Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRANATAL CARE (INC)

DISUSUN OLEH :

DESWITA PUSPA SARI

2011102412076

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2021
A. Laporan Pendahuluan
1. Konsep Penyakit
a. Pengertian
Persalinan atau partus adalah proses dimana bayi, plasenta dan
selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan di anggap normal jika
prosesnya terjadi pada usia kehamilan uang cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak
uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka
dan menipis dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu
dikatakan belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan
perubahan serviks (Damayanti, dkk, 2015).
b. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur Rahim, sirkulasi Rahim,
pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
1) Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone
progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang
otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh
darah sehingga timbul his bila progesterone turun.
2) Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang meimbulkan kontraksi rahim.
3) Teori distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik
otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4) Teori iritasi mekanik
Dibelakang servik terlihat ganglion servikal (fleksus franterhauss). Bila
ganglion ini digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus
5) Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang luminaria yang
dimasukkan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang
pleksus frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip
yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.
c. Tanda-Tanda Persalinan
1) Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi
yang semakin pendek.
2) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lender, lender
bercampur darah).
3) Dapat disertai ketuban pecah
4) Pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks (perlunakan,
pendataran, dan pembukaan serviks)
d. Komplikasi
Menurut Wiknjosostro (2014) komplikasi adalah sebagai berikut:
1) Perdarahan masa nifas
Perdarahan post partum atau pendarahan pasca persalinan adalah
perdarahan dengan jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir. Ada
dua jenis menurut waktunya, yaitu perdarahan dalam 24 jam pertama
setelah melahirkan dan perdarahan nifas. Perdarahan post partum
dalam 24 jam pertama biasanya masih berada dalam pengawasan
ketat dokter. Dalam dua jam pertama, kondisi terud di pantau, salah
satunya untuk mengetahui apakah terdapat perdarahan post partum.
Sementara itu, perdarahan masa nifas dapat terjadi ketika sudah tidak
berasa di rumah sakit lagi. Oleh karena itu, harus waspada terhadap
kemungkinan terjadinya perdarahan post partum
2) Infeksi paska perlasinan (post partum)
Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan.
Keadaan ini ditandai oleh peningkatan suhu tubuh, yang dilakukan
pada dua kali pemeriksaan, selang waktu enam jam dalam 24 jam
pertama setelah persalinan . jika suhu tubuh mencapai 38 derajat
celcius dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronchitis),
maka dikatakan bahwa telah terjadi infeksi post partum. Infeksi yang
secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah
infeksi pada rahim, daerah sekitar rahim, atau vagina. Infeksi ginjal
juga terjadi segera setelah persalinan.
3) Rupture Uteri
Secara sederhana rupture uteri adalah robekan pada rahim atau rahim
tidak utuh. Terdapat keadaan yang meningktakan kejadian rupture
uteri, misalnya ibu yang mengalami operasi Caesar pada kehamilan
sebelumnya. Selain itu, kehamilan dengan janin yang terlalu besar,
kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan, seperti pada
kehamilan kembar, dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang
dan menipis sehingga robek.
4) Trauma Perinium
Perineum adalah otot, kulit, dan jaringan yang ada diantara kelamin
dan anus. Trauma perineum adalah luka pada perineum sering terjadi
saat proses persalinan. Hal ini karena desakan kepala atau bagian
tubuh janin secara tiba-tiba, sehingga kulit dan jaringan perineum
robek.
e. Patofisiologi
Proses terjadinya persalinan karena adanya kontraksi uterus yang
dapat menyebabkan nyeri. Ini dipengaruhi oleh adanya keregangan otot
rahim, penurunan progesterone, peningkatan oxytoksin, peningkatan
prostaglandin, dan tekanan kepala bayi.
Dengan adanya kontraksi maka terjadi pemendekan SAR dan
penipisan SBR. Penipisan SBR menyebabkan pe,bukaan servik.
Penurunan kepaka bayi yang terdiri dari beberapa tahap antara lain
enggament, descent, fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi, ekspulsi
kepala janin, rotasi eksterna. Semakin menurunnya kepala bayi
meni,bulkan rasa mengejan sehingga terjadi ekspulsi. Ekspulsi dapat
menyebabkan terjadinya robekan jalan lahir akibatnya akan terasa nyeri.
Setelah bayi lahir kontraksi rahi, akan berhenti 5-10 menit, kemudian akab
berkontraksi lagi. Kontraksi akan mengurango area plasenta, rahim
bertambah kecil, dinding menebal yang menyebabkan plasenta terlepas
secara bertahap. Dari berbagai implantasi plasenta antara lain
mengeluarkan lochea, lochea dan robekan jalan lahir sebagai tempat
invasi bakteri secara asending yang dapat menyebabkan terjadi risiko
tinggi infeksi. Dengan pelepasan plasenta maka produksi estrogen dan
progesterone akan mengalami penurunan, sehingga hormone prolactin
aktiif dan produksi laktasi dimulai.
f. Pathway
Kehamilan (37-42 minggu)

Tanda-tanda Inpartus

Proses persalinan

Kala I Kala II Kala III Kala IV

Kontraksi Uterus Partum Partus Pelepasan Plasenta Post

Nyeri Persalinan Partus Risiko Perdarahan Risiko Perdarahan

Kerja jantung Hipovolemia Risiko Infeksi

Kelelahan (O2 )

Gangguan Respirasi
g. Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi
1) Kala I
a) Mengukur TTV
b) Auskultasi DJJ
c) Memperhatikan kontruksi uterus, dilatasi uterus, penurunan
presentasi terendah dan kemajuan persalinan serta perineum
2) Kala II
Mengajari ibu untuk mengejan
3) Kala III
a) Pengawasan terhadap perdarahan
b) Memperhatikan tanda plasenta lepas
4) Kala IV
a) Pemeriksaan fisik, observasi TTV dan KU
b) Kontraksi rahim
c) Letakkan bayi yang telah dibersihkan disebelah ibu

2. Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
1) Identitas pasien: Nama, Jenis kelamin, suku/budaya, agama, tingkat
pendidikan, dll
2) Riwayat Obstetri
a) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
b) Riwayat kehamilan sekarang, meliputi: keadaan waktu hamil
keluhan yang dirasakan selama hamil, imunisasi dan pemeriksaan
selama kehamilan (ANC), hamil ke berapa
3) Riwayat Ginekologi
a) Riwayat menstruasi: Menarche, Siklus haid, lama haid, banyak
haid, disminorhe, HPHT, HPL
b) Riwayat Pernikahan: Usia pernikahan suami-istri, pernikahan ke
berapa
c) Riwayat KB: apakah klien mengikuti program KB/tidak, jenis KB
yang digunakan
4) Riwayat Kesehatan Keluarga: apakah dalam keluarga terdapat
penyakit keturunan, ataupun penyakit menular
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a) Penampilan atau keadaan umum
b) Tingkat kesadaran: umumnya sadar penuh
c) Tanda-tanda vital
d) Kepala: warna rambut, kebersihan, keluhan nyeri atau tidak, lesi
ada atau tidak, edema
e) Mata: fungsi pengelihatan, tanda-tanda anemis, warna kornea,
sklera ikterik
f) Hidung: fungsi penciuman, adanya nyeri tekan, kesimetrisan,
kebersihan
2) Kala I
a) Memeriksa tanda-tanda vital
b) Mengkaji kontruksi tekanan uterus dilatasi serviks dan penurunan
karakteristik yang menggambarkan kontraksi uterus: frekuensi,
internalm intensitas, durasi, tonus
c) Penipisan serviks, evasemen mendahului dilatasi serviks pada
kehamilan pertama dan sering diikuti pembukaan dalam kehamilan
berikutnya
d) Pembukaan serviks adalah sebagian besar tanda-tanda yang
menentukan bahwa kekuatan kontraksi uterus yang efektif dan
kemajuan persalinan
e) Palpasi abdomen (Leopold) untuk memberikan informasi jumlah
fetus, letak janin, penurunan janin
f) Pemeriksaan Vagina: membrane, serviks, fetus, station
g) Tes diagnostic dan laboratorium: specimen urin, tes darah, rupture
membrane, cairan amnion (warna, karakter dan jumlah)
3) Kala II
a) Tanda yang menyertai kala II: keringat terlihat tiba-tiba diatas bibir,
adanya mual, bertambahnya perdarahan, gerakan ekstremitas,
pembukaan serviks, his lebih kuat dan sering, ibu merasakan
tekanan pada rectum, merasa ingin BAB, ketuban +/-, perineum
menonjol, anus dan vulva membuka, gelisah mengatakan saya
ingin BAB, pada waktu his kepala janin tampak di vulva
b) Melakukan monitoring terhadap: His (frekuensi, kekuatan, jarak,
intensitas), keadaan janin (penurunan janin melalui vagina),
kandung kemih penuh/tidak, nadi dan tekanan darah.
c) Durasi kala II, kemajuan pada kala II: primigravida berlangsung 45-
60 menit, multipara berlangsung 15-30 menit.
4) Kala III
a) Pelepasan plasenta ditandai oleh tanda-tanda berikut:
1) Adanya kontraksi vundus yang kuat
2) Perubahan pada bentuk uterus dari bentuk lonjong ke bentuk
bulat pipih sehingga plasenta bergerak kebagian bawah.
3) Keluarnya darah hitam dari introuterus
