Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

RETENSIO PLASENTA

Disusun Oleh :

Nama : Ani maulani sari


Nim : R.17.01.006

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

YAYASAN INDRA HUSADA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU

Jl. Wirapati Sindang Indramayu Telp.(0234) 272020 Fax. (0234) 272558

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Retensio Plasenta


Retensio plasenta adalah tertahanya atau belum lahirnya plasenta hingga atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. (Prawirohardjo,2009)

Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu


setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya
sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual
dengan segera. (Manuaba,2006)

Retensio plasenta adalah plasenta yang tidak terpisah dan menimbulkan


hemorrhage yang tidak tampak, dan juga disadari pada lamanya waktu yang berlalu
antara kelahiran bayi dan keluarnya plasenta yang diharapkan.beberapa ahli klinik
menangiani setelah 5 menit, kebanyakan bidan akan menunggu satu setengah jam
bagi plasenta untuk keluar sebelum menyebutnya untuk tertahan (Varney’s, 2007).
Retensio plasenta dipergunakan jika plasenta belum lahir setengah jam
sesudah anak lahir. (Sastrawinata, 2008)

Jadi kesimpulanya bahwa retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran


plasenta selama setengah jam setelah kelahiran bayi.

B. Etiologi

Adapun faktor penyebab dari retensio plasenta adalah :


1. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh dan melekat
lebih dalam.
2. Plasenta sudah terlepas tetapi belum keluar karena atonia uteri dan akan
meyebabkan perdarahan yang banyak atau adanya lingkaran konstriksi
pada bagian bawah rahim yang akan menghalangi plasenta keluar .
3. Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi
bila sebagian plasenta sudah lepas akan terjadi perdarahan (Mochtar,
1998).

C. Patofisiologi
Segera setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi namun secara perlahan
tetapi progresif uterus mengecil yang disebut retraksi, pada masa retraksi itu lembek
namun serabut-serabutnya secara perlahan memendek lembali. Peristiwa retraksi
yang menyebabkan pembuluh darah yang berjalan dicelah-celah serabut otot-otot
polos Rahim terjepit oleh serabut otot Rahim itu sendiri. Bila serabut ketuban belum
terlepas, plasenta belum terlepas seluruhnya dan bekuan darah dalam rongga Rahim
bisa menghalangi proses retraksi yang normal dan menyebabkan banyak darah
hilang. (Prawirohardjo, 2009)
Pathway

Sebab fungsional Sebab patologik Plasenta belum lepas Plasenta sudah lepas
(perlekatan abnormal) dari dinding rahim tetapi belum dilahirkan

1. His yang kurang kuat (sebab 1. Plasenta adhesiva Melahirkan plasenta


utama). 2. Plasenta inkreta secara manual
2. Tempat melekatnya yang 3. Plasenta perketra
kurang menguntungkan
(contoh: di sudut tuba). Tarikan Tali Pusat
3. Ukuran plasenta terlalu kecil.
RETENSIO PLASENTA
4. Lingkaran kontriksi pada
bagian bawah perut.
Tidak dapat berkontraksi Insersio uteri
secara efektif (terjadi retraksi
dan kontraksi otot uterus)
Ante, intra, postnatal,
aktivitas lemah,
Sinus-Sinus maternalis tampak sakit, menyusu
tetap terbuka penutupan buruk, peningkatan
pembuluh darah terhambat leukosit darah

Nyeri

Perdarahan Dx : Risiko
pervaginam Dx : Nyeri akut
Infeksi

Dx : Risiko Kehilangan
Syok banyak darah

Dx : Hipovolemia
D. Manifestasi Klinis
1. Plasenta akreta parsial/separasi
a. Konsistensi uterus kenyal
b. TFU setinggi pusat
c. Bentuk uterus discoid
d. Perdarahan sedang- banyak
e. Tali pusat terjulur sebagian
f. Ostium uteri terbuka
g. Separasi plasenta lepas sebagian
h. Syok sering
2. Plasenta inkarserata
a. Konsistensi uterus keras
b. TFU 2 jari bawah pusat
c. Bentuk uterus globular
d. Perdarahan sedang
e. Tali pusat terjulur
f. Ostium uteri terbuka
g. Separasi plasenta sudah lepas
h. Syok jarang
3. Plasenta inkreta
a. Konsistensi uterus cukup
b. TFU setinggi pusat
c. Bentuk uterus discoid
d. Perdarahan sedikit/tidak ada
e. Tali pusat tidak terjulur
f. Ostium uteri terbuka
g. Separasi plasenta melekat seluruhnya
h. Syok jarang sekali, kecuali akibat inversion oleh tarikan kuat pada tali
pusat

