus

dekstrose dengan kecepatan 15 – 20 tetes per menit. Dosis awal MgSO4 2g


intravena dalam 10 menit selanjutnya 2g/jam dalam infus sampai tekanan

darah stabil ( 140 – 50/90 – 100mmHg ). Ini diberikan sampai 24 jam pasca

persalinan atau hentikan bila 6 jam pasca persalinan ada perbaikan nyata

ataupun tampak tanda – tanda intoksikasi.

3) Syarat pemberian MgSO4 adalah refleks patella kuat, frekuensi

pernafasan > 16 kali per menit, dan diuresis > 100 cc dalam 4 jam

sebelumnya ( 0,5 ml/kg berat badan / jam ). Harus tersedia antidotom MgSO 4

yaitu kalsium glukonas 10 % yang dapat segera diberikan secara intravena

dalam 3 menit. Selama pemberian MgSO4 perhatikan tekanan darah, suhu,

perasaan panas, serta wajah merah.

4) Berikan nifedipin 3 – 4 x 10 mg oral. Bila pada jam ke 4 tekanan

diastolik belum turun sampai 20 % , berikan tambahan 10 mg oral (dosis

maksimum 80 mg/hari). Bila tekanan diastolik meningkat >110 mmHg,

berikan tambahan sublingial. Tujuannya adalah penurunan takanan darah 20

% dalam 6 jam, kemudian diharapkan menjadi stabil ( 140 – 150/90 – 100

mmHg ). Bila sulit dikendalikan, dapat dikombinasikan dengan pindolol.

5) Periksa tekanan darah, nadi dan pernafasan tiap jam. Pasang kateter

dan kantong urin. Ukur urin setiap 6 jam. Bila < 100 ml/4 jam, kurangi dosis

MgSO4 menjadi 1 g/jam.

6) Dilakukan USG dan kardiotokografi ( KTG ). Pemeriksaan KTG di

ulangi sekurang – kurangnya 2 kali / 24 jam.


7) Dilakukan :

a) Penanganan konsevatif bila kehamilan < 35 minggu tanpa disertai tanda –

tanda inpending eklampsi dan keadaan janin baik. Prinsip terapi serupa

dengan aktif, hanya tidak dilakukan terminasi kehamilan. Pemberian

MgSO4 2 mg intravena dilanjutkan 2 g/jam dalam drip infus dektrose 5 %

500 ml/6 jam dapat dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda – tanda pre

eklampsi ringan, selambat – lambatnya dalam waktu 24 jam. Bila tidak ada

perbaikan atau bila dalam 6 jam selama pengobatan terdapat peningkatan

tekanan darah, terapi dianggap gagal dan lakukan terminasi kehamilan.

b) Penaganan aktif bila kehamilan >35 minggu, ada tanda – tanda inpending

eklampsi, kegagalan terapi konserpatif, ada tanda gawat janin atau

pertumbuhan janin tarhambat, dan sindrom HELLP.

 Bila dari hasil KTG fungsi dinamik janin plasenta baik ( reaktif, cairan

amnion cukup, gerak nafas baik, tak ada deselerasi lambat, tak ada

pertumbuhan janin tarhambat, skor > 5 ).Rencanakan partus

pervaginam.

 Bila kurang baik, sebaiknya lahirkan secara seksio sesarea.

 Induksi dapat dilakukan dengan kateter Folley, amniotomi,

prostaglandin E2, atau infus oksitoksin. Berikan infus oksitoksin 5 IU

dalam 500 ml glukosa 5 % dimulai dengan 4 tetes dinaikan 4 tetes tiap

30 menit sampai his 2 sampai 3 kali/10 menit, maksimum 20 tetes /

menit maksudnya agar cairan tidak terlalu banyak sehingga dapat

terjadi edema paru.


