Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

A. ANATOMI FISIOLOGI

a. Anatomi fisiologi uterus

Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, terletak

dalam pelvis, antara rectum dibelakang dan kandung kencing di depan.

Ototnya (lapisan tengah) disebut miometrium dan selaput lendir yang

melapisi sebelah dalamnya disebut endometrium, peritoneum menutupi

sebagian besar (tidak seluruhnya) permukaan uterus. Letak uterus sedikit

antefleksi pada bagian lehernya dan anteversi (meliuk agak memutar ke

depan) dengan fundusnya terletak di aras kandung kencing. Panjang uterus

adalah 5-8 cm, lebar 5cm, beratnya 30-60 gram (Pearce, Evelyn,2010).

Fungsi rahim yaitu mempersiapkan diri untuk menerima sel telur yang

siap dibuahi, untuk menyediakan lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan

dan perkembangan janin serta membantu dalam pengeluaran janin, plasenta

dan membran pada persalinan.

1
Bagian-bagian uterus terdiri dari :

1. Fundus uteri (dasar rahim), ditutupi oleh peritoneum, berhubungan

dengan fascies vesikalis dan permukaan internalis. Pada bagian atas

bermuara tuba uteri yang menembus dinding uterus. Di bawah dan di

bagian depan titik permukaan ini terdapat ligamentum dan di belakang

ligamentum terdapat ovarium.

2. Korpus uteri, di dalam nya terdapat rongga (kavum uteri) yang

membuka keluar melalui saluran kanalis servikalis yang terletak pada

serviks, bagian ini merupakan tempat berkembangnya janin.

3. Serviks uteri merupakan bagian uterus yang menyempit, berbentuk

kerucut dengan apeks yang menjurus kebawah dan ke belakang dan

sedikit lebar di petengahan. Sumbu panjang serviks sama dengan sumbu

panjang korpus, berbentuk garis bengkok ke depan.

4. Isthmus merupakan segmen yang pendek antara korpus dan seviks uteri,

pada wanita tang tidak hamil, panjang isthmus sekitar 1 hingga 2 mm,

isthmus uteri akan terpotong pada operasi seksio cesarean untuk

melahirkan selain itu, supaya tetap di tempatnya uterus ditopang oleh

beberapa ligament yaitu :

a) Ligamentum kardinal sinistra dan dekstra, fungsinya untuk

mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat tebal.

b) Ligamentum sacroterium sinistra dan dekstra, ligamentum yang

menahan uterus supaya tidak tidak bergerak, berjalan dans erviks

bagian belakang kiri dan kana, kearah os.scarum kiri dan kanan

2
c) Ligamentm rotundom kiri dan kanan, yaitu ligament yang yang

menahan dalam uterus antafleksi

d) Ligamentum infundibolu pelvikum, yait ligamen yang meliputi,

berjalan dari uterus kearah sisi, tidak banyak mengandung jaringan

ikat.

B. DEFINISI

Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi masih

tertinggal di dalam uterus dimana perdarahannya masih terjadi dan jumlahnya

bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang

menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan

terus (Sujiyatini dkk,2009)

Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagaian

dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikal yang

tertinggal pada desidua atau plasenta ( Ai Yeyeh, 2010).

C. ETIOLOGI

Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat

beberapa faktor sebagai berikut:

a. Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin

dan cacat bawahan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan.

Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :

1) Faktor kromosom, gangguan terjadi sejak semula pertemuan

kromosom, termasuk kromosom seks.

3
2) Faktor lingkungan endometrium

a) Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi

hasil konsepsi.

b) Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu

pendek.

3) Pengaruh luar

a) Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil

konsepsi

b) Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan

pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.

b. Kelainan Pada Plasenta

1) Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak

dapat berfungsi.

2) Gangguan pada pembuluh darah plasenta yang diantaranya pada

penderita diabetes mellitus

3) Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta

sehingga menimbulkan keguguran.

c. Penyakit Ibu

Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis,

anemia dan penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal,

penyakit hati, dan penyakit diabetesmilitus.

d. Kelainan yang terdapat dalam rahim. Rahim merupakan tempat tumbuh

kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri,

4
uterus arkuatus, uterus septus, retrofleksia uteri, serviks inkompeten,

bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks

postpartum (Manuaba, 2010).