E. Komliokasi

Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya:


1. Perdarahan
2. Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit perlepasan
hingga kontraksi memompa darah tetapi bagian yang melekat membuat
luka tidak menutup.
3. Infeksi
4. Karena sebagai benda mati yang tertinggal di dalam rahim meningkatkan
pertumbuhan bakteri dibantu dengan port d’entre dari tempat perlekatan
plasenta.
5. Dapat terjadi plasenta inkarserata dimana plasenta melekat terus
sedangkan kontraksi pada ostium baik hingga yang terjadi.
6. Terjadi polip plasenta sebagai massa proliferative yang mengalami infeksi
sekunder dan nekrosis
7. Terjadi degenerasi (keganasan) koriokarsinoma
8. Syok haemoragik

F. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien yang mengalami retensio
plasenta adalah sebagai berikut :
1. Bila tidak terjadi perdarahan
Perbaiki keadaan umum penderita bila perlu misal: infus atau transfusi, pemberian
antibiotika, pemberian antipiretika, pemberian ATS. Kemudian dibantu dengan
mengosongkan kandung kemih. Lanjutkan memeriksa apakah telah terjadi
pemisahan plasenta dengan cara Klein, Kustner atau Strassman.
2. Bila terjadi perdarahan
lepaskan plasenta secara manual, jika plasenta dengan pengeluaran manual
tidak lengkap dapat disusul dengan upaya kuretase. Bila plasenta tidak dapat
dilepaskan dari rahim, misal plasenta increta/percreta, lakukan hysterectomia.

G. Pengkajian
1. Pengumpulan data
a. Identitas pasien
b. Identitas penanggung jawab
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan dahulu
d. Riwayat kesehatan keluarga
3. Riwayat ginekologi dan obstetric
a) Riwayat ginekologi
 Riwayat menstruasi
Meliputi siklus haid, lama haid (warna, bau, gumpalan), dismenorhe,
HPHT dan taksiran persalinan
 Riwayat perkawinan
Status perkawinan, umur pada waktu menikah, lama perkawinan dan
berapa kali kawin
 Riwayat KB
b) Riwayat obstetric
 Riwayat kehamilan
 Riwayat kehamilan sekarang
 Riwayat persalinan sekarang
4. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran
Pasien dapat terjadi penurunan kesadaran/tidak akibat perdarahan
b. Keadaan umum
Dikaji tentang keadaan pasien secara keseluruhan, pada pasien post
manual plasenta biasanya ditemukan keadaan yang lemah
c. Tanda tanda vital
d. Pemeriksaan fisik head to to
1) Kepala
Dikaji bentuk kepala, kebersihan kulit kepala dan keluhan yang
dirasakan pada daerah kepala.
2) Wajah
Pada pasien post manual plasta wajah tampak pucat
3) Mata
Dikaji keadaan konjungtiva, sclera, fungsi penglihatan, pergerakan
kedua mata, kebersihan, bila keadaan konjungtiva pucat maka dapat
dipastikan anemis.
4) Hidung
Dikaji keluhan yang dirasakan oleh pasien, adanya reaksi alergi,
perdarahan, kesimetrisan, kebersihan dan fungsi penciuman.
5) Telinga
Dikaji keluhan yang dirasakan oleh pasien, kesimetrisan fungsi
pendengaran
6) Mulut
Dikaji keluhan yang dirasakan, mukosa dan keadaan bibir, keadaan
gigi, lidah, fungsi pengecapan dan fungsi menelan
7) Leher
Dikaji keluhan yang dirasakan, pada pasien post manual plasenta
tidak ditemukan pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar getah bening
dan tidak ada peningkatan JVP.
8) Dada
Dikaji keluhan yang dirasakan, suara nafas vesikuler, frekuensi
nafas, irama jantung regular, bunyi jantung s1 dan s2
9) Payudara
Dikaji keluhan yang dirasakan, keadaan payudara, bentuk,
hyperpigmentasi aerola, keadaan putting susu dan kesimetrian serta
pengeluaran asi
10) Abdomen
Dikaji keluhan yang dirasakan pasien, , tinggi fundus uteri hari ke 5
iya itu 3 cm bawah pusat, bising usus
11) Genetalia
Dikaji keluhan yang dirasakan pasien, dikaji keadaan perineum,
adanya pengeluaran lochea. Pada 2 hari pertama lochea berupa darah
yang disebut lochea rubra, setelah 3-4 hari merupakan darah encer
yang disebut lochea serosa dan pada hari kesepuluh menjadi cairan
putih atau kekuningan yang disebut lochea alba, loches berbau amis,
dan yang berbau busuk menandakan adanya infeksi.
12) Anus
Dikaji keluhan yang dirasakan pasien, ada/tidaknya hemoroid
13) Ambulasi
5. Aspek psikososial dan spiritual
a. Pola pikir
b. Persepsi diri
c. Konsep diri
 Gambaran diri
 Ideal diri
 Peran diri
 Identitas diri
 Harga diri
 Hubungan komunikasi
6. Pola aktivitas sehari-hari
7. Pemeriksaan diagnostic

