Anda di halaman 1dari 5

2.

1 DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


penunjang.
Anamnesis
Dari anamnesis bisa menegakkan 90% dari diagnosis. Kadangkala cairan seperti urin
dan vaginal discharge bisa dianggap cairan amnion. Penderita merasa basah pada
vagina atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir.
Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila
ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan
lebih jelas
 Pemeriksaan inspekulo
Merupakan langkah pertama dalam mendiagnosis KPD karena pemeriksaan
dalam seperti vaginal toucher dapat meningkatkan risiko infeksi. Cairan yang keluar
dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH-nya. Yang dinilai
adalah:
a. Keadaan umum dari serviks, juga dinilai dilatasi dan pendataran dari serviks.
Dilihat juga dari prolaps dari tali pusat atau ekstremitas bayi. Bau dari amnion
yang khas juga diperhatikan.
b. Pooling pada cairan amnion dari forniks posterior mendukung diagnosis KPD.
Melakukan manuver valsalva atau menyuruh pasien batuk untuk mempermudah
melihat pooling.
c. Cairan amnion dikonfirmasik dengan menggunakan nitrazine test. Kertas
nitrazin akan berubah menjadi biru jika pH cairan diatas 6.0 –6.5. Sekret vagina
ibu hamil memiliki pH 4 –5, dengan kertas nitrazin tidak memberikan
perubahan warna. Tes nitrazin ini bisa memberikan hasil positif palsu bila
tersamarkan dengan cairan seperti darah, semen atau vaginitis seperti
trichomoniasis.
d. Mikroskopis (tespakis). Jika dengan pooling dan tes nitrazin masih samar dapat
dilakukan pemeriksaan mikroskopis dari cairan yang diambil dari forniks
posterior. Cairan di swab kemudian dikeringkan di atas gelas objek dan dilihat
dibawah mikroskop. Gambaran ‘ferning’ menandakan cairan amnion.
e. Dilakukan juga kultur dari swab untuk Chlamydia, gonnorhea dan group B
Streptococcus.

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan alpha-fetoprotein (AFP). Konsentrasinya tinggi di dalam cairan
amnion tetapi tidak di semen dan urin.
b. Pemeriksaan darah lengkap dan kultur dari urinalisis.
c. Tespakis.
d. Teslakmus (Nitrazine test).
2. Pemeriksaan ultra sonography (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit
(oligohidramnion atau anhidramnion). Oligohidramnion ditambah dengan
anamnesis dari pasien bisa membantu diagnosis tetapi bukan menegakkan diagnosis
rupturnya membran fetal. Selain itu dinilai Amniotic Fluid Index (AFI), presentasi
janin, berat janin, dan usia janin. Ultrasonografi dapat mengidentifikasikan
kehamilan ganda, janin yang tidak normal atau melokalisasi kantong cairan amnion
pada amniosentesis dan sering digunakan dalam mengevaluasi janin. Pemeriksaan
USG berguna untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini.

PENATALAKSANAAN

Terdapa 2 prinsip penatalaksanaan pada KPD :10


a) Konservatif
Dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada bayi maupun janin), pada umur
kehamilan 28-34 minggu, dirawat selama 2 hari.10
Rawat di rumah sakit, selama perawatan dilakukan :10
a. Observasi kemungkinan adanya amnionitis/tanda-tanda infeksi
 Ibu : Suhu >38o takikardi ibu, leukositosis, tanda-tanda
infeksi intra uterin, rasa nyeri pada Rahim, sekret
vagina purulen
 Janin : Takikardi janin
b. Pengawasan timbulnya tanda persalinan
c. Pemberian antibiotika p.o (Cefadroksil 2x500 mg. Eritromisin
4x500 mg) selama 3-5 hari atau antibiotika spectrum luas lain yang
sensitif
d. Pemberian tokolitik dengan syarat tidak ada infeksi secara klinis
atau laboratoris
e. Ultrasonografi untuk menilai kesejahteraan janin
f. Bila ada indikasi untuk melahirkan janin, dilakukan pematangan
paru
Menurut sumber lain terapi konservatif dapat dilakukan :2
1. Rawat di Rumah Sakit
2. Berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan
dengan ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari).
3. Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4. Jika umur kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa
negatif : beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan
janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
5. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah in partu, tidak ada infeksi, berikan
tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam.
6. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan
induksi.
7. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin).
8. Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid untuk memacu kematangan
paru janin dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap
minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari,
deksametason i.m 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.2,9

b) Aktif
Indikasi dilakukan penatalaksanaan aktif :10
- Pengelolaan aktif pada KPD dengan umur kehamilan 20-<26 minggu
dan >34 minggu
- Ada tanda-tanda infeksi
- Timbulnya tanda tanda persalinan
- Gawat janin
1. Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal pikirkan seksio
sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50µg intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali.
2. Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan
diakhiri jika :
a. Bila skor pelvik < 5; lakukanlah pematangan serviks, kemudian induksi.
Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
b. Bila skor pelvik > 5; induksi persalinan, partus pervaginam.2,9

KOMPLIKASI
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal maupun neonatal, persalinan prematur,
hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden secsio
sesarea, atau gagalnya persalinan normal 1.
a. Infeksi
Resiko infeksi pada ibu dan anak meningkat pada kasus ketuban pecah dini. Pada
ibu terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia,
omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi.

b. Persalinan prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam
setelah ketuban pecah. Pada kehamilan 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24
jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.

c. Hipoksia dan Afiksia


Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat
sehingga terjadi afiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat
janin dan derajad oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin
gawat.

d. Sindrom Deformitas Janin


Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan serta hipoplasi
pulmonar.

Anda mungkin juga menyukai