 Pada kala II pasien dapat partus spontan bila tidak perlu meneran

terlalu kuat dan tekanan darah terkendali. Periksa tekanan darah setiap

10 menit, lakukan tindakan forsep atau vakum bila persalinan tidak

lancar, janin tidak dapat lahir dalam 15 menit, pasien terpaksa meneran

kuat atau terdapat indikasi rawat janin.

 Berikan oksitosin 10 IU secara(IM) saat bayi lahir agar perdarahan

minimal.lahirkan plasenta bila kontraksi maksimal dan terdapat tanda –

tanda lepasnya plasenta. Bila perdarahan lebih dari 400 ml segera

lakukan kompresi bimanual dan berikan egometrin 0,1mg ( IM).

 Setelah persalinan, pemberian infus tidak boleh dari 60 ml/jam

mengingat pasien dapat makan dan minum serta ada bahaya edema

paru. Untuk makanan, berikan protein 11,5g/kg BB. Bila terdapat

urinea protein yang diberikan hanya 0,6g/kgBB/hari.

 Berikan diuretik bila ada edema paru, payah jantung kongestif atau

edema anasarka, berupa furosemid 40 mg.Lakukan oksigenesasi 4 – 6

liter L/menit. Periksa gas darah secara berkala untuk koreksi asidosis.

Dengan pemberian nifedipin, oksigen, posisi setengah duduk dan

furosemid bolus, diharapkan tekanan darah dan beban jantung

berkurang, tapi bila ada payah jantung, dapat diberikan digitalis

Berikan ventilasi mekanik bila tidak ada perbaikan dalam 6 jam, pCO 2

> 70 mmHg dan pO2 < 60 mmHg.

 Berikan obat antipiretik bila suhu rektal diatas 38,5o C dan dibantu

kompres dingin atau alkohol. Antibiotik diberikan atas indikasi. Anti


nyeri seperti petidin HCI sebanyak 50 -70 mg diberikan satu kali

selambat – lambatnya 2 jam sebelum janin lahir bila pasien gelisah atau

kesakitan karena kontraksi rahim.

 Lakukan terminalis kehamilan secara seksio memakai anestesi umum

N2O mengingat keuntungan relaksasi sedasi pada ibu dan dampaknya

relatif kecil bagi janin. Bila dari pemeriksaan laboratorium tidak ada

tanda KID. Dapat dilakukan anestesi epidural atau spinal. Anastesi

lokal diperlukan pada indikasi terminasi segera dengan keadaan ibu

kurang baik.

Magnesium Sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi

kejang pda preeklamsia dan eklamsia alternatif lain adalah deazepam, dengan

resiko terjadinya depresi neonatal.


Magnesium Sulfat untuk Pre-eklampsi dan Eklampsi
 Dosis awal
 MgSO4 4 g (iv) sebagai larutan 20% selama 5 menit

 Diikuti dengan MgSO4 (50%) 5 g (im) dengan 1 ml


lignokain 2% (dalam semprit yang sama
 Pasien akan merasa agak panas sewaktu pemberian MgSO4

 Dosis pemeliharaan
 MgSO4 (50%) 5 g + lignokain 2% 1 ml (im) setiap 4 jam

 Lanjutkan sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang terakhir

 Sebelum pemberian MgSO4, periksa:


 Frekuensi pernafasan minimal 16/menit

 Refleks patella (+)

 Urin < 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir

 Stop pemberian MgSO4, jika :


 Frekuensi pernafasan < 16 / menit
 Refleks patella (-)
 Urin < 30 ml/jam

 Siapkan antidotum :
 Jika terjadi henti nafas :
- Bantu dengan ventilator
- Beri kalsium glukonat 2 g ( 20 ml dalam larutan 10 % ) IV perlahan – lahan
sampai pernafasan mulai lagi.

