Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
1. Tinjauan Teori Penyakit
1.1 Definisi
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg (Nurarif & Kusuma,
2015).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 140
mmHg dan tekanan darah diastolic lebih atau sama dengan 90 mmHg atau
mengkonsumsi obat anti hipertensi (Guyton, 2007).
Hipertensi adalah suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang
abnormal tinggi di dalam arteri yang menyebabkan meningkatnya resiko
terhadap stroke, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Fagih,
2006).

1.2 Etiologi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan:
1. Hipertensi Primer (Esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor
yang mempengaruhinya yaitu: genetic, lingkungan, hiperaktivitas saraf
simpatis system rennin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler.
Faktor – faktor yang meningkatkan resiko: obesitas, merokok, alcohol dan
polisitemia.
2. Hipertensi Sekunder
Penyebab yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas:
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan/ atau tekanan diastolic sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan
– perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi

2
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

1.3 Klasifikasi
Nurarif & Kusuma (2015), mengklasifikasikan hipertensi yaitu:
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1 Optimal < 120 < 80
2 Normal 120 – 129 80 – 84
3 High Normal 130 – 139 85 – 89
4 Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
Grade 3 (berat) 180 – 209 110 - 119
Grade 4 (sangat berat) > 210 > 120

1.4 Tanda dan Gejala


Menurut Nurarif & Kusuma (2015), tanda gejala hipertensi adalah:
 Mengeluh sakit kepala, pusing
 Lemas, kelelahan
 Sesak nafas
 Gelisah, kesadaran menurun
 Mual, muntah
 Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
 Rasa berat ditengkuk
 Sukar tidur
 Sulit bernafas saat beraktivitas

1.5 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.

3
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke
ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural
dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta
dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan
penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer.

4
1.6 Web Of Caution

5
1.7 Pemeriksaan Penunjang
1) Menurut Nurarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada hipertensi
yaitu :
a. Pemeriksaan Laboratorium
 Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari
sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan
factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
 Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi /
fungsi ginjal.
 Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan
hipertensi).
 Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
 Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi.
 Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
b. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi
ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola
regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi.
c. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
d. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
e. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
f. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.

1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi menurut Nurarif & Kusuma (2015) yaitu:
1. Penatalaksanaan Farmakologis
a. Diuretik seperti: tiazid, furosemia, spironokiktan, triamteren, anillorid
 Hipertensi ringan dimulai dari dosis yang amat rendah (12,5 mg
perhari)
 Hipertensi sedang dosis maksimum 2,5 mg perhari
 Hiperetensi berat dosis 25-50 mg tiap tengah hari

6
b. Obat antiadrinergik seperti koloid, guonabenz, guanfazin, trimetafan,
reserpin, guantidin, tentolamin propanolol, dan lain-lain
 Hipertensi ringan diberikan pada permulaaan 0,1 mg perhari
 Hipertensi sedang diberikan dengan dosis 125 mg perhari
 Hipertensi berat dosis 250 mg dua kali sehari
c. Vasodilator seperti hidralazin, minaksidil, dianoksid, nitropusid. Pada
hipertensi penggunaan dosis dibatasi sampai 300 mg perhari.
d. Inhibitor enzim pengubah angiostensi, seperti: kaptopril, benezebril,
ramipril, enalapril dan lain-lain
 Hipertensi ringan diberikan dengan dosis 2,5-10 mg tiap tengah hari
atau dua kali sehari
 Hipertensi sedang diberikan dengan dosis 0,5 mg tiap 2 kali sehari
 Hipertensi berat diberikan 6,2 mg tiap 2 kali sehari
e. Antagonis saluran kalsium seperti : nifedimin, diltiazonverapamil dan
lain-lain
 Hipertensi ringan diberikan dengan hasil 40-80 mg tiap tiga kali sehari
 Hipertensi sedang diberikan dengan dosis 30-120 mg tiap dua kali
sehari
 Hipertensi berat diberikan dengan dosis 120-200 mg tiap dua kali
sehari

2. Penatalaksanaan Non Farmakologis


a. Perubahan gaya hidup.
b. Diit (diet rendah garam).
c. Upaya untuk menghilangkan stress atau menghindari stress dapat
dilakukan meditasi, yoga, hipnotis yang dapat mengontrol system saraf
autonom dan menurunkan hipertensi.
d. Berat badan yang berlebih, dilakukan upaya menurunkan BB dapat juga
meningkatkan efektifitas pengobatan farmakologis.