D. MANIFESTASI KLINIS

a. Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi

dari uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai berikut:

1) Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu

2) Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis

3) Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat

4) Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi

5) Dapat terjadi degenerasi ganas/koriokarsinoma (Manuaba, 2010).

b. Gejala lain dari abortus incomplit antara lain:

1) Perdarahan biasa sedikit/banyak dan biasa terdapat bekuan darah .

2) Rasa mules (kontraksi) tambah hebat.

3) perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium

bau busuk dari vulva

4) Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka.

5) Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam cavum uteri atau

kadang-kadang sudah menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan

keluar.

6) Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat

menyebabkan syok (Maryunani, 2009).

5
E. PATOFISIOLOGI

Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti nerloisi

jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing

dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan

benda asing tersebut.

Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum

menembus desidua serta mendalam sehingga hasil konsepsi dapat keluar

seluruhnya. Apabila kehamilan 8-14 minggu villi khoriasli sudah menembus

terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan

banyak perdarahan dari pada plasenta.

Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka

dia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin yang telah meninggal dan

tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena

cairan amion menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng. Dalam

tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis.

Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah

terjadinya maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar

karena terasa cairan dan seluruh janin bewarna kemerah-merahan (Ai Yeyeh,

2010).

6
F. PATHWAY
Kelainan yang terdapat pada rahim
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi Kelainan pada plasenta Penyakit Ibu

Abortus
KOntinuitas jaringan Inkomplit
terputus akibat Sisa Sisa Konsepsi Perdarahan Bedrest
M Terjadi Sisa lebih Intoleran
Nyeri sedikit yang tertahan yang berhari- penurunan
pembersihan sisa pelepasan besar
Akut aktivitas Aktivitas
plasenta perrlahan- hari
Kuretase
lahan

Post anastesi Jaringan terputus Masuknya alat Jaringan Terbuka Pre Anastesi
tindakan
Penurunan saraf Merangsang area Perdarahan Risiko Kurang
oblogata sensorik motorik Invasi bakteri Syok pengetahuan
Hipovolemi
Penurunan Peningkatan
nyeri Ansietas
peristaltik usus Leukosit
Kekurangan
Penurunan penyerapan Keterbatasan volume
Resiko
cairanan dikolon aktivitas cairan

konstipasi Hambatan HIpertermi


mobilitas fisik

Risiko Infeksi

7
F. KOMPLIKASI

1) Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil

konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena

perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

2) Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus pada posisi

hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadi perforasi,

laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luas perlukaan pada

uterus dan apakah ada perlukaan alat-alat lain.

3) Infeksi

Infeksi dalam uterus dan sekitarnya dapat terjadi disetiap abortus, tetapi

biasanya ditemukan pada abortus inkomplit dan lebih sering pada abortus

buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepis dan antisepsis

4) Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan dank arena infeksi berat

5) Kematian

Abortus berkontribusi terhadap kematian ibu sekitar 15%. Data tersebut sering

kali tersembunyi dibalik data kematian ibu akibat perdarahan. Data lapangan

menunjukkan bahwa sekitar 60%-70% kematian ibu disebabkan oleh

perdarahan, dan sekitar 60% kematian akibat perdarahan tersebut atau sekitar

35-40% dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh perdarahan post partum.

Sekitar 15-20% kematian disebabkan oleh perdarahan (Irianti,2014).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penujang dari Abortus Inkomplit menurut Nanda NIC NOC jilid 1

(2015:30) :

1) Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu

setelah abortus.

2) Pemeriksaan doppeler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup

3) Pemeriksaan kadar fibrigonen darah pada missed abortion

8
4) Darah

Kadar Hb, dimana Hb normal pada ibu hamil adalah ≥11 gr% (TM I dan TM

III 11 gr% dan TM II 10,5 gr%)

a. Hb ≥ 11 gr% : tidak anemia

b. Hb 9-10 gr% : anemia ringan

c. Hb 7-8 gr% : anemia sedang

d. Hb ≤ 7 gr% : anemia berat

5) Urine ( untuk memeriksa protein urine dan glukosa urine. Untuk kehamilan &

persalinan normal (-) )

H. PENATALAKSANAAN

a. Pemeriksaan umum:

1) Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien, termasuk

tanda-tanda vital.

2) Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan

sistolik kurang 90 mmHg, nadi lebih 112 kali per menit).

3) Jika dicurigai terjadi syok, segera lakukan penanganan syok. Jika tidak

terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat

penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi wanita karena kondisinya

dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk

memulai penanganan syok dengan segera.

4) Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkaan kemungkinan kehamilan

ektopik terganggu.

5) Pasang infus dengan jarum infus besar (16 G atau lebih), berikan larutan

garam fisiologik atau ringer laktat dengan tetesan cepat 500 cc dalam 2

jam pertama.

b. Penanganan Abortus Inkomplit

1) Menentukan besar uterus, kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan

hebat, syok dan sepsis)

2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan < 16

minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan:

9
a) Aspirasi Vacum Manual merupakan metode evakuasi yang terpilih.

Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika AVM

tidak tersedia.

b) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrium 0,2 mg

im (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per

oral (dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu).

3) Jika kehamilan > 16 mingguan

a) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam

fisiologis arau RL ) dengan kecepatan 40 tetes / menit sampai terjadi

ekspulsi konsepsi.

b) Jika perlu berikan misoprostol 200 mg pervaginam setiap 4 jam

sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi(maksimal 80 mg)

c) Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

4) Bila tidak ada tanda-tanda infeksi beri antibiotika profilaksis (sulbenisillin

2 gram/IM atau sefuroksim 1 gram oral).

5) Bila terjadi infeksi beri ampicillin 1 gram dan Metrodidazol 500mg setiap

8 jam.

6) Bila pasien tampak anemik, berikan sulfasferosus 600 mg/hari selama 2

minggu (anemia sedang) atau transfusi darah (anemia berat).

7) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan

10
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Menganalisisnya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan

bagi klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :

a) Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi : nama,

umur agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,

perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat.

b) Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan

pervagina berulang

c) Riwayat Kesehatan :

- Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke

rumah sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervagina diluar

siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan

- Riwayat kesehatan masalalu

d) Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh

klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan dimana tindakan tersebut

berlangsung.

e) Riwayat yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh

klien misalnya DM, Jantung, Hipertensi, masalah ginekologi/ urinary,

penyakit endokrin, dan penyakit lainnya.

f) Riwayat penyakit keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram tersebut

dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang

terdapat dalam keluarga.

11
g) Riwayat Kesehatan Reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi,

lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta

kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.

h) Riwayat Kehamilan, persalinan, dan nifas: Kaji bagaimana keadaan anak klien

mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan

anaknya.

i) Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang

digunakan serta keluahn yang menyertainya.

j) Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi

oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.

k) Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,

eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik

sebelum dan saat sakit.

l) Pemeriksaan Fisik Head to toe :

Melihat keadaan umum dan mengukur secara keseluruhan mulai dari TTV

sampai TB & BB.

1. Pemeriksaan Kepala : Periksa bentuk, keadaan rambut, warna, nyeri

kepala/ tekan, wajah trauma.

2. Mata : amati bentuk, konjungtiva sclera dan fungsi pengelihatan.

3. Hidung : amati struktur dan fungsi penciuman

4. Telinga : Kaji struktur & fungsi pendengaran

5. Leher : Kaji vena junggularis, arteri karotis & kelnjar limfe/tiroid.

6. Dada & Payudara : Kaji bentuk,aerola, putting & keluhannya.

7. Abdomen :

a) Inspeksi : Apakah ada striae livida dan nigra

b) Palpasi : Palpasi mulai dari tinggi fundus uterus, kontraksi uterus,

portoo, cavum uteri, adnexia parametrium ka/ki, cavum douglas,

inspekulo

8. Genetalia : Kaji kotoran, terpasang pembalut dan apakah terdapat

pengeluaran dara/ sisa konsepsi

12
m) Pemeriksaan Laboratorium

Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsy, PAP

smear. Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB,

apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi dan

menggunakan KB jenis apa

n) Data lain-lain :

Kaji mengenai perawat dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat

di RS

- Data psikososial : Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola

komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi bahan pikiran klien dan

mekanisme koping yang digunakan.

- Data spiritual : Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME dan

kegiatan keagamaan yang bisa dilakukan.

B. DIAGNOSA

1) Nyeri Akut berhubungan dengan kontraksi uterus

2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan aktif

3) Intoleran Aktivitas berhubungan dengan penurunan sirkulasi

4) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur kuretase

5) Resiko syok hipovolemik b.d perdarahan aktif

6) Resiko jatuh b.d post anastesi

C. INTERVENSI
1) DX 1 : Nyeri Akut berhubungan dengan kontraksi uterus
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam
diharapkan nyeri berkurang
KRITERIA HASIL :
1. Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyabab nyeri, mampu menggunakan
teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan )
2. Mampu mengenali nyeri (Skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
3. Menyatakan rasa nyaman dan nyeri berkurang
4. Tanda vital dalam rentang normal

13
INTERVENSI :
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
3) Berikan posisi senyaman mungkin
4) Evaluasi keefektifan control nyeri
5) Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur

2) DX 2 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan aktif


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam deficit
volume cairan teratasi
KRITERIA HASIL :
1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB
2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elistisitas turgor kulit baik, membrane
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
INTERVENSI :
1) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2) Monitor status hidrasi (kelembabapan membrane mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik)
3) Kolaborasi pemberian cairan IV
4) Monitor nutrisi
5) Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk
3) DX 3 : Intoleran Aktivitas berhubungan dengan penurunan sirkulasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam intoleran
aktivitas dapat teratasi
KRITERIA HASIL :
1. Berpartisipasi dalam aktivitas tanpa disertai peningkatan tekanan darah
nadi dan respirasi
INTERVENSI :
1) Identifikasi aktivitas
2) Bantu untuk aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi, dan social
3) Bantu untuk mengidentifikasi dan untuk aktivitas yang diinginkan
4) Bantu untuk mendapatkan alat bantu aktivitas seperti kursi roda

14
4) DX 4 : Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur
kuretase
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat
KRITERIA HASIL :
1. Mengidentifikasi mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk
mengontrol cemas
INTERVENSI :
1) Kaji tingkat ansietas yang dialami klien
2) Dengarkan masalah klien dan dengarkan secara aktif
3) Ukur TTV: TD, nadi, respirasi dan suhu
4) Jelaskan prosedur kuretase dan arti gejala serta prognosis abortus

5) DX 5 : Resiko syok hipovolemik b.d perdarahan aktif


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam tidak ada
tanda tanda syok hipovolemik
Kriteria Hasil:
1. Ttv dalam batas normal
2. Tidak ada tanda2 syok
Intervensi:
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Monitor tanda-tanda syok
3. Kolaborasi pemberian cairan iv
4. Kolaborasi pemberian tranfusi jika diperlukan
5. Kolaborasi pemberian pemberian obat

6) DX 6 : Resiko jatuh b.d post anastesi


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam pasien
tidak jatuh
Kriteria Hasil :
1. Menggunakan pelindung untuk mencegah jatuh
2. Menghindari lantai yang tidak rata dan licin
3. Menggunakan alas kaki yang baik untuk mencegah jatuh
Intervensi :
1. Identifikasi gangguan kognitif dan gangguan fisik yang dapat
meningkatkan potensial jatuh.
2. Identifikasi karakteristik lingkungan yang dapat meningkatkan potensial
jatuh seperti lantai yang licin dan jalanan tangga tanpa pengaman dan
ruangan yang gelap.

15
3. Monitor langkah, keseimbangan, dan level kelelahan dengan
ambulasi/pergerakan.
4. Instruksikan untuk meminta bantuan keluarga pada saat akan
berpindah/berjalan
5. Gunakan alat-alat pelindung jatuh seperti sepatu yang alasnya tidak licin
dan tongkat.
6. Hindari permukaan lantai yang tidak rata pada saat berpindah/berjalan
7. Berikan penerangan yang adekuat terutama dimalam hari untuk
meningkatkan ketajaman penglihatan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ai Yeyeh, 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.Jakarta : Trans Info Medika.

Irianti,e.m. 2014. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta: Sagung Seto

Manuaba, 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB Untuk Pendidikan

Bidan. Jakarta : EGC

Maryunani . 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas. Jakarta: TIM

Pearce, Evelyn , 2010. Anatomi dan Fisiologis Untuk Para Medis, Cetakan kedua

puluh Sembilan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sujiyatini, dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Nuha Medika.

17

Anda mungkin juga menyukai