Pemberian Diazepam pada preeklamsia dan eklamsia


Pemberian intavena

 Dosis Awal
 Diazepam 10 mg (iv) pelan – pelan selama 2 menit
 Jika kejang berulang, ulangi dosis awal
 Dosis pemeliharaan
 Diazepam 40 mg dalam 500 ml larutan RL per infus
 Depresi pernafasan ibu mungkin akan terjadi jika dosis > 30 mg/jam
 Jangan berikan > 100 mg/24 jam

Pemberian melalui rectum

 Jika pemberian (iv) tidak mungkin, diazepam dapat diberikan per rektal, dengan
dosis 20 mg dalam semprit 10 ml
 Jika masih terjadi kejang, beri tambahan 10 mg/jam
 Dapat pula diberikan melalui kateter urin yang dimasukkan ke dalam rektum
Antihipertensi
 Obat pilihan adalah :
 Hidralazin yang diberikan 5 mg (iv) pelan-pelan selama 5 menit sampai
tekanan darah turun.
 Jika perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam atau 12,5 mg (im)
setiap 2 jam
 Jika hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan:
 Nipedipin 5 mg sublingual, jika respon tidak baik setelah 10 menit, diberikan
lagi 5 mg sublingual.
 Labetolol 10 mg (iv), jika respon tidak baik setelah 10 menit, diberikan lagi
labetolol 20 mg (iv).

c) Penanganan pada persalinan

 Pada pre eklampsi berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam, sedang

pada eklampsi dalam 12 jam sejak sejak eklampsi timbul.

 Jika terdapat gawat janin, persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam

(pada eklampsi), lakukan seksio sesarea.

 Jika seksio sesarea akan dilakukan, perhatikan bahwa : tidak terdapat

koagulopati, anestesia yang aman / terpilih adalah anestesia umum.

Jangan lakukan anestesia lokal, sedang anestesia spinal berhubungan

dengan risiko hipotensi.

 Jika anestesia yang umum tidak tersedia atau janin mati, aterm terlalu

kecil lakukan persalinan pervaginam. Jika serviks matang, lakukan

induksi dengan oksitosin 2-5 IU dalam 500 ml, dekstrose 10 tetes/menit

atau dengan prostaglandin.

d) Penanganan pada post partum

 Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam post partum atau pada kejang

terakhir.

 Teruskan terapi antihipertensi jika tekanan diastolik masih >110 mmHg.

 Pantau urin
L. Prognosis

Eklampsi di Indonesia masih merupakan penyakit pada kehamilan yang

meminta korban besar dari ibu dan bayi. Dari berbagai pengumuman, diketahui

kematian ibu berkisar antara 9,8%-25,5% sedangkan kematian bayi lebih tinggi

lagi, yakni 42,2%-48,9%. Sebaiknya, kematian ibu dan bayi dinegara maju lebih

kecil. Tingginya kematian ibu dan bayi di negara kurang maju disebabkan oleh

kurang sempurnanya pengawasan antenatal dan natal, penderita eklampsi sering

terlambat mendapatkan pengobatan yang tepat. Berlawanan dengan yang sering

diduga, per eklampsi dan eklampsi tidak menyebabkan hipertensi menahun. Oleh

penulis menemukan bahwa pada penderita yang mengalami eklampsi pada

kehamilan pertama, frekuensi hipertensi 15 tahun kemudian atau tidak lebih tinggi

pada mereka yang hamil tanpa eklampsia.


DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam, 1998, ”Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri


Patologi”.Jilid 1 Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Saifuddin AB, Adrianz G, Wiknjosastro GH, 2005, ”Acuan Nasional Pelayanan


Kesehatan Maternal dan Neonatal”, JNPKKR-POGI, Jakarta

Manuaba, IBG, 1998, ”Ilmu Penyakit Kandungan dan Keluarga Brencana Untuk
Pendidikan Bidan”, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POST PARTUM
DENGAN PRE EKLAMPSI BERAT DI RUANG NIFAS RSUD Dr. H. MOCH
ANSARI SALEH BANJARMASIN

