Disusun Oleh:
SURABAYA
2011
1
KONSEP DASAR KETUBAN PECAH DINI
1.1 Definisi
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban belum terdapat tanda-tanda
persalinan dan di tunggu satu jam belum dimulainya tanda-tanda persalinan (Manuaba,
1998:299)
Ketuban pecah dini atau spontaneous/early/premature rupture of the membrane
(PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan pada primi
kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. Ketuban yang pecah spontan 1
jam atau lebih sebelum dimulainya persalinan diartikan sebagai pecah dini atau pecah
sebelum waktunya.
Ketuban pecah dini (KPD) pecahnya/rupturnya selaput amnion sebelum usia
kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa kontraksi (Hossam, 1992).
( Manuaba,1998:229)
1.2 Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan waktu:
1) Ketuban pecah dini dengan usia kehamilan < 37 minggu
Ketuban pecah premature pada preterem yaitu pecahnya membrane Chorioamniotik
sebelum onset persalinan pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau disebut
juga Preterm Prematur Ruptur Of Mambrane (PPROM). Insiden PPROM adalah 2%
kehamilan.
2) Ketuban pecah dini dengan usia kehamilan > 37 minggu
Ketuban pecah premature yaitu pecahnya membrane khorio-amniotik sebelum onset
persalinan atau disebut juga Prematur Ruptur Of Membrane = Prelabour Rupture Of
Membrane = PROM. Insiden PROM 6-19% kehamilan.
1.4 Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini belum diketahui secara pasti, tetapi diyakini bahwa
program kematian sel dan aktivasi enzim-enzim katabolik (misalnya kolagenase)
sehingga membrane menjadi lemah serta adanya tenaga mekanis (tenaga kontraksi)
pada uterus merupakan faktor utama ketuban pecah dini pada kehamilan aterm.
Sedangkan ketuban pecah dini pada preterm sering kali berhubungan dengan proses
patologis yang mendasari, seperti adanya inflamasi dan atau infeksi dari membrane
(Jazayeri, 2008).
Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya ketuban pecah dini
antara lain (Jazayeri, 2008; Manuaba, 2007; Pritchard, 1991):
1) Sosial ekonomi yang rendah (tidak mendapatkan antenatal care yang baik, indeks
massa tubuh rendah, rendahnya konsumsi vitamin C dan ion Cu dalam serum).
2) Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam
bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.(Manuaba, 1998 : 229)
3) Trauma dari luar, misalnya: amniocentesis, pemeriksaan panggul, coitus.
4) Inkopeten serviks (adanya dilatasi serviks yang tidak nyeri dan tanpa kontraksi),
konisasi serviks (serviks menjadi pendek) serta terjadi hipermotilitas rahim yang
lama terjadi sebelum ketuban pecah.
5) Malposisi serta disproporsi janin.
6) Peningkatan tekanan intra uterin, misalnya gemeli, hidramnion.
7) Grandemultipara.
8) Riwayat perdarahan pervaginam saat hamil.
9) Merokok dan peminum selama kehamilan.
10) Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah janin belum
masuk PAP, sefalopelvic disproporsi.
11) Kelainan bawaan dari selaput ketuban.
( Manuaba, 1998:229 )
1.5 Patofisiologi
Ketuban pecah dini berhubungan dengan kelemahan menyeluruh membrane fetal
akibat kontraksi uteri dan peregangan berulang. Daerah dekat tempat pecahnya
membrane ini disebut “ restricted zone of extreme altered morphology” yang ditandai
dengan adanya pembengkakan dan kerusakan jaringan kolagen fibrilar pada lapisan
kompakta, fibroblast maupun spongiosa. Daerah ini akan muncul sebelum ketuban
pecah dini dan merupakan daerah breakpoint awal. Patogenesis terjadinya ketuban
pecah dini secara singkat ialah akibat adanya penurunan kandungan kolagen dalam
membrane sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah dini
preterm terutama pada pasien risiko tinggi. Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini
dapat berlangsung sebagai berikut :
1) Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi.
2) Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah
pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
( Manuaba, 1998:229)
Pemeriksaan radiologi:
1) Pemeriksaan ultrasonografi (USG) pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat
jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan
ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahn pada penderita
oligohidromnion.
( Benzion, Taber 1994:369-370)
1.9 Penatalaksanaan
Tiga kemungkinan tindakan penanganan yang dapat dilakukan pada ketuban pecah
dini, yaitu (Manuaba, 2007)
1) Konservatif antara lain :
1. Tirah baring untuk mengurangi keluarnya air ketuban, sehingga masa
kehamilan dapat diperpanjang.
2. Pemberian antibiotic sehingga dapat menghindari infeksi. Antibiotic yang
dapat diberikan antara lain: Ampisilin dosis tinggi (3streptococcus), dan
Eritromisin dosis tinggi (Clamydia trachomatis).
3. Terminasi dengan menginduksi persalinan atau operatif.
2) Tatalaksana aktif, dilakukan tindakan untuk memperpanjang usia kehamilan,
dengan memberikan kombinasi antara :
1. Kortikosteroid
Pemberian kortikosteroid pada penderita KPD kehamilan kurang bulan adalah
agar tercapainya pematangan paru.
2. Tocolytic
Pemberian tocolytic digunakan untuk menghentikan kontraksi uterus pada
kehamilan preterm.
3. Antibiotik
Pemberian antibiotik digunakan untuk mencegah atau mengatasi infeksi.
1.11 Komplikasi
Pada Janin/anak
1) IUFD dan IPFD, asfiksia
2) Prematuritas
3) Hipoksia dan Asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada bayi).
4) Sindrom deformitas janin.
5) Yang dapat terjadi akibat oligohidramnion diantaranya terjadi hipoplasia paru,
deformitas ekstremitas dan pertumbuhan janin terhambat (PJT).
6) Morbiditas dan mortalitas perinatal.
7) Prolaps Tali pusat
8) Masalah yang dapat terjadi pada persalinan prematur diantaranya adalah
respiratory distress sindrome, hypothermia, neonatal feeding problem,
retinopathy of premturity, intraventricular hemorrhage, necrotizing enterocolitis,
brain disorder (and risk of cerebral palsy), hyperbilirubinemia, anemia, sepsis.
Pada Ibu
1) Infeksi intrapartal/dalam persalinan
2) Jika terjadi infeksi dan kontraksi ketuban pecah maka bisa menyebabkan sepsis
yang selanjutnya dapat mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas dan
mortalitas. Partus lama dan infeksi, atonia uteri, perdarahan post-partum, atau
infeksi.
3) Perdarahan post partum.
4) Morbiditas dan mortalitas maternal.
5) Persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi pada
kehamilan kurang dari 37 minggu ( antara 20 – 37 minggu ) atau dengan berat
janin kurang dari 2500 gram ( Manuaba, 1998 : 221).
2
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KETUBAN PECAH DINI
2.1 Pengkajian
2.1.1 Biodata
Berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat,
Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal
Pengkajian.
Umur dan pendidikan bukan merupakan faktor predisposisi terjadinya
ketuban pecah dini, tetapi harus dikaji untuk mengetahui kematangan dan
kemampuan klien ibu menerima dan mengolah informasi.
Pekerjaan dan penghasilan, seringkali dapat menggambarkan status sosial
ekonomi klien.
2.1.2 Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering kali disampaikan klien adalah keluar cairan dari
vagina, baik cairan bening yang keluar tidak disadari klien, maupun
pengeluaran darah atau pengeluaran lain. Keluhan paling utama yang
dirasakan pada saat dilakukan pengkajian.
2.1.3 Riwayat kesehatan
Apakah ibu pernah DM, HT, jantung, Asma, dll.
2.1.4 Riwayat riwayat obstetric yang lalu
Bagaimana riwayat persalinan lau, apakah aterm, premature atau abortus?
- Persalinan normal, SC atau induksi?
- Apakah ada penyulit persalinannya?
- Jenis kelamin bayi
- Bayi hidup/mati?