4) Terjadinya perpanjangan tali pusat sebagai akibat plasenta
akan keluar
5) Penuhnya vagina (plasenta diketahui pada pemeriksaan vagina
atau rektal, atau membrane poetus terlihat pada introitus
b) Status fisik mental
Perubahan secara psikologi setelah melahirkan akan dijumpai,
curah jantung meningkat dengan cepat pada saat sirkulasi
maternal ke plasenta berhenti. Didapatkan melalui pemeriksaan:
Suhu, nadi, dan pernafasan, pemeriksaan terhadap perdarahan
(warna darah dan jumlah darah)
c) Tanda-tanda masalah potensial: saat praktisi keperawatan primer
mengeluarkan plasenta perawat mengobservasi tanda-tanda dari
ibu, perubahan tingkat kesadaran atau perubahan pernafasan
5) Kala IV
a) Tanda-tanda vital: vitas sign dapat memberikan data dasar untuk
diagnose potensial, komplikasi seperti perdarahan dan hipertermia.
Pada kala IV observasi vital sign sangat penting untuk mengetahui
oerubahan setelag melahirkan seperti: pulse biasanya stabil
sebelum bersalin selama 1 jam pertama dan mengalami perubhana
setelah terjadinya persalinan yaitu dari kardiovaskuler
b) Kandung kemih: dengan observasi dan palpasi kandung kemih.
Jika kandung kemih menegang akan mencapai ketinggian
suprapubic dan redup pada perkusi. Kateterisasi mungkin
diperlukan mencegah peregangan kandung kemih dan retensi
kandung kemih jika klien tidak bisa kencing
c) Lochea: jumlah dan jenis lochea dikaji melalui observasi perineum
ibu dan kain dibawah bokong ibu. Jumlah dan ukuran gumpakan
darah jika dilihat dicatat hasil dan bekuannya
d) Perineum: perawat menanyakan kepada ibu atau menganjurkan
untuk mengiring dan melenturkan kembali otot-otot panggul atas
dan dengan perlahan-laham mengangkat bokong untuk melihat
perineum
e) Temperature: temperature ibu diukur saat satu jam pertama dan
sesuaikan dengan keadaan temperature ruangan. Temperature
biasanya dalam batas normal selamarentang waktu satu jam
pertama, kenaikan pada periode ini mungkin berhubungan dengan
dehidrasi atau kelelahan
f) Kenyamanan: kenyamanan ibu dikasi dan jenis analgetik yang
didapatkan selama persalinan akan berpengaruh terhadap persepsi
ketidaknyamanannya
g) Tanda-tanda potensial masalah: karena pendarahan dapat
menyebabkan potensial masalah komplikasi, perawat harus
waspada adanya potensial komplikasi (Nurarif, 2015)
c. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan urine protein (Albumin)
b) Untuk mengetahui adanya risiko pada keadaan preeklamsi maupun
adanya gangguan pada ginjal dilakukan pada trimester II dan III.
c) Pemeriksaan urin gula
d) Pemeriksaan darah
2) Ultrasonografi (USG): alat yang menggunakan gelombang ultrasound
untuk mendapatkan gambaran dari janin, plasenta dan uterus.
3) Stetoskop Monokuler: mendengar denyut jantung janin, daerah yang
paling jelas terdengar DJJ, daerah tersebut disebut fungtum
maksimum
4) Memakai alat kardiotokografi (KTG): Kardiotokografi adalah
gelombang ultrasound untuk mendeteksi frekuensi jantung janin dan
tokodynomometer untuk mendeteksi kontraksi uterus kemudian
keduanya direkam pada kertas yang sama sehingga terlihat gambaran
jantung janin dan kontraksi uterus pada saat yang sama (Nugroho,
2011).
d. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut SDKI (2016):
1) Nyeri melahirkan b.d pengeluaran janin
2) Hypovolemia b.d kehilangan cairan aktif (perdarahan)
3) Risiko infeksi d.d kerusakan integritas kulit
4) Risiko perdarahan d.d komplikasi kehamilan (mis. Ketuban pecah
sebelum waktunya, plasenta previa/abrupsio, kehamilan kembar)
e. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan berdasarkan SLKI & SIKI (2018)