Pengkajian
Hari/Tanggal : Selasa, 12 Mei 2009
Jam : 21.30 Wita
No. RMK : 08 39 04

A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama ibu : Ny. Masniah
Umur : 39 tahun
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Tembus perumnas Rt.23 No.67 Banjarmasin

Nama suami : Tn. A


Umur : 45 tahun
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat STM
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Tembus perumnas Rt.23 No.67 Banjarmasin

2. Status Perkawinan
Kawin : 1 kali
Usia kawin : 24 tahun
Lama perkawinan : 15 tahun
3. Keluhan Utama
Ibu merasa lelah setelah melahirkan dan mengatakan kepala masih terasa
pusing, sakit kepala tapi penglihatan ibu tidak kabur serta tidak mengalami
nyeri epigstrum.
4. Riwayat Obstetri dan Gynekologi
a. Riwayat obstetri (haid)
1) Menarche umur : 12 tahun
2) Siklus : 28 hari
3) Teratur/tidak : teratur
4) Lamanya : 4 – 5 hari
5) Banyaknya : 2 - 3 kali ganti pembalut
6) Warna : merah kehitaman
7) Bau : amis
8) Dismenorhoe : tidak ada
b. Riwayat gynekologi
Ibu tidak pernah mengalami perdarahan diluar haid dan tidak pernah
mengalami keputihan yang berlebihan.
5. Riwayat kesehatan
a. Riwatyat kesehatan ibu
Ibu tidak pernah menderita penyakit jantung, TBC, DM, asma dan 2 hari
yang lalu tekanan darah ibu naik menjadi 160/110 mmHg
c. Riwayat kesehatan keluarga
Dari keluarga ibu maupun suami tidak ada yang menderita penyakit asma,
jantung, DM,TBC dan hipertensi.
6. Riwayat kehamilan terdahulu
G5 P2 A2
Pada umur kehamilan 4 minggu – 30 minggu ibu rutin memeriksakan
kehamilannya setiap satu bulan sekali di BPS, sejak kehamilan 30 minggu ibu
mengalami kenaikan tekanan darah mencapai 160/110 mmHg tapi ibu tidak
pernah mengalami gangguan seperti oedem, penglihatan kabur, sakit kepala
yang hebat tapi ibu mengalami pusing. Selanjutnya ibu tidak memeriksakan
kehamilannya lagi, dua hari yang lalu ibu kebidan karena ibu ingin melahirkan
dan bidan menyarankan ibu untuk melahirkan dirumah sakit karena tekanan
darah ibu tinggi
7. Data persalinan.
a. Masa gestasi : aterm (38 minggu)
b. Penyulit selama persalinan : pre eklampsi berat
c. Jenis persalinan : normal, spontan belakng kepala
d. Lama persalinan : Kurang lebih 10 jam
e. Keadaan bayi : hidup
f. Berat badan : 2700 gram
g. Jenis kelamin : perempuan
8. Riwayat keluarga berencana
Ibu menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan (Depo) lamanya 9 tahun
9. Keadaan Psikososial
- Hubungan dengan keluarga baik
- Hubungan dengan orang-orang sekitar baik
10. Data Biologis
a. Pola Nutrisi Di rumah Di rumah sakit
1) Jenis : nasi, sayur, lauk pauk : nasi, sayur, lauk pauk
makanan : ½ - 1 piring : ½ - 1 piring
- Porsi makan : 3x sehari : 3x sehari
- Frekuensi : tidak ada : tidak ada
- Masalah : 4 – 5 gelas sehari : 4 – 5 gelas sehari
- Minum
b. Pola Eliminasi
1) BAK Di rumah Di rumah sakit
a. : 4 – 5 kali sehari : terpasang DC jumlah
urin 200 cc
b. : kuning jernih : kuning tua
c. : Amoniak (pesing) : amoniak (pesing)
d. : tidak ada : tidak ada

2) BAB Di rumah
a. Frekuensi : 1 kali sehari
b. Warna : kuning
c. Konsistensi : lembek
d. Masalah : tidak ada
c. Personal hygiene Di rumah Di rumah sakit
1) Frekuensi mandi : 2 x sehari : 1 x sehari
2) Frekuensi gosok gigi : 2 x sehari : 1 x sehari
3) Frekuensi ganti pakaian : 2 x sehari : 1 x sehari
Ganti pembalut 2 - 3x
sehari

d. Pola tidur / istirahat di rumah di rumah sakit


1) Tidur siang : jam 14.00 – 16.00 Wita -
2) Tidur malam : jam 22.00 – 05.00 Wita -

e. Pola aktivitas Di rumah Di rumah sakit


1) Di rumah : mengerjakan pekerjaan : ibu mengatakan masih
rumah tangga masih belum bisa
melakukan aktifitas
seprti berjalan hanya
dapat berbaring miring
kiri dan kanan.
2) Di luar rumah : arisan yasinan : -

11. Keadaan Psikologis


Ibu mengatakan bahagia atas kelahiran putrinya

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda vital
1) Tekanan darah : 160/110 mmHg
2) Suhu : 36,60 C
3) Nadi : 72 x/menit
4) Pernafasan : 20 x/menit

2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
1) Kepala : Tampak bersih dan tidak rontok
2) Muka : Tampak pucat dan tampak oedem
3) Mata : Konjungtiva tampak anemis, sklera tidak ikterik
4) Hidung : Bentuk simetris, tidak ada sekret, tidak tampak
tanda peradangan
5) Mulut : Lidah bersih, mukosa lembab, tidak ada sariawan
dan tidak ada caries pada gigi.
6) Leher : Tidak tampak pembesaran kelenjar thyroid dan
tidak ada pembesaran vena jugularis.
7) Dada/mammae : Bentuk simetris kanan dan kiri, puting susu
menonjol, tampak hiperpigmentasi pada areola
mammae.
8) Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar lympe.
9) Abdomen : Tampak linea nigra
10) Genitalia : Tampak pengeluaran darah (lochia rubra), pada
perineum tampak luka episiotomi
11) Tungkai : Ada oedem
b. Palpasi
1) Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid dan
pembesaran vena jugularis
2) Ketiak : Tidak teraba pembesaran kelenjar lympe
3) Dada/mammae : Tidak teraba massa, benjolan, keluar kolostrum
dan teraba tegang.
4) Abdomen : Kontraksi uterus (+), TFU 2 jari dibawah pusat
5) Tungkai : Ada oedem

3. Pemeriksaaan penunjang
- Hb : 11 gr%
- Urine : - Albumin : + 3
- Reduksi : (-)
- Golda :O
- Ph : 6,0
Laboratorium
Tanggal 12 Mei 2009 Jam 16 : 16

Parameter Result Ref. Range


WBC H 10.0 x 10^ g/l 4.0 – 10.0
Lymph # 1.4 x 10^ g/l 0.8 – 4.0
Mid # 0.6 x 10^ g/l 0.1 – 0.9
Gran # 8.0 x 10^ g/l 2.0 – 7.0
Lymph % 13.5 % 20.0 – 40.0
Mid % 6.6 % 3.0 – 9.0
Gran % 79.9 % 50.0 – 70.0

HGB 10.9 g/dl 12.0 – 16.0


RBC 4.73 x 10^ 12/l 3.50 – 5.50
HCT 33,2 % 37.0 – 50.0
MCV 70.3 Fl 82.0 – 95.0
MCH 23.0 Pg 27.0 – 31.0
MCHC 32.8 g/dl 32.0 – 36.0
RDW-CV 13.9 11.5 – 14.5
RDW-SD 37,4 Fl 35.0 – 56.0

PLT 217 x 10^ g/dl 150 – 450


MPV 8.6 Fl 7.0 – 11.0
PDW 16.7 15.0 – 17.0
PCT 0.186 % 0.108 – 0.282

Blood Sugar Random 116 mg/dl DWS 76 – 125.0 /


GOD – PAP Test Newborn 30 – 90

Serum creatinine 0,9 mg/dl Lk 0.7 – 1,2 /


Jeffe Deproteinisasi Pr 0,6 – 1,0 mg/dl
Albumin 3,7 g/dl Dewasa 3,8 – 5,1 /
Bayi 3,8 – 4,2
Uric Acid 5.0 mg/dl Lk 3,7 – 7,0 /
Pr 2,4 – 5,7 mg/dl
SGOT (ASAT) IF cc 11 u/l Lk 10-37 / Pr 8-31 u/l

SGPT (ALAT) 19 u/l Lk 12-40 /


DKGC Opt 370 C Pr 1-32 u/l

C. Assesment
P3 A2 post partum 6 jam dengan pre eklampsi berat

D. Planning
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa tekanan darah masih
tinggi dan keadaan umum yang lainnya baik seperti : involusio uterus,
kontraksi uterus, serta perdarahanya dalam batas normal
2. Menjelaskan pada ibu rasa pusing dan sakit kepala yang dirasakanya
merupakan pengaruh dari tekanan darah tinggi yang dialami ibu dan akan
hilang sendirinya seiring dengan penurunanan tekanan darah ibu.
3. Menyarankan pada ibu untuk banyak beristirahat untuk mengurangi rasa
pusing dan apabila ibu ingin bangun dari tempat tidur jangan langsung berdiri
sebaiknya duduk sebentar untuk mengurangi rasa pusing
4. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi tinggi
kalori, tinggi protein dan rendah garam karena kadar garam yang tinggi dalam
makanan ibu dapat meningkatkan tekanan darah.
5. Menyarankan ibu untuk mobilisasi dini agar otot-otot ibu tidak lemas,
sirkulasi darah lancar dan involusio uterus baik
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter Sp.OG dan Tim medis untuk pemberian
terapi :
 IVFD RL : D5% 1 : 2 (20 tetes/menit)
 Injeksi mgS04 40% (4 gram) 10 cc secara (im) boka - boki, injeksi sudah
diberikan jam 02.00 wita selanjutnya berikan per 5 jam.
 Injeksi (iv) : - Amoxon (3x1 gram)
- Nexa (3x1)
 Obat oral : - Nipedipin 10 mg, (3x1)
- Asam mefenamat (3x500 mg)
- Seleca (2x1)
7. Observasi keadaan umum dan tanda vital seperti nadi, suhu, pernafasan dan
tekanan darah.
8. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan (personal hygiene) dan tetap
melakukan perawatan luka perineum.
9. Menjaga privacy ibu dan memberikan kesempatan untuk mengungkapkan
masalahnya
10. Memberitahukan pada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas sebagai berikut :
a. Perdarahan lewat jalan lahir.
b. Infeksi pada perlukaan jalan lahir
c. Keluar cairan berbau dari jalan lahir.
d. Demam lebih dari 2 hari.
e. Bengkak di muka, tangan atau kaki.
f. Payudara bengkak kemerahan disertai rasa sakit
11. Anjurkan ibu untuk berdoa sesuai agama dan kepercayaannya
No Hari/Tanggal Catatan Perkembangan
1 Rabu, S : Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah, nyeri
13-5-2009 daerah luka bekas jahitan dan pusing sudah mulai
Jam 7.30 Wita berkurang
O : Pemeriksaan umum
Keadaan umum : ibu tampak lemah
Kesadaran : composmentis
Pemeriksaan tanda-tanda vital
Tekanan darah : 160/110 mmHg
Suhu : 36,60 C
Pernafasan : 20 x/menit
Nadi : 76 x/menit
Urine (DC) : 1000 cc
Pemeriksaan Khusus
inspeksi
Muka : tampak pucat dan oedem
tampak berkurang
Genitalia : tampak lochia rubra, perdarahan
normal (3x ganti pembalut/hari)
Perineum : tidak tampak tanda-tanda infeksi
dan tidak ada jahitan yang
terlepas
Tungkai : tampak oedem
Palpasi
Abdomen :
- TFU : 3 jari bawah pusat
- Kontraksi uterus : Baik, teraba keras
Tungkai : Teraba oedem