1.9 Komplikasi
Komplikasi hipertensi antara lain:
1) Stroke
2) Infark Miokardium
3) Gagal Ginjal
4) Ensefalopati

7
2. Konsep Asuhan Keperawatan
2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan.
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status
kesehatan, merumuskan diagnosis keperawatan. Pengkajian meliputi:
2.1.1 Data Umum
1. Identitas Pasien
Meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, status perkawinan, agama,
suku, pendidikan, pekerjaan.
2.1.2 Struktur Keluarga
Struktur keluarga meliputi : nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan klien,
pendidikan, pekerjaan, genogram.
2.1.3 Riwayat Keluarga
2.1.4 Riwayat Pekerjaan
2.1.5 Riwayat Lingkungan Hidup
2.1.6 Riwayat Rekreasi
2.1.7 Sumber/System Pendukung Yang Digunakan
2.1.8 Kebiasaan Ritual
2.1.9 Riwayat Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan Utama Saat Ini
Pada umumnya keluhan utama pada kasus hipertensi adalah nyeri kepala.
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien
digunakan:
P (Provoking Incident) : apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi
faktor presipitasi nyeri.
Q (Quality of Pain) : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
R (Region : radiation, relief) : apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
S (Severity/Scale of Pain) : seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien,
bisa berdasarkan  skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa
sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
T (Time) : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari.
2. Apa Yang Dipikirkan Saat Ini
3. Siapa Yang Paling Dipikirkan Saat Ini
4. Riwayat Penyakit Dahulu

8
2.1.10 Pemeriksaaan Fisik (Tinjauan Sistem)
1. Keadaan Umum
a. Tingkat Kesadaran (Meliputi : Kesadaran, GCS)
b. Tanda – tanda vital (TD, Suhu, Nadi, RR)
2. Integument, kepala, mata, telinga, hidung dan sinus, mulut dan tenggorokan,
leher, payudara, pernafasan, kardiovaskuler, gastrointestinal, perkemihan,
genitor reproduksi pria, genitor reproduksi wanita,
musculoskeletal/ekstremitas, system saraf pusat, system endokrin, system
immune, system pengecapan, system pengecapan, system penciuman,
psikososial.
2.1.11 Pengkajian Status Fungsional
2.1.12 Pengkajian Status Kognitif Dan Afektif
2.1.13 Mini-Mental State Exam (MMSE)
2.1.14 Inventaris Depresi Beck
2.1.15 Pengkajian Status Sosial

2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
7. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan suplai O 2
ke otak menurun.

9
2.3 Rencana Asuhan Keperawatan

10
2.4 Implementasi Keperawatan
Dalam tahap ini akan dilakukan tindakan keperawatan yang disesuaikan
dengan intervensi/perencanaan yang telah dibuat.
2.5 Evaluasi
No Diagnosa Evaluasi
1 Penurunan curah jantung  Klien tidak mengalami
berhubungan dengan perubahan penurunan curah jantung
afterload.

2 Nyeri akut berhubungan dengan  Nyeri klien


agen cedera biologis. berkurang/teratasi

3 Kelebihan volume cairan  Volume cairan klien


berhubungan dengan gangguan seimbang
mekanisme regulasi.

4 Intoleransi aktivitas berhubungan  Klien mampu melakukan


dengan kelemahan umum. aktivitas secara mandiri

5 Ansietas berhubungan dengan  Cemas klien berkurang


perubahan dalam status kesehatan.

6 Kurang pengetahuan berhubungan  Klien mampu memahami


dengan keterbatasan kognitif. penyakitnya

7 Resiko ketidakefektifan perfusi  Klien tidak mengalami


jaringan otak berhubungan dengan penurunan curah jantung
suplai O2 ke otak menurun.

11
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC) fifth edition.


USA: Mosby Inc an Affiliate of Elservier

Fagih. 2014. Laporan Pendahuluan Hipertensi. Dalam


http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2014/02/laporan-pendahuluan-
hipertensi.html. Diakses 14 Mei 2017.

Guyton. 2007. Keperawatan Gerontik. Bengkulu: Nuha Medika

Herdman. T. Heather. 2011. Nanda Internasional Diagnosis Keperewatan Definisi


dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: Kedokteran EGC

Kusuma, H dan Nurarif, A.H. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Hardy

Moorhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) fifth edition. USA:
Mosby Inc an Affiliate of Elservier

12

Anda mungkin juga menyukai