No SDKI SLKI SIKI


1 Nyeri melahirkan SLKI : Tingkat Nyeri SIKI : manajemen nyeri
b.d pengeluaran Setelah di lakukan 1.1 identifikasi lokasi,
janin tindakan keperawatan karakteristik, durasi,
selama 2 x 24 jam frekuensi, kualitas,
diharapkan tingkat nyeri dan intensitas nyeri
menurun dengan kriteria 1.2 identifikasi skala nyeri
hasil: 1.3 identifikasi faktor yang
- Keluhan nyeri (5) memperberat dan
- Meringis (5) memperingan nyeri
- Sikap protektif (5) 1.4 berikan teknik
- Gelisah (5) nonfarmakologi untuk
- Perineum terasa mengurangi rasa nyeri
tertekan (5) 1.5 pertimbangkan jenis
- Uterus teraba dan sumber nyeri
membulat (5) dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
1.6 jelaskan strategi
meredakan nyeri
1.7 anjurkan teknin
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
1.8 kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 Hypovolemia b.d SLKI : Status cairan SIKI :manajemen hypovolemia
kehilangan cairan Setelah dilakukan tindakan 2.1 periksa tanda dan
aktif (perdarahan) keperawatan selama 2x24 gejala hypovolemia
jam diharapkan status (mis. Frekuensi
cairan membaik dengan nadi meningkat,
kriteria hasil : nadi teraba lemah,
- frekuensi nadi (5) tekanan darah
- tekanan darah (5) menurun, tekanan
- tekanan nadi (5) nadi menyempit,
- membrane mukosa turgor kulit
(5) menurun,
membrane mukosa
kering, volume
menurun urin
menurun,
hematocrit
meningkat, haus,
lemah)
2.2 monitor intake dan
output caiaran
2.3 hitung kebutuhan
cairan
2.4 anjurkan
menghindari
perubahan posisi
mendadak
2.5 kolaborasi
pemberian cairan
IV isotonis (mis,
NaCl, RL)
3 Risiko infeksi d.d SLKI : Tingkat infeksi SIKI : pencegahan infeksi
kerusakan Setelah dilakukan tindakan 3.1 monitor tanda dan gejala
integritas kulit keperawatan selama 2x24 infeksi local dan sistemik
jam di harapkan tingkat 3.2 berikan perawatan kulit
infeksi menurun dengan pada area edema
kriteria hasil : 3.3 cuci tangan sebelum dan
- kemerahan (5) sesudah kontak dengan
- nyeri (5) pasien dan lingkungan pasien
- bengkak (5) 3.4 anjurkan meningkatkan
- demam (5) asupan nutrisi
3.5 anjurkan meningkatkan
asupan cairan
3.6 kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
4 Risiko perdarahan SLKI : Tingkat Perdarahan SIKI : Pencegahan
d.d komplikasi Setelah dilakukan tindakan Perdarahan
kehamilan (mis. keperawatan selama 1x24 4.1 monitor tanda dan gejala
Ketuban pecah jam diharapkan tingkat perdarahan
sebelum waktunya, perdarahan menurun 4.2 monitor tanda-tanda vital
plasenta dengan kriteria hasil: Pertahankan bed rest selama
previa/abrupsio, - kelembaban perdarahan
kehamilan kembar) membrane mukosa 4.3 jelaskan tanda dan gejala
(5) perdarahan
- distensi abdomen 4.4 anjurkan segera melapor
(5) jika terjadi perdarahan
- perdarahan vagina 4.5 kolaborasi pemberian obat
(5) pengontrol perdarahan, jika
- tekanan darah (5) perlu
- denyut nadi apical 4.6 kolaborasi pemberian
(5) produk darah, jika perlu
- suhu tubuh (5)

DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, dkk, 2015. Panduan Lengkap Keterampilan Dasar Kebidanan II.
Yogyakarta: Deepublish

Nurarif .A.H. dan Kusuma. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Yogyakarta: MediAction

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatana Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1.Jakarta: DPP PPNI

Wiknjosostro G, Hanifa. 2014. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR

Anda mungkin juga menyukai