A : P3 A2 Post partum hari pertama dengan pre


eklampsi berat
P : 1 Menjelaskan hasil pemerikasaan pada ibu tekanan
darah ibu masih tinggi, kontaksi baik, pengeluaran
pervaginam normal(lochia rubra) dan tidak ada
tanda-tanda infeksi perineum
2. Menjelaskan nyeri perut bagian bawah yang
dirasakan ibu hal yang wajar sehabis melahirkan
karena uterus berkontraksi untuk mengeluarkan
sisa-sisa yang tertinggal didalam dan agar tidak
terjadi perdarahan.
3. Menjelaskan tentang nyeri pada daerah perineum
adalah hal yang normal karena adanya luka bekas
episiotomi dan ibu sudah mendapatkan obat untuk
mengurangi rasa nyeri (asam mefenamat)
4. Menganjurkan kepada ibu untuk makan-makanan
yang rendah garam dan mengingatkan ibu untuk
tetap mengkonsumsi makanan yang diberikan di
RS.
5. Menganjurkan pada ibu untuk beristirahat yang
cukup agar tekanan darah ibu tidak naik.
6. Berkolaborasi untuk meneruskan pemberian :
 IVFD RL : D5 % 1 : 1 (20 tetes/menit)
 Injeksi : - MgSO4 40% (4 gram)10 cc (im) per 5
jam, boka - boki
- Amoxon (3x1 gr) (iv)
 Obat oral
- Nipedipin 10 mg (3x1)
- Asam mefenamat (3x500 mg)

2 Kamis S : Pusing masih ada tetapi sudah mulai berkurang dan


14 – 5 – 2009 rasa nyeri luka bekas jahitan juga masih ada.
Jam 09.30 Wita O : Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Pemeriksaan tanda-tanda vital
Tekanan darah : 140/100 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,50 C
Urine (DC) : 800 cc
Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
Muka : tidak pucat dan tidak oedem
Genitalia : tampak lochia rubra, perdarahan
normal
Tungkai : tampak oedem berkurang
Palpasi
Abdomen :
- TFU : 4 jari dibawah pusat
- Kontraksi uterus : baik, teraba keras
- Tungkai : oedem berkurang
A : P3 A2 Post partum hari kedua dengan pre eklampsi
berat
P : 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa
tekanan darah ibu sudah mulai turun
2. Menjelaskan pada ibu bahwa nyeri perut bagian
bawah yang dirasakan ibu berangsur-angsur pulih
disertai turunnya tekanan darah.
3. Mengingatkan ibu untuk tetap mengkonsumsi
yang diberikan di RS dan makan-makanan rendah
garam
4. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
5. Bekolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
terapi
 IVFD RL : D5 % 1 : 1 (20 tetes/menit)
 Injeksi : Amoxon (3x1 gr)
 Obat oral :
- Asam mefenamat (3x500mg)
- Nipedipin 10 mg (3x1)
- Seleca (2x1)