H. Pemeriksaan penunjang
1. Hitung darah lengkap : untuk menentukan tingkat hemoglobin dan
trombositopenia, serta jumlah lekosit pada tanda yang disertai dengan infeksi,
lekosit biasanya meningkat.
2. Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan menghitung protombin time
(PT) dan Activated partial Trombositin time (APPT) atau yang sederhana dengan
colotting time (CT) ini diperlukan untuk menyingkirkan perdarahan oleh faktor
lain
I. Analisa Data

Data Senjang Penyebab/ Etiolog Masalah kep


(Ds & Do) (SDKI)
Ds : Mengeluh nyeri Plasenta sudah lepas tetapi Nyeri akut
Do : belum dilahirkan (D.0077)
- Tampak meringis
- Bersikap protektif (mis, Melahirkan plasenta secara
waspada, posisi menghindari manual
nyeri
- Gelisah Tarikan tali pusat

- Frekuensi nadi meningkat


Ante, intra, postnatal,
aktivitas lemah, tampak
sakit, menyusu buruk,
peningkatan

Nyeri Akut
Ds : - Sebab patologik Risiko syok
Do : - (perlekatan abnormal) (D.0039)

1. Plasenta adhesiva
2. Plasenta inkreta
3. Plasenta perketra

Retensio plasenta
Tidak dapat berkontraksi
secara efektif (terjadi
retraksi dan kontraksi otot
uterus)

Sinus-sinus maternalis
tetap terbuka penutupan
pembuluh darah terhambat

Perdarahan vagina

Kehilangan banyak darah

Risiko syok
Ds: - Sebab patologik Hipovolemi
(perlekatan abnormal) (D.0023)
Do : - Merasa lemah
- Mengeluh haus 1. Plasenta adhesiva
2. Plasenta inkreta
3. Plasenta perketra

Retensio plasenta

Tidak dapat berkontraksi


secara efektif (terjadi
retraksi dan kontraksi otot
uterus)

Sinus-sinus maternalis
tetap terbuka penutupan
pembuluh darah terhambat

Perdarahan vagina

Kehilangan banyak darah

Hipovolemi

J. Diagnosa keperawatan menurut prioritas


1. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis
2. Risiko syok
3. Hipovolemi b.d kehilangan cairan

K. Intervensi keperawatan
Diagnosa
L. No. Tujuan Rencana Tindakan
Keperawatan
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan O : Identifikasi lokasi,
(D.0077) tindakan keperawatan karakteristik, durasi,
selama 3x24 jam Nyeri frekuensi, kualitas,
Kronis dapat berkurang intensitas nyeri.
dengan kriteria hasil : N : Berikan teknik non
Indikator IR ER farmakologi
Keluhan E : Jelaskan strategi
3 5
Nyeri meredakan nyeri
Meringis 3 5 C : Kolaborasi
Tekanan pemberian analgetik
3 5
Darah

Setelah dilakukan 1.Anjurkan pasien


2. Risiko syok tindakan keperawatan banyak minum
(D.0039) selama 3x24 jam Risiko 2.Observasi TTV
syok dapat teratasi 3.Kolaborasi dalam
dengan kriteria hasil : pemberian cairan
Indikator IR ER infus/transfuse
Perdarahan
2 5
vagina
Kulit dan
membran
2 5
mukosa
pucat
Kehilangan
3 5
darah

Setelah dilakukan 1. Priksa tanda dan


3. Hipovolemia tindakan keperawatan gejala hypovolemia
(D.0023) selama 3x24 jam 2. Monitor intake dan
Hipovolemia dapat output cairan
teratasi dengan kriteria 3. Anjurkan
hasil : memperbanyak
Indikato asupan cairan
IR ER
r 4. Kolaborasi
Perasaan pemberian produk
3 5
lemah darah

Tekanan
3 5
Darah
Nadi 2 5

Daftar pustaka
Prawihardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo
Manuaba. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan \ginekologi. Edisi 2.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai