Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENS

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi


Tugas Mata Kuliah Gerontik pada Program Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu

Disusun Oleh:
Nama : Ani Maulani Sari
NIM : R210415008

YAYASAN INDRA HUSADA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
PROGRAM PROFESI NERS
INDRAMAYU
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur
paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Seseorang dianggap mengalami
hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmhg (Elizabeth
dalam Ardiansyah M., 2012).
Menurut Price (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016), Hipertensi adalah
sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmhg atau tekanan
diastolik sedikitnya 90 mmhg.
Menurut Hananta I.P.Y., & Freitag H. (2011), Hipertensi adalah suatu
peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-
menerus lebih dari suatu periode.
Jadi, hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang bersifat abnormal,
tekanan sistolik sedikitnya 140 mmhg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmhg.

B. ETIOLOGI
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada (Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016):
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
C. KLASIFIKASI
Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. 2016) ;
No. Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120-129 80-84
3. High Normal 130-139 85-89
Hipertensi
4. Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
5. Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
6. Grade 3 (berat) 180-209 100-119
7. Grade 5 (sangat berat) ≥210 ≥210

D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-ganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi
sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana system saraf
simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar
adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.
Medula adrenal menyekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Untuk
pertimbangan gerontologi perubahan struktural dan fungsional pada system
pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Brunner & Suddarth, 2002 dalam Mulyani, 2019).
PATOFISIOLOGI
E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016), tanda dan
gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika
tekanan darah tidak teratur.
2. Gejala yang lazim sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing, Lemas, kelelahan, Sesak nafas,
Gelisah, Mual, Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.
Menurut Aulia, R. (2017), faktor risiko hipertensi dibagi menjadi 2 kelompok,
yaitu :
1. Faktor yang tidak dapat berubaha adalah : Riwayat Keluarga, Usia (Pada
laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita
meningkat pada usia lebih dari 55 tahun), Jenis Kelamin (hipertensi banyak
ditemukan pada pria daripada wanita). d) Ras/etnik Hipertensi menyerang segala
ras dan etnik namun di luar negeri hipertensi banyak ditemukan pada ras Afrika
Amerika daripada Kaukasia atau Amerika Hispanik.
2. Faktor yang dapat diubah Kebiasaan gaya hidup tidak sehat dapat
meningkatkan hipertensi antara lain yaitu : Merokok, Kurang aktifitas fisik,
Konsumsi Alkohol, Kebiasaan minum kopi, Kebiasaan konsumsi makanan
banyak mengandung garam, Kebiasaan konsumsi makanan lemak.

F. KOMPLIKASI
Menurut Ardiansyah, M. (2012) komplikasi dari hipertensi adalah :
1. Stoke
Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh nonotak. Stroke bisa terjadi pada hipertensi
kronis apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan
penebalan pembuluh darah sehingga aliran darah pada area tersebut berkurang.
Arteri yang mengalami aterosklerosis dapat melemah dan meningkatkan
terbentuknya aneurisma.
2. Infark Miokardium
Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami arterosklerotik tidak
pada menyuplai cukup oksigen ke miokardium apabila terbentuk thrombus yang
dapat menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi
hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel maka kebutuhan okigen miokardioum
tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.
3. Gagal Ginjal
Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada kapiler-kapiler
glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat darah mengalir ke unti fungsionla
ginjal, neuron terganggu, dan berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya
glomerulus menyebabkan protein keluar melalui urine dan terjadilah tekanan
osmotic koloid plasma berkurang sehingga terjadi edema pada penderita
hipertensi kronik.
4. Ensefalopati
Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna (hipertensi yang
mengalami kenaikan darah dengan cepat). Tekanan yang tinggi disebabkan oleh
kelainan yang membuat peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke
dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Akibatnya neuro-neuro
disekitarnya terjadi koma dan kematian.

G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Nonfarmakologis
a. Mempertahankan berat badan ideal
Mempertahankan berat badan yang ideal sesuai Body Mass Index dengan
rentang 18,5 – 24,9 kg/m2.
b. Mengurangi asupan natrium (sodium)
Mengurangi asupan sodium dilakukan dengan melakukan diet rendah garam
yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6 gr NaCl atau 2,4 gr garam/hari),
atau dengan mengurangi konsumsi garam sampai dengan 2300 mg setara dengan
satu sendok teh setiap harinya.
c. Batasi konsumsi alkohol
d. Makan K dan Ca yang cukup dari diet
Kalium menurunkan tekanan darah dengan cara meningkatkan jumlah
natrium yang terbuang bersamaan dengan urin.
e. Menghindari merokok
f. Penurunan stress
g. Terapi relaksasi progresif
2. Penatalaksanaan Farmakologis
a. Golongan Diuretik
Diuretik thiazide biasanya membantu ginjal membuang garam dan air, yang
akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan
darah.
b. Penghambat Adrenergik
Penghambat adrenergik, merupakan sekelompok obat yang terdiri dari
alfablocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang menghambat
sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis adalah istem saraf yang dengan segera
akan memberikan respon terhadap stress, dengan cara meningkatkan tekanan
darah.
c. ACE-inhibitor
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor) menyebabkan
penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri.
d. Angiotensin-II-bloker
Angiotensin-II-bloker menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu
mekanisme yang mirip ACE-inhibitor.
e. Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan
mekanisme yang berbeda.
f. Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah.
g. Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan obat
yang menurunkan tekanan darah tinggi dengan cepat dan segera. Beberapa obat
bisa menurunkan tekanan darah dengan cepat dan sebagian besar diberikan secara
intravena : diazoxide, nitroprusside, nitroglycerin, labetalol.

H. PENGKAJIAN
1. Identitas
2. Riwayat Masuk Panti
3. Riwayat Keluarga
4. Riwayat Pekerjaan
5. Riwayat Lingkup Hidup
6. Riwayat Rekreasi
7. Sumber/ Sistem Pendukung
8. Deksripsi Harian Khusus Kebiasaan Ritual
9. Status Kesehatan Saat Ini
10. Obat-Obatan
11. Nutrisi
12. Pemeriksaan Fisik
a. Pada pemeriksaan kepala dan leher meliputi pemeriksaan bentuk kepala,
penyebaran rambut, warna rambut, struktur wajah, warna kulit, kelengkapan dan
kesimetrisan mata, kelopak mata, kornea mata, konjungtiva dan sclera, pupil dan
iris, ketajaman penglihatan, tekanan bola mata, cuping hidung, lubang hidung,
tulang hidung, dan septum nasi, menilai ukuran telinga, ketegangan telinga,
kebersihan lubang telinga, ketajaman pendengaran, keadaan bibir, gusi dan gigi,
keadaan lidah, palatum dan orofaring, posisi trakea, tiroid, kelenjar limfe, vena
jugularis serta denyut nadi karotis.
b. Pada pemeriksaan payudara meliputi inpeksi terdapat atau tidak kelainan
berupa (warna kemerahan pada mammae, oedema, papilla mammae menonjol
atau tidak, hiperpigmentasi aerola mammae, apakah ada pengeluaran cairan pada
putting susu), palpasi (menilai apakah ada benjolan, pembesaran kelenjar getah
bening, kemudian disertai dengan pengkajian nyeri tekan).
c. Pada pemeriksaan thoraks meliputi inspeksi terdapat atau tidak kelainan
berupa (bentuk dada, penggunaan otot bantu pernafasan, pola nafas), palpasi
(penilaian vocal premitus), perkusi (menilai bunyi perkusi apakah terdapat
kelainan), dan auskultasi (peniaian suara nafas dan adanya suara nafas tambahan).
d. Pada pemeriksaan jantung meliputi inspeksi dan palpasi (mengamati ada
tidaknya pulsasi serta ictus kordis), perkusi (menentukan batas-batas jantung 26
untuk mengetahui ukuran jantung), auskultasi (mendengar bunyi jantung, bunyi
jantung tambahan, ada atau tidak bising/murmur)
e. Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi terdapat atau tidak kelainan
berupa (bentuk abdomen, benjolan/massa, bayangan pembuluh darah, warna kulit
abdomen, lesi pada abdomen), auskultasi(bising usus atau peristalik usus dengan
nilai normal 5-35 kali/menit), palpasi (terdapat nyeri tekan, benjolan/masa,
benjolan/massa, pembesaran hepar dan lien) dan perkusi (penilaian suara
abdomen serta pemeriksaan asites).
f. Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya meliputi area pubis, meatus uretra,
anus serta perineum terdapat kelainan atau tidak. Pada pemeriksaan
muskuloskletal meliputi pemeriksaan kekuatan dan kelemahan eksremitas,
kesimetrisan cara berjalan.
g. Pada pemeriksaan integument meliputi kebersihan, kehangatan, warna,
turgor kulit, tekstur kulit, kelembaban serta kelainan pada kulit serta terdapat lesi
atau tidak.
h. Pada pemeriksaan neurologis meliputi pemeriksaan tingkatan kesadaran
(GCS), pemeriksaan saraf otak (NI-NXII), fungsi motorik dan sensorik, serta
pemeriksaan reflex
I. ANALISA DATA
DATA SENJANG MASALAH
ETIOLOGI
(DS DAN DO) KEPERAWATAN
Ds : Penurunan Curah
- Palpitasi jantung
- Lelah
- Dyspnea
- Paroxysmal nocturnal
dyspnea (PND)
- Orthopnea
- Batuk
- Cemas
- Gelisah
Do :
- Bradikardia/takikardia
- Gambaran EKG
aritmia atau gangguan
konduksi
- Edema
- Distensi vena
jugularis
- CVP
meningkat/menurun
- Hepatomegali
- Tekanan darah
meningkat/menurun
- Nadi perifer teraba
lemah
- CRT >3detik
- Oliguria
- Warna kulit
pucat/sianosis
- Terdengar suara
jantung S3/S4
- EF menurun
- Murmur jantung
- BB bertambah
- PVR
meningkat/menurun
- SVR
meningkat/menurun
- CI menurun
- LVSWI menurun
- SVI menurun
Ds : Intoleransi Aktivitas
-Mengeluh lelah
-Dipsnea saat/setelah
aktivitas
-Merasa tidak nyaman
setelah aktivitas
Do :
-Frekuensi jantung
meningkat >20% dari
kondisi istirahat
-Tekanan darah berubah
>20% dari kondisi
istirahat
-Gambaran EKG
menunjukkan aritmia
saat/setelah aktivitas
-Gambaran EKG
menunjukkan iskemia
-Sianosis

Ds : Gangguan Komunikasi
- Tidak mampu Verbal
berbicara atau
mendengar
- Menunjukkan
respon tidak
sesuai
Do :
- Sulit memahami
komunikasi
- Sulit
mempertahankan
komunikasi
- Sulit
menggunaka
ekspresi wajah
atau tubuh
- Pasien tampak
sulit berbicara
- Penurunan,
perlambatan atau
ketiadaan
kemampuan
untuk menerima,
memproses,
mengirim, atau
menggunakan
system symbol
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN MENURUT PRIORITAS
1. Penurunan curah jantung d.d
2. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
3. Gangguan komunikasi verbal d.d sulit berbicara

K. Perencanaan Keperawatan atau Intervensi


Dx. Kep Tujuan Rencana tindakan Rasional
Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi tanda 1. untuk mengetahui
jantung keperawatan selama 3 x 24 jam di gejala primer/sekunder tanda gejala
harapkan Penurunan curah penurunan curah penurunan curah

jantung dapat teratasi dengan jantung jantung

kriteria hasil 2. Monitor tekanan 2. untuk mengetahui

Indikator Ir Er darah tekanan darah

Palpitasi 2 4 3. Monitor saturasi 3. untuk mengetahui

Bradikardia oksigen kadar oksigen dalam


2 4
4. Berikan diet tubuh
Takikardia 2 4 jantung yang sesuai 4. untuk mengurangi
Lelah 2 4 resiko penurunan
curah jantung
Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor proses 1. Mengetahui
Komunikasi Verbal keperawatan selama 3 x 24 jam di kognitif, anatomis dan proses kognitif,
harapkan Gangguan Komunikasi fisiologis yang anatomis dan
Verbal membaik kriteria hasil : berkaitan dengan fisiologis yang
Indikator Ir Er bicara berkaitan dengan
Kemampuan 2 4 2. Gunakan metode bicara
berbicara komunikasi alternatif 2. Untuk
Kemampuan 2 4 3. Anjurkan bicara mempermudah
medengar perlahan komunikasi atau
Kesesuaian 2 4 4. Rujuk ke ahli pemahaman pasien
ekspresi patologi atau terapis 3. Untuk terjalinya
wajah/tubuh komunikasi
4. Untuk
Dx. Kep Tujuan Rencana tindakan Rasional
mempercepat
penyembuhan

Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi 1.Mengetahui


keperawatan selama 3 x 24 jam di gangguan fungsi tubuh gangguan fungsi
Intoleransi aktivitas teratasi yang mengakibatkan tubuh yang
dengan kriteria hasil kelelahan mengakibatkan
Indikator Ir Er 2. Anjurkan tirah kelelahan
Perasaan lemah 2 4 baring 2. untuk
Dispnea saat 2 4 3. Monitor pola dan merileksasikan
aktivitas jam tidur kondisi tubuh
Dispnea setelah 2 4 4. Kolaborasi 3.untuk menjaga
aktivitas dengan ahli gizi kesetabilan pola
tentang cara istirahat
meningkatkan asupan 4.untuk
makanan meningkatkan
asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA

Chapter2.pdf (poltekkesjogja.ac.id)
Untitled.pdf (poltekkes-kaltim.ac.id)

Anda mungkin juga menyukai