3 Jum’at S : Ibu mengatakan sudah tidak pusing lagi dan rasa


15 – 5 – 2009 nyeri pun sudah tidak lagi.
Jam 15.30 Wita O : Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Pemeriksaan tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,80 C
DC : sudah dilepas jam 09.30 wita
Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
Muka : tidak tampak oedem
Genitalia : perdarahan normal (2x ganti
pembalut/hari)
Tungkai : tidak tampak oedem
Palpasi
Abdomen :
- TFU : 4 jari dibawah pusat
- Kontraksi uterus : baik, teraba keras
- Tungkai : tidak teraba oedem
A : P3 A2 Post partum hari ketiga
P : 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu
bahwa keadaan ibu sudah baik, tekanan darah ibu
sudah mencapai normal.
2. Atas ijin dokter ibu diperbolehkan pulang
3. Mengingatkan lagi pada ibu untuk menjaga pola
makan, khususnya setelah pulang dari RS, ibu
sebaiknya makan tidak berpantang, banyak
makan sayur dan buah, makan yang tinggi kalori
dan protein serta diet rendah garam.
4. Menganjurkan pada ibu untuk tetap memberikan
bayinya ASI eksklusif sampai umur 6 bulan (ibu
mengerti dan paham pentingnya ASI bagi
bayinya dan Insya Allah ibu akan menyusui
bayinya sampai usia 2 tahun)
5. Menganjurkan pada ibu untuk ber – KB setelah
40 hari persalinan (ibu setuju dengan anjuran
yang diberikan dan rencana kontrasepsi yang
dipilh oleh ibu yaitu AKDR)
6. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga
kebersihan diri (personal hygiene) dan tetap
melakukan perawatan luka perineum sampai luka
sembuh (Ibu mengerti dan paham serta akan
mematuhi anjuran yang diberikan khususnya
pada perawatan luka perineum)
7. Menganjurkan pada ibu untuk membawa bayinya
ketempat pelayanan kesehatan terdekat untuk
imunisasi sesuai jadwalnya.
Umur Jenis imunisasi
0-7 hari HB
1 bulan BCG, Polio I
2 bulan Combo I, Polio II
3 bulan Combo II, Polio III
4 bulan Combo III, Polio IV
9 bulan Campak
(ibu paham dan mengerti, ibu mau membawa
bayinya ke puskesmas untuk imunisasi bayinya)
8. Pasien pulang jam 16.00 wita

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POST PARTUM


DENGAN PRE EKLAMPSI BERAT DI RUANG NIFAS RSUD Dr. H. MOCH
ANSARI SALEH BANJARMASIN

Disusun oleh :

SYAMSIAH
712402SO6100

AKADEMI KEBIDANAN BUNGA KALIMANTAN


BANJARMASIN
2009
LEMBAR PERSETUJUAN

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing Praktik dan Pembimbing


Akademik, Asuhan Kebidanan dengan judul : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Post
Partum Dengan Pre Eklampsi Berat Di Ruang Nifas RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh
Banjarmasin.

Banjarmasin, 20 Mei 2009


Mahasiswa

Syamsiah
NIM. 712402S06100

Mengetahui

Pembimbing Praktik Pembimbing Akademik

Noor Fithrah Wisda, AM.Keb


NIP : 002 005 014
LEMBAR KONSULTASI

HARI/ SARAN TANDA TANGAN


NO JUDUL
TANGGAL PEMBIMBING SISWA PEMBIMBING
1 Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Post Partum Dengan Pre
Eklampsi Berat Di Ruang
Nifas RSUD Dr. H. Moch
Ansari Saleh Banjarmasin

2 Asuhan Kebidanan Pada Ibu


Post Partum Dengan Pre
Eklampsi Berat Di Ruang
Nifas RSUD Dr. H. Moch
Ansari Saleh Banjarmasin

3 Asuhan Kebidanan Pada Ibu


Post Partum Dengan Pre
Eklampsi Berat Di Ruang
Nifas RSUD Dr. H. Moch
Ansari Saleh Banjarmasin

4 Asuhan Kebidanan Pada Ibu


Post Partum Dengan Pre
Eklampsi Berat Di Ruang
Nifas RSUD Dr. H. Moch
Ansari Saleh Banjarmasin

Anda mungkin juga menyukai