- Bagaimana nifas yang lalu?
2.1.5 Riwayat Haid
Umur menarche pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar,
konsistensi, siklus haid, HPHT, HPL.
2.1.6 Riwayat kehamilan sekarang
- Primipara/multipara?
- Primigravida/multigravida?
- Usia kehamilan?
- Keluhan
- Letak anak
- Djj
- ANC berapa kali?
2.1.7 ADL (Activity Daily Living)
2.1.7.1 Nutrisi
Di rumah : ibu makan 3x sehari dengan komposisi nasi, sayur bayam,
tempe.
Di RS : ibu makan 3x sehari dengna komposisi nasi, sayur katuk,
ikan.
2.1.7.2 Eliminasi
Di rumah : BAB 1x/hari BAK 3x/hari (tidak mengalami gangguan)
Di RS : BAK3x/hari (tidak mengalami gangguan)
2.1.7.3 Hygiene perseorangan
Di rumah : ibu melakukan hygiene sendiri.
Di RS : ibu melakukan hygiene dibantu oleh perawat.
2.1.7.4 Aktivitas
Di rumah :tidak mengalami gangguan aktivitas
Di Rs :terdapat gangguan pada pola istirahat karena dampak
ansietas.
- pucat
Ansietas
- ekspresi waja pasien cemas
- nadi meningkat
- Tensi Meningkat
Pengeluaran cairan
O: ketuban
Resiko infeksi
Hipoksia miometrium
Nyeri
2.3 Intervensi
DP 1:
Problem Kolaborasi : Infeksi.
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ...x24jam infeksi teratasi dengan kriteria
hasil pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
Intervensi
1) Anjurkan klien untuk tirah baring total.
Rasional: Menghindari klien terpapar agen infeksi dari luar dan tirah baring
mungkin dapat membantu selaput ketuban menutup sendiri sehingga cairan
ketuban berhenti keluar.
2) Hindari pelaksanaan pemeriksaan digital.
Rasional: Dapat mengurangi risiko terjadinya infeksi
3) Kolaborasi dengan therapist dalam pemberian antibiotic.
Rasional: Antibiotik berguna sebagai profilaksis sehingga mencegah terjadinya
infeksi.
4) Observasi suhu, nadi dan discharge pervagina.
Rasional: Peningkatan suhu lebih dari 38 °C dan takikardi merupakan tanda awal
terjadinya infeksi, sedangkan cairan pervagina yang bau menunjukkan adanya
infeksi.
5) Observasi frekuensi jantung janin.
Rasional: Janin dalam kandungan yang terinfeksi kemungkinan mengalami
bakterimia dan pneumonia.
6) Kolaborasi dan siapkan untuk tindakan terminasi kehamilan atau induksi
persalinan sesuai indikasi.
Rasional: Kehamilan dapat diterminasi jika infeksi mengancam kehidupan janin
atau maternal.
DP 2
Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus ditandai dengan ibu mengeluh sakit
pada abdomen, penafasan, tekanan darah dan nadi meningkat
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24jam nyeri dapat diatasi dengan
kriteria hasil
- ibu mengerti penyebab nyerinya
- Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya
Intervensi
1) Bantu dalam penggunaan teknik pernafasan/relaksasi yang tepat dan pada
masase abdomen.
Rasional: Dapat memblok impuls nyeri dalam korteks serebral melalui respons
kondisi dan stimulasi kutan. Memudahkan kemajuan persalinan normal.
DP 3
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan ancaman
kehilangan ditandai dengan klien mengungkapkan perasaan takut kehilangan
janinnya, gelisah.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam mengurangi kecemasan
dengan kriteria hasil: paien tidak menunjukan tanda-tanda ansietas, klien mampu
menggunakan teknik pernapasan dan relaksasi dengan efektif, klien dapat berpartisipasi
aktif dalam proses melahirkan.
Intervensi:
1) Jelaskan tindakan pada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan .
Rasional : dengan memberikan penjelasan atau informasi, pasien akakn lebih
kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan.
2) Catat palpitasi, peningkatan denyut atau frekuensi pernafasan.
Rasional: perubahan pada tanda-tanda vital mungkin menunjukan tingkat ansietas
yang dialami pasien atau merefleksikan gangguan-gangguan factor psikologi.
Misalnya ketidak seimbangan endokrin.
3) Catat ekspresi perhtian / rasa marah mengenai pengobatan.
Rasional: Kecemasan mengenai diri dan apa yang dihasilkan dapat ditutupi dengan
komentar kemarahan yang ditunjukkan kepada ahli terapi/perawat.
4) Pertahankan kontak sering dengan pasien /orang terdekat. Selalu sedia untuk
mendengarkan dan bicara jika dibutuhkan.
Rasional: Memantapkan hubungan, meningkatkan ekspresi perasaan dan membantu
pasien dan orang terdekat untuk melihat realitas dari penyakit/pengobatan tanpa
mengemukakan masalah yang belum siap untuk dihadapi.
5) Dorong/instuksikan metode bimbingan imajinasi/relaksasi mental, misalnya
membayangkan tempat yang menyenagkan, penggunaan musik, dan meditasi.
Rasional: Meningkatkan pelepasan endorfin, mengurangi ansietas. Mungkin
meningkatkan kemampuan koping, membantu tubuh ikut membantu proses
penyembuhan.
6) Kolaborasi:
Memberikan medikasi sesuai kebutuhan. Mis, diazepam (valium) x 3 klorazepat
dipotassium (tranxene), klordiazepoxida (librum), alprazolam (xanax).
Rasional: Zat – zat antiansietas berguna untuk periode yang singkat untuk
membantu pasien/orang terdekat dalam mengurangi ansietas ke tingkat yang dapat
diatasi, memberi kesempatan untuk memulai kemmpuan koping pasien.
DP 4
Resiko cedera janin berhubungan dengan oligohidramnion
Tujuan : janin tidak terjadi cedera setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….
X 24 jam.
Intervensi :
DP 5
Resiko cedera janin berhubungan dengan terjepitnya tali pusat
Tujuan :
Janin tidak mengalami cedera janin setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x
24 jam dengan kriteria hasil : bayi tidak mengalami asfiksia
Intervensi :
1) Jelaskan tentangkemungkinanadanya cedera yang bias timbul.
R/ : memberikan pengetahuan bahwa kehamilan lewat waktu lebih beresiko untuk
menyebabkan cedera janin karena terjadi penurunan plasenta dan bias terjadi
penurunan tali pusat yang membuat janin asfiksia.
2) Beri pendidikan kesehatan kepada pasien tentang pemeriksaan yanang akan dilakukan
seperti NST, serta kemungkinan penatalaksanaan selanjutnya.
Rasional : denganpemberian informasi , ibu dapat mempersiapkan psikologis asupan
oksigen ibu stabil sehingga suplai oksigen ke janin cukup.
3) Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengeluarkan pendapat dan bertanya.
Rasional : memberikan feedback kepada perawata serta mengurangi kecemasan pasien
yang dikarenakan kurangnyainformasi.
4) Kolaborasi dengan dokter mengenai tindakan yang akan dilakukan seperti persalinan
anjuran atau operasi.
Rasional : dalam pelaksanaan kehamulan kurang bias dilakukan persalinan induksi
atau SC
5) Observasi DJJ
Rasional : bila DJJ baik artinya suplai oksigen dan nutrisi ibu kejanin baik.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Irene M, Deitra L. Lowdermilk, dkk. (1995). Buku Ajar Keperawatan Maternitas
Edisi ke-4. Alih bahasa: Maria A. Wijayarini (2004). Jakarta: EGC.
Doenges, Marilynn E., Mary Frances M., dkk. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan.
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi
ke-3. Alih bahasa: I Made Kariasa (1999). Jakarta: EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde, (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan & Keluarga Berencana untuk
pendidikan bidan. Jakarta : EGC
Syafudin, Abdul Bahri. Dkk. 2002. Buku acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
Taber, Ben-Zion. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetric dan Ginekologi. Jakarta :
EGC